Dosen Pengempu :
Disusun Oleh :
NAMA : HASANUDIN
NIM : 182101141
A. LATAR BELAKANG
Sekolah merupakan ujung tombak dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan, yakni
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Agar tujuan tersebut dapat dicapai, dibutuhkan perhatian besar kepada peserta didik terutama menyangkut
masalah kecerdasannya. Sayang sekali, sistem pendidikan di Indonesia tidak memberikan ruang yang luas
bagi perkembangan peserta didik. Masih diberlakukannya UN menunjukkan bahwa ranah kognitif atau
kecerdasan intelektual masih diprioritaskan dalam pendidikan nasional dibandingkan kecerdasan lain.
Barang kali pemerintah lupa jika tidak ingin dikatakan tidak tahu- bahwa ada peserta didik lain yang
mahir di bidang olahraga, ada yang mampu memainkan alat musik dengan bagus, ada pula yang mampu
menciptakan seni visual yang indah. Beberapa peserta didik bahkan mampu menghasilkan puisi dan cerita
yang menarik dengan tingkat imajinasinya yang tinggi. Pertanyaan kemudian adalah, di antara peserta didik
yang disebut Setiap individu memiliki keunikan dan mampu menawarkan kontribusi yang berharga bagi
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan setiap manusia dikaruniai kecerdasan yang beragam (multiple
intelligence) yang perkembangannya tergantung dari masing-masing individu. kan di atas, siapa sesungguhnya
yang paling cerdas?
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kecerdasan
2. Apakah jenis- jenis kecerdasan
3. Apakah perbedaan antara kecerdasan dan kesulitan belajar
4. Bagaimana aplikasi kecerdasan pada pembelajaran mutakhir
C. TUJUAN
Setelah mempelajari kecerdasan majemuk, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian kecerdasan;
2. Menjelaskan jenis - jenis kecerdasan;
3. Menjelaskan kecerdasan dan kesulitan belajar;
4. Mengembangkan keterampilan aplikasi kecerdasan pada pembelajaran mutakhir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan
Pandangan Howard Gardner dituangkan dalam buku Frames of Mind: The theory of multiple
intelligences (1983). Dalam buku tersebut Gardner membahas teori multiple intelligences yang
mengemukakan tujuh kecerdasan dasar pada diri manusia yang sangat bermanfaat dalam kehidupan (Gage &
[1]
Berliner, 1991; Amstrong, 1994; Brualdi, 1996). Namun demikian pada tahun 1999, Howard Gardner
mengembangkan teorinya dan menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan natural yang belum di
sebutkan sebelumnya, sehingga teori kecerdasan majemuk menjadi 8 jenis kecerdasan (Christison dan
Kennedy, 1999). Ada kemungkinan jumlah jenis kecerdasan ini terus bertambah jumlahnya karena Howard
Gardner terus mengeksplorasi kemungkinan adanya tambahan jenis kecerdasan lain (Gardner, 1999).
Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu produk yang bermanfaat
bagi kehidupan (Amstrong, 1994; McGrath & Noble, 1996). Kebanyakan orang mengenalnya sebagai
prediksi kesuksesan di sekolah—bakat bersekolah. Sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai
keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupan.
8. Naturalis
2) Kecerdasan logis-matematis
Kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara baik. Kecerdasan logis-
matematis mencakup: perhitungan matematis; berfikir logis; pemecahan masalah; pertimbangan deduktif dan
induktif; ketajaman akan pola-pola dan hubungan.
Karakteristik:
Gemar bereksperimen; pandai mengkategorikan sesuatu; melakukan pengukuran-pengukuran; menganalisa;
kuantifikasi; menuntut bukti konkrit dan empiris; memberikan penjelasan logis (terkait linguistik); dapat
mengkonstruksikan solusi sebelum diartikulasikan;
Tanda-tanda kesulitan:
Sulit menguasai konsep yang bersifat kuantitatif dan hubungan sebab-akibat; sulit menangkap simbol dan
konsep abstrak; kurang terampil memecahkan masalah secara logis; sulit memahami pola-pola dan hubungan;
tidak mampu mengajukan dan menguji hipotesis; tidak tertarik pada bahan informasi angka dan grafik; kurang
tertarik pada operasi kompleks yang melibatkan angka dan komputer; tidak tertarik pada bidang-bidang yang
akrab dengan operasi angka dan pengembangan wawasan baru.
