DI SUSUN OLEH :
Kelompok 6
1. Meyta Armayanti(151200262)
2. Restiani (141100244)
3. Solikin(141100251)
PRODI SI KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar .................................................................................................. 2
Daftar isi ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan ............................................................................................ 6
D. Manfaat .......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................. 8
a. Definisi ................................................................................................ 8
b. Etiologi ................................................................................................. 10
c. Manifestasi Klinis ................................................................................. 12
d. Patofisiologi .......................................................................................... 16
e. Pathway................................................................................................. 18
f. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................... 19
g. Penatalaksanaan .................................................................................... 21
h. Komplikasi ........................................................................................... 23
i. Pencegahan ........................................................................................... 23
j. Konsep Dasar Keperawatan .................................................................. 24
k. Pengkajaian ........................................................................................... 24
l. Diagnose ............................................................................................... 31
BAB II TINJAUAN KASUS............................................................................ 38
a. Kasus .................................................................................................... 38
b. Analisa Data.......................................................................................... 45
c. Diagnose Keperawatan ......................................................................... 46
d. Intervensi .............................................................................................. 49
e. Implementasi dan Evaluasi ................................................................... 51
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 65
1. Kesimpulan ........................................................................................... 65
2. Saran .................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66
LAMPIRAN ..................................................................................................... 68
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit
yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring,
yaitu bagian atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di
bagian THT, kepala serta leher. Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai
tumbuhnya kanker nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang
ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi
terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter
THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang
menderita kanker ini.
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1.Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
7) Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Ca nasofaring
D. Manfaat
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Ca Nasofaring
1. Anatomi Fisiologi
9
B. Etiologi
1. Kerentanan Genetik
10
HLA ( Human luekocyte antigen ) dan gen pengode enzim sitokrom p4502E (
CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap Ca Nasofaring,
mereka berkaitan dengan timbulnya sebagian besar Ca Nasofaring . Penelitian
menunjukkan bahwa kromosom pasien Ca Nasofaring menunjukkan ketidak
stabilan, sehingga lebih rentan terhadap serangan berbagai faktor berbahaya
dari lingkungan dan timbul penyakit.
2. Virus EB
3. Faktor Lingkungan
11
Faktor lingkungan juga berperan penting. Penelitian akhir-akhir ini
menemukan zat berikut berkaitan dengan timbulnya Ca Nasofaring :
C. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada kanker nasofaring adalah :
1. Gejala Hidung
2. Gejala Telinga
3. Gejala dini
Gejala pada hidung adalah epistaksis akibat dinding tumor biasanya rapuh
sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi pendarahan hidung atau
mimisan. Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit
dan seringkali bercampur dengan ingus, sehingga berwarna merah muda.
Selain itu,sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor
ke dalam rongga hidung dan menutupi koana. Gejala menyerupai pilek
kronis, kadang-kadang disertai dengan gangguan penciuman dan adanya
ingus kental. Gejala telinga dan hidung ini bukan merupakan gejala yang
khas untuk penyakit ini, karena juga dijumpai pada infeksi biasa, misalnya
13
pilek kronis, sinusitis dan lain-lainnya. Mimisan juga sering terjadi pada
anak yang sedang menderita radang.
4. Gejala Lanjut
14
bertambah hebat. Pada fase ini tidak selalu terdapat perubahan pada foto
sinar X, bone-scan seluruh tubuh dapat membantu diagnosis. Metastasis hati
, paru dapat sangat tersembunyi , kadang ditemukan ketika dilakukan tindak
lanjut rutin dengan rongsen thorax , pemeriksaan hati dengan CT atau USG.
Pembesaran kelenjar limfe leher yang timbul di daerah samping leher, 3-5
sentimeter di bawah daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan ini merupakan
pembesaran kelenjar limfe, sebagai pertahanan pertama sebelum tumor
meluas ke bagian tubuh yang lebih jauh. Benjolan ini tidak dirasakan nyeri,
sehingga sering diabaikan oleh pasien. Selanjutnya sel-sel kanker dapat
berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot di bawahnya.
Kelenjarnya menjadi melekat pada otot dan sulit digerakan. Keadaan ini
merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. Pembesaran kelenjar limfe leher
merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter
15
D. Patofisiologi
1. Penggolongan Ca Nasofaring :
16
d. T4 : Saraf kranial kelompok anterior dan posterior terkena serentak, atau
kanker mengenai sinus paranasal, sinus spongiosus, orbita, fosa infra-
temporal.
