Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE NON


HEMORAGIK (SNH) DI RUANG BERLIAN RSUD DR. H. MOCH ANSARI
SALEH BANJARMASIN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak dimana
terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari
gangguan aliran darah oleh karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah
tertentu di otak, sehingga menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah,
oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel
tersebut dalam waktu relatif singkat. Stroke merupakan penyakit sistem
persyarafan yang paling sering dijumpai
Secara umum stroke dibagi berdasarkan patologi anatomi dan
penyebabnya yaitu:
a. Stroke hemoragik (perdarahan) disebabkan oleh pecahnya cabang
pembuluh darah tertentu di otak akibat dari kerapuhan dindingnya yang
sudah berlangsung lama (proses aterosklerosis/penuaan pembuluh darah)
yang dipercepat oleh berbagai faktor.
b. Stroke non hemoragik atau stroke iskemik dapat disebabkan oleh
sumbatan setempat pada suatu pembuluh darah tertentu di otak yang
sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis (pengerasan dinding
pembuluh darah akibat penumpukan lemak) yang dipercepat oleh berbagai
faktor risiko, sehingga terjadi penebalan kedalam lumen pembuluh
tersebut yang akhirnya dapat menyumbat sebagian atau seluruh lumen
(trombosis). Sumbatan juga dapat disebabkan oleh thrombus atau bekuan
darah yang berasal dari lokasi lain misalnya plak di dinding pembuluh
darah leher yang besar atau dari jantung (emboli).
2. Etiologi
a. Thrombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling
umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala
adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami
pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan
yang tidak dapat dibedakan dari haemorrhagi intracerebral atau embolisme
serebral. Secara umum, thrombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba,
dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada
setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam
atau hari.
b. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang -
cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau
hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan
kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah
karakteristik dari embolisme serebral.
c. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama
karena konstruksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

3. Manifestasi Klinis
Gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke non
hemoragik adalah:
a. Gejala stroke berhubungan dengan anggota gerak
Beberapa gejala penyakit stroke yang berhubungan dengan
gangguan fungsi anggota gerak adalah sebagai berikut:
1) Penurunan kekuatan anggota gerak
2) Mati rasa pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
3) Mati rasa sebelah badan
4) Terasa kesemutan
5) Terasa panas
b. Gejala stroke berhubungan dengan simetris tubuh
Beberapa gejala penyakit stroke yang berhubungan dengan simetris
tubuh adalah sebagai berikut:
1) Simetris tubuh berkurang, mulut dan lidah sulit diluruskan
2) Posisi tubuh kurang simetris
c. Gejala stroke berhubungan dengan aktivitas mulut
Beberapa gejala penyakit stroke yang berhubungan dengan aktifitas
mulut adalah sebagai berikut:
1) Gangguan menelan atau sulit menelan
2) Sering tersedak
3) Bicara tidak jelas
4) Sulit berbahasa
5) Kata-kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan dan sulit dimengerti
6) Bicara tidak lancer
d. Gejala stroke berhubungan dengan gangguan kognitif
Beberapa gejala penyakit stroke yang berhubungan dengan
gangguan kognitif adalah sebagai berikut:
1) Sulit berpikir dan berkata yang tepat
2) Kesulitan memahami
3) Kepandaian menurun
4) Menjadi sedikit pelupa
e. Gejala stroke berhubungan dengan masalah pengendalian tubuh
Beberapa gejala penyakit stroke yang berhubungan dengan masalah
pengendalian tubuh adalah sebagai berikut:
1) Hilangnya kendali terhadap kandung kemih
2) Kesulitan berjalan
3) Langkah kaki mengecil
4) Pusing atau perasaan berputar
f. Gejala stroke berhubungan dengan masalah penglihatan
Beberapa gejala penyakit stroke yang berhubungan dengan masalah
penglihatan adalah sebagai berikut:
1) Penglihatan terganggu
2) Luas pandangan berkurang
3) Penglihatan kabur sesaat
4) Kelopak mata sulit dibuka
g. Gejala stroke berhubungan dengan sensitifitas dan koordinasi tubuh
Beberapa gejala penyakit stroke yang berhubungan dengan
sensitifitas dan koordinasi tubuh adalah sebagai berikut:
1) Menjadi lebih sensitif
2) Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur
3) Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi
4) Pingsan atau tidak sadarkan diri

