Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

SCHIZOPHRENIA PARANOID

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani


Kepanitraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu KedokteranJiwa
BLUR Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh

Disusun Oleh

Putri karlina

Dokter Pembimbing

dr. Sukristoro Wardoyo, Sp. KJ

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
BLUD RUMAH SAKIT JIWA ACEH
BANDA ACEH
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang mana berkat
Rahmad, Kasih Sayang dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga oenulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Schizophrenia
Paranoid”. Laporan kasus ini disususn sebagai salah satu tugas menjalani
kepanitraan klinik senior pada bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa RSJ
Aceh, Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulismendapatkan bantuan,
bimbingan, dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada dr. Sukristoro Wardoyo , Sp.KJ yang
telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang
telah memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan laporan kasus
ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan
kasus ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran
khususnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmad dan Hidayah-
Nya bagi kita semua.

Banda Aceh, Juli 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar


Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik yang ditandai
dengan adanyagangguan terhadap pikiran dan persepsi yang menimbulkan adanya
waham serta halusinasi pada imajinasi seseorang sehingga tidak dapat
membedakan antara realita dan fantasi. Gangguan skizofrenia dapat
mempengaruhi berbagai fungsi individu termasuk dalam pikiran dan
berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realita, merasakan,
menunjukkan emosi, dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara
sosial. 1,2
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak dialami oleh
beberapa orang dibandingkan penderita gangguan jiwa lainnya yang umumnya
menyerang pada usia produktif dan merupakan penyandang utama disabilitas
kelompok usia 15-44 tahun. Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”
yang berarti “terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang berarti “jiwa”.
Skizofrenia pada umumnya ditandai dengan adanya penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik yang manifestasinya dapat berupa gejala positif,
gejala negatif, dan disfungsi kognitif. Disfungsi kognitif memegang peran dalam
penentuan prognosis skizofrenia. Disfungsi kognitif sendiri dapat muncul sebelum
terjadinya gejala psikotik dan hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja dalam
bidang akademis, pekerjaan, dam memperburuk hubungan interpersonal.
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
III, skizofrenia dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu paranoid, hebefrenik,
katatonik, tak terinci, depresi pasca skizofrenia, residual, simpleks, lainnya dan
yang tak tergolongkan. Skizofrenia paranoid merupakan subtipe yang paling
umum (sering ditemui) dan paling stabil, dimana waham dan halusinasi auditorik
jelas terlihat.3
Skizofrenia merupakan penyakit jiwa kronik dan berat yang mengenai
lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia. Prevalensi kejadian kasus skizofrenia
diperkirakan mencapai 1- 1,3% dari populasi yang ada di seluruh dunia.

3
Prevalensi ini dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi,
dan ras di seluruh dunia.
Menurut data Riskesdas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dari
tahun 2007 – 2018 prevalensi skizofrenia di Indonesia mengalami peningkatan.
Pada tahun 2007 sebanyak 0,5%, pada tahun 2013 sebanyak 1,7% dan pada tahun
2018 meningkat cukup signifikan menjadi 7%. Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD) menjadi salah satu provinsi yang mengalami gangguan jiwa berat
(skizofrenia) terbanyak di Indonesia selama 11 tahun kebelakang.1,4-6
Penderita skizofrenia juga memiliki kemampuan output kesembuhan yang
tidak begitu baik. Sampai saat ini para ahli belum mendapatkan kesepakatan
tentang definisi baku dari kekambuhan skizofrenia. Insiden kambuh pasien
skizofrenia adalah tinggi, yaitu berkisar 60-75% setelah suatu episode psikotik
jika tidak diterapi. Inisiden kekambuhan juga banyak terjadi pada pasien yang
tidak teratur dalam mengkonsumsi obat.3
Diagnosis skizofrenia harus ditegakkan setalah membedakan antara
penyakin psikiatri dan penyakit medis yang lain, seperti gangguan mental organik,
efek samping obat , dan defisiensi vitamin yang mana dapat menimbulkan gejala
psikotik.Pengobatan skizofrenia membutuhkan pengobatan medis terintegrasi,
psikologis, dan psikososial. Sebagian besar masa perawatan yaitu dala rawat jalan
dan paling baik meggunakan multidisiplin ilmu. Rehabilitasi psikososial adalah
bagian terpenting dalam masa pengobatan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa yang memiliki karakteristik


