TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan
2010). Lama kehamilan kira-kira 40 minggu atau 280 hari dihitung dari
(Megasari, 2014).
1. Uterus
Berat uterus naik dari 30 gram – 1000 gram sampai akhir kehamilan.
seperti buah alpukat, pada kehamilan 4 bulan rahim berbentuk bulat, dan
pada akhir kehamilan seperti bujur telur. Rahim yang tidak hamil kira-kira
ganda, dapat terjadi diastasis recti bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba
sickness.
7. Tulang dan gigi
Persendian panggul akan terasa lebih longgar karena ligamen-ligamen
kekurangan kalsium.
8. Metabolisme
Tingkat metabolik basal (BMR) pada wanita hamil meninggi hingga 15-
20% terutama pada trimester akhir. Dibutuhkan protein yang banyak untuk
persiapan laktasi.
9. Payudara (mamae)
Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang, dan berat. Dapat
meningkatkan diuresis
b. Keputihan pada trimester I, II, dan III
Cara mengatasi :
1. Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari
2. Memakai pakaian dalam berbhan katun yang mudah menyerap
keringat
3. Cara cebok yang benar yaitu dari arah vagina ke belakang
4. Selalu keringkan daerah kemaluan setelah BAB dan BAK
5. Ganti celana dalam setiap kali terasa basah
c. Keringat bertambah secara perlahan terus meningkat sampai
akhir kehamilan
Cara mengatasi :
1. Pakai pakaian yang tipis, longgar, dan menyerap keringat
2. Mandi secara teratur
3. Tingkatkan asupan cairan
d. Sakit punggung atas dan bawah
Cara mengatasi :
1. Gunakan mekanisme tubuh yang baik
2. Gunakan kasur yang keras untuk tidur
3. Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung
4. Senam hamil
5. Hindari sepatu hak tinggi
6. Hindari pekerjaan dengan beban berat
7. Masase daerah pinggang dan punggung
antenatal tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar
Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk
gizi dan sudah berlangsung lama (dalam beberapa bulan / tahun) dimana
LiLA kurang dari 23,5 cm. Diperkirakan selama kehamilan berat badan
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli 16 – 20,5
bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke
panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit, atau ada masalah
setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat < 120 x/menit atau DJJ
Tabel 2.2
Selang Waktu
Imunisasi TT Lama Perlindungan
Minimal
Langkah awal pembentukan
tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun
Sumber : Kemenkes, 2016.
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet
mg/hari dan asam folat 400 mcg/hari (Medical mini notes, 2016).
8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, protein urin, dan
laboratorium, setiap kelaian yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai
dengan standar dan kewenangan bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
meliputi :
1. Kesehatan ibu
2. Perilaku hidup bersih dan sehat
3. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
4. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi.
Adapun beberapa tanda bahaya pada kehamilan diantaranya:
a) Muntah terus dan tak mau makan
b) Demam tinggi
c) Bengkak kaki, tangan, dan wajah
d) Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan
epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di
Booster).
nilai normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut dengan kurang darah, kadar sel
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi
darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai
Hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama
kehamilan. Bahkan, jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih
Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang
batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan
mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal (Feryanto, Achmad,
2012 ).
kemiskinan.
b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat
besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb.
Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi Besi”. Anemia gizi besi dapat terjadi
mencukupi kebutuhan.
b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. (Feryanto,
Achmad, 2011)
2.3 Persalinan
yang cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu.
(Wirakusumah, 2014).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang
dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Sofian,
2013).
a. Persalinan spontan
Bila persalinan sepenuhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan.
Meliputi:
1. His (kontraksi uterus)
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis
4. Ketegangan, kontraksi ligamentum rotundum
5. Efektivitas kekuatan mendorong dan lama persalinan.
Meliputi:
1. Letak janin
2. Posisi janin
3. Presentasi janin dan letak plasenta
Meliputi:
1. Ukuran dan tipe panggul
2. Kemampuan serviks untuk membuka
3. Kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk
memanjang
b. Tanda-tanda inpartu:
1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show yang lebih banyak karena
pembukaan.
a. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatan) hingga serviks membuka lengkap (10 cm)
kala satu persalinan terdiri atau dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1. Fase laten
1) Dimulai sejak awal berkontrasksi yang menyebabkan penipisan
detik.
2. Fase aktif
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih).
2) Dan pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nuli para
Normal, 2008).
b. Kala II
Kala II atau kala pengeluaran, gejala utama kala II adalah:
1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50-
100 detik.
