Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561

E-ISSN: 2615-1553

PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOMASSA


BERBAHAN BAKAR BAMBU KAPASITAS 700kW DI KEPULAUAN X
Laode M Firman1, Roy Richardo Sihaloho2
Universitas Pancasila
Jalan Raya Lenteng Agung Timur No.56-80, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta 12640
roy.richardo@gmail.com

ABSTRAK
Pulau terpencil merupakan daerah penting dalam tatanan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
Ribuan pulau dihuni oleh masyarakat yang sebagian besar tidak mendapat pasokan listrik. Lokasi yang jauh
dari pulau besar menjadi kendala dalam hal penyediaan energi listrik karena transmisi yang cukup rumit dan
membutuhkan biaya yang besar. Biomassa menjadi salah satu opsi yang sangat baik dalam memenuhi listrik
di area terpencil melalui teknik gasifikasi. Bambu merupakan bahan biomassa yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar gasifikasi dengan kandungan kalor sekitar 19,36 MJ/kg. Sistem gasifikasi dengan reaktor tipe
downdraft imbert dengan dimensi throat sebesar 267mm, 7 buah nosel pemasok udara dengan diameter
35,9mm ID reaktor 856 mm dan tinggi 2.500 mm dihasilkan kurang lebih 120kW energi listrik. Dengan
membangun 6 set gasifier imbert beserta sistem filter pendingin dan gas engine maka energi listrik di 3 desa
Kepulauan X dapat terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan listrik sedemikian, dibutuhkan bambu sebanyak
604,9 kg/jam dengan moisture content 15%.
Kata Kunci: Bambu, biomassa, listrik, gasifier, Imbert.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan puluhan ribu pulau secara
keseluruhan dan ratusan pulau kecil berpenghuni. Alam yang begitu indah dan kaya tidak serta-merta membuat
pulau-pulau tersebut dapat dikelola dengan mudah khususnya dalam hal energy listrik. Ironi inilah yang
menjadi salah satu masalah yang berusaha diselesaikan dengan menggunakan PLTD sebagai sumber energi
listrik. PLTD pada awalnya merupakan solusi terbaik dalam mensuplay energy listrik di area terpencil. Namun
ketersediaan bahan bakar fosil khususnya solar semakin hari semakin menipis yang diakibatkan oleh supplay
yang tidak dapat diperbaharui.
Kepulauan X merupakan salah satu kepulauan yang cukup banyak dihuni oleh penduduk dimana rata-rata
bekerja sebagai petani dan nelayan. Terdapat 3 desa di kepulauan X yang menjadi objek penelitian belum dapat
menikmati listrik dengan jumlah penduduk sebesar 1400 KK. Dengan jumlah tersebut diperkirakan jumlah
kebutuhan listrik adalah sebesar 630 kW. Dengan metode pemanfaatan biomassa untuk menghasilkan listrik,
diharapkan listrik 630 kW melalui biomassa dapat terpenuhi.
Dirjen listrik dan pemanfaatan energy menyatakan bahwa terdapat potensi terdapat potensi biomassa di
Indonesia sebesar 49,81 GW dimana kapasitas terpasang hanya 302,4 MW. Data tersebut menunjukkan betapa
besar potensi biomassa yang ada di Indonesia namun yang ddimanfaatkan masih sebagian kecil. Inilah yang
menjadi salah satu tantangan besar dalam rangka membangkitkan listrik di area terpencil Indonesia sejalan
dengan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil. Jika biomassa benar-benar dapat dimanfaatkan, bias
dibayangkan bagaimana energy listrik akan sangat tercukupi dan ditambah dengan pengurangan emisi atau
limbah akibat penggunaan bahan bakar fosil.
B. Rumusan Masalah
Bambu merupakan salah satu tumbuhan yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Hampir di seluruh
daerah di Indonesia terdapat bambu. Karena melimpahnya ketersediaan bambu dan strukturnya serta
komposisinya yang menyerupai tandan sawit, maka tepat rasanya untuk menggunakan bambu sebagai bahan
baku biomassa terutama untuk daerah kepulauan yang kesulitan dalam listrik. Penelitian ini akan mencoba
untuk memaparkan fakta ilmiah tentang pemilihan bambu sebagai bahan utama PLTB disamping perhitungan
kebutuhan bambu dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik di beberapa area kepulauan X sehingga dapat
dianalisa dan dihitung luas area penanaman bambu hingga berapa daya listrik yang dapat dihasilkan dari
spesifikasi instalasi PLTB yang digunakan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah pada bagaimana proses kerja dari PLTB berbahan bakar bambu ini,
perhitungan kebutuhan akan bambu sampai pada listrik yang dihasilkan. Keberlangsungan penyediaan bahan
PLTB, energi yang dapat dihasilkan oleh PLTB bambu, sampai pada proses konversi energi bambu menjadi

