Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. I.

L DENGAN
PREMATUR/BBLR DI RUANGAN POLI BAYI DAN
TUMBUH KEMBANG RSUP PROF DR R.D
KANDOU MANADO

OLEH :

MUTHMAINNA LAKIBU

1804028

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal

(37 minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik.

Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama

diantara bayi dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya

berkaitan dengan terjadinya peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan

sering di anggap sebagai periode kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin

1996)

Masalah Kesehatan pada bayi prematur, membutuhkan asuhan keperawatan,

dimana pada bayi prematur sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih

membutuhkan cairan-cairan dan pengobatan /serta pemeriksaan Laboratorium

yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan terapi pada bayi dan anak

yang meliputi peran perawat sebagai advokad, fasilitator, pelaksanaan dan

pemberi asuhan keperawatan kepada klien.

Tujuan pemberian pelayanan kesehatan pada bayi prematur dengan asuhan

keperawatan secara komprehensif adalah untuk menyelesaikan masalah

keperawatan.
B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada bayi dengan prematur.

2. Tujuan Khsusus

Agar memperoleh gambaran nyata mengenai :

1. Pengkajian keperawatan pada bayi prematur

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada bayi prematur.

3. Perencanaan Keperawatan yang akan dilaksanakan pada bayi prematur

4. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada bayi prematur

5. Evaluasi keperawatan pada bayi premature


BAB II
KONSEP DASAR BAYI PREMATUR

A. PENGERTIAN
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang
atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir.
(Donna L Wong 2004)
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37,
dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai
periode kehamilan memendek. Prematuritas dan berat lahir rendah
biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat
1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya
peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan.
Berasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi
3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34
minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari
28 minggu.(Martono, Hari. 2007)
Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang
dari 259 hari dihitung dari terakhir haid / menstruasi ibu. (Hasuki, Irfan.
2007)
Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi
itu. (Hassan, Rusepno. 2005)
B. ETIOLOGI
a. Faktor Maternal
Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes
mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi
dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada
pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari plasenta
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi
ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996)

Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :


a. Kehamilan
- Malformasi Uterus
- Kehamilan ganda
- TI. Servik Inkompeten
- KPD
- Pre eklamsia
- Riwayat kelahiran premature
- Kelainan Rh
b. Penyakit
- Diabetes Maternal
- Hipertensi Kronik
- UTI
- Penyakit akut lain
c. Sosial Ekonomi
- Tidak melakukan perawatan prenatal
- Status sosial ekonomi rendah
- Malnutrisi
- Kehamilan remaja
Faktor Resiko Persalinan Prematur :
a. Resiko Demografik
- Ras
- Usia (<> 40 tahun)
- Status sosio ekonomi rendah
- Belum menikah
- Tingkat pendidikan rendah
b. Resiko Medis
- Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
- Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
- Anomali uterus
- Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
- Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-
masalah plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta),
pembedahan abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI),
inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin
c. Resiko Perilaku dan Lingkungan
- Nutrisi buruk
- Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
- Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
- Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
d. Faktor Resiko Potensial
- Stres
- Iritabilitas uterus
- Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
- Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
- Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
- Defisiensi progesteron
- Infeksi
(Bobak, Ed 4. 2005)

PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui
secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi
pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan
kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal
care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama
kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain
merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg
masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol
juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa
menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa
bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa
gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi
lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk
memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.

Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor


resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai
demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu,
riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat
abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion,
anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada
kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,
riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor
resiko mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan
keduanya. (Kapita selekta, 2000 : 274)

D. KLASIFIKASI PADA BAYI PREMATURE


a. Bayi prematur digaris batas
 37 mg, masa gestasi
 2500 gr, 3250 gr
 16 % seluruh kelahiran hidup
 Biasanya normal
 Masalah :
- Ketidak stabilan
- Kesulitan menyusu
- Ikterik
- RDS mungkin muncul
 Penampilan :
- Lipatan pada kaki sedikit
- Payudara lebih kecil
- Lanugo banyak
- Genitalia kurang berkembang
b. Bayi Prematur Sedang
 31 mg – 36 gestasi
 1500 gr – 2500 gram
 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
 Masalah :
- Ketidak stabilan
- Pengaturan glukosa
- RDS
- Ikterik
- Anemia
- Infeksi
- Kesulitan menyusu
 Penampilan :
- Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah
- Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak
c. Bayi Sangat Prematur
 24 mg – 30 mg gestasi
 500 gr – 1400 gr
 0,8 % seluruh kelahiran hidup
 Masalah : semua
 Penampilan :
- Kecil tidak memiliki lemak
- Kulit sangat tipis
- Kedua mata mungkin berdempetan
(Bobak. Ed 4. 2005)
Karakteristik Bayi Prematur :
o Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
o Kepala dan badan disporposional
o Kulit tipis dan keriput
o Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
o Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
o Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
o Labia dan clitoris tampak menonjol
o Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki
Kondisi yang menimbulkan masalah bayi prematur :
a. Sistem Pernapasan
~ Otot-otot pernapasan susah berkembang
~ Dinding dada tidak stabil
~ Produksi surfaktan penurunan
~ Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan sianosis
~ Gangguan reflek dan batuk
b. Sistem Pencernaan
~ Ukuran Lambung Kecil
~ Enzim penurunan
~ Garam Empedu Kurang
~ Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen
~ Keterbatasan melepas insulin
~ Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan
c. Kestabilan Suhu
~ Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit
~ Kemampuan menggigil menurunan
~ Aktivitas kurang
d. Sistem Ginjal
~ Ekskresi sodium meningkat
~ Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun
~ Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino
& sodium
e. Sistem Syaraf
~ Respon untuk stimulasi lambat
~ Reflek gag, menghisap & menelan kurang
~ Reflek batuk lemah
~ Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung
f. Infeksi
~ Pembentukan antibodi kurang
~ Tidak ada immunoglobulin M
~ Kemotaksis terbatas
~ Opsonization penurunan
~ Hypo fungsi kel. adrenal
g. Fungsi Liver
~ Kemampuan mengkonjugasi billirubin
~ Penurunan Hb setelah lahir

E. KOMPLIKASI UMUM PADA BAYI PREMATUR


a. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi,
sianosis, peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik,
hipotensi dan syok
b. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas
(ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea,
dan faring. (Whaley & Wong, 1995)
c. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
d. Necrotizing Enterocolitas (NEC)  (Bobak. 2005)

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan
suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian
oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan vitamin dan zat
besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan
kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia
perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh
bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan
untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator
berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan
pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator
dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg
dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat
tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak
ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang
lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan
memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam
incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena
radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang
dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini
ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat
servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan
pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat
bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin
untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku,
warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit
yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat
diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature.
Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature
berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang
lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangat premature (<30>
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan
premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan
bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi
prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi
untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks,
peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan
ASI perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara
memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI
perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa
lambung.
1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi)
dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari
pertama kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI donor
dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali sehari.
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34
minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah
ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali
sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 –
31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan
ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
3) Bayi prematur dengan berat lahir <1250>
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama
lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari
dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah sebaik
– baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup
bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar
bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan
cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga
dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada
umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang
mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari –
hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung
(orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5
ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12
jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap
hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki
keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan
kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal),
screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat
kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan
aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung
maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi
silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang
berhubungan dengan bayi.
Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi
yang tidak terkena infeksi
2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi
(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu
untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)
4. Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang
telah disediakan
7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi
mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa
menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan
pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada
bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut
penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat
daripada jika si bayi jarang disentuh.
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan
membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah
suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah
boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan
patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya
mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus
dengan kondisi kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun
dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi
prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang
proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan
ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum
ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat
pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh
yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan
supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau
penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati
kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi.
Karenanya orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil
supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan
terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum
memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah
disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi
tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan
BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera
membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat,
mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan
perbedaan warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan
berwarna cerah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
2. Pemantauan gas darah arteri
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar
PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.

3. Kimia darah sesuai kebutuhan


v Hb (Hemoglobin)
Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl
v Ht (Hematokrit)
Ht normal berkisar 45% - 53%
v LED darah lengkap untuk anak – anak
Menurut :
Westerfreen : 0 – 10 mm/jam
Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
v Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi
dari 6.000 – 225.000/ mm³.
v Trombosit
Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
v Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)
Adalah 14 – 27 mEq/ L
v Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari)
Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.
v MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel
MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³
v Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
5. Penyimpangan darah tali pusat
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120
sampai 160 dpm) murmur jantung yang dapat menandakan duktus
arteriosus paten (PDA)
b. Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
c. Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin
mudah di gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar
Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat
Reflek tergantung pada usia gestasi
d. Pernafasan
Apgar score mungkin rendah
Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten
(40-60 x/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi
suprasternal subternal, sianosis ada.
Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres
pernafasan (RDS)
e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah
Menangis mungkin lemah
Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
Kulit transparan
Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
Ekstremitas tampak edema
Garis telapak kaki terlihat
Kuku pendek
f. Seksualitas
Persalinan / kelahiran tergesa-gesa
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris
menonjol testis pria tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada
pada skrotum
g. Data Penunjang :
 Pengobatan :
- Cettrazidine 2 x 75 mg
- Aminophylin 2 x 0,15 /IV
- Mikasin 2 x 10 mg
- Aminosteril 15 cc
 Perhatian Khusus:
- O2
- Observasi TTV
 Laboratorium pada tanggal 27 September 2005 :
- Ht : 46 vol %
- Hb : 15,7 gr/dl
- Leukosit : 11 900 ul
- Clorida darah : 112 mEq
- Natrium darah : 140
- Kalium : 4,1
- GDS : 63
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi, sianosis, apnea.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat
pernafasan perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
produksi surfaktan.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar Hb
dalam darah.
e. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang koordinasi reflek mengisap dan menelan.
f. Resiko tinggi hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP
imatur, ketidak mampuan merasakan dingin berkeringat.
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur
invasif
h. Kurang Pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang keadaannya anaknya
i. Ketakutan orang tua berhubungan dengan takut akan kehilangan
anaknya
j. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit anaknya
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 1. Observasi pernafasan seperti cuping 1. Mengetahui frekuensi, pola,suara napas pasien
jam diharapkan pertukaran gas pasien kembali hidung, dispnea, dan ronkhi 2. Mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler
normal dengan kriteria hasil: 2. Observasi status jantung 3. Meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki
1. Tidak terdapat dispnea (frekuensi,pola,suara jantung) kontraktilitas dan penurunan kongesti
2. Nilai AGD dalam rentang normal 3. Observasi pemberian oksigen dan catat 4. Mencegah pasien menjadi sianosis dan tetap
3. Pasien tidak sesak lagi setiap jam ubah sisi alat setiap 3-4 jam mempertahankan suhu tubuh pasien dalam keadaan
4. Tidak terjadi sianosis 4. Pantau warna kulit dan mukosa bibir hangat

