Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
NAMA : ANISAHRIN
NPM : 1532121519
KELAS : C3
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2016/2017
1. Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan
falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh
aktivitasnya sedangkan bank kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi
perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank
syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan
adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan
demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah
diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana
berarti sistem bunga berbunga atau compound interest dalam semua prosesnya bisa
mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak seperti efek bola salju pada
cerita di awal artikel ini. Sangat menguntungkan saya tapi berakibat fatal untuk banknya.
Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan keuntungan besar disuatu pihak namun
kerugian besar dipihak lain, atau malah ke dua-duanya.
Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan penyalur dana
nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang terkumpul dengan
cara titipan atau investasi tadi kemudian, dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam
traksaksi perniagaan yang diperbolehkan pada sistem syariah. Hasil keuntungan dari
pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang akan
dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha semakin tingi maka semakin besar pula
keuntungan yang dibagikan bank kepada dan nasabahnya. Namun jika keuntungannya
kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya.
Jadi konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank di investasikan
terlebih dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan
simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut di
salurkan ke dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya.
Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang diterima
nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Semakin besar keuntungan
bank syariah semakin besar pula keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan bank
konvensional, keuntungan banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli
berapapun jumlah keuntungan bank konvesional, nasabah hanya dibayar sejumlah
prosentase dari dana yang disimpannya saja.
4. Struktur Organisasi
Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas
Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktifitas bank agar selalu sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah, DSN
dapat memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang. DSN juga
dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang memiliki otoritas seperti Bank
Indonesia dan Departemen Keuangan untuk memberikan sangsi.
Jika bank konvensional membayar bunga kepada nasabahnya, maka bank syariah
membayar bagi hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan bagi hasil ini
ditetapkan dengan suatu angka ratio bagi hasil atau nisbah. Nisbah antara bank dengan
nasabahnya ditentukan di awal, misalnya ditentukan porsi masing-masing pihak 60:40,
yang berarti atas hasil usaha yang diperolah akan didisitribusikan sebesar 60% bagi
nasabah dan 40% bagi bank. Angka nisbah ini dengan mudah Anda dapatkan
informasinya dengan bertanya ke customer service atau datang langsung dan melihat
papan display “ Perhitugan dan Distribusi Bagi Hasil” yang ada di cabang bank syariah.
Bank Syariah
1. Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah Allah
SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya harus sesuai
ajaran Islam
2. Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta
nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam
3. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelolaan
pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah
sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank
4. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan,
prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola
Bank dan Nasabah atas jalannya usaha bank syariah
5. Prinsip bagi hasil:
Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman
pada kemungkinan untung dan rugi
Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan
Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil
Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak
mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah
pihak
Perbedaan selanjutnya dari struktur organisasi yang sangat baik yang dilihat dari stiruktur
pengamananya yaitu DPS ( dewan pengawas syariah) yang bertugas sbg pengawasan
operasional bank dan produk-roduknya agar sesuai garis syarah…Kemudian pada
lingkungan disekitar bank syariah yang bernuasa islami. disini ketika kita datang nanti di
bank syariah akan disambut mulai dari cara pakaian, bertingkah laku dari pada
karyawannya. Mekanismenya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
1. Al-Wadi’ah (Simpanan/titipan)
Yaitu suatu titipan dari pihak satu pihak ke pihak yang lain yang harus dipelihara dan
dapat diambil sewaktu-waktu jika penitip menginginkannya. Penerima simpanan disebut
yad al amanah / tangan amanah yang tidak bertanggung jawab terhadap barang titipan
apabila terjadi kerusakan pada barang titipan tsb selama bukan karena kelalaian penerima
simpanan. Dengan demikian tata cara titipan melibatkan nasabah (orang yang
menitipkan), pihak yang dititipi (bank syariah) dan barang titipan (dana nasabah)
2. Mudharaban (Investasi)
yaitu suatu bentuk perniagaan antara nasabah (pemilik dana) dengan Bank (pengelola
dana) untuk melakukan usaha dengan keuntungan dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan kedua pihak. Dengan demikian cara investasi ini melibatkan pemilik modal
(nasabah), pengelola modal (bank syariah) dan modal (dana) yang jelas jumlahnya,
jangka waktu pengelolaan modal dan jenis pekerjaan/proyek yang dibiayai dan nisbah
keuntungan.
