Anda di halaman 1dari 17

12

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Kehamilan Postdate/Postterm


Kehamilan postdate adalah kehamilan lewat bulan/kehamilan melebihi
Taksiran Tanggal Persalin (TTP) yaitu dengan usia kehamilan ≥ 40 minggu.
Definisi Internasional dari kehamilan memanjang/lebih bulan oleh American
College of Obstectricians and Gynecologists tahun 2004 adalah kehamilan
posterm atau kehamilan serotinus, prolonged pregnancy, extended pregnancy,
postdate/post datisme atau pascamaturitas, yaitu kehamilan lewat waktu lebih
dari 42 minggu (294 hari). Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau
280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan
antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi
persalinan normal. 1,2
Istilah lebih bulan, memanjang, lewat waktu (postdates) dan postmatur
sering dipakai bergantian secara bebas untuk mendeskripsikan kehamilan yang
telah melebihi durasi yang dianggap diatas batas normal2.
Dalam menentukan taksiran persalinan, harus menentukan terlebih dahulu
hari pertama haid terakhir (HPHT) ibu. Taksiran persalinan dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus Naegele yaitu, (tanggal +7 / bulan -3 / tahun +1)
untuk HPHT antara bulan April - Desember dan (tanggal +7 / bulan +9 / tahun
tetap) untuk HPHT bulan Januari, Februari dan Maret. 1
3.2. Epidemiologi Kehamilan Postdate/Postterm
Angka kejadian postterm pada beberapa peneliti sangat bervariasi antara 5,2
% sampai 15,50 % dari kehamilan. Perbedaan angka kejadian tergantung dari
tidak jelasnya HPHT dan teratur atau tidaknya siklus haid dan parameter lain
yang digunakan untuk menentukan umur kehamilan. Menurut Eastmen, jika
dipakai batas umur kehamilan 43 minggu angka kejadian postterm hanya 4%
saja, sedangkan jika dipakai batas umur kehamilan 42 minggu maka angka
kejadian postterm sebesar 12%. Tapi mengingat resiko yang dihadapi janin dan
ibu, maka batasan umur kehamilan yang digunakan adalah 42 minggu atau lebih.
Untuk itu penderita perlu dirawat karena termasuk kehamilan resiko tinggi. 4
13

Dengan adanya ultrasonografi maka angka kejadian postterm dari 7,5%


berdasarkan HPHT turun menjadi 2,6%. Berdasarkan pemeriksaan
ultrasonografi secara dini (pada umur kehamilan 12-18 minggu) dan HPHT
turun menjadi 1,1%. 5
3.3. Etiologi Kehamilan Postdate/Postterm
Penyebab pasti kehamilan postterm sampai saat ini belum diketahui.
Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya
kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan.
Beberapa teori menyebutkan penyebab posterm adalah :1,11
3.3.1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular
pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin.
Sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm
adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.1
3.3.2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang
peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai
salah satu faktor penyebab kehamilan postterm. 1
3.3.3. Teori Kortisol / ACTH Janin
Dalam teori ini disebutkan bahwa pemberi tanda untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan meningkatkan sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin, pada cacat bawaan
janin, seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar
hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan
baik, sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan. 1
14

Gambar 3.1 Hubungan ACTH janin dengan proses persalinan8

3.3.4. Saraf Uterus


Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian bawah
masih tinggi diduga menjadi penyebab terjadinya kehamilan postterm. 1

Gambar 3.2 Pleksus Frankenhauser10


3.3.5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan
pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti yang dikutip Cunningham,
menyatakan bahwa bilamana seseorang ibu mengalami kehamilan posterm saat
15

melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan


mengalami kehamilan postterm. 1
3.4. Faktor Resiko Kehamilan Postterm
Faktor resiko yang diketahui untuk kehamilan postterm adalah ibu dengan
kehamilan postterm sebelumnya, dan apabila ibu melahirkan anak perempuan
maka anak perempuannya tersebut memiliki resiko dua hingga tiga kali lipat
untuk mengalami kehamilan postterm. Nulliparitas dan ibu dengan indeks masa
tubuh ≥25 Kg/m2 sebelum kehamilan juga mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap kehamilan postterm2,9.
3.5. Patofisiologi Kehamilan Postterm
Kehamilan lewat waktu yang disebabkan karena faktor hormonal,
kurangnya produksi oksitosin akan menghambat kontraksi otot uterus secara
alami dan adekuat, sehingga mengurangi respons serviks untuk menipis dan
membuka. Akibatnya kehamilan bertahan lebih lama dan tidak ada
kecenderungan untuk persalinan pervaginam4.
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan
kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan
dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta
berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga
pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme
arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam
rahim.1,4
Sirkulasi darah yang semakin berkurang menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut
dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi
persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang
dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.1,
3.6. Permasalahan Kehamilan Postterm
Kehamilan postterm mempunyai resiko lebih tinggi daripada kehamilan
aterm, terutama terhadap kematian perinatal (antepartum, intrapartum, dan
16

postpartum) berkaitan dengan aspirasi mekonium dan asfiksia. Pengaruh


postterm antara lain sebagai berikut :
3.6.1. Pengaruh pada Janin 1,2
Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan terjadinya gawat
janin dengan resiko 3 kali. Akibat dari penuaan dari plasenta, pemasokan
makanan dan oksigen akan menurun disamping adanya spasme arteri spiralis.
Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang dengan 50% menjadi hanya 250
ml/menit. Beberapa pengaruh kehamilan postterm terhadap janin antara lain
sebagai berikut :
a. Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi
penurunan berta janin. Dari penelitian Vorherr tampak bahwa sesudah
kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak
adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun, seringkali plasenta masih dapat
berfungsi dengan baik sehingga berat janin dapat bertambah terus sesuai
dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling menyatakan bahwa rata-rata
berat janin lebih dari 3.600 gram sebesar 44,5% pada kehamilan postterm,
sedangkan pada kehamilan genap bulan sebesar 30,6%. Resiko persalinan bayi
dengan berat lebih dari 4.000 gram pada kehamilan postterm meningkat 2-4
kali lebih besar dari kehamilan term.
b. Sindroma postmaturitas
Dapat dikenali pada neonatus dengan ditemukannya beberapa tanda seperti
gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas
(hilangnya lemak subkutan), kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak
lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lanugo, maserasi kulit terutama
daerah lipat paha dan genital luar, warna coklat kehijauan atau kekuningan
pada kulit dan tali pusat, muka tampak menderita,dan rambut kepala banyak
atau tebal. Tetapi, tidak seluruh neonantus menunjukkan tanda postmaturitas
tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapat sekisar 12-20% neonatus dengan
tanda postmaturitas pada kehamilan postterm. Berdasarkan derajat insufisiensi
plasenta yang terjadi tanda postmaturitas dapat dibagi dalam 3 stadium, yaitu :
17

- Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan dan


maserasi berupa kuit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
- Stadium II : gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada
kulit.
- Stadium III : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali
pusat.
c. Gawat janin atau kematian perinatal
Menunjukkan angka meningkat setelah kehamilan 42 minggu atau lebih,
sebagian besar terjadi intrapartum. Umumnya disebabkan oleh :
- Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan,
fraktur klavikula, palsi Erb-Duchene sampai kematian bayi.
- Insufisiensi plasenta yang berakibat :
o Pertumbuhan janin terhambat
o Oligohidromnion, terjadi kompresi tali pusat, keluar mekonium yang
kental, perubahan abnormal jantung janin
o Hipoksia janin
o Keluarnya mekonium yang berakibat terjadi aspirasi mekonium pada
janin
- Cacat bawaan, terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus.
Kematian janin akibat kehamilan postterm terjadi pada 30% sebelum
persalinan, 55% dalam persalinan dan 15% pascanatal. Komplikasi yang dapat
dialami oleh bayi baru lahir ialah suhu yang tak stabil, hipoglikemia,
polisitemia, dan kelainan neurologik.
3.6.2. Pengaruh pada Ibu 1,2
a. Morbiditas atau mortalitas ibu, dapat mennigkat sebagai akibat dari
makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang
menyebabkan terjadi distosia persalinan, incoordinate uterine action,
partus lama, meningkatkan tindakan obstertrik dan persalinan traumatis
atau perdarahan postpartum akibat bayi besar.
b. Aspek emosi, ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus
berlangsung melewati taksiran persalinan. Komentar tetangga atau teman
akan menambah frustasi ibu.
18

