Ziarah Kubur
Ziarah Kubur
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ziarah kubur?
2. Apa saja Dalil dan Dasar Hukum Ziarah Kubur?
3. Apa saja Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Ziarah Kubur?
4. Apa saja kesunahan dalam ziarah kubur?
5. Apa hikmah dari ziarah kubur?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ziarah kubur
2. Untuk mengetahui hukum ziarah kubur
3. Untuk mengetahui kesunahan dalam ziarah kubur
4. Untuk mengetahui hikmah ziarah kubur
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
ﺍﻟسالم: كﺎن ﺍﻟنﺒي صﻠى هللا ﻋﻠﻴه ﻭسﻠﻢ كﻠمﺎ كﺎنت ﻟﻴﻠﺘﻬﺎ ﻳخﺮج من آخﺮ ﺍﻟﻠﻴل إﻟى ﺍﻟﺒﻘﻴع فﻴﻘﻮل: ﻋن ﻋﺎئشة ﺭضي هللا ﻋنﻬﺎ ﻗﺎﻟت
[ﺭﻭﺍﻩ مسﻠﻢ. ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍغفﺮ ألﻫل ﺑﻘﻴع ﺍﻟغﻘﺪ،]ﻋﻠﻴكﻢ دﺍﺭ ﻗﻮم مؤمنﻴن ﻭأتﺎكﻢ مﺎ تﻮﻋﺪﻭن غﺪﺍ مؤجﻠﻮن ﻭإنﺎ إن شﺎء هللا ﺑكﻢ الﺣﻘﻮن
Artinya :
“Dari A’isyah ra. ia berkata : “adalah Nabi SAW. ketika sampai giliran beliau padanya (A’isyah)
beliau keluar pada akhir malam hari itu ke kuburan Baqi’ seraya berkata : “Assalamu’alaikum
hai tempat bersemayam kaum mukminin. Akan datang kepada kamu janji Tuhan yang
ditangguhkan itu besok, dan kami Insya Allah akan menyusul kamu. Hai Tuhan ampunilah ahli
Baqi’ al-Gharqad”. (HR. Muslim)
3
3. Fatwa Syaikh Ali Ma’shum dalam kitabnya “Hujjatu Ahlissunnah” bab ziarah kubur :
فﻘﺎل جمﺎﻋة من أﻫل ﺍﻟعﻠﻢ ﺑكﺮﺍﻫﻴﺘﻬﺎ كﺮﺍﻫة تحﺮﻳﻢ أﻭ تنﺰﻳه ﻟحﺪﻳث أﺑي ﻫﺮﻳﺮﺓ أن ﺭسﻮل هللا،ﻭﺍخﺘﻠف في ﺯﻳﺎﺭﺓ ﺍﻟنسﺎء ﻟﻠﻘﺒﻮﺭ
، ﻭذﻫب ﺍألكثﺮﻭن إﻟى ﺍﻟجﻮﺍﺯ إذﺍ أمنت ﺍﻟفﺘنة. ﺭﻭﺍﻩ أﺣمﺪ ﻭﺍﺑن مﺎجه ﻭﺍﻟﺘﺮمذي.صﻠى هللا ﻋﻠﻴه ﻭسﻠﻢ ﻟعن ﺯﻭﺍﺭﺍت ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ
. ﺍﻟسالم ﻋﻠﻴكﻢ أﻫل دﻳﺎﺭ ﺍﻟمسﻠمﻴن: كﻴف أﻗﻮل ﻳﺎ ﺭسﻮل هللا إذﺍ ﺯﺭت ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ؟ ﻗﻮﻟي: ﻭﺍسﺘﺪﻟﻮﺍ ﺑمﺎ ﺭﻭﺍﻩ مسﻠﻢ ﻋن ﻋﺎئشة ﻗﺎﻟت
58 : ]ﺍﻫـ [ﺣجة أﻫل ﺍﻟسنة ﻟﻠشﻴخ ﻋﻠى معﺼﻮم
Artinya:
"Para ulama berselisih pendapat mengenai kaum wanita berziarah kubur, Segolongan ulama
mengatakan makruh tahrim atau tanzih, karena ada Hadits riwayat Abu Hurairah bahwa
Rusulullah SAW. mengutuk wanita-wanita yang berziarah kubur. (HR. Ibun Majah dan
Tirmidzi). Sementara mayoritas ulama mengatakan boleh, apabila terjamin keamanannya dari
fitnah, Dalilnya yaitu hadits riwayat Muslim dari Siti A’isyah ra dia berkata : apa yang saya baca
ketika ziarah kubur, hai rasul? Rasul bersabda : bacalah Assalamu’alaikum Ahla Diyaril
Muslimin”.
4
mengadakan perjalanan ke selain tiga masjid ini dalam rangka mencari berkah dan keutamaan
seperti ke kuburan, maka ini adalah perbuatan bid’ah.
b. Tidak boleh mengatakan perkataan yang keji
Dalilnya adalah hadits dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda
(yang artinya), "(Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang)
berziarahlah kalian." (HR. Muslim no.977). Diriwayatkan juga oleh An-Nasa’iy dengan sanad
shahih dalam kitab Al-Janaa’iz bab (100) 4:89. http://ikhwanmuslim.com,diakses 7-1-2011)
dengan lafazh, "… (Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang)
barangsiapa yang ingin berziarah maka berziarahlah dan jangan mengatakan perkataan yang
keji."
Maka hal seperti ini, demi Allah benar-benar kekejian dan kebathilan yang paling puncaknya,
akan tetapi perkaranya adalah sebagaimana yang Allah firmankan (yang artinya), "Akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui." Ayat ini terdapat dalam 11 tempat di dalam Al-Qur`an
yaitu, Al-A’raaf:187, Yuusuf:21, 40, 68, An-Nahl:38, Ar-Ruum:6, 30, Saba’:28, 36, Al-
Mu`min:57, dan Al-Jaatsiyah:26.
Dan sungguh benar Allah ketika berfirman (yang artinya),"Dan sebahagian besar dari mereka
tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan
sembahan-sembahan lain)." [Yuusuf:106]
c. Tidak boleh mengkhususkan dengan waktu tertentu karena tidak ada dalil yang
mengkhususkan
Seperti mengkhususkan hari jum’at, hari raya ataupun hari-hari lainnya, karena tidak ada dalil
yang menerangkan hal ini. Bahkan kita dianjurkan ziarah kubur kapan saja tanpa pengkhususan
pada hari-hari tertntu.
2. Ziarah bid’iyyah
Ziarah bid’iyyahadalah tata cara ziarah kubur yang menyelisihi tuntunan Nabi SAW. karena
mengandung berbagai pelanggaran yang dapat mengurangi kesempurnaan tauhid dan dapat
menghantarkan pada kesyirikan. Diantaranya adalah berziarah ke kubur dengan tujuan beribadah
kepada Allah di sisi kubur, atau bertujuan untuk mendapatkan berkah (tabarruk/ngalap berkah).
Tidak terdapat dalil shahih yang menyatakan keutamaan beribadah di samping kubur bahkan
terdapat dalil shahih yang secara tegas melarang peribadatan di kuburan.
5
Abul ‘Abbas al Harrani rahimahullah mengatakan, “yang dimaksud dengan tata cara
ziarah bid’iyyahadalah seperti bersengaja untuk shalat atau berdo’a di samping kubur para nabi
atau orang shalih, menjadikan penghuni kubur tersebut sebagai perantara dalam doa, meminta
kepada penghuni kubur untuk menunaikan hajatnya, meminta pertolongan padanya, atau
bersumpah kepada Allah dengan perantaraan penghuni kubur atau yang semisalnya. Semua hal
tersebut merupakan bid’ah yang tidak pernah dilakukan seorang sahabat, tabi’in dan tidak juga
dituntunkan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak pula dicontohkan oleh Khulafur
Rasyidin, bahkan para imam kaum muslimin yang masyhur melarang seluruh hal tersebut.”
(Majmu’ul Fataawa 24:334-335. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011)
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang terbersit di benaknya bahwa
mengusap tangan (di kubur nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau semisalnya) lebih mampu
untuk mendatangkan berkah, maka hal tersebut berasal dari kebodohan dan kelalaiannya karena
berkah hanya dapat diperoleh dengan amal yang sesuai dengan syari’at. Bagaimana bisa karunia
Alloh diperoleh dengan melakukan amal yang menyelisihi kebenaran.” (Al Majmu’ 8:275.
http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011 ). Abu Hamid al-Ghazali rahimahullah menyatakan
tabarruk terhadap kubur merupakan ciri kaum Yahudi dan Nasrani,
فإن ﺍﻟمس ﻭﺍﻟﺘﻘﺒﻴل ﻟﻠمشﺎﻫﺪ ﻋﺎدﺓ ﺍﻟنﺼﺎﺭى ﻭﺍﻟﻴﻬﻮد
Artinya
“Sesungguhnya mengusap dan mencium kubur (untuk mendapatkan berkah) merupakan
kebiasaan kaum Nasrani dan Yahudi.” (Ihya’ ‘Ulumuddin juz 1:254. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011).
3. Ziarah syirkiyyah
Ziarah yang mengandung penentangan terhadap tauhid dan dapat menghilangkan
keimanan. Diantaranya berziarah kubur dengan tujuan meminta bantuan dan pertolongan pada
penghuni kubur, menyembelih kurban untuk penghuni kubur (baca: sesajen). Hal tersebut
merupakan bentuk beribadah kepada selain Allah dan apabila pelaku sebelumnya adalah orang
Islam, maka dia telah murtad ( keluar dari Islam).
Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Adapun menyembelih untuk selain Allah,
maka maksudnya adalah menyembelih dengan menyebut nama selain Allah SWT. Seperti orang
yang menyembelih untuk berhala, salib, Musa, Isa alaihimassalam, atau untuk Ka’bah dan
6
semisalnya. Seluruh perbuatan ini haram, daging sembelihannya haram dimakan, baik si
penyembelih seorang Muslim, Nasrani ataupun Yahudi. Demikian yang ditegaskan imam Asy
Syafi’i dan disetujui oleh rekan-rekan kami. Apabila si penyembelih melakukannya dengan
diiringi pengagungan terhadap objek tujuan penyembelihan, yaitu makhluk selain Allah dan
dalam rangka beribadah kepadanya, maka hal ini merupakan kekafiran. Apabila pelaku
sebelumnya adalah seorang muslim, maka dengan perbuatan tersebut dia telah murtad” (al
Minhaj Syarh Shahih Muslim 13:141. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
7
ziarah kubur?” Beliau pun menjawab, “Benar, namun kemudian beliau memerintahkannya.”
(HR. Hakim nomor 1392, Al Baihaqi dalam Sunanul Kubra nomor 6999 dengan sanad yang
shahih. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011). Dalam sebuah hadits yang panjang dan
diriwayatkan oleh Muhammad bin Qais bin Makhramah ibnil Muththallib dari bibinya, Ummul
Mukminin, ‘Aisyah radliallahu ‘anha ketika beliau membuntuti nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang mendatangi pekuburan Baqi’ di suatu malam. Setibanya di rumah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan kepada ‘Aisyah bahwa Allah memerintahkannya untuk
mengunjungi penghuni kuburan Baqi’ dan memintakan ampunan bagi mereka. Maka ‘Aisyah
kemudian bertanya, “Lalu apa yang akan aku katakan pada mereka?” Kata beliau, “Ucapkanlah,
Semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan mukminin. Semoga Allah
memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami maupun yang akan menyusul,
dan kami insya Allah akan menyusul kalian.” (HR. Muslim nomor 974, An Nasaai 2037, Al
Baihaqi nomor 7003, Abdurrazzaq nomor 6722. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
Persetujuan nabi SAW. terhadap perbuatan seorang wanita yang beliau tegur di sisi kubur.