1) Stadium I : T1N0M0
E. Pathway
17
Faktor Lingkungan ,
Makanan, genetic Virus Ebstein Bar
(EBV)
Terinfeksi pada sel nasofaring
Gangguan
Harga Diri
Ansietas
Kurang
pengetahuan
18
G. Pemeriksaan Diagnosik
19
virus Eb dapat menunjukkan reaksi positif 4 – 46 bulan sebelum
diagnosis kanker nasofaring ditegakkan.
G. Penatalaksanaan
a. Radioterapi
b. Kemoterapi
e. Terapi Rehabiltatif. Pasien kanker secara faal dan psikis menderita gangguan
fungsi dengan derajat bervariasi. Oleh karena itu diupayakan secara maksimal
meningkatkan dan memperbaiki kualitas hidupnya.
H. Komplikasi
I. Pencegahan
23
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- IDENTITAS PASIEN
- Nama
-Jenis Kelamin
Penyakit tumor nasofaring ini lebih banyak di derita oleh laki-laki daripada
perempuan.
-Usia
Tumor nasofaring dapat terjadi pada semua usia dan usia terbanyak antara 45-54
tahun.
-Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap dengan ventilasi
rumah yang kurang baik akan meningkatkan resiko terjadinya tumor nasofaring
serta lingkungan yang sering terpajan oleh gas kimia, asap industry, asap kayu,
-Agama
-Suku Bangsa
24
Karsinoma nasofaring jarang sekali ditemukan di benua Eropa, Amerika, ataupun
relatif sering ditemukan di berbagai Asia Tenggara dan China. Di RRC, walaupun
karsinoma nasofaring jauh lebih sering ditemukan daripada berbagai daerah lain
(29,1%). Umur penderita yang paling muda adalah 21- tahun dan yang paling tua
77 tahun. Rata-rata umur penderita pada penelitian ini adalah 48,8 tahun.
-Pekerjaan
nasofaring, karena akan sering terpajan gas kimia, asap industry, dan asap kayu.
-Diagnosa Medis
2. STATUS KESEHATAN
a. Keluhan Utama
terjadi penurunan dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan rasa terbakar
keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah
nasofaring ini menunjukkan tanda dan gejala telinga kiri terasa buntu hingga
peradangan dan nyeri, timbul benjolan di daerah samping leher di bawah daun
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor nasofaring
pula.
3. PEMERIKSAAN FISIK
26
1. Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien simetris,
kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun
konjungtiva klien anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien
isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun fungsi penglihatan kabur,
tanda-tanda radang tidak ada, reaksi terhadap cahaya baik (+/+). Hal ini terjadi
beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva klien yang anemis
2. Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan pasien normal
dan simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada telinga.
Hal ini terjadi akibat adanya nyeri saat menelan makanan oleh pasien dengan
3. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak menggunakan
otot bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 21 x/ menit, irama nafas klien
teratur, jenis pernafasan spontan, nafas dalam, klien mengalami batuk produktif
dengan sputum kental berwarna kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien
simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara nafas klien ronkhi, namun tidak
mengalami nyeri dada dan menggunakan alat bantu nafas. Pada sistem ini akan
sangat terganggu karena akan mempengaruhi pernafasan, jika dalam jalan nafas
terdapat sputum maka pasien akan kesulitan dalam bernafas yang bisa
27
mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti
ronkhi karena suara nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat ekspirasi.
4. Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit dengan irama
teratur, tidak mengalami distensi vena jugularis, temperature kulit hangat suhu
tubuh klien 360C, warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada
dengan irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada.
Tumor nasofaring tidak menyerang peredaran darah pasien sehingga tidak akan
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat kesadaran pasien
tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sitem persyarafan dan pada
menyerang saraf otak karena ada lubang penghubung di rongga tengkorak yang
bisa menyebabkan beberapa gangguan pada beberapa saraf otak. Jika terdapat
gangguan pada otak tersebut maka pasien akan memiliki prognosis yang buruk.
6. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien tidak
kotor, saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare,
konsistensi feses lunak, bising usus klien 8 x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar
8. Sistem urogenital
9. Sistem integumen
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
aksesorius dan rantai arteri vena transversalis koli apakah terdapat pembesaran
(Desen, 2008).
b. pemeriksaan nasofaring
nasofaring dan area yang dekat sekitarnya.Pada pasien dewasa yang tidak sensitif,
pemeriksaan ini dapat dilakukan. Tumor yang tumbuh eksofitik dan sudah agak
menerangi, tabung sempit yang dimasukkan ke rongga hidung atau mulut) untuk
29
Dua buah kateter dimasukkan masing-masing kedalam rongga hidung kanan dan
kiri, setelah tampak di orofaring, uung katater tersebut dijepit dengan pinset dan
lainnya.
- DIAGNOSE KEPERAWATAN
-INTERVENSI
-IMPLEMENTASI
-EVALUASI
30
k. Focus intervensi
3. Rencana Keperawatan
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Mandiri
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
33
melaksanakan program diet yang
ditetapkan.
4. Identifikasi perubahan
pola makan.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
34
dimengerti.
Kriteria Hasil :
Komunikasi terbuka
Intervensi Rasional
35
1. Kaji tingkat kecemasan 1. Untuk menentukan tingkat
yang dialami oleh pasien. kecemasan yang dialami pasien
sehingga perawat bisa memberikan
intervensi yang cepat dan tepat.
36
Kasus
37
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
CA NASOFARING
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. T
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status : Sudah Menikah
Alamat : JL. Niyikan baru
Suku Bangsa : Indonesia
Diagnosa Medis : ca nasofaring
2. Penanggung jawab
Nama : Ny. R
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status : Sudah Menikah
Alamat : JL. Niyikan baru
Suku Bangsa : Indonesia
38
Hubungan dengan pasien : Istri
B. Alasan Masuk
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan lemas, nyeri dan muncul benjolan
di sekitar pipi dan leher bagian kiri.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh lemas, sulit menelan, nyeri, dan ada benjolan di sekitar pipi dan
leher bagian kiri, seta pasien mengeluh mual dan nafsu makan menurun. Leher
terasa sulit untuk digerakan dan suara menjadi serak. Pasien lalu berobat ke poli
THT RSUD lalu dinyatakan kanker nasofaring. Pasien kemudian dirujuk untuk
rawat inap di RSUD Ruang Kamboja dengan terapi dari dokter:
a. Ondasentron 3×4 pial
b. NaCl 0,9%
c. Paracetamol 3 x 500 g
d. Vitamin B1 B6 B122X1 tablet, Vitamin C 1×1 tablet
e. Codein 6 x 10 mg
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat di rumah sakit sekitar 2 bulan yang lalu dengan keluhan
yang sama
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien dan juga keluarga pasien tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM,
hipertensi, dan lainnya.
D. Pengkajian Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
2. Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
klien saat ini agak sedikit cemas dengan kondisinya. Dan terlihat dari
tingkahnya yang sangat sulit untuk tidur.
b. Gaya Komunikasi
Pasien dapat berinteraksi dengan perawat, dokter, serta pasien tidak mengalami
kesulitan dalam bersosialisasi dengan keluarga ataupun lingkungan di rumah
sakit walaupun dengan suara yang sedikit serak.
c. Pola Pertahanan
Klien membawa penyakitnya ke rumah sakit dan mengikuti semua
pengobatan yang ada di rumah sakit.
3. Riwayat Sosial
Bagaimana Pola Interaksi klien : klien berinteraksi dengan baik. Baik terhadap
keluarganya dan orang disekitarnya maupun masyarakat yang berada di
lingkungannya.. Klien hanya dekat dengan keluarganya terutama istrinya yang
dapat dia percaya. Klien aktif dalam berinteraksi ke pada orang disekitanya. Klien
sering mengikuti perkumpulan –perkumpulan di masyarakat dan sering ikut
kegiatan.
41
4. Riwayat Spritual
Pasien beragama Islam dan selama di rumah sakit pasien hanya diwakilkan oleh
keluarganya untuk sembahyang di masjid rumah sakit. Terpenuhi, klien
melaksanakan sholat 5 waktu. Dan sering mengaji, selama melakukan
kewajibannya klien tidak merasa ada masalah.
5. Prestasi dan Produktivitas
Sebelum sakit pasien bekerja sebagai petani
6. Rekreasi
Sebelum masuk rumah sakit pasien biasa menghabiskan waktunya dengan
bertani.
7. Belajar
Pasien mengerti tentang tindakan pengobatan yang diberikan walaupun sesekali
bertanya dengan perawat.
E. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
a. Kesan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Warna Kulit : Sawo matang
d. Turgor kulit : Elastis
e. BB: 50 kg
f. TB: 160 cm
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
- Nadi = 80x/menit
- Suhu = 37oC ,
- TD = 120/90 mmHg,
- RR = 19x/ menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Kelengkapan mata simetris, tidak ada pelebaran di kelopak mata,
oedem ( - ), peradangan ( - ), luka( - ), benjolan (-), Bulu mata tidak
rontok,, Konjunctiva dan sclera perubahan warna (an anemis), Warna
iris (hitam), Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), Pupil (isokor), kornea
normal.
42
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : simetris, tidak ada pembengkokan, tidak ada
perdarahan,pembesaran kotoran dan polip. Ada nya sumbatan
c. Mulut
Amati bibir : tidak ada Kelainan konginetal, warna
bibir pink, lesi (- ), Bibir pecah ( - ), Amati gigi ,gusi, dan
lidah : tidak ada Caries . Kotoran (- ), Gigi palsu ( - ), Gingivitis
( - ), Warna lidah , Perdarahan ( - ) dan abses ( - ). Amati rongga
mulut : ada Bau mulut, Benda asing : ( tidak )
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk simetri Ukuran sedang , lesi ( - ), nyeri
tekan ( + ), peradangan ( - ), penumpukan serumen (-).
pendengaran kurang baik.
43
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba
(sama ).
PERKUSI
Terdengar suara sonor
AUSKULASI
-Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih , Area Bronchial : ( bersih ) Area
Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
-Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni ( - ), Egophoni ( - ),
Pectoriloqui ( -)-Suara tambahan Terdengar : Rales ( - ), Ronchi ( - ),
Wheezing ( - ),Pleural fricion rub ( - ), bunyi tambahan lain tidak ada.
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis ( - ),
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Tidak teraba )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : = ICS II )
Batas bawah = ICS V)
Batas Kiri= ICS V Mid ClavikulaSinistra)
Batas Kanan : = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal ), ( reguler )
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm (-).
3. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (datar ), Massa/Benjolan (- ), simetris, Bayangan
pembuluh darah vena (-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 20 x/menit ( N = 5 - 35 x/menit, Borborygmi ( -
)
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( - ), pembesaran ( - ), perabaan
(lunak), permukaan (halus), tepi hepar tidak
44
teraba).
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney. nyeri tekan ( - ), nyeri lepas ( - ), nyeri menjalar kontralateral ( - ).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( - ), pembesaran
ginjal tidak teraba).
PERKUSI
hasil perkusi pada abdomen adalah tympani
4. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
a. Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih ), tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Lubang uretra : tidak mengalami penyumbatan, tidak ada
Hipospadia , Epispadia ( - )
Palpasi
Penis : tidak ada nyeri tekan. testis :beniolan ( - ), nyeri tekan ( - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Tidak ada Hidrochele, Scrotal Hernia ( - ),
Spermatochele (-) Epididimal Mass/Nodularyti ( - )
Epididimitis( - ), Torsi pada saluran sperma ( - ), tidak ada
Tumor
testiscular
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( - ), femoral hernia ( - ), tidak ada pembengkakan
6. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuloskeletal
Ekstremitas : – Atas : Terpasang IVRL di tangan kiri,
terdapat lesi
– Bawah : Tidak terdapat varises
a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-),
fraktur (-) lokasi terpasang Gib ( - ), Traksi ( - )
45
7. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidup/Tenggerokkan
Uji ketajaman pendengaran :Tes bisik, Dengan arloji, Uji
weber : seimbang , Uji rinne : lemah, Uji swabach : sama
Uji Ketajaman Penciuman dengan menggunakan rangsang bau-bauan.
Sabun parfum dan minyak kayu putih
Pemeriksaan tenggorokan: lakukan pemeriksaan tonsil, ada nyeri telan.
8. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
o Pemeriksaan Visus Dengan Snellen's Cart : OD ... . OS
o Tanpa Snelen Cart : Ketajaman Penglihatan ( Kurang )
o Pemeriksaan lapang pandang : Normal . posisi bola mata klien simetris,
kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun
konjungtiva klien anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil mata
klien isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun fungsi penglihatan
kabur, tanda-tanda radang tidak ada, reaksi terhadap cahaya baik (+/+).
9. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
a. Menguji tingkat kesadaran dengan
GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai respon membuka mata 4
Menilai respon Verbal 5
Menilai respon motorik 5
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
(Compos Mentis)
b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( -), nyeri kepala ( + ), kaku kuduk ( -),
mual -muntah ( + ) kejang ( -) penurunan tingkat kesadaran ( -)
c. Memeriksa fungsi motorik
Ukuran otot (simetris ), atropi ( -) gerakan-gerakan yang tidak
disadari oleh klien tidak ada.
d. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : minum air hangat, kapas halus, minyak
wangi.
e. Memeriksa reflek kedalaman tendon
Reflek fisiologis : R.Bisep: adanya kontraksi otot bisep yaitu fleksi
sebagian dan gerakan pronasi R. Trisep: adanya kontraksi otot bisep yaitu
timbul gerakan ekstensi , R. Patella : adanya kontraksi otot kuadrisep
femoris yaitu ekstensi dari lutut, R. Achiles : adanya respon berupa gerakan
plantar fleksi kaki
Reflek Pathologis, R. Babinski : adanya respon berupa fleksi
plantar pada semua jari kaki
46
10. Pemeriksaan Kulit/Integument
a. Integument/Kulit
Inspeksi : Adakah lesi ( - ), Jaringan parut ( - ), warna kulit pucat
Palpasi : Tekstur (halus/ kasar ), Turgor/Kelenturan(baik/jelek ),
Struktur (keriput/tegang), Lemak subcutan ( tebal / tipis ), nyeri
tekan ( - ) bagian leher. Turgor kulit klien elastic, temperature
kulit klien hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak
ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah
pemasangan infuse baik, tekstur kulit baik, kebersihan rambut
bersih. Warna pucat yang terlihat pada pasien menunjukkan
adanya sumbatan yang ada di dalam tenggorokan sehingga
pasien terlihat pucat.
47
Nilai
No Parameter Hasil Satuan Rujukan Remarks
1 WBC/ leukosit 1,97 x10^3/Ul 4,10-11,00 Rendah
2 RBC/ eritrosit 3,39 x10^6/Ul 4,50-50,0 Rendah
HGB /
3 Hemoglobin 13,00 g/Dl 13,50-17,90 Rendah
MCT/ medium
4 chain trygliserida 30,50 % 41,00-53,00 Rendah
MCH/men
5 corpuscular Hb 89,80 Fl 80,00-100,00
MCHC/kosentrasi
6 hemoglobin 32,60 Pq 31,00-36,00
2. Terapi
a. Ondasentron 3×4 pial
b. NaCl 0,9%
c. Paracetamol 3 x 500 g
d. Vitamin B1 B6 B122X1 tablet, Vitamin C 1×1 tablet
e. Codein 6 x 10 m
48
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
1.DS : Pembengkakan Nyeri kronis
P : Pasien mengatakan nyeri pada jaringan
bagian antara leher dan pipinya yang
dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, nyeri
hilang timbul, nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk jarum
Q : Rasanya seperti di tusuk-tusuk
jarum
R : pasien mengatakan hyeri pada
bagian leher dan pipinya.
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri yang timbul hingga 10 menit.
DO :
Pasien terlihat meringis
Skala nyeri 6 dari skala 0-10
yang diberikan
Gangguan tidur
TTV
Nadi = 80x/menit
Suhu = 37oC ,
TD = 120/90 mmHg,
RR = 19x/ menit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil penulis terdapat diagnose sebagai berikut:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan pembengkakan jaringan.
2. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan gangguan status organ
sekunder metastase tumor.
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan menelan makanan.