3.7. Diagnosis Kehamilan Postterm


Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan postterm merupakan
kesalahan dalam menentukan umur kehamilan. Kasus kehamilan postterm yang
tidak dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%. Dalam menentukan
diagnosis kehamilan postterm disamping dari riwayat haid, sebaiknya dilihat pula
hasil pemeriksaan antenatal. 1
3.7.1. Riwayat Haid
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk ditegakkan, jika hari pertama
haid terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat
dipercaya, diperlukan beberapa kriteria berikut ini :
- Pasien harus yakin betul dengan HPHT nya
- Siklus 28 hari dan teratur
- Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir. 1
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus Naegele.
Berdasarkan riwayat haid, seorang pasien yang ditetapkan sebagai kehamilan
postterm semungkinan adalah sebagai berikut :
- Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir atau akibat
menstruasi abnormal
- Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjadi kelambatan ovulasi
- Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang
berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh pasien yang
diduga kehamilan postterm). 1
3.7.2. Riwayat Pemeriksaan Antenatal 1
a. Tes kehamilan
Tes kehamilan bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik sesudah
terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah
berlangsung 6 minggu.
b. Gerak janin (quickening)
Pada umumnya dirasakan ibu pada umur kehamilan 18-20 minggu. pada
primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu, sedangkan pada
multigravida pada 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan persalinan
19

adalah gerak janin ditambah 22 minggu pada primigravida dan ditambah 24


minggu pada multigravida.
c. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dengan stetoskop Laennec DJJ dapat didengar mulai umur kehamilan 18-20
minggu, sedangkan dengan doppler dapat terdengar pada usia kehamilan 10-12
minggu.
Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau
lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan berikut :
- Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
- Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler
- Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
- Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop Laennec. 1
3.7.3. Tinggi Fundus Uteri
Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam
sentimeter dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang tiap
bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi fundus uteri dapat menentukan umur
kehamilan secara kasar. 1

Gambar 3.3 Perkiraan usia kehamilan berdasarkan parameter tertentu


(umbilikus, prosesus xyphoideus, dan tepi atas simfisis pubis)11
20

3.7.4. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Ketepatan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan USG pada
trimester pertama. Kesalahan perhitungan dengan rumus Naegele dapat mencapai
20%. Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester
pertama, hampir dapat dipastikan usia kehamilan. Pada trimester pertama
pemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-rump lenght/CRL) memberikan
ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. 1
Pada umur kehamilan sekitar 16-26 minggu, ukuran diameter biparietal dan
panjang femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.
Selain CRL, diameter biparietal dan panjang femur, beberapa parameter dalam
pemeriksaan USG juga dapat dipakai seperti lingkar perut, lingkar kepala, dan
beberapa rumus yang merupakan perhitungan dari beberapa hasil pemeriksaan
parameter tersebut diatas. Sebaliknya, pemeriksaan sesaat setelah trimester III
dapat dipakai untuk menentukan berat janin, keadaan air ketuban, ataupun
keadaan plasenta yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sukar
untuk memastikan usia kehamilan. 1
Diagnosis7 :
 USG di trisemester pertama (usia kehamilan antara 11-14 minggu),
hampir dapat memastikan usia kehamilan.
 Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 5 hari berdasarkan
perhitungan HPHT dan USG, trisemester pertama, waktu taksiran
kelahiran harus disesuaikan berdasarkan hasil USG.
 Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 10 hari berdasarkan
perhitungan HPHT dan USG, trisemester kedua, waktu taksiran
kelahiran harus disesuaikan berdasarkan hasil USG.
 Ketika terdapat hasil USG trisemester pertama dan kedua, usia
kehamilan ditentukan berdasarkan hasil USG yang paling awal.
 Jika tidak ada USG, lakukan anamnesis yang baik untuk menentukan
hari pertama haid terakhir (HPHT), waktu DJJ pertama terdeteksi, dan
waktu gerakan janin pertama dirasakan.
21

3.7.5. Pemeriksaan Radiologi


Umur kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran
epifisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32 minggu,
epifisis tibia proksimal terlihat setelah umur kehamilan 36 minggu, dan epifisis
kuboid pada kehamilan 40 minggu. Cara ini sekarang jarang dipakai selain karena
dalam pengenalan pusat penulangan seringkali sulit, juga pengaruh radiologik
yang kirang baik terhadap janin. 1

Tabel 3.1 Umur kehamilan menurut terlihatnya inti penulangan10


Inti Penulangan Umur Kehamilan (Minggu)
Kalkaneus 24-26
Talus 26-28
Tibia Proksimal 36
Kuboid 38
Humerus Proksimal 38-40
Korpus Kapitatum ≥ 40
Korpus Hamitatum ≥ 40
Kunieiformis ke-3 ≥ 40
Femur Proksimal ≥ 40

3.7.6. Pemeriksaan Laboratorium


a. Kadar lesitin/spingomielin
Bila kadar lesitin/spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama, maka
umur kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar spingomielin : 28-
32 minggu, pada kehamilan genap bulan rasio menjadi 2:1. Pemeriksaan ini
tidak dapat dipakai untuk menentukan kehamilan postterm, tetapi hanya
digunakan untuk menentukan apakah janin cukup umur/matang untuk dilahirkan
yang berkaitan dengan mencegah kesalahan dalam tindakan pengakhiran
kehamilan. 1
b. Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA)
Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat waktu
pembekuan darah. Aktivitas ini meningkat dengan bertambahnya umur
kehamilan. Pada umur kehamilan 41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65
22

detik, pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang dari
45 detik. Bila didapat ATCA antara 42-46 detik menunjukkan bahwa kehamilan
berlangsung lewat waktu. 1
c. Sitologi cairan amnion
Pengecatan nile blue sulphate dapat dilihat sel lemak dalam cairan amnion.
Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10% maka umur kehamilan
diperkirakan 36 minggu dan apabila 50% atau lebih, maka umur kehamilan 39
minggu atau lebih. 1
d. Sitologi vagina
Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik >20%) mempunyai
sensitivitas 75%. Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat dipakai
untuk menentukan usia gestasi. 1

Tabel 3.2 Sitologi hormonal kehamilan mendekati genap bulan, genap bulan dan
postterm10
Sitologi Mendekati Genap Bulan Genap Bulan Lewat Bulan
Kelompok dan ++ +/0 0
Lipatan Sel
Sel Navikular +++ +/0 0
Penyebaran Sel + ++/+++ +++
Tersendiri
Sel Superficial 0 ++ +++
Tersendiri
Sel Intermediate + ++ +/0
Tersendiri
Sel Basal Eksterna 0 0 ++
Tersendiri
Indeks Piknotik <10% 15-20% >20%
Indeks Eosinofil 1% 2-15% 10-20%
Sel radang + + ++

3.8. Pengelolaan Kehamilan Postterm


Kehamilan postterm merupakan masalah yang banyak dijumpai dan
pengelolaannya masih banyak perbedaan pendapat. Pada setiap kehamilan
postterm dengan komplikasi spesifik seperti diabetes melitus, kelainan faktor
23

rhesus atau isoimunisasi, preeklamsia/eklamsia, dan hipertensi kronis yang


meningkatkan resiko terhadap janin, kehamilan jangan dibiarkan berlangsung
lewat bulan. Demikian juga pada kehamilan dengan faktor resiko primitua,
riwayat obstetrik yang jelek. 1,6
Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat dalam pengelolaan
kehamilan postterm. Beberapa perbedaan dalam pengelolaan pada kehamilan
postterm antara lain :
 Apakah sebaiknya dilakukan pengelolaan secara aktif yaitu dilakukan
dilakukan induksi setelah ditegakkan diagnosis postterm atau dilakukan
pengelolaan secara ekspektatif / menunggu.
 Bila dilakukan pengelolaan aktif, apakah kehamilan sebaiknya diakhiri pada
usia kehamilan 41 atau 42 minggu. 1,6
Pengelolaan aktif yaitu, dengan melakukan persalinan anjuran pada usia
kehamilan 41 minggu atau 42 minggu untuk memperkecil resiko terhadap
janin. Pengelolaan pasif / menunggu didasarkan pada pandangan bahwa
persalinan anjuran yang dilakukan semata-mata atas dasar postterm
mempunyai resiko cukup besar terutama resiko persalinan operatif sehingga
menganjurkan untuk dilakukan pengawasan terus menerus terhadap
kesejahteraan janin, baik secara biofisik atau biokimia sampai persalinan
berlangsung dengan sendirinya atau muncul indikasi untuk mengakhiri
kehamilan. 1,6
Pengelolaan kehamilan lewat waktu dimulai dari umur kehamilan 41 minggu.
3.8.1. Pengelolaan Persalinan
a. Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung
dari derajat kematangan serviks.
 Bila serviks matang (Bishop skor ≥ 6)
 Bila serviks belum matang (Bishop skor < 6), perlu dinilai keadaan janin
lebih lanjut apabila kehamilan tidak akan diakhiri.
 Pemeriksaan profil biofisik.
Bila profil biofisik 0-2 atau ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada
kantong terbesar atau indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai
24

