LP Menarik Diri
LP Menarik Diri
MENARIK DIRI
Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners 9
Oleh :
JONATAN ANANTA DIAN PRACASWARA
NIM SN181082
A. LATAR BELAKANG
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena orang lain menyatakan sikap negatif dan mengancam (Nita
Fitria, 2009). Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakan interaksi sosial
merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Nita
Fitria, 2009).
Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan
yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan
usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku,
pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga
kehidupan emosionalnya. Semakin sering pasien menarik diri, semakin
banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan
emosional dengan orang lain (Stuart dan sundeen, 2015).
Dalam membina hubungan sosial individu berada dalam rentang
respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan
respon yang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan yang
berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma – norma sosial dan budaya. Respon maladaptif sering terjadi dalam
kehidupan sehari – hari, khususnya sering dialami pasien menarik diri
sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif bisa
memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin kepada pasien
dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
4. Faktor predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang seorang individu, ada perkembangan tugas
yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan
sosial. Tugas perkembangan ini pada masing - masing tahap tumbuh
kembang mempunyai spesifikasi sendiri - sendiri. Bila tugas - tugas
dalam perkembangan ini tidak terpenuhi, misalnya pada fase oral
dimana tugas dalam membentuk rasa saling percaya tidak terpenuhi,
akan menghambat fase perkembangan selanjutnya.
d. Faktor biologi
Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mengalami
perubahan adalah otak misalnya : pada pasien schizofrenia terdapat
abnormal dari organ tersebut adalah atropi otak, menurunkan berat
otak secara dramatis, perubahan ukuran dan bentuk sel - sel dalam
limbik dan daerah kortikol (Keliat, 2015)
5. Faktor presipitasi
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan
mencetuskan seorang sehingga mempunyai masalah respon sosial
maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang
perkembangan respon maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa
individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak
mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di luar keluarga.
Peran keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua pecandu Alkohol dan
penganiaya anak juga dapat mempengaruhi seseorang berespon sosial
maladaptif. Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang
hubungan antara kelainan jiwa dengan stres keluarga. Pendekatan
kolaboratif sewajarnya mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga
profesional.
b. Faktor Biologi
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Gejala Klinis :
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
d. Tidak dapat memusatkan perhatian.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan),
takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung (Keliat, 2009).
C. POHON MASALAH
(Keliat, 2009)
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial: menarik diri
E. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda -
tandanya.
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul.
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda -
tanda serta penyebab yang muncul.
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
Azis R, dkk. (2013). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.
Budi Anna Keliat. (2015). Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial : Menarik
Diri. Jakarta : FIK UI
Budi Anna Keliat. (2009). Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen SJ. (2015). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta :
EGC.