Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
barang dan/ atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang
13
14
bersangkutan.
Negara/ Lembaga/ Pemerintah Daerah dan karenanya status hukum BLU tidak
induk.
keuntungan.
6. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU
15
disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja
dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementrian Negara/ Lembaga/
2. Kekayaan BLU merupakan bagian dari kekayaan Negara/ Daerah yang tidak
dan pembinaan teknis dilakukan oleh Menteri yang bertanggung jawab atas
pengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan
kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintah yang
bersangkutan.
16
6. Rencana kerja dan anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan laporan kinerja
BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan RKA serta
Daerah.
bersangkutan.
9. BLU dapat menerima hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain.
10. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BLU diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
17
Peraturan Pemerintah No :
58/ 2005 tentang
pengelolaan keuangan
daerah (pasal 150)
yaitu :
a. Kinerja pelayanan dibidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan
kewenangannya
: 119/ PMK.05/ 2007 dan bermaterai serta ditanda tangani oleh pimpinan
b. Pola tata kelola yang baik, merupakan peraturan internal satuan Kerja Instansi
20
2) Misi, yaitu sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi
dengan baik.
berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu)
21
kinerja.
1) Kelengkapan laporan :
tanggal tertentu.
strategis.
mengandung unsur :
pada batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan peraturan yang ada.
BLU. Dalam hal satuan kerja Instansi Pemerintah tersebut belum pernah
diberikan sebagai BLU ”penuh” atau BLU ”bertahap”. Kriteria yang digunakan untuk
b. Pengelolaan kas
d. Pengelolaan investasi
kewenangannya. Penetapan status BLUD dapat berupa status BLU secara penuh atau
status BLU secara bertahap. Status BLU secara penuh diberikan apabila seluruh
diberikan paling lama 3 (tiga) tahun. Pejabat yang berwenang untuk menetapkan
BLU dapat memberi keputusan penetapan atau surat penolakan terhadap usulan
penetapan BLU paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterima dari Pejabat yang
mengusulkan.
menetapkan status BLU berdasarkan usul dari pejabat yang mengusulkan atau
berubah status suatu instansi pemerintah menjadi badan hukum dengan kekayaan
Negara yang dipisahkan. Pencabutan BLU dilakukan apabila BLU yang bersangkutan
sudah tidak memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif. Pejabat yang
lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal usul pencabutan, jika terlampaui maka usul
27
pencabutan dianggap ditolak. Instansi Pemerintah yang pernah di cabut status PPK-
BLU dapat diusulkan kembali untuk menerapkan PPK-BLU. Dalam rangka menilai
usulan penetapan dan pencabutan maka pejabat yang berwenang untuk menetapkan
Pejabat Pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri
sipil dan/ atau tenaga profesional nonpegawai negeri sipil sesuia dengan kebutuhan
BLU. Dengan pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka
kas, dan pengadaan barang/ jasa. Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk
mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan imbalan jasa kepada
1. Pemimpin
BLU
2. Pejabat Keuangan
3. Pejabat Teknis
2.1.8. Perbandingan Satuan Kerja Non BLU dengan Satuan Kerja BLU
Untuk melihat perbandingan satuan kerja non BLU dengan satuan kerja BLU
preventif, kuratif, dan rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit diselenggarakan berdasarkan pancasila dan
mempunyai fungsi :
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
1. Rumah sakit umum, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
32
2. Rumah sakit khusus, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
1. Rumah sakit publik, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik
pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) atau Badan Layanan Umum Daerah
Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat
2. Rumah sakit privat, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh Badan Hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero (UU No. 44
Tahun 2009).
fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
medik.
umum dan 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar (UU No. 44 Tahun
2009).
34
dalam, obstetri dan ginekologi, bedah dan kesehatan anak. Pelayanan spesialis
anaestesi dan reanimasi, rehabilitasi medik. Pelayanan medik spesialis lain adalah
pelayanan medik spesialis telinga hidung dan tenggorokan, mata, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, syaraf, gigi dan mulut, jantung, paru, bedah syaraf, ortopedi.
Pelayanan medik sub spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang berkembang
dari setiap cabang medik spesialis. Pelayanan medik sub spesialis dasar adalah
pelayanan sub spesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis 4 dasar.