257
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

listrik. Kemudian fabrikasi reaktor gasifikasi yang dapat menghasilkan gas mampu bakar untuk menggerakkan
gas engine (generator) skala kecil.
D. Tujuan Penelitian
 Merancang sistem dan proses produksi listrik dari bahan dasar bambu hingga menjadi energi listrik
melalui proses gasifikasi di dalam reaktor. Mulai dari perhitungan dimensi reaktor, sistem pembersihan
(cleaning) gas hasil pembakaran dari dalam reaktor.
 Membuat pembangkit listrik (reaktor gasifier) memanfaatkan bahan bakar bambu skala kecil (kurang
lebih 1 kW) hingga menghasilkan gas mampu bakar. Gas ini mampu bakar ini nantinya dapat
menggerakkan gas engine yang kemudian dapat menghasilkan listrik. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam mengembangkan PLT Biomassa berbahan bakar
bambu.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk penembangan berkelanjutan PLTBM di Kepulauan X pada khususnya dan
Indonesia pada umumnya. Melalui penelitian ini diharapkan akan muncul PLTB baru dengan bahan yang sama
ataupun berbeda dimana dapat menjadi solusi terhadap masalah energi di daerah-daerah terpencil Indonesia
dan bahkan hingga ke pulau-pulau besar Indonesia dimana energi bersih atau EBT dapat menjadi salah satu
sumber energi utama di masa depan.
II. LANDASAN TEORI
Biomassa merupakan bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Dalam berbagai
situasi, biomassa juga didefinisikan sebagai bahan-bahan organik berumur relatif muda yang berasal dari
tumbuhan atau hewan, baik yang terbentuk dari hasil produksinya, sisa metabolismenya, ataupun limbah yang
di hasilkannya. Biomassa dapat di peroleh dari berbagai bidang industri budidaya, baik pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, maupun perikanan. Biomassa umumnya mempunyai kandungan volatile relatif tinggi,
dengankandungan karbon tetap yang rendah dan kandungan abu lebih rendah dibandingkanbatubara.
A. Bambu
Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa),
berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang
muda dan sudah dewasa pada umur 4-5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas
berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang. Akar
bambu terdiri atas rimpang (rhizon) berbuku dan beruas, pada buku ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang
dapat tumbuh menjadi batang. Dari kurang lebih 1.000 species bambu dalam 80 genera, sekitar 200 species
dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja, 1995), sedangkan di Indonesia ditemukan
sekitar 60 jenis.
Penelitian sifat kimia bambu telah dilakukan oleh Gusmailina dan Sumadiwangsa (1988) meliputi
penetapan kandungan selulosa, lignin, pentosan, abu, silika, serta kelarutan dalam air dingin, air panas dan
alcohol benzen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar selulosa berkisar Antara 42,4% - 53,6%, kadar
lignin bambu berkisar antara 19,8% - 26,6%, sedangkan kadar pentosan 1,24% - 3,77%, kadar abu 1,24% -
3,77%, kadar silika 0,10% - 1,78%, kadar ektraktif (kelarutan dalam air dingin) 4,5% - 9,9%, kadar ekstraktif
(kelarutan dalam air panas) 5,3% - 11,8%, kadar ekstraktif (kelarutan dalam alcohol benzene) 0,9% - 6,9%.
Dengan kandungan kimia dan fisika yang ada bambu sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar
biomassa. Nilai kalori yang tinggi menjadi faktor mengapa bambu dapat digunakan sebagai bahan bakar
gasifikasi. Nilai kalor bambu sangat baik dan dapat bersaing dengan sekam padi, cangkang kelapa sawit
ataupun bahan biomassa lain. Disamping itu jumlahnya yang sangat banyak dan tersebar di seluruh Indonesia
memperjelas bambu sebagai bahan bakar yang sangat prospektif. Selama ini yang banyak digunakan adalah
charcoal bambu di banyak wilayah di dunia seperti di Afrika dan India serta Asia.
B. Gasifikasi
Gasifikasi adalah suatu proses yang mengubah bahan padat menjadi gas. Bahan padat yang dimaksud adalah
bahan bakar padat termasuk didalamnya, biomass, batubara, dan arang dari proses oil refinery. Gas tersebut
merupakan gas-gas yang keluar dari proses gasifikasi yang umumnya berbentuk CO, CO2, H2, dan CH4.
Gasifikasi berbeda dengan pirolisis dan pembakaran. Ketiga dibedakan berdasarkan kebutuhan udara yang
diperlukan selama proses. Jika jumlah udara/bahan bakar (AFR, air fuel ratio) 0 atau tidak membutuhkan
oksigen, maka proses disebut pirolisis. Jika AFR yang diperlukan selama proses berkisar 1.5 maka proses
disebut gasifikasi.
Selama proses gasifikasi reaksi kimia utama yang terjadi adalah endotermis (memerlukan panasdari luar
selama proses berlangsung). Gasifikasi sendiri menggunakan material yang mengandung hidrokarbon seperti
batubara, petcoke (petroleum coke), dan biomassa. Media yang paling umum digunakan pada proses gasifikasi
ialah udara dan uap. Keseluruhan proses gasifikasi terjadi di dalam reaktor gasifikasi yang dikenal dengan
istilah gasifier. Di dalam gasifier inilah terjadi suatu proses pemanasan sampai temperatur reaksi tertentu dan