2. Menjelang akhir kala 1, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan dibawah dagu, ditarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam keatas untuk
(Sofian, 2013).
c. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit dengan
dibawah ini:
1. Uterus menjadi bundar
2. Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
3. Tali pusat bertambah panjang
4. Terjadi perdarahan (Manuaba, 2009)
d. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada pembukaan<
4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Wiknjosastro, 2011; Manuaba, 2013). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12
2.4.2 Etiologi
Etiologi Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak
dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada faktorfaktor yang
berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktorfaktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor risiko menurut (Rukiyah, 2010;
ketegangan intra uterine, trauma, kelainan letak janin, keadaan sosial ekonomi,
faktor keturunan, riwayat KPD sebelumnya, kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Ketegangan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Ketuban pecah dini disebabkan oleh
karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau
oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya
infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini
Inkompetensi serviks (leher rahim) adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang
semakin besar. Inkompetensi serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang
nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu
tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
kehamilan dua janin atau lebih). Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini
terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relatif kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban,
Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
1. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari,
namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan
kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil
(Abdul, 2010).
Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk
berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu
berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan.
timbul ketuban pecah dini. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam
kehidupan, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat
menyatakan bahwa ibu yang bekerja dan lama kerja ≥40 jam/ minggu dapat
meningkatkan risiko sebesar 1,7 kali mengalami KPD dibandingkan dengan ibu
yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena pekerjaan fisik ibu juga
berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi. Pada ibu yang berasal dari strata
sosial ekonomi rendah banyak terlibat dengan pekerjaan fisik yang lebih berat.
2. Paritas
Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1 dan paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, risiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko
(Wiknjosastro, 2011).
Menurut penelitian Fatikah (2015) konsistensi serviks pada persalinan
konsistensi serviks yang tipis, kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini lebih
besar dengan adanya tekanan intrauterin pada saat persalinan. konsistensi
serviks yang tipis dengan proses pembukaan serviks pada multipara (mendatar
insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari
tiga) mempunyai resiko terjadinya ketuban pecah dini lebih tinggi. Pada paritas
yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang elastik)
keadaan yang relatif lebih aman untuk hamil dan melahirkan pada masa
mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh dan akhirnya pecah
3. Umur
Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dengan bertambahnya umur seseorang
maka kematangan dalam berfikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam
tahun dan > 35 tahun. Usia reproduksi yang aman untuk kehamilan dan
kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun atau terlalu muda sering
menyebabkan komplikasi/ penyulit bagi ibu dan janin, hal ini disebabkan belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, dimana rahim belum bisa menahan
kehamilan dengan baik, selaput ketuban belum matang dan mudah mengalami
pada usia yang terlalu tua atau > 35 tahun 13 memiliki resiko kesehatan bagi ibu
sehingga mudah terjadi penyulit kehamilan dan persalinan. Salah satunya adalah
perut ibu yang menggantung dan serviks mudah berdilatasi sehingga dapat
proses embryogenesis, kualitas sel telur juga semakin menurun, itu sebabnya
kehamilan pada usia lanjut berisiko terhadap perkembangan yang janin tidak
dini.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kurniawati (2012) yang
terjadinya ketuban pecah dini karena pada usia ini sudah terjadi penurunan
dan KPD preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami
berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada
yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada
menunjukkan bahwa wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan mengalami
KPD pada kehamilan sebelumnya diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD
pada kehamilan berikutnya, hal ini dikemukakan oleh Cunningham et all (2014).
Keadaan yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin dalam kandungan
juga juga dapat meningkatkan resiko kelahiran dengan ketuban pecah dini.
terhadap kualitas dan keadaan janin karena terjadi penurunan darah ke plasenta
setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur kesehatan janin
kehamilan yang penanganannya bergantung pada usia janin. Periode waktu dari
KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan usia kehamilan saat ketuban
pecah.
Jika ketuban pecah trimester III hanya diperlukan beberapa hari saja
hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II. Makin muda kehamilan,
hingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan
semakin besar dan membahayakan janin serta situasi maternal (Astuti, 2012).
6. Cephalopelvic Disproportion(CPD)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan,tetapi yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin
dengan panggul ibu.Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada
(Prawirohardjo, 2014).
berikut:
ketuban)
5. Pemeriksaan histopatologi air ketuban.
a. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin
janin meliputi prematuritas, infeksi, mal presentasi, prolaps tali pusat dan
mortalitas perinatal.
b. Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka,maka dapat terjadi infeksi intrapartum,apa lagi terlalu
sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat dijumpai infeksi peupuralis (nifas),
peritonitis dan seftikamia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena
terbaring ditempat tidur, partus akan menjadi lama maka suhu tubuh naik,nadi
angka kematian dan angka morbiditas pada ibu. Dampak yang ditimbulkan pada
ibu yaitu partus lama, perdarahan post partum, atonia uteri, infeksi nifas.
2.4.7 Prognosis
Prognosis ketuban pecah dini ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-
komplikasi dari kehamilan (Mochtar, 2011). Prognosis untuk janin tergantung pada:
2.4.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi
dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28- 34 minggu 50%
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature,
infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat. Ketuban
pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal
(Mochtar, 2011).
Tanda dan gejala ketuban pecah dini yang terjadi adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina, aroma ketuban berbau amis dan tidak berbau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti atau kering kerana tersu diproduksi
sampai kelahiran tetapi bila anda duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat, merupakan tanda
2.4.10 Diagnosis
Penegakkan diagnosis menurut Abadi (2008) adalah sebagai berikut: bila air
ketuban banyak dan mengandung mekonium verniks maka diagnosis dengan inspeksi
mudah ditegakkan, tapi bila cairan keuar sedikit maka diagnosis harus ditegakkan pada :
a. Anamnesa : kapan keluar cairan, warna, bau, adakah partikel-partikel di
ada lagi
d. Pemeriksaan laboratorium : Kertas lakmus : reaksi basa (lakmus merah
selalu dikerjakan
e. Pemeriksaan penunjang Menurut Abadi (2008), pemeriksaan penunjang
berat janin, letak dan gradasi plasenta serta jumlah air ketuban), dan monitor
bunyi jantung janin dengan fetoskop Laennec atau Doppler atau dengan
Diagnosa banding yang dikemukan oleh Abadi (2008) ada dua cara yaitu cairan
dalam vagina (bisa urine/flour albus) dan hand water dan fore water rupture of
2.4.12 Penyulit
Ada beberapa penyulit ketuban pecah dini antara lain infeksi intra uterin
(kematian perinatal meningkat dari 17% menjadi 68% apabila ketuban 21 sudah pecah
48 jam sebelum anak lahir), tali pusat menumbung, persalinan preterm, dan amniotik
band syndrome yakni kelainan bawaan akibat ketuban pecah sejak hamil muda (Abadi,
2008).
2.4.13 Penatalaksanaan
kehamilan aterm, kehamilan pretem, ketuban pecah dini yang dilakukan induksi, dan
terminasi. Bila saat datang sudah lebih dari 24 jam, tidak ada tanda-tanda
Ampicilin 1 gram/ hari tiap 6 jam, IM/ IV selama 2 hari dan gentamycine
Bila suhu rektal meningkat >37,6°C segera terminasi, Bila 2x24 jam
cairan tidak keluar, USG: bagaimana jumlah air ketuban : Bila jumlah air
dengan 5 hari, Bila jumlah air ketuban minimal segera terminasi. Bila
2x24 jam cairan ketuban masih tetap keluar segera terminasi, Bila
RS bila ada tanda-tanda demam atau keluar cairan lagi, Tidak boleh
dari persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari awitan kelahiran, dan melahirkan di luar
rumah sakit adalah situasi kedaruratan yang membuat terjadi peningkatan resiko
komplikasi dan/atau hasil yang tidak baik pada klien/janin (Doenges, 2009).
dimana dilatasi serviks terjadi dengan cepat dan desensus bagian presentasi cepat pula.
Keadaan ini disebabkan karena kontraksi uterus yang terlalu aktif, terlau sering dan
hebat, serta daya tahan bagian-bagian lunak maternal yang terlalu lemah. Sering
terdapat kontraksi penyerta yang sangat kuat dari otot-otot abdomen sehingga persalinan
Persalinan dan pelahiran presipitatus dapat terjadi akibat dilatasi atau penurunan
yang sangat cepat. Dilatasi presipitatus didefenisikan sebagai dilatasi fase aktif ≥ 5
biasanya diakibatkan oleh kontraksi yang sangat kuat (misalnya induksi oksitosin atau
akibat solusio plasenta) atau tahanan jalan lahir yang rendah (misalnya multiparitas).
Hentikan oksitosin jika digunakan. Namun, tidak ada pengobatan yang efektif dan
C, Benson. 2008).
Penyebab kejadian ini adalah terlalu kuatnya kontraksi dan kurang lunaknya
jaringan mulut rahim. Kasus seperti ini sering terjadi pada ibu yang sudah pernah
melahirkan lebih dari sekali (anak kedua dan seterusnya). ( Deri, Riszi. 2013)
Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian jalan lahir dan pada keadaan
yang sangat jarang dijumpai oleh tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu
tidak menyadari adanya proses-proses persalinan yang sangat kuat itu (Doenges, 2009).
Dapat mengalami ambang nyeri yang tidak biasanya atau tidak menyadari
kontraksi abdominal. Kemungkinan tidak ada kontraksi yang dapat diraba, bila terjadi
pada ibu yang obesitas. Ketidaknyamanan punggung bagian bawah (tidak dikenali
(Doenges, 2009).
Partus presipitatus jarang disertai dengan komplikasi maternal yagn serius jika
serviks mengadakan penipisan serta dilatasi dengan mudah, vagina sebelumnya sudah
teregang dan perineum dalam keadaan lemas (relaksasi). Namun demikian, kontraksi
uterus yang kuat disertai serviks yang panjang serta kaku, dan vagina, vulva atau
perineum yang tidak teregang dapat menimbulkan rupture uteri atau laserasi yang luas
pada serviks, vagina, vulva atau perineum. Dalam keadaan yang terakhir, emboli cairan
ketuban yang langka itu besar kemungkinannya untuk terjadi. Uterus yang mengadakan
kontraksi dengan kekuatan yang tidak lazim sebelum proses persalinan bayi,
kemungkinan akan menjadi hipotonik setelah proses persalinan tersebut dan sebagai
(Prawirohardjo, 2014).
cukup tajam karena beberapa hal. Pertama, kontraksi uterus yang amat kuat dan sering
dengan interval relaksasi yang sangat singkat akan menghalangi aliran darah uterus dan
oksigenasi darah janin. Kedua, tahanan yang diberikan oleh jalan lahir terhadap proses
ekspulsi kepala janin dapat menimbulkan trauma intrakronial meskipun keadaan ini
seharusnya jarang terjadi. Ketiga, pada proses kelahiran yang tidak didampingi, bayi
bisa jatuh ke lantai dan mengalami cedera atau memerlukan resusitasi yang tidak segera
ruptur uteri, robekan serviks atau jalan lahir. Dapat disertai hipotonus uterus post
partum dengan resiko pendarahan. Perinatal juga sangat beresiko mengalami partum
yang tidak didampingi (trauma langsung, tidak ada resusitasi, kedinginan) akan
2.5.7 Penanganan
Kontraksi uterus spontan yang kuat dan tidak lazim, tidak mungkin dapat diubah
menjadi derajat kontraksi yang bermakna oleh pemberian anastesi. Jika tindakan
anastesi hendak dicoba, takarannya harus sedemikian rupa sehingga keadaan bayi yang
akan dilahirkan itu tidak bertambah buruk dengan pemberian anastesi kepada ibunya.
kontraksi rahim, seperti haloton dan isofluran, seringkali merupakan tindakan yang
terlalu berani. Tentu saja, setiap preparat oksitasik yang sudah diberikan harus
dihentikan dengan segera. Preparat tokolitik, seperti ritodrin dan magnesium sulfat
parenteral, terbukti efektif. Tindakan mengunci tungkai ibu atau menahan kepala bayi
secara langsung dalam upaya untuk memperlambat persalinan tidak akan bisa
dipertahankan. Perasat semacam ini dapat merusak otak bayi tersebut. (Prawirohardjo,
2014).
2.6 NIFAS
dan berakhir saat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
1. Uterus
Involusi uteri adalah perubahan bentuk uterus kembali ke posisi sebelum
kehamilan Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri
(Bayihatun, 2009).
Perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4. Perubahan Uterus Selama Nifas
menjadi nekrotik. Desidua mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, yang
disebut lokhea (Pitriani dan Andriyani, 2014). Berikut pembagian jenis lokia dan
waktu terjadinya:
Tabel. 2.5. Jenis Lokia pada Masa Nifas
Lokhea Waktu Warna Ciri-Ciri
Rubra 1-3 atau Merah kehitaman Terdiri dari sel verniks
4 hari caseosa, lanugo, sisa
nifas mekoneum dan sisa
darah
Serosa 4-10 hari Merah kecoklatan Terdiri dari sisa darah,
nifas serum, leukosit, dan
sisa jaringan
1) Taking-in
Terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, pada umumnya ibu masih pasif dan
menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap
bayi. Dalam tahap ini, ibu akan berusaha menguasai keterampilan untuk
2009).
3) Letting go
Terjadi setelah ibu di rumah dan berpengaruh terhadap waktu dan perhatian
menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani
menyusui adalah:
1. Kebutuhan hidrasi:
Ibu menyusui dianjurkan minum 8-12 gelas sehari, untuk memperlancar
2011).
2. Kebutuhan energy
Kebutuhan energi meningkat 500-700 kkal, dengan demikian bila ibu biasa
makan 3 kali sehari bisa menjadi 4 kali atau tetap 3 kali dengan porsi ditambah
(Sulistyoningsih, 2011).
3. Protein
Selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein sebanyak 20 gram
untuk sintesis hormon yang dibutuhkan dalam produksi ASI. Protein akan
dimetabolisme menjadi asam amino dan peptida yang berfungsi sebagai enzim,
Sumber protein ini dapat diperoleh dari ikan, daging ayam, daging sapi, telur,
susu, dan tahu/ tempe (Sulistyoningsih, 2011 dan Anderson, K, et all., 2014).
4. Vitamin dan mineral
Vitamin yang perlu mendapatkan perhatian khusus diantaranya vitamin A,
Vitamin D, Vitamin C, dan Vitamin B. Mineral yang dibutuhkan seperti zat besi,
kalsium, dan asam folat. Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi hati, telur, dan
2.7.1 Definisi
Bayi baru lahir (BBL) atau neonatus normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-
42 minggu dan berat lahir 2500-4000 gram. Berikut pengertian BBL berdasarkan usia:
Saat bayi dilahirkan, kebutuhan untuk mengkaji kesejahteraan bayi berlanjut karena
bayi mengalami masa transisi ke kehidupan di luar uterus. Berikut beberapa asuhan
lahir, mempertahankan bayi dekat dengan ibu, dan menjaga lingkungan tetap
hangat
2) Menimbang bayi
3) Pemberian Susu yang Pertama
4) Pemberian vitamin K dan imunisasi
5) Promosi
Promosi kesehatan yang perlu diketahui ibu dalam perawatan bayi adalah kebutuhan
bayi menyusu, tanda bahaya bayi baru lahir, perawatan tali pusat, personal higiene,
menjaga kehangatan, dan mengingatkan jadwal imunisasi (Baston dan Hall, 2011 dan
Wahyuni, 2011).
1) Definisi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
penunjang)
secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan
yang tepat.
dan rujukan.
yang ditegakan.
B. Kriteria perencanaan
A. Pernyataan standar.
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien,
B. Kriteria evaluasi.
klien.
A. Pernyataan standar
Berdasarkan Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2006, bidan melakukan asuhan
komplikasi kehamilan
Pernyataan Standar:
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi
anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
Pernyataan standar:
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya
pada trimester ketiga, memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan
mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
Pernyataan standar:
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
aman, dengan sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta
Tujuan :
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala 4
Pernyataan standar :
dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan
c. Standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Tujuan : Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
Pernyataan standar :
pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan,
untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali
pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang
1. Tugas Pokok
a. PERMENKES RI NOMOR 28/MENKES/PER/X/2017 tentang Izin dan
BAB III
PENYELENGGARAAN KEPROFESIAN
Pasal 18
memberikan :
Pasal 19
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas,
berwenang untuk:
a. episiotomi
b. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
c. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d. pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
f. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif;
g. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
pospartum;
h. penyuluhan dan konseling;
i. bimbingan pada kelompok ibu hamil;
j. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
Pasal 20
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah
2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud
dan
d. konseling dan penyuluhan.
3) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
pemberian suntikan vit K1, pemberian imunisasi HB0, pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri dan merujuk
kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke
atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering;
dan
d) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir
deteksi dini dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dengan
keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi
Pasal 21
memberikan :
1) penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
tertentu;
c) penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan;
d) pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program
pemerintah
e) melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan
lingkungan;
f) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah
Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan
Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang
bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.Pada kompetensi ini, salah satu
kewenangan bidan adalah memberikan antibiotik yang sesui dan memberikan konseling
KB.
ASUHAN
KEHAMILAN
TRIMESTER I
ASUHAN ASUHAN
PERSALINAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF
ASUHAN POST
PARTUM
ASUHAN BAYI
BARU LAHIR
Asuhan kebidanan yang diterapkan dalam kasus ini berpedoman dari Kepmenkes RI
tersebut dilakukan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.