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah melewati seorang wanita yang
sedang menangis di sisi kubur, kemudian beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan
bersabarlah!” (HR. Bukhari nomor 1223, 6735).
Wanita tidak diperbolehkan untuk sesering mungkin berziarah kubur, karena hal tersebut
akan menghantarkan kepada perbuatan yang menyelisihi syari’at seperti berteriak,
tabarruj(bersolek di depan non mahram), menjadikan pekuburan sebagai tempat wisata,
membuang-buang waktu, dan berbagai kemungkaran lain sebagaimana dapat kita saksikan hal
tersebut terjadi di sebagian besar negeri kaum muslimin. Perbuatan inilah yang dimaksud dalam
hadits shahih dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu,
ﻟعن ﺭسﻮل هللا صﻠى هللا ﻋﻠﻴه ﻭسﻠﻢ ﺯﻭﺍﺭﺍت ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ
“Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang sering menziarahi
kubur.” (HR. Ibnu Majah nomor 1574, 1575, 1576 dengan sanad yang hasan.
http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
Laknat yang tercantum dalam hadits tersebut hanyalah diperuntukkan bagi wanita yang
sering berziarah kubur, karena lafadz “ ”ﺯﻭﺍﺭﺍتmerupakan bentuk mubalaghah (hiperbola).
Kemungkinan penyebab laknat tersebut dijatuhkan pada mereka adalah karena para wanita
tersebut menyia-nyiakan hak suami (dengan sering keluar rumah), bertabarruj, ratapan dan
8
perbuatan terlarang yang semisal. Terdapat pendapat yang menyatakan apabila seluruh hal
tersebut dapat dihindari, maka boleh mmberikan izin kepada wanita untuk berziarah kubur,
karena mengingat kematian merupakan suatu perkara yang dibutuhkan oleh pria maupun wanita.
Asy-Syaukani rahimahullah (dalam Nailul Authar juz 4:95. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011) mengatakan, “Pendapat ini yang lebih tepat untuk dijadikan pegangan dalam
mengkompromikan seluruh hadits dalam permasalahan ini yang sekilas nampak bertentangan.”
An Nawawi (dalam al Majmu’ 5:309. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011) setelah
menyebutkan dua pendapat yang disebutkan oleh Ar Ruyani dalam permasalahan ini, beliau
memilih pendapat yang membolehkan wanita untuk berziarah kubur dan berkata, “Pendapat
inilah yang tepat menurutku dengan syarat terbebas dari fitnah. Pengarang al Mustazhhari
berkata, “Menurutku apabila ziarah tersebut dilakukan untuk memperbarui kesedihan serta
memicu terjadinya ratapan dan tangisan sebagaimana kebiasaan kaum wanita, maka hukumnya
haram, sehingga hadits tersebut berlaku pada kondisi ini.” Wallahu a’lam.
9
3. Tidak duduk di atas kuburan, serta tidak menginjaknya
Ada banyak sekali fenomena dimana kuburan wali begitu dikeramatkan hingga orang
mengunjungi kuburan wali, lalu duduk mengelilingi kuburan wali. Mereka juga menganggap
jika shalat disana lebih baik dari shalat di masjid sebab jika shalat didekat orang shalih maka
orang shalih tersebut akan memberikan syafa'at pada mereka. Ada kasus menarik dimana
banyak orang-orang shalat menghadap kuburan Syaikh Jaelani, dan ia tidak menghadap
kiblat. Inilah Bentuk kesyirikan yang nyata, seakan-akan orang itu belum mendengar sabda
Rasulullah : "Janganlah kalian shalat (memohon) kepada kuburan, dan janganlah kalian
duduk di atasnya." (HR. Muslim)
4. Nadzar-nadzar yang ditujukan kepada orang-orang mati adalah termasuk syirik besar.
Sebagian manusia ada yang melakukan nadzar berupa binatang sembelihan, harta atau
lainnya untuk wali tertentu. Nadzar semacam ini adalah syirik dan wajib tidak
dilangsungkan. Sebab nadzar adalah ibadah, dan ibadah hanyalah untuk Allah semata.
Adapun contoh nadzaryang dibenarkan adalah sebagaimana yang dilakukan oleh isteri
Imran. Allah berfirman: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak
yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat (di Baitul Maqdis)"
(Ali Imran: 35)
5. Tidak melakukan thawaf sekeliling kuburan dengan niat untuk ber-taqarrub (ibadah).
Seperti mengelilingi kuburan Syaikh Abdul Qadir Jaelani, Syaikh Rifa'i, Syaikh Badawi,
Syaikh Al-Husain, dan lainnya. Perbuatan semacam ini adalah syirik, sebab thawaf adalah
ibadah, dan ia tidak boleh dilakukan kecuali thawaf di sekeliling Ka'bah, Allah berfirman:
"Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)." (Al-
Hajj: 29)
6. Melakukan perjalanan (tour) menuju kuburan
Melakukan perjalanan (tour) menuju kuburan tertentu untuk mencari berkah atau memohon
kepadanya adalah tidak diperbolehkan. Rasulullah bersabda: "Tidaklah dilakukan perjalanan
(tour) kecuali kepada tiga mas-jid; Masjidil Haram, Masjidku ini, Masjidil Aqsha."
(Muttaffaq 'alaih)
7. Menyembelih hewan di kuburan para nabi atau wali
Meskipun penyembelihan yang dilakukan dikuburan para nabi atau wali dengan niat untuk
Allah, tetapiia termasuk perbuatan orang-orang musyrik. Mereka menyembelih binatang di
10
tempat berhala dan patung-patung wali mereka. Rasulullah bersabda: "Allah melaknat orang
yang menyembelih selain Allah." (HR. Muslim)
8. Dilarang membangun di atas kuburan atau menulis sesuatu dari Al-Qur'an atau syair di
atasnya.
Kuburan-kuburan yang banyak kita saksikan di negara-negara Islam; seperti Syam, Iraq,
Mesir, dan negara Islam lainnya, sungguh tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Berbagai
kuburan itu dibangun sedemikian rupa, dengan biaya yang tidak sedikit. Padahal Rasulullah
melarang mendirikan bangunan di atas kuburan. Dalam hadits shahih disebutkan:
"Rasulullah melarang mengapur kuburan, duduk dan mendirikan bangunan di atasnya." (HR.
Muslim) Seperti kuburan Al-Husain di Iraq, Abdul Qadir Jaelani di Baghdad, Imam Syafi'i
di Mesir dan lainnya. Sebab pelarangan membangun kubah di atas kuburan adalah bersifat
umum, sebagaimana kita baca dalam hadits, Rasulullah bersabda kepada Ali, "Janganlah
engkau biarkan patung kecuali engkau menghancurkannya. Dan jangan (kamu melihat)
kuburan ditinggikan kecuali engkau meratakannya." (HR. Muslim).
11
Artinya :”Sesungguhnya (dahulu) aku pernah melarang kamu sekalian ziarah kubur, tetapi
(sekarang) ziarahlah kalian”. (HR Muslim)
Dalam ilmu Ushul Fiqih, apabila ada perintah setelah larangan maka hukumnya menunjukkan
mubah/boleh, sebagaimana dalam kaidah Ushul :
ﺍَالَ ْم ُﺮ ﺑَ ْعﺪَ ﺍﻟنَّ ْﻬي ِ ﻳُ ِف ْﻴﺪ ُ ﺍْ ِالﺑَﺎ َﺣ ِة
Artinya: “Perintah setelah larangan itu boleh”.
Jadi ziarah kubur itu hukumnya mubah/boleh, bahkan suatu anjuran agar kita bisa mengingat
mati. Namun jika kita lihat dari pada unsur-unsur lainnya, maka ziarah kubur itu menunjukkan
sunnah (dikerjakan mendapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa). Oleh karena itu ziarah kubur
itu disunnahkan apabila:
1. Mengingatkan kita akan kematian.
Kita sadar bahwa kitapun akan mati, hanya tinggal menunggu waktunya.seperti orang yang kita
ziarahi itu sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
ِ سﻠَّ َﻢ أ َ ْكثِ ُﺮ ْﻭﺍ ِذ ْك َﺮ ﻫَﺎذ ِِم ﺍﻟﻠَّذَّﺍ
ت (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮمذى َ ﻋﻠَ ْﻴ ِه َﻭ
َ ُى هللا
َّ صﻠ ُّ ِ)ﻗَﺎ َل ﺍﻟنَّﺒ
َ ي
Artinya :
”Rasulullah SAW bersabda,”Perbanyaklah mengingat akan hal yang membinasakan kelezatan
(yaitu kematian)”. (HR.Turmudzi)
2. Mernpertebal keimanan terhadap adanya alam akhirat, sehingga orang itu meningkat
ketaqwaannya kepada Allah SWT.;
3. Memperbaiki hati yang buruk/mental yang rusak, sehingga pada akhirnya nanti orang itu
sadar akan perlunya mempererat hablum minallah dan hablum minannas.
4. Memberi manfaat kepada mayit secara khusus dan ahli kubur secara umum berupa pahala
dari bacaan Al-Qur’an, kalimah Thoyyibah, Istighfar, shalawat Nabi dan lain-lain.
Dari uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa ziarah kubur itu bukan sebuah larangan, tetapi
sebuah perbuatan yang dianjurkan oleh agama.
12
untuk melakukan ziarah kubur, bahkan Rasulullah sendiri melakukan ziarah ke makam ibu
beliau, memohonkan ampunan untuk ibunya. Jadi jangan asal mengatakan bahwa ziarah kubur
itu bid’ah, karena Rasulullah sendiri juga melakukannya diwaktu itu.
Ziarah kubur itu di anjurkan, tetapi juga harus memperhatikan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam berziarah seperti yang telah dijelaskan diatas. Kalau ada sekelompok yang
mengatakan bahwa ziarah kubur itu bid’ah, berarti kelompok tersebut secara tidak langsung
mengangap perbuatan Rasulullah juga bid’ah diwaktu itu. Itu jelas tidak benar, karena Rasulullah
tidak mungkin melakukan perbuatan yang tidak benar. Rasulullah diberi sifat ma’sum oleh
Allah, yaitu terjaga dari kesalahan dan dari dosa-dosa. Jadi dapat disimpulkan bahwa ziarah
kubur bukanlah sebuah bid’ah.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Ziarah kubur ialah berkunjung ke makam/pesarean orang Islam yang sudah wafat, baik
orang muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau Nabi.
b) Hukum ziarah kubur adalah sunah secara mutlak dan masih diditafshil untuk perempuan.
c) Kesunahan dalam ziarah kubur antara lain:
Memilih hari yang afdhol
Membaca salam
Membaca yasin, doa dan dzikir
Mengambil pelajaran
d) Hikmah ziarah kubur antara lain:
Mengingat mati
Mempertebal keimanan
Memperbaiki diri
Memberi manfaat kepada mayit
B. Saran
Saran pulis kepada pembaca yang budiman.
a) Ketika akan masuk disebuah tempat pemakaman umum ucapkanlah salam kepada ahli
kubur.
b) Kalau kita berziarah kubur, renungilah keadaan mereka yang telah meninggal agar kita ingat
bahwa kita besok juga akan seperti mereka.
c) Kita hanya boleh berdo’a untuk mereka dan tidak boleh meminta bantuan kepada orang
yang telah meninggal, karena kita hanya boleh meminta pertolongan kepada Allah SWT.
d) Jangan melakukan nadzar keepada orang yang telah meninggal.
e) Jangan mengkhususkan untuk melakukan ziarah pada hari-hari tertntu, karena setiap saat
kita boleh melakukan ziarah kubur.
f) Bertawasullah (perantara) kepada orang ‘alim atau ulama’ karena Allah memerintahkan kita
untuk bertawasul agar kita bisa lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15