258
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

selanjutnya bahan bakar tersebut melalui proses pembakaran dengan bereaksi terhadap oksigen untuk
kemudian dihasilkan gas mampu bakar (syngas) dan sisa hasil pembakaran lainnya.
III. SISTEMATIKA PENULISAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Pancasila khususnya untuk pengujian
miniatur/prototype Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa berbahan bakar bambu skala kurang lebih 1kW.
Sedangkan jadwal kegiatan penelitian tersusun pada tabel berikut:
September Oktober November December Januari
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
2 Perancangan
3 Pembuatan Miniatur / Prototype
4 Pengujian Miniatur
5 Pembuatan Laporan Akhir
Studi literatur dilakukan pada tahap awal sebelum dilakukan perancangan PLTBM dan fabrikasi
miniatur alat. Perancangan PLTBM kemudian dilakukan dengan berbagai metode dan referensi serta
perhitungan. Perancangan ini bersifat umum dan didasarkan pada referensi yang ada. Dengan berbagai
kompleksitas sistem pembangkit, maka yang menjadi inti rancangan adalah alat-alat yang memiliki proses inti
dari pembangkit listrik. Mulai dari reaktor gasifier, sistem filter sampai pada konversi ke listrik. Berikut alur
penelitian:

Gambar 1. Alur Penelitian


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Energi listrik yang dibutuhkan 3 desa di Kepulauan X dapat disupplay dengan menggunakan gas
engine GE Jenbacher kapasitas 889kWe. Kapasitas ini cukup untuk meenuhi kebutuhan listrik di 3 desa
Kepulauan X. Rata-rata nilai kalori dari 15 jenis bambu adalah 19,36 MJ/kg bahkan beberapa jenis bambu
dapat mencapai 20 MJ/kg. Nilai 19,36 MJ setara dengan energy sebesar 5.377, 78 Watt hours energi. Tipe
downdraft gasifier yang dipilih merupakan tipe fixed bedgasifier dengan arah aliran udara dari bawah ke
atas.Kelebihan dari tipe downdraft ini adalah tidak terlalu sensitif terhadap tar dan dapat denganmudah
beradaptasi dengan jumlah umpan biomassa. Gas hasil pembakaran dari tipedowndraft gasifier ini bekerja

259
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

dengan cara dilewatkan pada bagian oksidasi dari pembakarandengan cara ditarik mengalir ke bawah sehingga
gas yang dihasilkan akan lebih bersih karenatar dan minyak akan terbakar.
Disamping itu dengan nilai kapasitas mesin tersebut, akan didapatkan ukuran gasifier yang
mendekati raw material pembentuk gasifier yang sudah tersedia. Langkah pertama adalah menentukan laju
produksi syngas yang disuplai ke mesin. Dimana volume hisap mesin dapat dihitung dengan Persamaan 3
yaitu :
1 π
Vs = . rpm. N. . D . S
2 4
1
Vs = . 1.200rpm. 12. (3.060 cm )
2
Vs = 22,03 m /min
Vs = 1.321,8 m³ hr