4. Patofisiologi
Pada stroke iskemik terjadi gangguan fungsi otak secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh penurunan aliran oksigen (akibat penyempitan atau
penyumbatan arteri ke otak) yang dapat mematikan sel-sel saraf. Keadaan
iskemik dapat berlanjut menjadi kematian sel-sel otak yang disebut infark
otak (cerebral infarction). Penyumbatan juga bisa terjadi di sepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua
arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan
cabang dari lengkung aorta jantung.
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah
arteri karotis di leher sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.
Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam
keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak
juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian
menyumbat arteri yang lebih kecil (Dourman, 2013).
5. Pathway
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan diagnostik:
1) CT Scan (Computer Tomografi Scan) Pembidaian ini memperlihatkan
secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan
terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
2) Angiografi serebral Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik okulasi
atau raftur.
3) Pungsi Lumbal Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan.
4) Magnatik Resonan Imaging (MRI): Menunjukan daerah yang
mengalami infark, hemoragik.
5) Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6) Sinar X Tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal.
7) Elektro Encephalografi (EEG) Mengidentifikasi masalah didasarkan
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
b. Pemeriksaan Laboratorium:
1) Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal sewaktu hari – hari pertama.
2) Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg didalam serum. (Arif Muttaqin,
2008, hlm. 139).
3) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah.
7. Penatalaksanaan
Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke
dengan infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai
adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut
memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa
prinsip:
a. Penatalaksanaan Medis
Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
1) Penanganan suportif imun
 Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
 Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
 Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau
aritmia.
2) Meningkatkan darah cerebral (pada stroke non hemoragi)
 Elevasi tekanan darah
 Intervensi bedah
 Ekspansi volume intra vaskuler
 Anti koagulan
3) Pengontrolan tekanan intracranial
 Obat anti edema serebri steroid
 Proteksi cerebral (barbitura)

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika
muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika
stabil
2) Tanda-tanda vital diusahakan stabil
3) Bed rest
4) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
5) Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT
6) Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan
tiap anggota gerak secara pasif seluas geraknya.
7) Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian awal
a. Pengumpulan data :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-
obat adiktif, kegemukan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes mellitus.
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
2. Pengkajian primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

3. Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
a. Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
b. Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
Data obyektif:
a. Perubahan tingkat kesadaran
b. Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia), kelemahan umum.
c. Gangguan penglihatan
2) Sirkulasi
Data Subyektif:
a. Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung,endocarditis,bacterial)
Data obyektif:
a. Hipertensi arterial
b. Disritmia, perubahan EKG
c. Pulsasi : kemungkinan bervariasi
d. Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3) Integritas ego
Data Subyektif:
a. Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
a. Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan
b. kesulitan berekspresi diri
4) Eliminasi
Data Subyektif:
a. Inkontinensia, anuria
b. Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya
suara usus (ileus paralitik).
5) Makan/ minum
Data Subyektif:
a. Nafsu makan hilang
b. Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
c. Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
d. Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
a. Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring)
b. Obesitas ( faktor resiko )
6) Sensori neural
Data Subyektif:
a. Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
b. Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
c. Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
d. Penglihatan berkurang
e. Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
f. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
a. Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
b. Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek
tendon dalam ( kontralateral )
c. Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
d. Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
e. Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
f. Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motoric
g. Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral
7) Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
a. Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
a. Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot/fasial
8) Respirasi
Data Subyektif:
a. Perokok ( faktor resiko )
9) Keamanan
Data obyektif:
a. Motorik/sensorik : masalah dengan penglihata
b. Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
c. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
d. Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
e. Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
f. Interaksi sosial
Data obyektif:
a. Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
(Doenges E, Marilynn,2010 hal 292)