yaitu gangguan proses pikir, persepsi, respon emosional, dan interaksi sosialyang
memengaruhi kehidupan, pekerjaan, kegiatan sosial, dan kemampuan untuk
mengurus diri mereka sehari-hari. Meskipun perjalanan skizofrenia bervariasi di
antara individu, skizofrenia biasanya persisten dan dapat menjadi parah dan
melumpuhkan. Umumnya pasien skizofrenia memiliki kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual yang tetap terpelihara, walaupun kemungkinan terdapat
adanya penurunan fungsi kognitif.3,8,9
Skizofrenia paranoid merupakan salah satu jenis dari skizofrenia yang
paling sering dan paling stabil dijumpai. Ditandai dengan halusinasi dan/atau
waham harus menonjol. Sedangkan gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.3
2.2 Etiologi

Belum diketahu secara pasti etiologi utama penyakit skizofrenia. Namun


banyak penelitian yang menunjukkan bahwa skizofrenia dipengaruhi oleh dua
faktro utama yaitu interaksi komleks antara faktor biologi dan lingkungan.10
1. Genetik
Beberapa penelitian menunjukkan adanya kecenderungan yang kuat
terhadapp genetik dalam keluarga untuk penyakit skizofrenia.10
- Satu orang tua skizofrenia = kemungkinan 13%
- Dua orang tua skizofrenia = kemungkinan 50%
- kembar monozigot skizofrenia = kemungkinan 50%
- Saudara / kembar dizigot skizofrenia = kemungkinan 10%
2. Neurotransmitter10,11,12
- Hipotesa Dopamine :
a. The nigrostriatal pathway : jalur dari substansia nigra sampai nukleus
caudatus. Kadar dopamin yang kurang di aera ini akan mempengaruhi
sistem ekstrapiramidal, menyebabkan gejala motorik.

5
he mesolimbic pathway: memiliki peran terjadinya gejala positif pada
skizofrenia karena adanya eksitasi dopamin secara berlebihan.
b. The mesocortical pathway : Gejala negatif dan penurunan fungsi kognitif
pada pasien skizofrenia karena rendahnya kadar dopamin pada jalur ini.
c. The tubero-infundibular pathway : adanya blokade dopamin pada jalur ini
akan mengakibatkan elevasi kadar prolaktin yang menyebabkan
halactorrhea, amenorrhea dan penurunan libido.
- Hipotesa Serotonin :
Obat anti psikotik generasi 2 (APG 2) memiliki kandungan tidak hanya
dopamine blocker, tetapi juga srotonin blocker, dan hasil dari penggunaan
obat tersebut menunjukkan bahwa adanya pengurangan gejala positif dan juga
negatif pada pasien skizofrenia.
3. Neuroanatomy
Kelainan struktur dan fungsi otak dapat berhubungan dengan skizofrenia.
Seperti adanya pembesaran dari ventrikel orak (gejala negatif); pengecilan
ukuran otak bagian lobus temporal, frontal, hipokampus, dan amygdala;
pengurangan konektivitas antara frontal dan temporal.10,11
4. Lingkungan
Pengaruh terhadap penggunaan rokok, stresor sosial, infeksi maternal,
komlikasi kehamilan dan kelahiran. 10,13

2.3 Epidemiologi

 Prevalensi sekitar 0,3 – 0,7 % di seluruh dunia, dan angka kejadian antara laki-
laki dan perempuan sama (M:F = 1:1).3,9
 Rata-rata onset untuk laki-laki antara usia 15-25 tahun, sedangkan pada
perempuan 25-35 tahun. 3,9
 Risiko terjadinya bunuh diri, 10% = meninggal karena bunuh diri, 30% =
adanya percobaan bunuh diri.9

2.4 Klasifikasi
Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia terbagi kedalam 5 klasifikasi, yaitu:
F20.0 Skizofrenia paranoid: 3

6
1. Waham (delision) yang menonjol misalnya waham kejar, waham
kebesaran dan lain sebagainya
2. Halusinasi yang menonjol misalnya halusinasi auditorik, halusinasi
visual dan lain sebagainya
3. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Ditegakkan diagnosis skizofrenia hebefrenik pada usia remaja atau
dewasa muda (15-25 tahun)
3. Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis
4. Untuk mendiagnosis skizofrenia hebefrenia dibutuhkan pengamatan 2-3
bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut
memang benar bertahan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering
disertai oleh cekikian (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied),
senyum sendiri (self-absorbed smiling) atau oleh sikap tinggi hati (lofty
manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara
bersenda gurau (pranks) dan ungkapan kata yang berulang-ulang
(reiterated pharses)
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerism, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary) dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan
- Proses piker mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menetu
(rambling). 3
5. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi
biasanyatidak menonjol. Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum
yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati
sendiri. 3

7
F20.2 Skizofrenia Katatonik
1. Stupor katatonik yaitu suatu penguranganhebat dalam reaktivitas
terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas
spontan sehingga tampak seperti patung atau diam membisu (mute)
2. Negative katatonik yaitu suatu perlawanan yang tampak tanpa motif
terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan dirinya
3. Kekauan (rigidity) katatonik yaitu mempertahankan suatu sikap kaku
terhadap semua upaya untuk menggerakkan dirinya
4. Kegaduhan katatonik yaitu mempertahankan yang tampak tak bertujuan
dan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar
5. Sikap tubuh katatomik yaitu sikap yang tidak wajar dan aneh. 3
F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
1. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
2. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,
skizofrenia hebefrenik atau skizofrenia katatonik
3. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.3
F20.4 Depresi Pasca skizofrenia
 Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:
1. Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir
2. Beberapa gelaja skizofrenia masih, tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya
3. Gejala-gejala depresif menonjol dalam kurun waktu 2 minggu. 3
F 20.5 Skizofrenia Residual
1. Gejala “negatif” dari skizofreniayang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang tumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak
mata, modulasi suara.
2. Sedikitnya ada riwayatsatu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia

8
3. Sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang
4. Tidak terdapat penyakit gangguan otak (demensia), depresi kronis, atau
institusionalisasi yang dapat menjelasakan disabilatas negatif tersebut. 3
F20.6 Skizofrenia Simpleks
1. Adanya gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului
riwayat halusinasi dan waham.
2. Disertai perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,
bermanisfestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat
sesuatu, tanpa tujuan hidup dan penarikan diri secara sosial. 3

2.5 Gambaran Klinis

 Gejala Positif Skizofrenia7 :


1. Delusi atau Waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional. Meskipun
telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional,
namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
2. Halusinansi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan. Misalnya
penderita mendengar bisikan - bisikan di telinganya padahal tidak ada
sumber dari bisikan itu.
3. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya
bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
4. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
5. Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
6. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
7. Menyimpan rasa permusuhan.
 Gejala negatif skizofrenia7 :
1. Alam perasaan “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini
dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.

9
2. Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak dengan
orang lain, suka melamun.
3. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
4. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
5. Sulit dalam berfikir abstrak.
6. Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif dan serba
malas .
2.6 Diagnosis

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di


Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi gejala skizofrenia dalam
kelompok-kelompok penting untuk mendiagnosa skizofrenia.
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
2 gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas). 3
a)
- “Thought echo”: isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras) danisi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- “Thought insertion or with drawal” : isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “Thought broadcasting” :isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya
b)
- “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara
jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau angggota gerak atau ke
pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);

10
- “delusional perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
c) Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara suara
yang berbicara);
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d) Waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing
dari dunia lain).
 Atau paling sedikit 2 gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai ide-ide yang berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme)
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (ex-citement),
posisi tubuh tertentu (posturing) atau fleksibiltas cerea,
negativisme, mustisme, dan stupor;
h) Gejala-gejala ‘negative” seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang menagkibatkan penarikan diri dari pergaulan social
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

11
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
 Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial. 3
 Skizofrenia Paranoid
Berdasarkan pedoman penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ-III):3
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan berupa:
- Halusinasi atau waham harus menonjol
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual
atau lain-lain perasaan halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence) atau passivity (delusion of passivity) dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas

- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta


gejala katatoniksecara relatif tidak nyata/tidak menonjol. 3

2.7 Penatalaksaan

a. Non farmakologi
1) Terapi psikososial Dengan terapi psikososial dimaksudkan penderita agar
mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu

12
merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak
menjadi beban bagi keluarga atau masyarakat, pasien diupayakan untuk tidak
menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan banyak bergaul.
2) Terapi psikoreligius
Terapi keagaman terhadap penderita skizofrenia ternyata mempunyai
manfaat misalnya, gejala-gejala klinis gangguan jiwa skizofrenia lebih cepat
hilang. Terapi keagamaan yang dimaksudkan adalah berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramah keagamaan dan kajian kitab suci.
3) Terapi fisik berupa olahraga.
4) Berbagai kegiatan seperti kursus atau les.
b. Farmakologi
Obat-obat antipsikotik juga dikenal sebagai neuroleptik dan juga sebagai
trankuiliser mayor. Obat antipsikotik pada umumnya membuat tenang dengan
mengganggu kesadaran dan tanpa menyebabkan eksitasi paradoksikal.14
Antipsikotik pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa
yang berat. Ciri terpenting obat antipsikotik adalah15:
1) Berguna mengatasi agresivitas, hiperaktivitas dan labilitas emosional pada
pasien psikotik.
2) Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anesthesia.
3) Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau ireversibel.
4) Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis
Mekanisme Kerja Antipsikotik menghambat (agak) kuat reseptor dopamine
(D2) di sistem limbis otak dan di samping itu juga menghambat reseptor D1/D2
,α1 (dan α2) adrenerg, serotonin, muskarin dan histamin. Akan tetapi pada pasien
yang kebal bagi obat-obat klasik telah ditemukan pula blokade tuntas dari reseptor
D2 tersebut. Riset baru mengenai otak telah menunjukkan bahwa blokade-D2 saja
tidak selalu cukup untuk menanggulangi skizofrenia secara efektif. Untuk ini
neurohormon lainnya seperti serotonin ( 5HT2), glutamate dan GABA (gamma-
butyric acid) perlu dipengaruh. 14

13
Golongan obat antipsikotik ada 2 macam yaitu14:
1. Golongan antipsikotik tipikal : chlorpromazine, fluperidol, haloperidol,
loxapine, molindone, mesoridazine, perphenazine, thioridazine, thiothixene,
trifluperezine.
2. Golongan antipsikotik atipikal : aripiprazole, clozapin, olanzapine,
quetiapine, risperidone, ziprasidone
Efek samping penggunaan antipsikotik14:
1) Gejala ekstrapiramidal (GEP) dapat berbentuk antara lain14:
a) Parkinsonisme (gejala penyakit parkinsonisme) yakni hipokinesia (daya
gerak berkurang, berjalan langkah demi langkah) dan kekakuan anggota tubuh ,
kadang- kadang tremor tangan dan keluar liur berlebihan.
b) Akathisia yaitu selalu ingin bergerak, tidak mampu duduk diam tanpa
mengerakkan kaki, tangan atau tubuh.
c) Dyskinesia tarda yaitu gerakan abnormal tak-sengaja, khususnya otot-otot
muka dan mulut yang dapat menjadi permanen.
d) Sindroma neuroleptika maligne berupa demam, kekakuan otot dan GEP
(gejala ekstrapiramidal).
2) Sedasi
3) Efek antikolinergis yang bercirikan mulut kering, penglihatan guram, obstipasi,
retensi kemih, terutama pada lansia.
4) Gejala penarikan, bila penggunaannya dihentikan mendadak dapat terjadi sakit
kepala, sukar tidur, mual, muntah, anorexia dan rasa takut
Efek samping yang ireversibel : tardive dyskinesia (gerak, di mana tidur
akan berulang involunter pada lidah, wajah, mulut/rangka, dan anggota gerak, di
mana waktu tidur gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian
jangka panjang dan pasien lanjut usia. Bila terjadi, obat antipsikosis harus
dihentikan perlahan-lahan, biasa dicoba pemberian obat 2,5 mg/hari (dopamine
depleting agent). Obat pengganti antpsikosis yang paling baik adalah klozapin 50-
100 mg/hari. Pada pemakaian obat jangka panjang secara periodik harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk deteksi dini perubahan akibat efek
samping obat.14