[2] Gardner, H., & Hatch, T.; Hatch (1989). "Multiple intelligences go to school: Educational implications of the theory of multiple intelligences"
Upaya menstimulasi:
Menyelesaikan puzzle sebagai cara melatih menyelesaikan masalah; mengenalkan bentuk geometri;
memperkenalkan bilangan sajak berirama dan lagu; eksplorasi; pikiran melalui diskusi dan olah pikir;
pengenalan pola; eksperimen di alam; memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika;
menggambar dan membaca; memperkenalkan kerja perancangan; melatih membuat perancangan;
menggunakan pendekatan proyek dalam pembelajaran;
Lakukan permainan logis-matematis (Go, Clue, domino) dengan teman atau keluarga.
Pelajari cara menggunakan sempoa.
Siapkan kalkulator untuk menghitung soal matematika yang Anda hadapi dalam hidup sehari-hari.
3) Kecerdasan visual-spasial
Kemampuan berpikir secara visual, imajinatif dan kreatif, khususnya terhadap objek tiga dimensi.
Karakteristik
Tanpa sadar sering mencorat-coret kertas ketika merasa jenuh dan senang melihat film, slide, atau foto.Senang
bermain dengan bentuk dan ruang (rancang bangun) seperti puzzle dan balok ; Lebih mudah membaca gambar
atau peta daripada teks ; Mampu memperkirakan jarak dengan baik ; Senang membandingkan benda;
Mempunyai perhatian yang tinggi terhadap detail; Suka melamun; Suka pada kegiatan seni.
Upaya menstimulasi
Sering mengajak anak bepergian dan minta mereka untuk memperhatikan lokasi sebuah tempat, letak toko,
dan lain-lain.
Minta anak menceritakan bagaimana cara mencapai suatu tempat (misalnya ke rumah nenek).
Perbanyak kegiatan menggambar, mulai dari gambar dua dimensi, lalu tingkatkan ke tiga dimensi.
Sediakan juga fasilitas yang akan dibutuhkan anak untuk kegiatan menggambar ini.
Perkenalkan anak dengan alat-alat bantu belajar berupa tiga dimensi, misalnya anatomi tubuh atau
kerangka binatang.
Kenalkan juga anak pada beberapa nama bangunan/bentuk, warna, dan arah.
Lakukan permainan-permainan yang akan mengasah kecerdasan ini, misalnya :
a. Bermain warna. Memperkenalkan anak pada warna-warna tertentu dan mencampur berbagai warna
untuk mendapatkan warna baru.
b. Permainan semacam rubik, juga dapat membantu meningkatkan kecerdasan visual-spasial, selain itu
juga dapat mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak.
c. Kegiatan mencari jejak kelompok, selain meningkatkan visual spasial, juga bisa meningkatkan
beberapa kecerdasan lain seperti kecerdasan naturalis, kecerdasan logika matematika dan
interpersonal.
4) Kecerdasan kinestetik
Kemampuan menggunakan badan untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan dan menyelesaikan
problem (Amstrong, 1994; Gardner, 1993; Lazear, 1991). Kemampuan untuk menggerakkan objek dan
mengembangkan keterampilan motorik yang halus. Kecerdasan ini mencakup: keseimbangan; kelenturan;
kegesitan; ketangkasan; kontrol; keanggunan; dan ketahanan dalam gerak tubuh. [3]
Karakteristik
Menurut Permendiknas No. 58 tahun 2006, pada anak usia 5-6 tahun kecerdasan kinestetik terdeteksi melalui
indikator sebagai berikut :
Mengekspresikan berbagai gerakan kepala, tangan/kaki sesuai dengan irama musik/ritmik dan lentur
Senam fantasi bentuk meniru misal : mnirukan berbagai gerakan hewan, menirukan gerakan tanaman
yang terkena angin dengan lincah
Mendemonstrasikan kemampuan motorik kasar seperti melompat dan berlari dengan berbagai variasi
Bergerak bebas dengan irama musik
Menari, menari dapat melatih dan meningkatkan keseimbangan, keselarasan gerak tubuh, kekuatan
dan kelenturan otot.
Bermain peran atau drama, melalui kegiatan bermain peran kecerdasan kinestetik anak juga dapat
berkembang, karena kegiatan ini menuntut anak untuk menggunakan tubuhnya sesuai dengan
perannya, bagaimana anak berekspresi, termasuk juga gerakan tangan.
Olaraga, berbagai kegiatan olahraga seperti berenang, sepak bola, tenis, bulu tangkis, ataupun senam
dapat meningkatkan kesehatan dan gerak olah tubuh anak, artinya olahraga dapat mengembangkan
kecerdasan kinestetik anak.
Latihan ketrampilan fisik, latihan ketrampilan fisik (seperti berlari, melompat, meloncat dan
berguling), pada anak salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan senam irama. Misalnya, aktivitas
mengayunkan lengan, membungkuk dan berlari dengan variasi. Aktivitas ini dapat dilakukan saat anak
berusia 5-6 tahun. Melalui aktivitas ini akan melatih kekuatan otot dan keseimbangan anak.