4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
1) Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
2) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
3) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
b) Pemeriksaan integument
1) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu
perlu juga dikaji tanda - tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3
minggu
2) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis .
3) Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c) Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala : bentuk normocephalik
2) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
3) Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan reflex batuk dan menelan.
e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine
g) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis. Umumnya terdapat gangguan nervus
cranialis VII dan XII central.
i) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi
tubuh.
j) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
k) Pemeriksaan reflex
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli
dengan reflex patologis

5. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
penurunan suplai darah ke otak (aterosklerosis, embolisme).
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis,
kehilangan keseimbangan dan koordinasi.
c. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi
otot facial/oral, afasia.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi
nerfus hipoglosus.

6. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
penurunan suplai darah ke otak (aterosklerosis, embolisme).
Tujuan :
 Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi
kognitif dan motorik/sensori.
 Mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil dan tidak adanya
tanda-tanda peningkatan Tekana Intra Kranial.
 Menunjukan tidak ada kelanjutan deteriorasi/kekambuhan
kembali.
Intervensi :
1. Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan
dengan keadaan normalnya.
2. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan
keadaan/penyebab khusus selama koma/penurunan perfusi
jaringan serebral dan potensial terjadinya peningkatan Tekanan
Intra Kranial.
3. Pantau tanda-tanda vital seperti adanya hipertensi/hipotensi,
bandingkan tekanan darah yang terbaca pada kedua lengan.
4. Catat frekuensi dan irama dari pernapasan, auskultasi adanya
murmur.
5. Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutuhan,
gangguan lapang pandang atau kedalam persepsi.
6. Letakan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi
anatomis.
7. Pertahankan keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang
tenang, batasi pengunjung/aktivitas pasien sesuai dengan indikasi.
Berikan istirahat secara periodik antara aktivitas perawatan, batasi
lamanya setiap prosedur.
8. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara.
9. Cegah terjadinya mengejan saat defikasi dan pernapasan yang
memaksa (batuk terus-menerus).
10. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti masa
protrombin, kadar dilatin.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis,
kehilangan keseimbangan dan koordinasi
Tujuan :
 Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan
oleh tidak adanya kontraktur, foot drop.
 Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian
tubuh yang terkena atau kompensasi.
 Mendemontrasikan tehnik/prilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas, dan mempertahankan integritas kulit.
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji kemampuan secara fungsionalnya/luasnya kerusakan awal
dan dengan cara teratur.
2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring) dan
sebagainya dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakan
dalam posisi bagian yang terganggu.
3. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
semua ekstremitas saat masuk. Anjurkan lakukan latihan seperti
latihan kuadrisep/gluteal, meremas bola karet, melakukan jari-jari
dan kaki/telapak.
4. Tinggikan tangan dan kepala.
5. Observasi daerah yang tertekan termasuk warna, edema, atau tanda
lain dari gangguan sirkulasi.
6. Inspeksi kulit terutama pada daerah-daerah yang menonjol secara
teratur. Lakukan massage secara hati-hati pada daerah kemerahan
dan beriakan alat bantu seperti bantalan lunak kulit sesuai dengan
kebutuhan.
7. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
mengguanakan ekstremitas yang tidak sakit untuk
menyokong/menggerakan daerah tubuh yang mengalami
kelemahan.
8. Konsultasikan dengan ahli fisiotrapi secara aktif, latihan resestif,
dan ambulasi pasien.
c. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi
otot facial/oral, afasia.
Tujuan :
 Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi.
 Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
diekspresikan.
 Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi :
1. Kaji tipe atau derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak
memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat
pengertian sendiri.
2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan memberikan umpan
balik.
3. Tunjukan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda
tersebut.
4. Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti SH
atau pus.
5. Minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika
tidak dapat menulis mintalah pasien untuk membaca kalimat yang
pendek.
6. Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi
nerfus hipoglosus.
Tujuan :
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC

Doengoes, Marlynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai