Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

MENARIK DIRI
Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners 9

Oleh :
JONATAN ANANTA DIAN PRACASWARA
NIM SN181082

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
MENARIK DIRI

A. LATAR BELAKANG
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena orang lain menyatakan sikap negatif dan mengancam (Nita
Fitria, 2009). Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakan interaksi sosial
merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Nita
Fitria, 2009).
Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan
yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan
usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku,
pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga
kehidupan emosionalnya. Semakin sering pasien menarik diri, semakin
banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan
emosional dengan orang lain (Stuart dan sundeen, 2015).
Dalam membina hubungan sosial individu berada dalam rentang
respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan
respon yang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan yang
berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma – norma sosial dan budaya. Respon maladaptif sering terjadi dalam
kehidupan sehari – hari, khususnya sering dialami pasien menarik diri
sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif bisa
memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin kepada pasien
dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial : menarik diri.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,
2013). Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor
predisposisi dan stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial
budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri.
Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya
diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari
orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari - hari
hampir terabaikan

2. Tanda dan gejala


a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain ( menyendiri ).
c. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap - cakap
dengan klien lain / perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar / klien kurang mobilitas.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap - cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari - hari.
h. Posisi janin saat tidur (Keliat, 2015)

3. Penyebab terjadinya masalah


Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gejala Klinis :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit ( rambut botak karena terapi ).
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik / menyalahkan diri
sendiri).
c. Gangguan hubungan sosial ( menarik diri ).
d. Percaya diri kurang ( sukar mengambil keputusan ).
e. Mencederai diri ( akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Keliat,
2009)

4. Faktor predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang seorang individu, ada perkembangan tugas
yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan
sosial. Tugas perkembangan ini pada masing - masing tahap tumbuh
kembang mempunyai spesifikasi sendiri - sendiri. Bila tugas - tugas
dalam perkembangan ini tidak terpenuhi, misalnya pada fase oral
dimana tugas dalam membentuk rasa saling percaya tidak terpenuhi,
akan menghambat fase perkembangan selanjutnya.

b. Faktor komunikasi keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial atau isolasi sosial.
Dalam teori ini termasuk komunikasi yang tidak jelas (double blind)
dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang sering
bertentanggan dalam waktu bersamaan ekspresi emosi yang tinggi
dalam keluarga untuk berhubungan di luar lingkungan keluarga
(pingit).

c. Faktor sosial budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan
satu faktor pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan
sosial. Hal ini disebabkan oleh norma yang dianut oleh keluarga yang
salah, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan
dari orang lain (lingkungan sosial). Misalnya pada usia lanjut,
penyakit kronis dan penyandang cacat. Tidak nyata harapan dalam
hubungan sosial dengan orang lain merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan hubungan sosial.

d. Faktor biologi
Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mengalami
perubahan adalah otak misalnya : pada pasien schizofrenia terdapat
abnormal dari organ tersebut adalah atropi otak, menurunkan berat
otak secara dramatis, perubahan ukuran dan bentuk sel - sel dalam
limbik dan daerah kortikol (Keliat, 2015)

5. Faktor presipitasi
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan
mencetuskan seorang sehingga mempunyai masalah respon sosial
maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang
perkembangan respon maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa
individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak
mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di luar keluarga.
Peran keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua pecandu Alkohol dan
penganiaya anak juga dapat mempengaruhi seseorang berespon sosial
maladaptif. Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang
hubungan antara kelainan jiwa dengan stres keluarga. Pendekatan
kolaboratif sewajarnya mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga
profesional.

b. Faktor Biologi
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.

c. Faktor Sosial - kultural


Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti
lansia, orang cacat dan berpenyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena
menghadapi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari
kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap
hubungan merupakan faktor yang berkaitan dengan gangguan ini.

6. Akibat terjadinya masalah


Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi ( halusinasi ). Halusinasi ini merupakan salah
satu orientasi realitas yang maladaptif, dimana halusinasi adalah persepsi
klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus / rangsangan
eksternal.

Gejala Klinis :
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
d. Tidak dapat memusatkan perhatian.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan),
takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung (Keliat, 2009).
C. POHON MASALAH

Resiko Perubahan Sensori-persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

(Keliat, 2009)

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial: menarik diri

E. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda -
tandanya.
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul.
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda -
tanda serta penyebab yang muncul.
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain


dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain.
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
b. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain.
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial.
Tindakan :
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
1) Klien – Perawat
2) Klien – Perawat – Perawat lain
3) Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
4) Klien – Keluarga / Kelompok / Masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu.
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan.

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan


orang lain.
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain.
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.


Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
1) Salam, perkenalan diri.
2) Jelaskan tujuan.
3) Buat kontrak.
4) Eksplorasi perasaan klien.
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1. Perilaku menarik diri.
2. Penyebab perilaku menarik diri.
3. Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi.
4. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
c. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu.
e. Beri reinforcement positif atas hal - hal yang telah dicapai oleh
keluarga.

7. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik


Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum
obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping
penggunaan obat.
b. Pantau klien saat penggunaan obat.
c. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter.
e. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika
terjadi hal hal yang tidak dinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. (2013). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.

Boyd MA, Hihart MA. (2015). Psychiatric Nursing : Contemporary Practice.


Philadelphia : Lipincott - Raven Publisher.

Budi Anna Keliat. (2015). Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial : Menarik
Diri. Jakarta : FIK UI

Budi Anna Keliat. (2009). Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.

Stuart GW, Sundeen SJ. (2015). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta :
EGC.

Tim Direktorat Keswa. (2010). Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.


Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung.

Anda mungkin juga menyukai