Dan pelayanan medik sub spesialis lain adalah pelayanan subspesialis yang
kesehatan ini adalah agar tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil dan merata serta termanfaatkan secara berhasil guna dan
sesuai dengan tujuan apabila adanya komitmen, kerjasama dan komunikasi yang
sinergis baik antara pihak pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat
dan terkendali dalam upaya menjamin ketersediaan dana kesehatan yang mencukupi
dan efektif.
pemanfaatan dana yang bersumber dari iuran wajib, pemerintah pusat dan pemerintah
daerah harus melakukan sinkronisasi dan sinergisme antara sumber dana dari iuran
wajib, dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana dari masyarakat, dan sumber lainnya
termasuk dari pihak swasta. Hal ini dilakukan agar tidak adanya tumpang tindih
36
antara lain :
a. Dana
Prinsip dari ketersediaan dana adalah selain dana tersebut tersedia, dana itu harus
kesehatan dapat diperoleh dari sumber pendapatan daerah baik dari sektor
kesehatan ataupun dari sektor lain yang terkait, baik dari swasta maupun
b. Sumber Daya
Sumber daya yang tersedia dalam sistem pembiayaan kesehatan meliputi sumber
digunakan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam upaya mendukung
aturan yang disepakati secara konsisten dan dijalankan oleh para pelaku
daerah. Pengelolaan tersebut dilakukan secara lintas sektor baik swasta maupun
a. Kecukupan
pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan swasta. Alokasi dana yang
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja baik pusat dan daerah. Pemerintah
saat ini terus melakukan upaya peningkatan dan kecukupan terhadap alokasi dana
tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dana kesehatan dapat
diperoleh dari berbagai sumber, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
masyarakat, maupun swasta yang harus digali dan dikumpulkan. Dana tersebut
dengan kebutuhan, dikelola secara adil, transparan, akuntabel, berhasil guna dan
pembayaran pada fasilitas pelayanan kesehatan saat ini perlu juga dikembangkan
Dana kesehatan yang terhimpun baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
yang mencari laba tidak membuat akses bagi penduduk yang kurang mampu tidak
terabaikan tidak didukung bukti-bukti yang kuat. Berbagai studi di beberapa negara
Peningkatan biaya ini menurunkan akses bagi pasien yang harus bayar pelayanan dari
39
rumah sakit not for profit di Amerika memberikan pelayanan rawat jalan lebih
banyak dari rumah sakit for profit, sebaliknya RS for profit lebih fokus pada pasien
rawat inap yang lebih menguntungkan. Efek efisiensi dengan cara pembayaran
DRG/case mix mempunyai efek yang sama baik bagi RS for profit maupun not for
profit. Jadi, yang menjadi faktor penting efisiensi adalah sistem pembayaran. Tidak
yang mengalami perbubahan dari RS Publik ke RS not for profit, for profit, dan
sebaliknya selama tahun 1991-1997 mendapatkan bahwa perubahan status dari not-
for profit menjadi for profit menurunkan pelayanan bagi yang tidak mampu
(uncompensated care) sebesar 13%. Rumah sakit publik yang berubah menjadi RS
for profit mengalami penurunan terbesar dalam dana uncompensated dari 5,2%
menjadi hanya 2,5% dari total expenses (Reinhardt, 2001). menyatakan bahwa not for
profit and for profit hospital sama-sama efisien dalam memproduksi pelayanan
kesehatan, namun RS for profit menetapkan tarif (charge) yang lebih tinggi dari RS
not for profit untuk menutupi akuisisi modalnya. Sejalan dengan penelitian di
Amerika, di Indonesia, RS not for profit seperti memang mempunyai biaya pegawai
yang lebih tinggi dibandingkan dengan RS for profit. Tetapi hal itu terjadi karena RS
not for profit umumnya jauh lebih tua dan lebih besar sehingga beban overhead dan
tingkat upah menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan RS for profit yang relatif baru
Prinsip ini menjadi tugas utama yang harus diwujudkan dalam negara kesejahteraan.
Menurutnya ada dua hal yang terkait langsung dengan upaya pembangunan ekonomi.
bukan hanya karena alasan kesamaman (equality), tetapi juga demi efisiensi dalam
dengan tujuan efisiensi dalam ekonomi. Dua hal ini menjadi bagian dari tujuan negara
kesejahteraan.
Sumber : PMPK Tentang Modul Pelatihan Jarak Jauh RSB/ Bussiness Plan (2012)
41
suatu rumah sakit untuk dapat bertransformasi menjadi sistem pengelolaan rumah
sakit yang menganut pola BLUD agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
44 Tahun 2009) seluruh rumah sakit sudah menganut pola BLUD, namun karena
alasan kemanusiaan maka rumah sakit harus terus melakukan pelayanannya. Masih
hanya monopoli rumah sakit melainkan juga dimanfaatkan oleh SKPD lain demi
perangkatnya.
rumah sakit menjadi BLUD merupakan salah satu unsur dari kesiapan rumah sakit
tersebut untuk dapat merubah pola pelayanan rumah sakit sesuai dengan Permendagri
No. 61 Tahun 2007. Serta pemahaman dan komitmen yang dalam akan pentingnya
Input Proses
Out Put
alur dan tahapan yaitu dari input, proses, dan output. Input terdiri dari sumber daya
manusia, regulasi, peralatan/ sarana, dan keuangan/ sumber dana. Pada tahapan
proses menjelaskan aktivitas proses penyusunan dokumen BLU, proses advokasi, dan
proses penyiapan SDM dan tahap output adalah hasil dari proses yaitu kesipan dari
sebuah rumah sakit untuk menjadi BLU apakah sudah siap atau belum siap.