deselerasi variabel pada (NST), maka dilakukan induksi persalinan


dengan pemantauan KTG kontinyu.
 Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif,
uji dengan kontraksi (CST) harus dilakukan. Bila hasil CST positif,
janin perlu dilahirkan, sedangkan bila CST negatif kehamilan dibiarkan
berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.
 Keadaan serviks (Skor Bishop) harus dinilai ulang setiap
kunjungan pasien, dan kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.
 Semua pasien harus diakhiri kehamilannya bila telah
mencapai 308 hari (44 minggu) tanpa melihat keadaan serviks. 1,6
b. Pasien kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti diabetes
mellitus, preeklamsi/eklamsi, riwayat obstetrik jelek, kehamilannya harus
diakhiri tanpa memandang kematangan serviks. Kehamilan 42 minggu
upayakan terminasi 1,6
3.8.2. Induksi Persalinan
Induksi persalinan merupakan berbagai macam tindakan untuk
menimbulkan dimulainya persalinan atau merangsang timbulnya his pada ibu
hamil yang belum inpartu. 4
Induksi persalinan merupakan salah satu teknik yang sering digunakan pada
pengelolaan persalinan. Di amerika 16% persalinan pada tahun 1997 dilakukan
dengan induksi persalinan dengan berbagai indikasi. Bahkan pada akhir-akhir ini
terjadi penurunan agka bedah caesar dan angka induksi persalinan meningkat. 4
Coonrod et al. dalam studi retrospektifnya menemukan angka induksi
persalinan sebesar 20,3%. Bahkan angka induksi persalinan pada bekas bedah
Caesar mencapai 38,4% dan induksi persalinan dapat dilakukan pada umur
kehamilan 37-42 minggu. Untuk keberhasilan induksi persalinan, umumnya
dilakukan pemeriksaan kematangan serviks dengan skor menurut Bishop. 4
Induksi persalinan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik
operatif/tindakan maupun dengan menggunakan obat-obatan/medisinal. Untuk
menentukan cara induksi persalinan yang dipilih beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi, perlu dipertimbangkan yaitu: paritas, kondisi serviks, keadaan
kulit ketuban dan adanya parut uterus.4
25

Tabel 3.3 Sistem skoring menurut Bishop10


Kriteria 0 1 2 3
Dilatasi Serviks (cm) 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran Seviks (%) 0-30 40-50 60-70 80
Penurunan Kepala dari HIII -3 -2 -1-(0) +1-(+2)
(cm)
Konsistensi Serviks Keras Lunak Sedang
Posisi Serviks Posterior Medial Anterior

Induksi persalinan secara operatif/tindakan, yaitu: Melepas kulit ketuban


dari bagian bawah rahim, Amniotomi, rangsangan pada puting susu, stimulasi
listrik, pemberian bahan-bahan ke dalam rahim/rektum dan hubungan seksual.
Induksi persalinan secara medisinal, yaitu: tetes oksitosin, pemakaian
prostaglandin, cairan hipertonik intrauterin/extra-amniotic normal saline.4
Induksi persalinan umumnya dilakukan dengan bermacam-macam indikasi,
dapat karena indikasi dari ibu maupun dari janin.4
Indikasi Ibu :
 Kehamilan dengan hipertensi
 Kehamilan dengan diabetes melitus
 Perdarahan antepartum tanpa kontraindikasi persalinan pervaginam
Indikasi Janin :
 Kehamilan lewat bulan
 Ketuban pecah dini
 Kematian janin dalam rahim
 Pertumbuhan janin terhambat
 Isoimunisasi-Rhesus
 Kelainan kongenital mayor

Kontraindikasi :
Pada keadaan ini induksi persalinan tidak dapat dilakukan, atau jika terpaksa
diperlukan pengamatan yang sangat berhati-hati pada malposisi dan malpresentasi
janin, insufisiensi plasenta, makrosomia, disproporsi sefalopelvik/CPD, cacat
rahim yaitu riwayat SC, miomektomi, grandemultipara, gemeli, distensi rahim
berlebihan misalnya pada polihidramnion, plasenta previa.4

Medikamentosa 1
1. Misoprostol – Prostaglandin
E2 Analog
26

 Prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos, termasuk otot rahim.


Prostaglandin yang spesifik terhadap otot rahim adalah prostaglandin E2
(pematangan servik) dan prostaglandin F2 alpha (kontraksi uterus).
 Diberikan jika pematangan servik <5.
 Sediaan misoprostol adalah 100 mcg dan 200 mcg, sehingga misoprostol
dibelah menjadi beberapa bagian. Dapat diberikan PO, sublingual, perektal,
dan pervaginam. Untuk pervaginam induksi diberikan dosis 25-50 mcg.
 Jika terdapat ketuban pecah prematur, misoprostol dapat diberikan peroral.
 Pemberian misoprostol diulang dan dievaluasi setiap 6 jam hingga
pematangan servik ≥ 5.
 Jika dalam 12 jam sejak pemberian misoprostol terakhir tidak didapatkan
kemajuan persalinan, lanjutkan dengan drip oksitosin atau istirahat 1 x 24
jam kemudian lanjutkan pemberian misoprostol seri ke-2.
 Induksi misoprostol gagal jika dalam 24 jam (4-5 kali pemberian) tidak
mendapatkan pematangan servik ≥ 5.
 Efek samping : mual, muntah, dan diare.
2. Infus Oksitosin
 Syarat pemberian : aterm, tidak ada CPD, presentasi kepala, servik sudah
matang (portio teraba lunak, mulai mendatar dan mulai membuka), ≥ 5.
 Sediaan : 10 IU/ml (ampul)
 Dosis induksi : 5 IU/500 mL Dextrose 5%. Diberikan mulai 8 tpm,
dinaikkan 4 tpm setiap 15 menit hingga didapatkan kontraksi adekuat (3-5
x/menit dengan durasi 40-60 detik). Maksimal 40 tpm.
 Drip oksitosin diberikan sampai persalinan selesai.
 Jika 1 kolf belum memberikan kemajuan persalinan, dapat diberikan 1 kolf
lagi.
 Induksi oksitosin drip gagal, jika tidak ada kemajuan persalinan setelah 2
kolf oksitosin atau terdapat gawat janin, tetani uteri dan tanda ruptur uteri.
 Jika timbul komplikasi, maka infus oksitosin harus segera dihentikan dan
kehamilan segera diselesaikan dengan SC.
 Penyulit : tetania uteri, ruptur uteri imminen dan ruptur uteri, gawat janin.
27

3. Mekanik
a. Amniotomi
 Hanya boleh dilakukan pada fase aktif, karena komplikasi infeksi atau
prolaps/kompresi tali pusat.
 Mekanisme : mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga
kontraksi rahim lebih kuat untuk membuka serviks, amniotomi
menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana
terdapat banyak syaraf yang merangsang kontraksi rahim.
 DJJ pre dan post amniotomi
 Bila dalam 6 jam tidak ada tanda inpartu, maka harus diikuti cara lain
untuk merangsang persalinan, seperti infus oksitosin.
b. Membran stripping
 Melepaskan atau memisahkan selaput amnion dari segmen bawah rahim
 Memasukkan jari tengah / telunjuk melalui os serviks mengelilingi
permukaan interna serviks, lalu bergerak memutar menyapu.
 Efek samping : perdarahan vagina, perasaan tidak nyaman.
4. Tradisional
a. Hubungan seksual
 Semen mengandung prostaglandin, sehingga dapat merangsang kontraksi
rahim.
 Hanya dilakukan ketika ketuban utuh.
b. Rangsangan puting susu
 Dapat mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin
sehingga terjadi kontraksi rahim.
 Tidak dianjurkan pada kedua payudara karena ditakutkan terjadinya
rangsangan berlebihan.
3.9. Komplikasi Kehamilan Postterm
 Sindroma aspirasi mekoneal
 Gawat janin
 Makrosomia
 Oligohidramnion
 Kematian perinatal8
3.10. Prognosis Kehamilan Postterm
28

Mortalitas perinatal meningkat setelah usia 42 minggu. Kehamilan postterm


berkaitan dengan kondisi yang disebut dengan pascamaturitas, namun tidak pada
semua kasus. Makrosomia yaitu berat lahir bayi >4000 gram juga terjadi pada
10% kehamilan lebih bulan, dengan 1% bayi memiliki berat 4500 gram atau lebih
sehingga mempengaruhi prognosis kehamilan dengan menyebabkan disproposi
sefalopelvik atau distosia bahu. Distress janin dan sindrom aspirasi mekonium
cenderung mempersulit prognosis kehamilan postterm.9

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen11 halaman
    Bab 2
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen1 halaman
    Bab 5
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar DB
    Kata Pengantar DB
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar DB
    Elok Zakiyya
    Belum ada peringkat
  • Cover Jurnal
    Cover Jurnal
    Dokumen1 halaman
    Cover Jurnal
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Lela Nazila ItuSaya
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan: Mycobacterium Tuberculosis Complex (PDPI, 2011) - TB Sampai Saat Ini Masih
    Bab I Pendahuluan: Mycobacterium Tuberculosis Complex (PDPI, 2011) - TB Sampai Saat Ini Masih
    Dokumen2 halaman
    Bab I Pendahuluan: Mycobacterium Tuberculosis Complex (PDPI, 2011) - TB Sampai Saat Ini Masih
    Lela Nazila ItuSaya
    Belum ada peringkat
  • Post Test
    Post Test
    Dokumen5 halaman
    Post Test
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • RI 20obgyn
    RI 20obgyn
    Dokumen5 halaman
    RI 20obgyn
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Buku Ajar Mata
    Buku Ajar Mata
    Dokumen61 halaman
    Buku Ajar Mata
    Fitri Amelia Rizki
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar DB
    Kata Pengantar DB
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar DB
    Elok Zakiyya
    Belum ada peringkat
  • Absensi 24 Agustus 2019
    Absensi 24 Agustus 2019
    Dokumen6 halaman
    Absensi 24 Agustus 2019
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Cover Jurnal
    Cover Jurnal
    Dokumen1 halaman
    Cover Jurnal
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Cover Jurnal CLP
    Cover Jurnal CLP
    Dokumen1 halaman
    Cover Jurnal CLP
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen10 halaman
    Bab Ii
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Cover Jurnal Leukoplakia
    Cover Jurnal Leukoplakia
    Dokumen1 halaman
    Cover Jurnal Leukoplakia
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Cover, Kata Pengantar, Daftar Isi
    Cover, Kata Pengantar, Daftar Isi
    Dokumen8 halaman
    Cover, Kata Pengantar, Daftar Isi
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Refleksi
    Refleksi
    Dokumen3 halaman
    Refleksi
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • 5.1 Deskripsi Karakteristik Responden: Karateristik Responden N (%) Alamat (N 40)
    5.1 Deskripsi Karakteristik Responden: Karateristik Responden N (%) Alamat (N 40)
    Dokumen2 halaman
    5.1 Deskripsi Karakteristik Responden: Karateristik Responden N (%) Alamat (N 40)
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Cover Proposal
    Cover Proposal
    Dokumen1 halaman
    Cover Proposal
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • 6.1 Deskripsi Karakteristik Responden
    6.1 Deskripsi Karakteristik Responden
    Dokumen1 halaman
    6.1 Deskripsi Karakteristik Responden
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tilik Chaca
    Daftar Tilik Chaca
    Dokumen2 halaman
    Daftar Tilik Chaca
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    Faradilla Bianca Sherly
    Belum ada peringkat