50
C. INTERVENSI
No DX. KEP TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. Nyeri Setelah dilakukan 1. kaji nyeri 1. Informasi
memberikan
kronis tindakan keperawatan secara data dasar
berhubung selama 3x24 jam di konfrehensif untuk meng
an dengan harapkan nyeri dengan termasuk evaluasi
kebutuhan/
pembengk kriteria hasil : lokasi,
keefektivan
akan 1. Mampu karakteristik intervensi
jaringan mengotrol durasi, 2. Meningkatk
an relaksasi
nyeri(tahu frekuensi
dan memban
penyebab nyeri, kualitas dan tu memfoku
mampu factor skan kembal
menggunakan presipitasi. i perhatian
3. Memungkin
teknik 2. Observasi kan pasien
farmakologi reaksi untuk
untuk nonverbal berpartisipas
i secara aktif
mengurangi dari dan
nyeri, mencari ketidaknyam meningkatka
bantuan) anan. n rasa
control
2. Melaporkan 3. Beri analgetik
4. Kontrol
bahwa nyeri untuk nyeri
berkurang mengurangi maksimum
dengan
dengan nyeri. ( aspirin
pengaruh
menggunakan 3x1 ampul) minimum
manajemen 4. Berikan pada AKS
nyeri penyuluhan 5. Nyeri adalah
komplikasi
3. Mampu tentang sering dari
mengenali nyeri mengontrol kanker,
(skala,intensitas nyeri. meskipun
respon
dan tanda-tanda 5. Ajarkan individual
nyeri) tentang teknik berbeda.
51
4. Menyatakan nonfarmakolo Saat
perubahan
rasa nyaman gi. ( teknik penyakit
setelah nyeri relaksasi/ tarik atau
berkurang. nafas dalam, pengobatan
terjadi,
mendengarkan
penilaian
audio) dosis dan
6. Kolaborasi pemberian
akan
dengan dokter
diperlukan
jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil.
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui
tanda-tanda faktor
sensori tindakan keperawatan
dan gejala penyebab
persepsi selama 3x24 jam di disorientasi. gangguan
berhubung harapkan gangguan 2. Identifikasi persepsi
an dengan sensori persepsi dapat kebutuhan sensori yan
memenuhi Kriteria keamanan g lain
gangguan
pasien, sesuai dialami dan
status Hasil :
dengan dirasakan
organ 1. Klien terbebas
kondisi fisik pasien
sekunder dari cedera dan fungsi 2. Mengetahui
metastase 2. Klien mampu kognitif pasie perubahan
menjelaskan n dan riwayat dari hal-hal
tumor.
penyakit yang
cara/metode terdahulu merupakan
untukmencegah pasien kebiasaan
injury/cedera 3. Memberikan pasien .
penerangan 3. Lingkungan
3. Klien mampu
yang cukup yang
menjelaskan 4. Menganjurkan nyaman
factor resiko keluarga dapat
untuk membantu
dari
menemani meningkatka
lingkungan/peri pasien. n proses
52
laku personal 5. Berikan penyembuha
4. Mampumemodi penjelasan n.
pada pasien 4. agar
fikasi gaya
dan keluarga mengetahui
hidup atau perkembang
untukmencegah pengunjung an pasien
adanya setiap
injury
perubahan harinya serta
5. Menggunakan status membantu
fasilitas kesehatan dan pasien untuk
penyebab mencegah
kesehatan yang
penyakit terjadinya
ada 6. Kolaborasi cidera.
6. Mampu dengan dokter 5. agar tidak
mengenali THT dalam salah
proses persepsi
perubahan penyembuhan mengenai
status kesehatan pada pasien. kondisi
pasien.
6. untuk
membantu
dalam
proses
penyembuha
n pasien.
3. Kebutuha Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Untuk
mengetahui
n nutrisi tindakan keperawatan kemampuan tentang
kurang selama 3x24 jam di pasien untuk keadaan dan
dari harapkan kebutuhan mendapatkan kebutuhan
nutrisi
kebutuhan nutrisi terpenuhi nutrisi yang di
pasien
tubuh b/d dengan kriteria hasil : butuhkan. sehingga
ketidak 1. Adanya 2. Monitor dapat
peningkatan diberikan
mampuan jumlah nutrisi
tindakan dan
menelan berat badan dan pengaturan
makanan. sesuai dengan kandungan diet yang
kalori. adekuat.
tujuan
2. Kepatuhan
53
2. Berat badan 3 berikan terhadap
ideal sesuai diet dapat
vitamin mencegah
dengan tinggi penambah komplikasi
badan nafsu makan terjadinya
hipoglikemi
3. Mampu ke pada pasien
a/hiperglike
mengidentifikas 4. Ajarkan mia.
