Anda di halaman 1dari 1

Dakwah Dulu Atau Memperbaiki Diri Dulu ?

Pertanyaan yang kujadikan judul di atas cukup menarik bagiku. Dari serangkaian inspirasi
yang disampaikan oleh Oki Setiana Dewi pada Mega Seminar, Minggu, 19 Mei 2013 di BPU
UPI, pertanyaan “Dakwah dulu atau memperbaiki diri dulu?” benar-benar mengusikku. Ini
pertanyaan sederhana, yang bisa jadi memiliki berbagai macam jawaban dengan berbagai
macam pembenaran.

“Ya memperbaiki diri dulu lah, masa kita menyampaikan apa yang tidak kita lakukan?”

“Iya betul itu, kan kabura maqtan indallahi an taquulu maa laa taf’aluun.”

“Orang yang banyak ngomong tapi nggak action ya sama aja munafik. jadi ya memperbaiki
dulu lah.”

Sah-sah saja jawaban di atas. Memang benar adanya. Tapi jangan sampai kita fokus
memperbaiki diri sendiri tapi lupa mendakwahkannya. Kalau kata salah seorang sahabat, “itu
namanya mau soleh sendirian”. Yang lebih parah, kita nggak mau berdakwah dengan alasan
mau memperbaiki diri dulu tapi nggak punya indikasi kapan diri kita sudah bisa disebut baik
untuk berdakwah. Nah lho? Dulu, Himsa juga begitu. Hehe. Himsa takut hidup di area
dakwah, lebih tepatnya takut tidak bisa menjalankan apa yang disampaikan. (Tapi nyemplung
juga di lembaga dakwah kampus, haha). Alhamdulillah, suatu keadaan ‘memaksa’ku untuk
mengemban amanah dakwah. Perlahan-lahan, sebagaimana saya tulis dalam tulisan sebelum
ini, amanah dakwah menjadi pengingat dan nasihat terbaik supaya kita terus memperbaiki
diri.

Menurut Teh Oki, dakwah dan memperbaiki diri adalah sesuatu yang simultan dan tak bisa
dipisahkan. Ketika kita sudah memilih untuk berjuang di jalan dakwah, maka memperbaiki
diri adalah suatu keniscayaan. Mengapa? Karena orang yang paham dakwah tidak akan
mengatakan apa yang tidak dilakukannya. Ia akan menyampaikan kebenaran sembari
menasihati dan terus memperbaiki diri. Lebih lanjut Teh Oki menambahkan bahwa dakwah
itu luas. Dakwah bukan sebatas membacakan dalil ini itu kepada orang banyak. Dakwah
adalah menyeru kepada kebaikan yang diajarkan-Nya. Dan dakwah bisa dilakukan dari hal
simpel sekalipun, seperti sekadar me-retweet sebuah nasihat baik.

Jawaban Teh Oki kemudian membuatku menemukan sebuah jawaban. Dakwah dulu atau
memperbaiki diri dulu? Maka, menurut saya, dakwah saja dulu. Karena ketika kita memilih
berdakwah artinya kita juga sedang memilih untuk memperbaiki diri. Sementara jika kita
terlalu fokus untuk memperbaiki diri—yang lebih sering tidak tahu kapan jadi baiknya—kita
lebih banyak melupakan pentingnya berdakwah. Maka, sampaikanlah. Sembari
menyampaikan, kita lakukan juga. Sembari menyampaikan, diri kita memiliki pengingat.
Sembari menyampaikan, kita berbagi ilmu yang kita dapatkan. Karena ilmu pun perlu
oksigen agar bernafas, maka bebaskanlah dan sebarkanlah ia.

Anda mungkin juga menyukai