Anda di halaman 1dari 3

1.

Pemeriksaan untuk Menentukan Hipotesa Awal

Persiapan untuk melakukan pemeriksaan visual ada 2 jenis, yaitu data teknis dan
personal pemeriksa. Data teknis terdiri dari dokumen perencanaan dan pelaksanaan serta
formulir isian pemeriksaan keandalan bangunan, sedangkan personal pemeriksa harus
memiliki keahlian yang cukup. Untuk menarik kesimpulan sementara/hipotesa awal perlu
dilakukan pemeriksaan visual terhadap komponen struktur, yaitu kolom, balok, pelat,
joint, dan pondasi.
Sesuai dengan laporan yang diterima yaitu dinding, balok, dan kolom mengalami
retak, maka pemeriksaan awal dimulai dengan memeriksa tingkat keretakan tersebut.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengecek apakah keretakan itu ada pada
selimut beton atau pada “daging” beton. Kondisi keretakan ini akan menentukan jenis
kerusakan yang terjadi non struktural atau struktural. Jika rusaknya hingga “daging”
beton bahkan hingga tulangannya, maka perlu juga memeriksa kondisi tulangan tersebut
untuk mengetahui kapasitas layan dari struktur. Jenis kerusakan ini akan sangat
menentukan langkah pemberian rekomendasi teknis selanjutnya.
Terkait dengan laporan bahwa bangunan mengalami kemiringan maka pondasi juga
perlu diperiksa. Bangunan miring dapat disebabkan oleh kegagalan pondasi dan
ketidakstabilan tanah. Kegagalan pondasi dapat berupa penurunan pondasi. Jika sampai
terjadi penurunan pondasi maka dikhawatirkan tie beam pun akan ikut rusak. Penurunan
pondasi juga dapat disebabkan oleh ketidakstabilan tanah dikarenakan pondasi belum
sampai menyentuh tanah keras. Untuk memeriksa pondasi dalam ini cukup sulit sehingga
harus membongkar bangunan atas.
Secara visual tingkat kerusakan komponen struktur digolongkan seperti tabel
berikut. Setelah pemeriksaan visual dilakukan maka akan dapat disimpulkan kondisi
keandalan struktur. Jika terbukti struktur sudah tidak andal, maka perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan.

No. Klasifikasi Jenis Kerusakan


Kerusakan
1 Ringan - Retak Rambut < 0.2 mm
- Terkelupas < selimut beton
- Retak dengan lebar retak 0,2 mm s/d 1 mm
- Terkelupas dengan ketebalan lebih besar dan
2 Sedang sama dengan tebal selimut beton
- Tulangan terkorosi pada permukaan
- Retak dengan lebar retak > 1 mm dan menembus
ketebalan selimut beton
- Selimut beton terkelupas dan tulangan sengkang
3 Berat dan atau tulangan utama terlihat
- Tulangan terkorosi berat dan tulangan terputus
2. Langkah-Langkah untuk Memberikan Rekomendasi

Untuk dapat memberikan rekomendasi teknis struktur secara keseluruhan maka


dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan pengujian lapangan dan kemudian dilanjutkan
dengan analisis struktur. Pengujian lapangan dilakukan dengan Schmidt Hammer Test
untuk memperkirakan nilai kuat tekan beton terpasang yang didasarkan pada kekerasan
permukaan beton pada komponen struktur. Dari pengujian ini akan didapat perkiraan
mutu beton berdasarkan nilai lentingan. Analisis struktur dilakukan baik dengan metode
linier maupun non linier.
(tambahan)

3. Rekomendasi Teknis Perbaikan dan Perkuatan Non Struktural dan Struktural


Untuk mengembalikan keandalan struktur perlu dilakukan perbaikan dan perkuatan.
Dalam kasus ini kerusakan yang terjadi adalah retak pada balok, kolom, dan dinding.
Untuk mengembalikan keandalannya cara-cara yang dapat direkomendasikan adalah
sebagai berikut.
a. Non Struktural
Keretakan pada selimut beton saja tergolong non struktural dan bisa diatasi dengan
menambal keretakan (patching) menggunakan bahan material perbaikan struktur
berbahan dasar polymer. Selain itu bisa juga menggunakan campuran semen dan air.
Bila ternyata keretakan ada pada “daging” beton, maka metode perbaikannya bisa
menggunakan metode grouting atau injection. Proses pengerjaan metode grouting
adalah dengan membongkar retakan hingga dasar retakan atau sampai terlihat
daging betonnya. Pastikan beton yang ada di sekeliling retakan tidak rontok. Setelah
itu, tuang material perbaikan struktur berbahan dasar semen pada celah retakan.
Sebaiknya gunakan bounding agent (bahan seperti lem) untuk mempermudah proses
perekatan antara beton lama dan material perbaikan struktur.
Bounding agent bisa juga diganti dengan air dengan cara menyiram air pada
permukaan beton lama pada celah retakan. Sedangkan proses metode injeksi
dimulai dengan menutup permukaan retakan menggunakan material berbahan
epoxy. Setelah itu, buatlah lubang di sepanjang retakan dengan jarak antarlubang
sekitar 25 cm dan tutuplah lubang dengan selang karet. Masukkan material
perbaikan struktur berbahan dasar epoxy ke dalam selang karet. Jika material itu
keluar pada salah satu selang karet, maka segera tutup lubang selang itu. Masukkan
kembali material epoxy ke lubang yang lain. Ulangi proses itu hingga semua selang
karet tertutup. Jika semua selang karet tertutup, ini berarti semua celah pada retakan
sudah terisi material epoxy.
b. Struktural
1) Perbaikan dan Perkuatan pada Kolom
Cara perbaikan dan perkuatan yang direkomendasikan untuk komponen kolom
adalah:
 Retak, tanpa ada beton yang pecah dan tulangan tidak rusak. Cara perbaikan ini
dengan injeksi saja menggunakan resin/epoxy.
 Pada beton bagian dalam mengalami spalling atau rusak, namun tulangan tidak
rusak. Cara perbaikan beton dengan grouting. Grouting adalah memberikan
campuran adukan beton dengan bahan khusus dengan mutu tinggi.
2) Perbaikan dan Perkuatan pada Balok
Cara perbaikan beton pada balok untuk memperkuat kemampuan gaya lentur dan
geser dengan metode perkuatan balok (strengthening) adalah:
 Menambah tumpuan atau mengurangi bentang balok
 Jacketting atau memperbesar ukuran balok dengan beton bertulang.
 Memberikan perkuatan berupa baja-prategang
 Memberi perkuatan pelat baja pada daerah yang mengalami kegagalan
lentur
 Memberikan Fiber Reinforce Plastic atau FRP sheet
3) Kegagalan Pondasi
Jika memang benar terjadi kemiringan bangunan akibat kegagalan pondasi maka
bangunan tersebut harus dibongkar untuk memperbaiki pondasinya. Kegagalan
pondasi ini amat sangat berbahaya karena ketidakstabilan tanah dapat
menyebabkan kemiringan bangunan bertambah setiap waktunya.

Anda mungkin juga menyukai