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 1. Observasi frekuensi pernafasan dan pola 1. Mengetahui status pernapasan klien
jam diharapkan pola napas pasien kembali normal nafas (pernafasan, tonus otot dan warna 2. Meningkatkan pengembangan paru
dengan kriteria hasil: kulit) 3. Merangsang bayi agar mau menangis sehingga
1. Respirasi Rate 30-60 x/menit 2. Posisikan bayi terlentang dengan gulungan pengembangan paru diharapkan akan mengembang secara
2. Tidak terdapat penggunaan otot-otot bantu
kain di bawah bahu sempurna
napas 4. Membantu memperlancar pernapasan pada bayi
3. berikan rangsangan táctil
3. Tidak bernapas dengan cuping hidung
4. kolaborasi:
 Berikan O2 = ½ liter
 Berikan obat aminofilin 2 x 0,15
cc
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan produksi surfaktan.
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Observasi pernapasan klien: suara napas, frekuensi napas 1. Mengetahui status pernapasan
2. Lakukan fisioterapi dada dengan menepuk-nepuk dada atau
diharapkan saluran napas klien bersih, dengan kriteria hasil: klien
punggung pasien dengan 2 jari perawat
1. Tidak terdengar suara napas tambahan ronchi 2. Membantu pengeluaran sekret
3. Kolaborasi suction untuk mengeluarkan sekret pada pasien
2. Tidak terdapat sekret
3. Membantu mengeluarkan sekret
3. Pasien dapat bernapas dengan lega
dan melancarkan jalan napas
pasien

d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar Hb dalam darah


Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda-tanda vital, bunyi jantung, 1. Data dasar mengetahui perkembangan klien dan
diharapkan resiko perubahan perfusi klien tidak terjadi, dengan denyut jantung, irama jantung mengetahui ada tidaknya kelainan jantung
kriteria hasil: 2. Observasi pengisian kapiler klien 2. Mengetahui pengisian kapiler klien dalam batas
1. TTV dalam batas normal (Nadi: 120-160x/mnt, Suhu: 36- 3. Anjurkan penggunaan kaos kaki dan minyak normal
37,4 derajat celcius, Respirasi: 30-60x/mnt) hangat pada telapak tangan dan kaki 3. Menjaga agar akral tetap hangat
2. Akral klien hangat
3. Pengisian kapiler < 3 detik

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi enzim.
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
setelah diberikan askep selama 5x24 jam 1. Pantau dan dokumentasikan haluaran tiap jam secara 1. Mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil
diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan adekuat yang diharapkan
kriteria hasil : 2. Membantu menentukan berat badan yang ideal
1. Pasien menghabiskan 50-100cc 2. Timbang BB klien 3. Mengurangi anoreksia, mual dan muntah
asi atau susu formula 3. Berikan susu sedikit tapi sering 4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan
2. Tidak mengalami anoreksia, 4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat intervensi yang tepat dalam pengawasan kefektifan
mual, muntah badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, obat, kemajuan penyembuhan
3. Menunjukkan peningkatan adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. 5. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
berat badan 5. Monitor intake dan output secara periodik. 6. Menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan
6. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada masalah untuk meningkatkan nutrisi.
hubungannya dengan medikasi.
f. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidak mampian merasakan dingin
dan berkeringat
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. gunakan lampu pemanas selama prosedur 1. mempertahankan panas tubuh
selama 3x24jam diharapkan hipotermia 2. kurangi pemajanan pada aliran udara 2. mengurangi penguapan melalui konveksi
tidak terjadi dengan kriteria hasil: 3. ganti bila pakaian basah 3. pakaian basah bisa menyebabkan hipotermi
1. suhu tubuh dalam batas normal 4. observasi system pengaturan suhu incubator setiap 15 4. mengetahui adanya peningkatan dan penurunan
0 o
(36,8-37,4 C) menit (33,4 C) suhu inkubator yg dapat mempengaruhi suhu tubuh
2. akral tersaba hangat

g. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif


Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Pertahankan cuci tangan yang benar 1. Sebagai universal precaution
selama 3x24jam diharapkan infeksi tidak 2. Pertahankan kesterilan alat 2. Mencegah terjadinya infeksi
terjadi dengan kriteria hasil : 3. Observasi tanda – tanda vital, terutama suhu 3. Peningkatan suhu terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah
1. Tidak terjadi tanda-tanda tubuh proses penyakit atau infeksi
infeksi 4. Tekankan pentingnya oral hygiene yang 4. Terjadinya stomatitis meningkatkan resiko terhadap infeksi/pertumbuhan
2. TTV normal baik sekunder
5. Hindari atau batasi prosedur invasif. Taati 5. Menurunkan risiko kontaminasi, membatasi masuknya agen infeksi
tehnik aseptik 6. Digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau diberikan secara
6. Berikan antibiotik sesuai indikasi profilaktik pada klien imunosupresi
h.Kurang Pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang keadaannya anaknya
Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Observasi pemahaman kelurga tentang bayi prematur. 1. Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan,
selama 1x24 jam diharapkan pasien salah informasi dan memberi kesempatan untuk
dapat menerima informasi tentang memberikan informasi tambahan sesuai keperluan.
kondisi anaknya dengan kriteria hasil: 2. Mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
1. Klien mengatakan mengerti dengan
memudahkan perawat dalam memberikan
informasi yang diberikan.
2. Observasi pengetahuan klien mengenai kondisi anaknya informasi.
2. Klien mampu mengulang informasi
3. Memenuhi kebutuhan belajar klien.
yang telah diberikan.
4. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang
3. Jelaskan mengenai hal – hal yang ingin diketahui oleh klien. pengobatan dan perawatan diri sehingga orang tua
anak dapat bersikap kooperatif.
4. Berikan informasi tentang pengobatan dan perawatan tentang 5. Memberikan kesempatan untuk mengoreksi
kondisi anaknya persepsi yang salah dan mengurangi kecemasan.

5. Motivasi orang tua pasien mengekspresikan ketidaktahuan /


kecemasan dan beri informasi yang dibutuhkan

i.Ketakutan orang tua berhubungan dengan takut akan kehilangan anaknya


Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1. Dampingi orang tua pasien dalam merawat anaknya 1. Mengurangi ketegangan pada orang tua saat merawat
1x24 jam diharapkan kecemasan pasien 2. Bantu orang tua untuk mengekspresikan ketakutan anaknya
berkurang dengan kriteria hasil: 3. Ajarkan orang tua tentang teknik relaksasi dengan 2. Mengurangi stres pada orang tua dalam menghadapi
1. Orang tua dapat menerima kondisi menarik napas dalam kondisi anaknya
anaknya 3. Mengurangi ketakutan orang tua
2. Ketakuan orang tua berkurang

j. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit anaknya


Rencana tujuan intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Beri penjelasan kepada keluarga tentang penyebab 1. Agar keluarga mengerti tentang penyakit pasien
selama 1x24 jam diharapkan kecemasan bayi prematur 2. Mengurangi kecemasan dan memotivasi keluarga dalam
orang tua pasien berkurang dengan 2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan perawatan pasien
kriteria hasil: hal-hal yang tidak diketahui 3. Untuk mengetahui tentang informasi yang telah disampaikan
1. Orang tua pasien tidak tampak 3. Lakukan evaluasi setelah memberikan penjelasan pada apakah benar-benar sudah diterima atau belum
cemas keluarga 4. Dapat memberi support dalam proses penyembuhan pasien.
2. Ekspresi wajah tenang 4. Libatkan orang tua dalam perawatan pasien

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan adalah langkah keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan tindakan keperawatan yang
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.

E. EVALUASI
a) Pertukaran gas kembali normal
b) Pola napas kembali normal
c) Jalan napas pasien bersih
d) Perfusi jaringan pasien kembali normal
e) Bayi dapat menunjukan penambahan berat badan (2x 20-30 gr/hr)
f) Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi
g) Bayi tidak mengalami infeksi
h) Pengetahuan orang tua bertambah tentang kondisi anaknya
i) Orang tua tidak cemas saat merawat anaknya
j) Orang tua tidak mengalami ketakutan saat mengetahui kondisi anaknya
DAFTAR PUSTAKA

Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.

Dorlan, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media

Asculapius FKUI

Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

http/healthrefernce-ilham.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai