Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas kesenjangan antara teori yang mendasari suatu kasus

dan penerapan asuhan keperawatan pada klien An “S” dengan gangguan sistem

pernapaasan “Bronkhopneumonia” di ruang perawatan anak 2 lantai 2 Kamar 10

RSUD Tenriawaru Watampone pada tanggal 29 - 01 Juli 2012. Untuk

memudahkan pembahasan maka akan dibahas berdasarkan pendekatan proses

keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi

dan evaluasi.

A. Pengkajian

Menurut Ngastiyah, (2005 : 58) pada pengkajian Bronchopneumonia,

data yang dapat diperoleh meliputi Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39 –

40 0C dan kadang disertai kejang karena deman yang tinggi, Anak sangat gelisah,

dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta

sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare,

Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa

hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Hasil pemeriksaan fisik

tergantung dari pada luas daerah auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi

basah nyaring halus atau sedang

62
Sedangkan pada kasus An. “S” data yang ditemukan pada pengkajian

keperawatan meliputi klien batuk berlendir, pada pemeriksaan fisik pada dada,

auskultasi terdengar ronchi basah halus dan tidak di temukan adanya kenaikan

suhu tubuh, muntah dan diare, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai

pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menarik suatu kesimpulan bahwa

dari berbagai teori yang ada dengan kasus dilapangan ditemukan adanya

kesenjangan yaitu tidak semua gejala yang ada diteori didapatkan juga pada kasus

seperti : Suhu tubuh naik 39-40° disertai kejang, pernapasan cepat dan dangkal,

pernapasan cuping hidung, dan kadang disertai muntah dan diare. Data ini tidak di

dapatkan pada kasus An”S”. Hal ini disebabkan karena klien sudah mendapatkan

perawatan dan pengobatan selama 4 hari sebelum dilakukan pengkajian oleh

penulis.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Wong Donna L. (2004 : 463 - 366) , diagnosa keperawatan yang

muncul pada penyakit Bronchopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi

2. Takut / cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas, prosedur dan

lingkungan yang tidak di kenal (rumah sakit)

3. Bersuhan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis,

inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.

63
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adnya organism infeksi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses inflamsi,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

6. Nyeri berhubungan dengan proses inflamsi, insisi pembedahan

7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau

hospitalisasi anak

Sedangkan pada kasus An. “S” diagnosa keperawatan yang didapatkan yaitu :

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumalasi secret di jalan

nafas, Personal hygiene kurang berhubungan dengan kelemahan, ansietas orang

tua berhubungan dengan kondisi anak,

Kesenjangan yang ditemukan adalah :

Terdapat diagnosa keperawatan dalam teori yang tidak ditemukan pada

kasus nyata yakni :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adnya organism infeksi

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses inflamsi,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamsi, insisi pembedahan

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau

hospitalisasi anak.

64
Diagnosa ini tidak dirumuskan oleh penulis karena tidak ditemukan

adanya data yang mendukung pada saat dilakukan pengkajian.

Terdapat diagnosa keperawatan dalam kasus yang tidak ditemukan pada

teori yakni :

Personal hygiene kurang berhubungan dengan orang tua takut memandikan

anaknya. Diagnosa ini dirumuskan oleh penulis karena ditemukan adanya data

yang mendukung yakni ibu klien mengatkan anaknya belum pernah di mandikan

dan di potong kukunya selama di Rumah Sakit

Ada kesenjangan diagnosa antara teori dan studi kasus yang ditemukan

pada An “S” disebabkan karena An “S” sudah mendapatkan perawatan dan

pengobatan selama 4 hari sebelum pengkajian di rumah sakit .

C. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, selanjutnya penulis

menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai serta intervensi yang tepat

yang disesuaikan dengan masalah kebutuhan dan respon dari keluarga klien.

Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori Wong Donna L. (2004 : 463 – 366)

yang diteapkan untuk diterapkan secara langsung pada klien dengan

Bronkhopneumonia. Masalah kebutuhan dan respon keluarga klien mendasari

penyusunan rencana keperwatan yang akan dilaksanakan sehingga beberapa

65
rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan klien Bronkhopneumonia

disesuaikan dengan kondisi yang ditemukan.

Penyusunan rencana keperawatan melibatkan keluarga dan sumber lain

yang turut memfasilitasi dan menjadi dasar dalam penyusunan asuhan

keperawatan pada situasi nyata sehingga pemecahan masalah serta pemenuhan

kebutuhan klien menjadi efektif.

D. Pelaksanaan

Seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan selalu berorientasi pada

rencana yang telah dibuat terlebih dahulu dengan mengantisipasi seluruh tanda

dan gejala yang timbul sehingga tujuan dapat dicapai.

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, semua intervensi yang

direncanakan pada kasus dapat dilaksanakan sesuai dengan waktunya. Tidak ada

intervensi yang direncanakan yang tidak dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan

karena klien dan keluarga dapat kooperatif terhadap tindakan yang dilaksanakan

dan adanya kerja sama antara penulis dengan perawat ruangan dan tim kesehatan

lain yang menangani klien tersebut.

E. Evaluasi

Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap masalah klien An “S” mengacu

pada tujuan yang telah ditetapkan. Dari Tiga diagnosa yang rumuskan yaitu :

Bersihan jalan nafas tidak efektif, personal hygiene, dan kecemasan orang tua.

66
Semua Diagnosa yang dirumuskan teratasi semua yaitu : Bersihan jalan nafas

tidak efektif, personal hygiene, dan ansietas pada orang tua. Hal ini dikatakan

teratasi karena keadaan klien sudah membaik, klien nampak bersih, kuku nampak

pendek dan bersih, klien nampak segar dan orang tua klien nampak tenang.

67

Anda mungkin juga menyukai