Dalam penggunaan uang titipan harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik uang
tsb dan pengguna uang tsb harus menjamin akan mengembalikan uang tsb secara utuh
Pada saat itu, prinsip yad al-amanah akan berubah menjadi yad adh-dhamanah (tangan
penanggung). Oleh karena itu pihak bank akan menerima segala keuntungan sekaligus
menerima resiko kerugian yang ditanggung oleh pihak bank itu sendiri.
Pihak bank akan memberikan suatu pelayanan terhadap pemilik dana yaitu menjamin
keamanan uangnya dan memberikan bonus atau insentif berupa nisbah (bagi hasil) untuk
giro wadi’ah. Akan tetapi besar nominal dan persentase tidak ada perjanjian sebelumnya
sehingga hal ini tergantung pada kebijakan bank.
Biasanya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan (mudharib) sebesar 30% ,
nisbah untuk tabungan 40% : 60% dan nisbah untuk deposito 45% : 55%
Tuan Ahmad memiliki rekening giro wadi’ah di bank syariah D dengan saldo rata-rata
pada bulan Juli 2010 sebesar Rp. 2.000.000,00. Bonus yang diberikan bank syariah D
untuk saldo rata-rata minimal Rp. 500.000,00 adalah 30%. Diasumsikan total dana giro
wadi’ah di bank tsb adalah Rp. 500.000.000,00. Pendapatan bank dari penggunaan giro
wadi’ah sebesar Rp. 10.000.000,00. Berapa bonus yang diterima oleh Tuan Ahmad pada
akhir bulan Juli 2010 ?
Jawab :
= (saldo rata-rata Tn. Ahmad X Keuntungan Bank X 30%) : Total Dana Giro Wadi’ah
= Rp 12.000,00
Berarti bonus yang diterima Tn. Ahmad pada akhir bulan Juli 2010 sebesar Rp. 12.000,00
Jawab :
= (Saldo rata-rata Ibu Ratnaningsih X Keuntungan Bank Syariah X 60%) : Saldo rata-rata
bank syariah D
= Rp. 36.000,00
Berarti keuntungan Ibu Ratnaningsih yang diperoleh selama bulan tsb sebesar Rp.
36.000,00
Tn. Arif memiliki deposito mudharabah sebesar Rp. 20.000.000,00 dengan jangka waktu
1 bulan di bank syariah Z. Nisbah antara bank syariah dengan nasabah adalah 45% :
55% . Saldo rata-rata deposito per bulan di bank syariah Z sebesar Rp.
10.000.000.000,00. Kemudian pendapatan yang dibagihasilkan bank syariah Z adalah Rp.
500.000.000,00. Berapa keuntungan Tn. Arif dari nisbah yang telah ditentukan ?
Jawab :
Keuntungan Nasabah
= (Deposito Tn. Arif X Pendapatan Bank Syariah X 55%) : Saldo rata-rata deposito di
bank syariah
= Rp. 550.000,00
Berarti keuntungan Tn. Arif dari deposito berjangka 1 bulan sebesar Rp. 550.000,00
Bank Konvensional
1. Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah memperoleh
imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang
saham adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga
simpanan dan suku bunga pinjaman (mengoptimalkan interest difference). Dilain
pihak kepentingan pemakai dana (debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang
rendah (biaya murah). Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga
pihak tersebut terjadi antagonisme yang sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank
konvensional berfungsi sebagai lembaga perantara saja
2. Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola
Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang
bertolak belakang
3. Sistem bunga:
Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu
untung untuk pihak Bank
Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat
ganda saat keadaan ekonomi sedang baik
Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama
Islam
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang