Anda di halaman 1dari 5

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan

kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeklampsia, eklampsia dapat
timbul pada ante, intra, dan posrpartum. Eklampsia posrpartum umumnya hanya terjadi
dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau
tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya
kejang. Preeklampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai
impending eclampsia atau imminent eclampsia.

Diagnosis banding
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain.
OIeh karena itu, diagnosis banding eklampsia menjadi sangat Penting, misalnya perdarahan
otak, hipertensi, lesi otak, kelainan metabolik, meningitis, epilepsi iatrogenik.
Eklampsia selalu didahului oleh preeklampsia. Perawatan praratal untuk kehamilan
dengan predisposisi preeklampsia perlu ketat dilakukan agar dapar. dikenal sedini
mungkin gejala-gejala prodoma eklampsia. sering dijumpai perempuan hamil yang
tampak sehat mendadak menjadi kejang-keiang eklampsia, karena tidak terdeteksi
adanya preeklampsia sebelumnya.
Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik. Tanda-tanda kejang tonik ialah dengan
dimulainya gerakan kejang berupa fiDitcbing dari otot-otot muka khususnya sekitar
mulur, yang beberapa detik kemudian disusul kontraksi otot-otot tubuh yang menegang,
sehingga seluruh tubuh menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah penderita mengalami
distorsi, bola mata menonjol, kedua lengan fieksi, tangan menggenggam,
kedua tungkai dalam posisi inaerse. Semua otot tubuh pada saat ini dalam keadaan
kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung 15 - 30 detik.
Kejang tonik ini segera disusul dengan kejang klonik. Kejang klonik dimulai dengan
terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai pula
dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi
intermiten pada oror-orot muka dan otot-otot seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi
otot-otot tubuh ini sehingga seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Seringkali
pula lidah tergigit akibat kontraksi otot rahang yang terbuka dan tertutup
dengan kuat. Dari mulut keluar liur berbusa yang kadang-kadang disertai bercakbercak
darah. Wajah tampak membengkak karena kongesti dan pada konjungtiva
mata dijumpai bintik-bintik perdarahan.
Pada waktu timbul kejang, diafragma terfiksir, sehingga pernapasan tertahan, keiang
klonik berlangsung kurang lebih 1 menit. Setelah itu berangsur-angsur kejang melemah,
dan akhirnya penderita diam tidak bergerak.
l^ama kejang klonik ini kurang lebih 1 menit, kemudian berangsur-angsur kontraksi
melemah dan akhirnya berhenti serta penderita iatuh ke dalam koma. Pada waktu
timbul kejang, tekanan darah dengan cepat meningkat. Demikian juga suhu badan
meningkat, yang mungkin oleh karena gangguan serebral. Penderita mengalami inkontinensia
disertai dengan oliguria atau anuria dan kadang-kadang terjadi aspirasi
bahan muntah.
Koma yang terjadi setelah kejang, berlangsung sangat bervariasi dan bila tidak segera
diberi obat-obat antikejang akan segera disusul dengan episode kejang berikutnya.
Setelah berakhirnya kejang, frekuensi pernapasan meningkat, dapat mencapai 50 kali
per menit akibat terjadinya hiperkardia, atau hipoksia. Pada beberapa kasus bahkan
dapat menimbulkan sianosis. Penderita yang sadar kembali dari koma, umumnya
mingalami disorientasi dan sedikit gelisah. Untuk menilai deraiat hilangnya kesadaran,
dapat dipakai beberapa cara. Di Rumah Sakit Dr. Soetomo telah diperkenalkan
suaru cara untuk menilai deraiat kedalaman koma tersebut yaitu Gksgoza Coma Scale.

Perawatan eklampsia
Perawatan dasar eklan-rpsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi
vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing Circwlation (ABC), mengarasi dan
mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidernia mencegah rrauma pada pasien
pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada wakiu kriiis hipertensi,
melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang rcpar.
Perawatan medikamentosa dan perawaran suportif eklampsia, merupakan pe.r*atan
yang sangar penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklampsia ialah mencegah
dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi peni,ulit, khususnya hipenensi
krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melairirkan
ianin pada saar dan dengan cara yang repar.

Pengobatan medikamentosa
- Obat antikejang
obat antikejang yang menjadi pilihan peftama ialah magnesium sulfat. Bila dengan
jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain, misalnya
tiopenml. Diazepam dapat dipakai sebagai alternatif pilihan, namun mengingat
dosis yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakut r" oleh
mereka yang telah berpengalaman. Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai
dengan memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotonika araupun obat-obat
anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan benar-benar atas indikasi.
- Magnesium sulfat (MgSOa)
Pe_mberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian magnesium
sulfat pada preeklampsia berat. Pengobatan suponif rerurama ditujukan ,.,,uk grngguan
fungsi organ-organ penting, misalnya tindakan-tindakan untuk -.-p.ibriti
asidosis, mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur tekanan darah, mincegah
dekompensasi kordis.
Pada. penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sangat penring,
misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar iiolaii, mencegah
aspirasi, mengarur infus penderita, dan monitoring produksi urin.
- Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertolongan ialah mencegah
penderita mengalami rrauma akibat kejang-kejang tersebut.
Dirawat di kamar isolasi cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi sianosis
segera dapat diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur yang lebar,
dengan rail rcmpat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya
masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas
sudap. lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala direndahkan
dan daerah orofaring diisap. Hendaknya dijaga agar. kepala, dan ekstremitas
penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda keras di sekitarnya. Fiksasi badan pada
tempat tidur harus cukup kendor, guna menghindari
fraktur. Bila penderita selesai keiang-kejang, segera beri oksigenas.
- Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau mempertahankan
diri terhadap suhu yang ekstrem, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan aspirasi,
karena hilangnya refleks muntah. Bahaya terbesar yang mengancam penderita
koma, ialah terbuntunya jalan napas atas. Setiap penderita eklampsia yang jatuh
dalam koma harus dianggap bahwa jalan napas atas terbuntu, kecuali dibukdkan
lain.
Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang iatuh koma (tidak
sadar), ialah menjaga dan mengusahakan agar ialan naPas atas tetap terbuka.
Untuk menghindari terbuntunya jalan napas atas oleh pangkal lidah dan epiglotis
dilakukan tindakan sebagai berikut. Carayang sederhana dan cukup efektif dalam
menjaga terbukanya jalan napas atas. ialah dengan manuver bead tib-nech lift, yaitu
kepala direndahkan dan leher dalarn posisi ekstensi ke belakang atau head tib-chain
lift, dengao kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, ar.au iaw)-thrust, yaitu
mandibula kiri kanan diekstensikan ke atas sambil mengangkat kepala ke belakang.
Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan Pemasangan oropbaryngeal
airaaya6.
Hal penting kedua yang perlu diperhatikan ialah bahwa penderita koma akan kehilangan
refleks muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung
sangat besar. Lambung ibu hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh.
Oleh karena itu, semua benda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik
berupa lendir maupun sisa makanan, han:s segera diisap secara intermiten. Penderita
ditidurkan daiam posisi stabii untuk drainase lendir.
Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai Gksgow Coma Scale.
Pada perawaran koma perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita.
Pada koma yang larna, bila nutrisi tidak mungkin; dapat diberikan melalui
Naso Gastric Tube (NGT).
- Perawatan edema paru
Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita dirawat di ICU karena membutuhkan
perawatan animasi dengan respirator.
Pengobatan obstetrik
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri,
tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah
mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu.
Pada perawatan pascapersalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tandatanda
vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
Prognosis
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka geiala perbaikan
akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir perubahan patofisiologik
akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12
jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik,
karena hal ini merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal
dalam beberapa jam kemudian.
Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu
yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsia
juga tergolong buruk. Seringkali janin mati intrauterin atau mari pada fase neonatal
karena memang kondisi bayi sudah sangat inferior.

1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008

2. panduan praktik klinis


Williams and Galerneau. Pathophysiology of Eclampsia
Clinics in Mother and Child Health 2015, 12:4

Ada dua hipotesis tentang perubahan vaskular yang terkait dengan eklampsia. Vasospasme
yang menyebabkan iskemia lokal akan mengakibatkan nekrosis arteri dan gangguan sawar
darah-otak, yang mengarah ke edema serebral. Studi angiografi telah menunjukkan edema
serebral dan vasospasme. Sebaliknya, vasokonstriksi mungkin lebih protektif daripada
respons patologis terhadap tekanan arteri ekstrem. Ini dapat mencegah peningkatan perfusi
arteri yang tidak terkendali dan kerusakan distal
sirkulasi mikro. Pada tekanan arteri yang tinggi, otot polos pembuluh darah dapat mencapai
batas kekuatannya dan kemudian melebar. Segmen pendek vasodilate pertama, tetapi mereka
memperpanjang sampai panjang pembuluh terganggu. Urutan ini dapat ditampilkan selama
hipertensi eksperimental. Pelebaran ini terkait dengan kerusakan dinding pembuluh darah,
edema fokal, dan peningkatan pasif dalam aliran darah otak. Manakah dari mekanisme ini
yang bertanggung jawab atas perubahan eklampsia tidak diketahui. Baik vasogenik dan
sitotoksik
edema telah ditunjukkan pada eklampsia. Studi menggunakan gambar MR tertimbang difusi
menemukan bahwa daerah hiperintens pada MR ini memiliki nilai koefisien difusi yang jelas
tinggi, menunjukkan edema vasogenik dan bukan edema sitotoksik.
Sampai saat ini, sebagian besar penelitian telah menunjukkan bahwa pada pre-eklampsia /
eklampsia yang mapan, perubahan signifikan terjadi pada hemodinamik serebral yang
berhubungan dengan vasospasme dan hiperperfusi. Meskipun demikian, mekanisme pasti
dimana wanita mengalami kejang selama preeklampsia tidak diketahui. Studi longitudinal
perlu dirancang untuk menilai prediksi eklampsia untuk meningkatkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