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 1 kg bambu dengan moisture 15% dapat dikonversi kedalam
gas sebesar 2,185 m3. Maka dari perhitungan kapasitas syngas yang disuplay ke engine atau volume hisap
ruang bakar:
Dengan Vs = 1.321,8 m3/hr dan konversi 1kg bambu kedalam 2.185 m3 gas diperoleh kapasitas bambu yang
dibutuhkan dalam memberi supply bahan bakar ke ruang bakar sebesar 604,9 kg/jam.
Sesuai rujukan literatur kondisi stoikiometri pada rasio udara – producer gas adalah 1,1 : 1. Dengan
kata lain kebutuhan udara untuk 1m³ producer gas mencapai 1,1. Sehingga jika Vg laju pemasukan bahan
bakar, nilai pemasukan akan 2,1 Vg dengan besarnya Vg dihitung dari Persamaan 2 yaitu :
Vs
Vg = f. , f = 80%
2,1
1.321,8
Vg = 0,8.
2,1
m
Vg = 503,54
hr

Untuk beban perapian maksimum Bh 0,9 Nm3/hr.cm², luasan throat Ah dihitung dengan Persamaan 1 yaitu:
Vg
At =
Bh Max
503,54 m hr
At =
0,9 N. m hr. cm
At = 559,48 cm²

Apabila luasan throat dikonversikan kedalam bentuk lingkaran, maka diameter throat akan:
At
dt = 4.
π

4 ∗ 559,48 cm
dt =
π
dt = 26,69 cm = 267 mm

Dari perhitungan seluruh parameter reactor gasifier dan filter system didapatkan gambar desain sebagai berikut:

260
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

Gambar 2. Desain Reaktor Gasifikasi Gambar 3. Desain Cyclone

Gambar 4 Desain Ventury Scrubber Gamber 5 Desain Rotary Separator

V. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian terhadap keseluruhan sistem PLTB yang dirancang, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil rancangan gasifier downdraft memiliki spesifikasi sebagai berikut: dia.shield = 337,8 mm; dia.
throat dt = 428 mm; tinggi penempatan nosel terhadap permukaan atas throat h = 162,64 mm; dia.
core df = 856 mm; dia. penyusunan melingkar nosel dr1 = 727,6 mm; dia. nosel dm = 70,8 mm; jumlah
nosel tujuh buah; tinggi zona pirolisis Lp = 550 mm; tinggi zona reduksi Lr = 950 mm; tinggi zona
drying Ld = 800 mm. Bahan bakar bambu yang dibutuhkan untuk mensupplay gas ke ruang bakar
adalah 604,9 kg/jam.
2. Siklon yang dirancang memiliki spesifikasi sebagai berikut: diameter barrel Dc = 600 mm; lebar inlet
Bc= 150 mm, tinggi inlet Hc= 300 mm, dia. saluran keluar De = 300 mm, tinggi barrel Lc = 1200
mm, Sc = 75 mm, tinggi cone Zc= 1200 mm dan dia. bawah cone Jc= 150 mm.
3. Venturi scrubber memiliki spesifikasi yaitu panjang x lebar throat 300 x 100 mm, tinggi diverging
section = 400 mm, ukuran inlet dan outlet = 400 x 400 mm.
4. Spesifikasi rotary separator hasil rancangan sebagai berikut : tinggi vessel = 1200 mm; diameter
vessel = 600 mm; ukuran inlet = 120 x 120 mm; kecepatan hisap exhaust van = 8 m/s.
5. Kapasitas 700kW termasuk dalam ukuran besar untuk skala PLTB. Oleh sebab itu perancangan
reaktor gasifier tipe downdraft bisa dimanipulasi dengan penggunaan beberapa reaktor dengan
dimensi yang lebih kecil.
6. Bambu terbukti dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku PLTB melalui percobaan yang dilakukan
dengan menggunakan gasifier mini dan gas engine berkapasitas kurang lebih 1kW. Dapat
menghidupkan gas engine melalui producer gas dari reaktor gasifikasi dan filter tar dengan
menggunakan arang.

