Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SUMATERA SELATAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pkn


Guru Mata Pelajaran : LUSI S.Pd

DISUSUN OLEH :
1. LICHA DIAN PUSPITA ( IX i)
2. NURUL AENI (IX i)

Jl. Letnan Joni Jatibarang Baru Jatibarang,


Kabupaten Indramayu Jawa Barat
45273
A. Sejarah Sumatera Selatan

Sumatera Selatan (disingkat Sumsel) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang


terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini beribukota di Palembang. Secara
geografis provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan provinsi Jambi di utara, provinsi Kep.
Bangka-Belitung di timur, provinsi Lampung di selatan dan Provinsi Bengkulu di barat.
Provinsi ini kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara.
Selain itu ibu kota provinsi Sumatera Selatan, Palembang, telah terkenal sejak dahulu karena
menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya. Di samping itu, provinsi ini banyak memiliki tujuan wisata
yang menarik untuk dikunjungi seperti Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pulau Kemaro,
Danau Ranau, Kota Pagaralam dan lain-lain. Karena sejak dahulu telah menjadi pusat
perdagangan, secara tidak langsung ikut memengaruhi kebudayaan masyarakatnya. Makanan
khas dari provinsi ini sangat beragam seperti pempek, model, tekwan, pindang patin, pindang
tulang, sambal jokjok, berengkes dan tempoyak.

Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan sebutan Bumi
Sriwijaya; pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan pusat Kerajaan
Sriwijaya yang juga terkenal dengan kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara.
Gaung dan pengaruhnya bahkan sampai ke Madagaskar di Benua Afrika. Sejak abad ke-13
sampai abad ke-14, wilayah ini berada di bawah kekuasaan Majapahit. Selanjutnya wilayah
ini pernah menjadi daerah tak bertuan dan bersarangnya Bajak Laut dari Mancanegara
terutama dari negeri China. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang
berkuasa sampai datangnya Kolonialisme Barat, lalu disusul oleh Jepang. Ketika masih
berjaya, Kerajaan Sriwijaya juga menjadikan Palembang sebagai Kota Kerajaan. Menurut
Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan pada 1926 menyebutkan, pemukiman yang bernama
Sriwijaya itu didirikan pada tanggal 17 Juni 683 Masehi. Tanggal tersebut kemudian menjadi
hari jadi Kota Palembang yang diperingati setiap tahunnya. Provinsi Sumatera Selatan secara
geografis terletak antara 1 derajat sampai 4 derajat Lintang Selatan dan 102 derajat sampai
106 derajat Bujur Timur dengan luas daerah seluruhnya 87.017.41 km².

Batas batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut : sebelah utara
berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung,
sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung, sebelah Barat berbatasan dengan
Provinsi Bengkulu. Secara topografi, wilayah Provinsi Sumatera Selatan di pantai Timur
tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya
berupa tumbuhan palmase dan kayu rawa (bakau). Sedikit makin ke barat merupakan dataran
rendah yang luas. Lebih masuk kedalam wilayahnya semakin bergunung-gunung. Disana
terdapat bukti barisan yang membelah Sumatera Selatan dan merupakan daerah pegunungan
dengan ketinggian 900 - 1.200 meter dari permukaan laut. Bukit barisan terdiri atas puncak
Gunung Seminung (1.964 m), Gunung Dempo (3.159 m), Gunung Patah (1.107 m) dan
Gunung Bengkuk (2.125m). Disebelah Barat Bukit Barisan merupakan lereng. Provinsi
Sumatera Selatan mempunyai beberapa sungai besar. Kebanyakan sungai-sungai itu bermata
air dari Bukit Barisan, kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai Banyuasin. Sungai
yang bermata air dari Bukit Barisan dan bermuara ke Selat Bangka adalah Sungai Musi,
sedangkan Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sunga
Lakitan, Sungai Rupit dan Sungai Rawas merupakan anak Sungai Musi. Secara administratif
Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 13 (tigabelas) Pemerintah Kabupaten dan 4 (empat)
Pemerintah Kota, dengan Palembang sebagai ibukota provinsi. Pemerintah Kabupaten dan
Kota membawahi Pemerintah Kecamatan dan Desa / Kelurahan, Provinsi Sumatera Selatan
memiliki 13 Kabupaten, 4 Kotamadya, 212 Kecamatan, 354 Kelurahan, 2.589 Desa.
Kabupaten Ogan Komering Ilir menjadi Kabupaten dengan luas wilayah terbesar dengan luas
16.905,32 Ha, diikuti oleh Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah sebesar 14.477
Ha. Berdasarkan harga berlaku dengan migas, terdapat empat sektor yang memberikan
sumbangan cukup besar terhadap PDRB. Pada tahun 2010, empat sektor yang memberikan
sumbangan terbesar adalah sektor industri pengolahan, diikuti oleh sektor pertambangan dan
penggalian, sektor pertanian serta sektor perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada Tahun 2010
kontribusi masing-masing sektor diatas secara berurutan adalah 23,67%, 21,62%, 16,85%,
12,70%. Sebagai salah satu provinsi tujuan investasi, Provinsi Sumatera Selatan memiliki
berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya adalah Bandara S.M. Badaruddin II
yang terdapat di Kota Palembang, Bandara Silampari yang terletak di kota Lubuklinggau,
Bandara Tanjung Enim di Kabupaten Muara Enim, Bandara Banding Agung yang terletak di
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Pelabuhan Palembang yang terketak di Kota
Palembang juga Pelabuhan Khusus Kerta Pati di Kabupaten Muara Enim

B. Pakaian Adat sumsel

Baju adat Sumatera Selatan yang pertama adalah Aesan Paksangko. Pakaian adat ini
melambangkan keagungan masyarakat daerah Sumatera Selatan. Busana Adat Palembang ini
biasanya lebih sering kita lihat pada acara resepsi pernikahan yang digunakan oleh kedua
pasang mempelai pengantin, dengan kombinasi warna merah dan emas. Pada Baju Aesan
Paksangko, pengantin wanita menggunakan baju kurung berwarna merah dengan motif bunga
bintang berwarna keemasan.
C. Rumah Adat

Rumah Limas merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera Selatan. Dari
namanya, jelaslah bahwa rumah ini berbentuk limas. Bangunannya bertingkat-tingkat dengan
filosofi budaya tersendiri untuk setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat
sebagai bengkilas. Apabila Anda bertamu ke salah satu Rumah Limas di wilayah Sriwijaya
ini, Anda akan diterima di teras atau lantai dua saja. Rumah Limas sangat luas dan seringkali
digunakan sebagai tempat berlangsungnya hajatan atau acara adat. Luasnya mulai dari 400
hingga 1000 meter persegi. Bahan material dalam membuat dinding, lantai, serta pintu
menggunakan kayu tembesu. Sementara untuk tiang rumah, pada umumnya menggunakan
kayu unglen yang tahan air. Berbeda dengan rangka rumah yang terbuat dari kayu Seru. Kayu
ini cukup langka. Kayu ini sengaja tidak digunakan untuk bagian bawah Rumah Limas, sebab
kayu Seru dalam kebudayaannya dilarang untuk diinjak atau dilangkahi. Nilai-nilai budaya
Palembang juga dapat Anda rasakan dari ornamen ukiran pada pintu dan dindingnya. Selain
berbentuk limas, rumah tradisional Sumatera Selatan ini juga tampak seperti rumah panggung
dengan tiang-tiangnya yang dipancang hingga ke dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh
kondisi geografis lingkungannya yang berada di daerah perairan.

D. Senjata Sumsel

Keberadaan senjata keris memiliki kaitan yang erat dengan sejarah perkembangan kerajaan-
kerajaan di nusantara. Senjata tradisional satu ini memang pada awalnya bukan berasal dari
Sumatera, melainkan Jawa. Berbagai kidung dan cerita rakyat di Jawa sering menyebutkan
penggunaan senjata tajam ini dalam kisahnya, membuktikan eksistensinya sebagai senjata
tradisional ‘sepuh’ di Indonesia. Namun karena kemasyhurannya di antara masyarakat
Indonesia, penggunaan keris sebagai senjata pun menjadi umum di beberapa tempat di
Indonesia. Beberapa wilayah di Indonesia memiliki keris khasnya sendiri, tak terkecuali
Palembang. Berbeda dengan keris pada umumnya, keris Palembang memiliki lekukan bilah
(luk) yang berjumlah ganjil, mulai dari tujuh lekukan hingga 13 lekukan. Keris Palembang
ditempa dari tiga unsur logam, yaitu besi, baja dan pamor. Ciri khas lain keris Palembang
terdapat pada gagangnya yang terbuat dari kayu keras atau gading dan berbentuk menyerupai
kepala burung, ciri khas keris Melayu. Keunikan lainnya juga terdapat pada sarung keris
(warangka) yang umumnya berbentuk menyerupai perahu bidar, menggambarkan kedaulatan
Kesultanan Palembang sebagai kerajaan maritim yang berkuasa di masa lalu.