pasien 3. Mengetahui
i kebutuhan
seberapa
nutrisi bagaimana
besar
cara membuat keinginan
4. Tidak ada tanda
catatan pasien
tanda malnutrisi dalam
makanan
menerima
5. Menunjukan harian. makanan-
peningkatan 5. Kolaborasi makanan
fungsi dengan ahli yang
pengecapan dari terpilih.
gizi untuk 4. Mengetahui
menelan. menentukan apakah
6. Tidak terjadi jumlah kalori pasien telah
penurunan berat melaksanaka
dan nutrisi
n program
badan yang yang di diet yang
berarti butuhkan ditetapkan.
pasien. 5. Agar
kebutuhan
terpenuhi
dengan baik.
54
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/T Diagnose Implementasi Evaluasi Par
gl Keperawatan af
Jam
Senin, Nyeri 1. Mengkaji S:
14 kronis nyeri secara P : Pasien sedikit mengeluh
maret berhubunga konfrehensif nyeri
2016 n dengan termasuk Q : Rasanya seperti di tusuk-
10.00 pembengka lokasi, tusuk jarum
WIB kan karakteristik R : pasien mengatakan hyeri
jaringan durasi, pada bagian leher dan pipinya.
frekuensi S : Skala nyeri 5
kualitas dan T : Nyeri yang timbul hingga
factor 10 menit.
presipitasi.
2. Mengobserva O:
si reaksi Pasien tampak tenang
nonverbal skala nyeri 5
dari Gangguan tidur
ketidaknyama TTV
nan. Nadi= 80x/menit
Suhu = 37oC ,
3. Memberikan TD = 120/90mmHg,
analgetik
RR = 19x/ menit
(aspirin 3x1
A : Masalah teratasi sebagian
ampul) untuk
pada nyeri
mengurangi
P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3
nyeri.
4. Memberikan
penyuluhan
kesehatan
tentang
mengontrol
55
nyeri
5. Mengajarkan
tentang
teknik
nonfarmakolo
gi. ( teknik
relaksasi/tarik
nafas dalam
dan
mendengarka
n audio)
6. Mengkolabor
asi dengan
dokter jika
ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil.
Senin, Gangguan 1. Mengobserva S : Pasien mengatakan
si tanda-
14 sensori pandangan sedikit kabur dan
tanda dan
maret persepsi gejala hidung tersumbat
2016 berhubunga disorientasi. DO :
10.00 n dengan 2. Mengidentifi Flu biasa
WIB kasi Sulit bernafas (RR:19
gangguan
kebutuhan
status organ x/menit)
keamanan
sekunder pasien, sesuai Disorientasi
metastase dengan Perubahan persepsi
tumor. kondisi fisik A : Masalah belum teratasi
dan fungsi
pada gangguan sensori
kognitif pasi
persepsi
en dan
riwayat P : Lanjutkan intervensi 1,2,3
penyakit
56
terdahulu
pasien
3. Memberikan
penerangan
yang cukup
4. Menganjurka
n keluarga
untuk
menemani
pasien.
5. Memberikan
penjelasan
pada pasien
dan keluarga
atau
pengunjung
adanya
perubahan
status
kesehatan
dan penyebab
penyakit
6. Mengkolabor
asi dengan
dokter THT
dalam proses
penyembuhan
pada pasien
Senin, Kebutuhan 1. Mengkaji S : Pasien masih mengeluh
14 nutrisi kemampuan susah menelan dan tidak
maret kurang dari pasien untuk nafsu makan
2016 kebutuhan mendapatkan O:
11.00 tubuh b/d nutrisi yang Pasien hanya mampu
WIB ketidak di butuhkan. menghabiskan 1/3
mampuan 2. Memonitorin porsi makanan setiap
menelan g jumlah kali makan
57
makanan. nutrisi dan Pasien terlihat kurus
kandungan Muntah(+) 1 kali
kalori. BB: 50 kg
3 Memberikan (sebelumnya 60 kg)
vitamin Ketidak mampuan
penambah memakan makanan
nafsu makan Kelemahan otot untuk
ke pada menelan
pasien A : Masalah sebagian teratasi
4.Mengajarkan pada kebutuhan nutrisi
pasien pasien
bagaimana P : Lanjutkan intervensi 1,2,3
cara
membuat
catatan
makanan
harian.