Hipertensi pada kehamilan menyulitkan sekitar 7-10% dari


kehamilan dan tetap menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan
perinatal. Pre-eklampsia / eklampsia berat terjadi pada sekitar 1-3 dalam 1000 wanita
dianggap sebagai progresi terminal pre-eklampsia. Angka kematian ibu untuk eklampsia
adalah 2-3 kasus per 10.000 kelahiran di Eropa dan Amerika Utara dan 16-69 kasus per
10.000 kelahiran di negara berkembang. 10-15% kematian ibu langsung berhubungan dengan
preeklampsia setiap tahun.
Dari semua sistem organ yang terpengaruh, penting untuk dicatat bahwa otak hanya dapat
dinilai dengan tanda dan gejala. Tidak ada pemeriksaan laboratorium darah atau urin yang
sederhana yang dapat menyediakan mekanisme apa pun untuk menilai fungsi otak. Teknik-
teknik lain seperti computed tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI)
adalah non-invasif, tetapi tidak mudah diulang.
Meskipun merupakan penyakit yang dipelajari dengan baik, patofisiologi pre eklampsia
masih belum pasti. Beberapa faktor utama dianggap memiliki peran dalam perkembangan
pre-eklampsia, yang dianggap sebagai gangguan pembuluh darah. Penyebab paling mungkin
untuk penyakit ini adalah kegagalan invasi trofoblas yang menyebabkan kegagalan
transformasi arteri spiral uterus, dan kedalaman yang tidak tepat dari plasenta. Trofoblas
adalah sel pertama yang berdiferensiasi dari sel telur yang dibuahi, mereka membentuk
membran luar plasenta, dan bertanggung jawab atas pertukaran nutrisi dan oksigen antara
ibu dan janin. Juga, sel-sel pembunuh alami desidua (NK) dapat mengatur invasi trofoblas
dan pertumbuhan pembuluh darah, dua proses penting dalam perkembangan plasenta.
Ekspresi abnormal antigen permukaan sel NK dan kegagalan dalam regulasi sitotoksisitas
dan sitokin sel NK atau faktor angiogenik mungkin menjadi beberapa penyebab
preeklampsia, yang menghasilkan aliran tinggi dan tekanan tinggi. Akibatnya, ada risiko
tinggi untuk cedera iskemia-reperfusi plasenta karena vasokonstriksi arteri ibu, yang akan
mengarah pada pembentukan radikal oksigen reaktif dan disfungsi endotelial lebih lanjut.
Dengan demikian, pre-eklampsia dapat dikaitkan dengan pelepasan berlebihan beberapa
mediator oleh sel-sel endotel yang terluka.

Eclampsia
Magnesium Sulphate
Loading Dose Maintenance Dose “Booster” Dose (If Necessary)
_ 4–6 g IV, slow infusion (20 min)
_ 2–3 of 10 mL ampoules
(20 mg/mL) in 100 mL of physiologic solution
_ Perfusion at 200–300 mL/h
_ 2–3 g IV
_ 8 of 10 mL ampoules (50 mg/mL)
in 1000 mL of physiologic
solution or glucose solution
_ Perfusion at 50–75 mL/h,
maintain for 24 h after birth of
after last seizure
_ 2 g IV, slow infusion (10 min)
_ 1 of 10 mL ampoule (20 mg/mL)
if recurrent seizures
If magnesium sulphate is contraindicated or if the patient is refractory to this treatment:
Diazepam, 5 mg IV (5 min), repeat until max dose (20 mg).

Pemberian MgSO4 pada eklampsia dimulai dengan loading dose yaitu 4-6 gr IV, bolus pelan dalam 20 menit
atau 10 ml MgSO4 40% dalam 100cc cairan fisiologis, dengan kecepatan 200-300ml/jam. Dosis maintenance

Anda mungkin juga menyukai