[3] Gardner, Howard (May 1984). "Heteroglossia: A Global Perspective". Interdisciplinary Journal of Theory of Postpedagogical Studies.
5) Kecerdasan musik
Stimulasi kecerdasan ini berpengaruh besar terhadap aspek kecerdasan lainnya, terutama logis,
linguistik dan spasial (khusus dari musik klasik). [4]
Karakteristik:
Suka mendengerjan musik kapan saja dan di mana saja ; Dia suka mengoleksi CD atau kaset musik ; Dia
juga suka bersenandung lagu di mana saja dan kapan saja, atau ; Dia bahkan bisa memainkan satu atau
beberapa alat musik ; Dia bisa dengan mudah membedakan bunyi berbagai alat musik dalam suatu lagu ;
Dia suka menonton konser musik atau film musikal ; Dia mengidolakan pemain musik atau penyanyi
Kecenderungan lain
Suka menyanyi dan memutar lagu-lagu; suka melakukan gerak berirama; suka melakukan kegiatan diiringi
musik; menggambar dengan musik; suka memanipulasi komposisi musik; mencoba-coba membuat alat musik.
Upaya menstimulasi:
Menyanyikan atau memutarkan lagu-lagu; latihan mengenal ritme; belajar bersenandung; melakukan gerak
berirama; latihan lagu dan aksi (operet); mendengarkan musik bersama; menggambar dengan musik; aplikasi
teknologi musik; membuat alat musik.
6) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain
secara efektif.
Karakteristik:
Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain; pandai menjalin hubungan sosial; mampu mengetahui dan
menggunakan berbagai cara saat berinteraksi; mampu merasakan perasaan, pikiran dan tingkah laku serta
harapan orang lain; mampu bekerjasama dengan orang lain; pandai mempengaruhi orang lain; mau menerima
dan memanfaatkan balikan orang lain.
Kecenderungan lain
Biasanya lebih menonjol dan terpilih menjadi pemimpin kelompok; menikmati suasana kebersamaan; tertarik
pada perbedaan budaya dan kegiatan sosial; gemar humor saat berkomunikasi.
Upaya menstimulasi:
Mengembangkan dukungan kelompok (group supportive); menetapkan aturan tingkah laku yang mendukung;
memberikan kesempatan bertanggung jawab; bersama-sama menyelesaikan konflik; melakukan kegiatan
sosial di lingkungan sekitar; menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman budaya dan adat istiadat;
mengajak bermain talking stick.
Robert Bolton membagi komunikasi antarpribadi dalam 4 hal yakni: keterampilan mendengarkan,
menegaskan, menyelesaikan konflik, dan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah.
[4] Howard Gardner's Multiple Intelligence Theory". PBS. Archived from the originalon 1 November 2012. Retrieved 9 December 2012.
7) Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri
dan menggunakannya dalam mengarahkan kehidupan sendiri.
Karakteristik:
Memiliki kepekaan perasaan dan situasi yang tengah berlangsung; memahami diri dan memiliki citra diri yang
positif; mampu berinstrospeksi; mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik; mengetahui apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan dalam lingkungan sosial; tahu kepada siapa harus minta bantuan saat memerlukan.
Ciri-ciri lain
Umumnya memiliki etika yang baik; terkadang tampak pemalu dan pendiam di lingkungan sosial; mampu
menemukan cara untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya secara tepat; mampu mengungkapkan
diri dengan baik; memiliki motivasi untuk mencapai yang diinginkan; kerap penasaran akan makna hidup,
relevansi dan tujuan sesuatu; sering membuat catatan dan gambar mengenai perasaannya; mencari dan
berusaha memahami pengalaman batinnya; memiliki tanggung jawab kemanusiaan; kadang lebih suka bekerja
sendiri (bukan berarti antisosial); merasa bebas untuk berkreasi.
Upaya menstimulasi
Mengembangkan program 4A atau P3K dalam pembimbingan (attention/perhatian; acceptance/penerimaan;
appreciation/penghargaan; affection/kasih sayang);
8) Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali dan mengklasifikasikan tanaman, batu-batuan,
binatang, dan artefak atau simbol-simbol budaya. Kecerdasan naturalis berkenaan dengan kemampuan
mengamati dan merasakan bentuk-bentuk dan menghubungkan elemen-elemen yang ada di alam.
Karakteristik:
Memiliki ketertarikan yang besar pada dunia luar, sangat berminat pada lingkungan, bumi, dan spesies; gemar
mengumpulkan benda-benda alam; pandai menandai kesamaan dan perbedaan yang ada di sekitar, mengingat
dan menandai kekhasan suatu benda, tumbuhan atau binatang; selalu ingin mengetahui detail benda dan
makhluk di sekitar.
