Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit mulut adalah penyakit tidak menular yang paling umum dan

mempengaruhi orang sepanjang hidup mereka, menyebabkan rasa sakit,

ketidaknyamanan, cacat dan bahkan kematian (WHO, 2018). Dikutip dari

Oral Health Basics Symptoms, Types, Causes & More, 2018, kesehatan gigi

dan mulut merupakan bagian penting dari kesehatan dan kesejahteraan secara

keseluruhan. Kebersihan mulut yang buruk dapat menyebabkan gigi

berlubang dan penyakit gusi, dan juga dikaitkan dengan penyakit jantung,

kanker, dan diabetes (The Healthline Editorial Team and Jacquelyn Cafasso,

2018).

Menurut data dari The Global Burden of Disease Study tahun 2016,

memperkirakan bahwa penyakit mulut mempengaruhi setidaknya 3,58 miliar

orang di seluruh dunia, dengan karies gigi permanen yang paling umum dari

semua kondisi yang dinilai. Secara global, diperkirakan 2,4 miliar orang

menderita karies gigi permanen dan 486 juta anak-anak menderita karies gigi

sulung (WHO, 2018).

Mengingat pentingnya kesehatan mulut dan gigi, pemerintah juga

terus memberikan perhatian khusus pada kesehatan mulut dan gigi. Hal ini

ditunjukkan dengan pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas), yang

menjadikan kesehatan gigi dan mulut sebagai salah satu aspek untuk melihat

gambaran wajah kesehatan penduduk Indonesia di setiap level wilayah.


Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 yang dilakukan secara terintegrasi

dengan Badan Pusat Statistik, mencatat proporsi masalah gigi dan mulut

sebesar 57,6%. Dari jumlah tersebut, adapun proporsi perilaku menyikat gigi

dengan benar sebesar 2,8% (Kemenkes RI, 2018). Jumlah proporsi masalah

gigi dan mulut tersebut meningkat dari tahun 2013, dimana masyarakat yang

mempunyai masalah gigi dan mulut sebesar 25,9% (Kemenkes RI, 2014).

Ketua Pengurus Besar PDGI, Dr. drg. Hananto Seno, Sp.BM., MM,

mengungkapkan pentingnya data kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Ini

karena angka kerusakan gigi di Indonesia mencapai 4- 5 gigi per orang. Data

ini merujuk pada Riskesdas sebelumnya, yakni tahun 2007, 2010, dan 2013.

Padahal, dunia sudah menyatakan bahwa standar internasionalnya hanya 2,5

gigi per orang.

Menurut hasil Rikesdas 2013, tingkat keparahan kerusakan gigi

penduduk Indoneia adalah 460 gigi buah per 100 orang. Kerusakan gigi

semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu perilaku

penduduk juga mempengaruhi tingkat kerusakan gigi. Dari penduduk usia 10

tahun ke atas yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi setiap hari, hanya

2,3%, dan yang menyikat gigi dengan benar (sesudah makan pagi dan

sebelum tidur malam). Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan

dan kesadaran mayarakat terhadap kebersihan gigi dan mulut, juga adanya

wilayah yang masih sulit terjangkau informai akibat keadaan geografis yang

bervariasi. Selain itu, menurut WHO (Oral Health, 2018) faktor perilaku,

seperti diet tidak sehat yang mengandung gula tinggi, penggunaan tembakau
dan penggunaan alkohol yang berbahaya, beresiko pada kesehatan mulut.

Kebersihan mulut yang buruk dan paparan fluoride yang tidak adekuat juga

memiliki efek negatif pada kesehatan mulut.

Mempertahankan gigi dan mulut yang sehat adalah komitmen seumur

hidup. Semakin awal mengetahui tentang kebiasaan menjaga kebersihan

mulut, akan semakin terhindar dari prosedur gigi yang mahal dan masalah

kesehatan jangka panjang (The Healthline Editorial Team and Jacquelyn

Cafasso, 2018). Oleh karena itu diperlukan pembangunan wawasan

kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan

yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan peningkatan

pengetahuan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan

secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Depkes RI, 2007).

Peningkatan pengetahuan kesehatan adalah bagian dari seluruh upaya

kesehatan, yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku

sehat. Melalui pendidikan kesehatan sedini mungkin, khususnya pada siswa

Sekolah Dasar akan mendorong perilaku yang dapat menunjang kesehatan,

mencegah penyakit, mengobati penyakit, dan membantu pemulihan

(Kurniastuti, 2015). Anak- anak usia Sekolah Dasar biasanya memang rentan

terhadap masalah gigi dan mulut karena kebiasaan buruk pola makan yang

masih sering dilakukan, seperti terlalu banyak makan makanan manis, jajan

sembarangan, kurangnnya pengetahuan siswa tentang gosok gigi yang benar


sebelum makan, sesudah makan dan sebelum tidur, juga kurangnya

pengawasan orang tua terhadap perawatan mulut dan gigi anak, akan sangat

mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut pada siswa. Berdasarkan fenomena

tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan kajian guna melihat tingkat

pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pada siswa di daerah Besole

yang merupakan wilayah kapur dan terletak jauh dari pusat ibukota

kabupaten, dengan judul penilitian “Gambaran Pengetahuan Tentang

Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Kelas IV dan V SD Negeri 05 Besole,

Kecamatan Besuki, Tulungagung.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut: bagaimana pengetahuan siswa kelas IV dan V SD Negeri 05 Besole,

Kecamatan Besuki, Tulungagung terhadap kesehatan gigi dan mulut?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa

kelas IV dan V SD Negeri 05 Besole, Kecamatan Besuki,

Tulungagung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melihat faktor- faktor yang menggambarkan tingkat

pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa kelas IV

dan V SD Negeri 05 Besole, Kecamatan Besuki,

Tulungagung.
b. Untuk melihat tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi

dan mulut siswa kelas IV dan V SD Negeri 05 Besole,

Kecamatan Besuki, Tulungagung.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi

bagi ilmu pengetahuan dan penelitian- penelitian selanjutnya, khususnya

tentang kesehatan gigi dan mulut.


2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Dapat memperoleh gambaran tentang pengetahuan siswa-

siswinya terhadap kesehatan gigi dan mulut. Sehingga dapat menjadi

bahan pembelajaran tentang kesehatan gigi dan mulut dikemudian

hari.
b. Bagi Siswa
Dapat menumbuhkan kesadaran dan meningkatkan

pengetahuan siswa tentang perawatan kesehatan pribadi,

khususnya kesehatan gigi dan mulut.


c. Bagi Orang Tua
Sebagai sumber ilmu pengetahuan dalam meningkatkan

perawatan kesehatan gigi dan mulut, terutama bagi putra- putrinya.

Anda mungkin juga menyukai