261
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

B. Saran
Beberapa saran terkait dengan perancangan system pembangkit listrik tenaga biomassa memanfaatkan
bambu antara lain:
1. Perhitungan kalor specific bambu yang akan digunakan sangat penting mengingat jenis bambu yang
sangat bervariasi tergantung lokasi atau wilayah demografis.
2. Bambu dikenal sangat identik dengan getah yang dapat terlihat ketika dibakar, oleh karena itu perlu
threatment yang lebih baik dalam hal filtering terhadap tar dan partikulat lainnya.
3. Penggunaan beberapa reaktor gasifier yang dihubungkan secara parallel dapat membantu
mengoptimalkan desain PLTB biomassa bambu. Membangun dan mendisain satu reaktor besar secara
teori dapat dilakukan tetapi pada saat fabrikasi sangatlah kompleks.
4. Bambu memiliki potensi yang sangat besar dalam membantu masyarakat di kepulauan luar yang
terpisah laut untuk memperoleh listrik penerangan dan fasilitas lainnya. Potensi bambu sebagai
tanaman dengan jumlah carbon yang baik dan ketersediaannya di hampir seluruh wilayah Indonesia
patut tetap dikembangkan di masa depan. Bambu tidak hanya sebagai bahan bangunan ataupun
kerajinan, tetapi juga sangat prospektif untuk dijadikan bahan bakar pembangkit listrik.

DAFTAR PUSTAKA
Asfaw, Abduehak., 2013, Design of Fluidized Bed Bagasse Gasifier. Addis Ababa University.
Bahtiar, Efendi T., 2014. Growth Curve of Five Bamboos Species. Researchgate. Bogor.
Basu, Prabir., 2010, Biomass Gasification and Pyrolisis Practical Design, Elsevier.Inc, United States.
Capareda, Sergio C., 2012. Introduction to Biomass Energy Conversions. CRC Press. Florida.
Cahaya, P. Rachmat. 2013, Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Pembangkit Listrik Biomassa. Universitas
Lampung. Lampung.
Darabant, Andras., 2014. Bamboo Biomass Yield and Feedstock Characteristics of Energy Plantations in
Thailand. Elsevier Ltd. Vienna.
FAO,1986, Wood Gas as Engine Fuel, Publications Division, Food and Agriculture Organization of the United
Nations, Rome, Italy.
Hasler, P. and T. Nussbaumer, 1999, Gas Cleaning for IC Engine Applications from Fixed Bed Biomass
Gasification. Biomass and Bioenergy, 16: pp: 385-395.
Knoef, H.A.M., 2000, A review of fixed bed gasification systems for biomass, School of energy studies for
agriculture, India.
Malau, Sihol, Marito,. 2015. Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Tali (Gigantochloa Apus Kurz.)
di Hutan Rakyat Desa Sirpang Sigodang Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Makkonen, P., 2009, Finnish experience on biomass utilization for cogeneration with emphasis on gasification,
1st European Conference on Polygeneration 16-17 October 2007, Tarragona (Spain).
Natarajan, E., Nordin,A., dan Rao, A.N. 1998. An overview of combustion and gasification of rice husk in
fluidize bed reactor, Journal of biomass and bioenergy. vol 14. pp : 533-546.
Reed, T.B., and Das, A., 1994, Handbook of Biomass Downdraft Gasifier Engine Systems. Biomass Energy
Foundation Press.
Salam, Abdul.P., dkk, 2010, Report On The Status of Biomass Gasification In Thailand And Cambodia,
Prepared for: Energy Environment Partnership (EEP), Mekong Region, Asian Institute of
Technology.
Siregar, Kiman. 2014. Rancang Bangun Gasifier Downdraft dan Aplikasi PLT-Biomassa Kapasitas 50 kW
Untuk Daerah Terisolasi Dari Jaringan Listrik PLN. Researchgate. Bogor
Suprapto, Slamet.,dkk, 2009,Pemanfaatan Gasifikasi Batubara Untuk PLTD Sistem Dual Fuel, Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara Vo.5. No3, pp:121-130.
Tajalli, Arief., 2015. Panduan Penilaian Potensi Biomassa Sebagai Sumber Energi Alternatif di Indonesia.
Penabulu Alliance. Jakarta

262

Anda mungkin juga menyukai