5. Mengolabora
si dengan
ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi
yang di
butuhkan
pasien.
58
IMPLEMENTASI HARI KE 2
61
IMPLEMENTASI HARI KE 3
64
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Carsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari
epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Yang
disebabkan oleh Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab
utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap
tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.
Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk
mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak,
merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga
menimbulkan Ca Nasofaring. Pada tahap evaluasi pada diagnosa prioritas perawat
telah melaksanakan sesuai dengan intervensi namun tujuan belum tercapai
masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan namun pada diagnosa
ansietas perawat telah melaksanakannya juga berdasarkan pada intervensi yang te
lah diencanakan dan tujan tercapai masalah teratasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Pada Perawat
Agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Ca Nasofaring dan meningkatkan pengetahuan dengan membaca
buku dan mengikuti seminar serta menindak lanjuti masalah yang belum terata
si.
2. Pada Mahasiswa
Diharapkan dapat melaksanakan tehknik komunikasi terapeutik dan melakukan
pengkajian agar kualitas pengumpulan data dapat lebih baik sehingga dapat me
laksanakan Asuhan Keperawatan dengan baik.
3. Pada Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dapat melaksanakan anjuran dan penatalaksanaan pengobata
n dan diit yang telah diinstruksikan leh perawat dan dokter
65
DAFTAR PUSTAKA
66
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
67
F. Media
Laptop
G. Pengorganisasian
Penyuluh :
Kegiatan Penyuluhan
68
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
MANAGEMENT NYERI
A. Pengertian
Nyeri adalah sensasi apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya atau
nyeri adalah perasaan spesifik seseorang yang diinformasikan oleh mekanisme
pertahanan organisasi tubuh terhadap suatu lesi (kerusakan jaringan).
B. Penyebab
Adanya gangguan jaringan tubuh sehingga jaringan tubuh tidak bisa
berfungsi secara normal. Seperti : Pasien dengan Vulnus laceratum
C. Macam-Macam Nyeri
1. Nyeri akut
Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai nyeri yang disebabkan karena
suatu cidera,prosedur pembedahan, proses penyakit atau fungsi abnormal otot dan
visera.
2. Nyeri kronik
Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang menetap melebihi rentang
waktu suatu proses akut atau melebihi kurun waktu normal tercapainya suatu
penyembuhan; periodenya dapat bervariasi dari 1 hingga 6 bulan
D. Tehnik Pengobatan
Pada prinsipnya, rasa nyeri bisa diobati dengan tiga cara yaitu:
1. Menghiiangkan Penyebab Nyeri
Nyeri akibat peradangan yang timbul karena bakteri ataupun infeksi
Vulnus laceratum dapat dihilangkan dengan mengobati atau melenyapkan faktor
penyebabnya, yakni dengan pemberian obat guna membunuh kuman/bakteri.
Agar tidak berkembang biak pada luka Vulnus laceratum.
2. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
69
Nyeri juga dapat ditekan dengan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit. Atau luka Vulnus laceratum Ini dapat dilakukan dengan pemberian
terapi. Misalnya, terapi media, tehnik Relaksasi (nafas dalam).
3. Memotong Jalur Transmisi Nyeri
Pada dasarnya segala bentuk pengobatan terhadap nyeri adalah dengan
melakukan blokade syaraf sensorik. Ini dapat dilakukan dengan pemberian obat-
obatan yang sifatnya menekan fungsi nociceptor (saraf nyeri).
E. Cara Menghilangkan
1. Bernapas pelan dan dalam
Cara mudah untuk mengatasi nyeri akut seperti akibat dari vunus
laceratum, yakni pernapasan yang pelan dan dalam. Cara ini cukup efektif bahkan
untuk nyeri yang lebih berat, seperti yang sering dilakukan para wanita saat
melahirkan.
70
Saat merasakan nyeri pada luka Vulnus mulai timbul , katakan dan
yakinkan diri sendiri bahwa sakitnya hanya sebentar. Alihkan perhatian apabila
melihat pasien lainnya tampak kesakitan, atau anggap saja orang itu berlebihan.
Cara ini sangat efektif, dan telah dibuktikan dalam penelitian Robert C. Coghill,
PhD. dari Wake Forest University.
71
RESUME KEGIATAN
PENDIDIKAN KESEHATAN
72