E. Tari Sumsel

Tarian daerah Sumatera Selatan memiliki banyak keunikan dan sarat dengan nilai – nilai
sosial budaya lokal. Dimana tarian itu difungsikan untuk beragam macam pagelaran acara
atau pertunjukan, seperti acara peringatan hari besar, pernikahan dan acara kerajaan pada
masa – masa dulu. Selain itu, saat menyambut tamu dari daerah lain, tarian khas adat Sumsel
juga sering menjadi sajian untuk menyambutnya

F. Alat Musik

Genggong ini merupakan salah satu alat musik tradisional yang dimiliki oleh masyarakat
Besemah Kota Pagaralam, sejenis alat musik tiup yang menghasilkan suara mirip harmonika.
Alat musik ini terbuat dari bilah bambu, kayu, pelepah enau atau logam dan dimainkan
dengan cara dipegang ditangan kiri dan bagian sisinya ditempelkan ke bibir. Selanjutnya
dengan memainkan lidah getar yang ada pada genggong dengan tangan kanan maka
genggong akan menghasilkan bunyi. Sedangkan untuk mengubah nada-nada dalam melodi
genggong dilakukan dengan mengolah posisi rongga mulut yang juga berfungsi sebagai
resonator.
G. Makanan Khas

Mie celor adalah makanan tradisional dari Sumatera Selatan. Makanan ini menggunakan
udang sebagai bahan utamanya. Selain udang ada juga tambahan telur, tauge, daun seledri
dan perasaan jeruk nipis sebagai isiannya. Untuk kuahnya makanan ini menggunakan santan
hingga menciptakan rasa yang begitu gurih. Yang unik dari makanan ini adalah beberapa
bahan diatas disiram dengan air panas dahulu sebelum dimasukan kedalam kuah santan.
Makanan ini sangat pas dinikmati saat masih terasa panas, dan cocok untuk hidangan saat
udara dingin.

H. Suku Sumsel

Suku Komering

Komering merupakan salah satu suku atau wilayah budaya di Sumatra Selatan, yang berada
di sepanjang aliran Sungai Komering. Seperti halnya suku-suku di Sumatra Selatan, karakter
suku ini adalah penjelajah sehingga penyebaran suku ini cukup luas hingga ke Lampung.
Suku Komering terbagi atas dua kelompok besar: Komering Ilir yang tinggal di sekitar Kayu
Agung dan Komering Ulu yang tinggal di sekitar kota Baturaja.Suku Komering terbagi
beberapa marga, di antaranya marga Paku Sengkunyit, marga Sosoh Buay Rayap, marga
Buay Pemuka Peliyung, marga Buay Madang, dan marga Semendawai. Wilayah budaya
Komering merupakan wilayah yang paling luas jika dibandingkan dengan wilayah budaya
suku-suku lainnya di Sumatra Selatan. Selain itu, bila dilihat dari karakter masyarakatnya,
suku Komering dikenal memiliki temperamen yang tinggi dan keras.

I. Lagu Sumsel

Lagu Kabile-bile ini mengisahkan tentang seseorang yang kesepian karena tidak memiliki
teman atau kawan (Kance). Dalam bait-baitnya, lagu Kabile-bile menceritakan bahwa
kebaikan seseorang berpengaruh terhadap seseorang, memiliki atau tidaknya seorang kawan.
Menurut informasi yang didapat lagu Kabile-bile diciptakan oleh A Korie Alie. Lirik lagu ini
sendiri menceritakan bahwa harapan itu tidak akan musnah, selama orang yang ingin
memiliki kawan terus memperbaiki dirinya. Penantian itu akan berakhir karena suatu saat
akan mendapat seorang kawan. Dan makan yang terkandung dalam lagu ini ialah jika
seseorang berguna, maka ia akan mudah mendapat kawan. Itu juga yang dikisahkan dalam
lagu Kabile-bile. Kabile nian mampat begune (kapan aku berguna?) Ketika seseorang
berguna untuk orang sekitarnya, tentu kawan yang dicari itu akan datang.

Anda mungkin juga menyukai