Kecenderungan lain
Lebih menyukai bermain di luar rumah; suka menyendiri dan mengamati benda-benda atau makhluk di
sekitar; suka memandangi benda-benda angkasa, dan perubahan alam; tidak takut dengan binatang yang
umumnya dipandang menjijikkan; menikmati benda, cerita, dan tontonan tentang fenomena alam; serta
menikmati dan gemar berkemah, hiking dan sejenisnya.
Upaya menstimulasi
Menyediakan atau bahkan mengajak membuat diorama mini untuk serangga, bebatuan dll; menyediakan atau
mengunjungi tempat-tempat pemeliharaan binatang, tanaman, dan koleksi benda-benda alam; berpetualang di
hutan; koleksi perangko gambar tumbuhan dan binatang; sediakan gambar, cerita, dan film tentang kehidupan
alam; pengamatan terhadap tumbuhan tanpa tanah; penambahan pengetahuan tentang alam, seperti:
pengenalan jenis, penjelasan asal mula makhluk, mengantisipasi bahaya alam; rancangan bahan belajar
mengenai kehidupan alam; pemberian kesempatan mengeksplorasi isi alam.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru berkaitan dengan kecerdasan majemuk. Prinsip-
prinsip tersebut menurut Amstrong (1994) sebagai berikut:
1. Setiap individu memiliki semua jenis kecerdasan
Teori kecerdasan majemuk mengemukakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan dari kedelapan
inteligensi. Kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi sacara bersama-sama pada setiap orang secara unik.
2. Kebanyakan individu dapat mengembangkan setiap jenis kecerdasan pada tingkat kemampuan yang
memadai.
3. Setiap kecerdasan biasanya bekerja bersama secara kompleks
Dalam berfungsinya, kecerdasan berinteraksi antara satu kecerdasan dengan kecerdasan yang lain dalam
kehidupan individu.
[5] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/09/16/spices-pembelajaran-mutakhir-dan-inovatif/.
BAB IV
PENUTUP
Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu produk yang bermanfaat
bagi kehidupan (Amstrong, 1994; McGrath & Noble, 1996). Sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai
keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupan—kecerdasan majemuk/ganda.
Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam
yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik,
logis-matematis, visual-spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.
Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam
yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik,
logis-matematis, visual-spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.
Prinsip-prinsip kecerdasan majemuk sebagaimana dikemukakan oleh Amstrong (1994) adalah sebagai
berikut:
1. Setiap individu memiliki semua jenis kecerdasan
2. Setiap kecerdasan biasanya bekerja bersama secara kompleks
Teori kecerdasan majemuk menyajikan suatu model yang memaknai semua ketidakmampuan belajar
yang dialami seseorang.
1. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk
Untuk merancang pembelajaran yang memuat kecerdasan majemuk dapat mengikuti tahap-tahap
(Amstrong, 1994) sebagai berikut:
a. Penetapan suatu sasaran belajar atau topik yang spesifik
b. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan pokok berkaitan dengan kecerdasan majemuk
c. Pembuatan pertimbangan berbagai kemungkinan
d. Curah Pendapat
e. Pemilihan aktivitas yang layak
f. Penetapan rencana pembelajaran
g. Implementasi rencana pembelajaran
2. Pengembangan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk memberikan kesempatan kepada para guru mengembangkan strategi
pembelajaran yang relatif baru dalam kegiatan pembelajaran. Di antara beberapa strategi pembelajaran pokok
untuk setiap kecerdasan adalah sebagai berikut.
3. Pengembangan penilaian (asesmen) berbasis kecerdasan majemuk
Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan bagi setiap siswa mengembangkan semua jenis kecerdasannya berdasarkan kelemahan dan
kekuatannya.
Dalam keseluruhan sistem pembelajaran mutakhir (Contextual Teaching- learning), asesmen otentik
memusatkan pada tujuan, meliputi hands-on learning, menghendaki pembuatan pola kerjasama dan
kolaborasi, dan penggunaan higher order thinking.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, T, 1999. Seven Kinds of Smart: Alih bahasa T. Hermaya (2002). Jakarta:
Gramedia
Brualdi, A.C. 1996. Mutiple intelligences: Gardner’s theory. Washington DC: ERIC
Clearinghouse and Evaluation.
Christison, M.A. dan Kennedy, D. 1999. Multiple intelligences: Theory in adult ESL. Washington DC:
National Clearinghouse for ESL Literacy Education.
Gage, N. L. & Berliner, D. C. 1991. Educational Psychology. Boston;
Hougton Mifflin.