14
2.8 Prognosis
 Tujuh puluh persen orang mengalami gangguan skizofrenia mengalami
perbaikan dalam kurun waktu satu tahun, tetapi 80 % memiliki episode lebih
lanjut dari 5 tahun.11
 Tiga per empat pasien akan tidak melanjutkan pengobatan mereka dalam 18
bulan pertama, dan yang melakukan itu memilikikemungkinan kambuh 5
kalilipat dalam periode tersebut. Pengambilan obat teratur, tidak
menggunakan obat terlarang, dan menghindari strees akan mengindari dari
kekambuhan. 11
 Hanya 40% dari orang yang mengalami episode pertama skizofrenia yang
dapat kembali bekerja, dan yang memiliki episode berulang memiliki angka
dibawah tersebut. 11
 Prognosis lebih baik ditemui pada negara berkembang, kemungkinan dalam
segi dukungan keluarga, setigma yang kurang, dan perbedaan struktur sosial
 Beberapa faktor yang berhubungan dengan prognosis yang baik11 :
- Female
- In relationship, good social support
- No negative symptoms
- aDheres in medication
- Intelligence (more educated)
- No stress
FINDING PLANS
- Good premorbid personallity

- Paranoid subtypes
- Late onset
- Acute onset
- No subtance misuse
- Scan (CT/MRI Head) normal

15
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 31 tahun
Alamat : Kuta panjang, Gayo Lues
Status Pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Petani/Pekebun
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Suku : Aceh
TMRS : 03 Juli 2019
Tanggal Pemeriksaan : 15 juli 2019 jam 15:30-16:15

3.2 RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari:


1) Rekam medis : 1907017267
2) Autoanamnesis : 15 juli 2019
3) Alloanamnesis : 16 juli 2019

A. Keluhan Utama
Mendengar bisikan

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengaku diantar ke RSJ Aceh karena telah membunuh
tetangganya sejak 2 tahun yang lalu. Pasien meyakini sering
mendengar suara-suara iblis yang mengatakan bahwa salah seorang
tetangga pasien tidak menyukai dirinya. Abang kandung pasien
berencana untuk meyalonkan diri dalam pemilihan geuchik di
kampungnya, tetangga pasien (korban) menyutujui rencana abang
kandung pasien, namun pasien tidak menyetujuinya. Karena menurut
penjelasan pasien, sistem pemerintahan demokrasi yang saat ini dianut

16
oleh negara Indonesia tidak sesuai dengan ajaran islam. Ajaran islam
menganut sistem khilafah. Pasien sebelumnya pernah bersekolah
dipersantren “Khilafatul muslimin” selama 3 tahun. Pasien menyakini
sering mendengar bisikan-bisikan bahwa korban menyuruh iblis untuk
mengejar pasien. Hal itu menganggu dah membuat pasien takut.
Pasien curiga kepada korban yang ingin menjerumuskan abang
kandungnya dengan menyutujui keputusan abang kandung pasien
untuk menyalonkan diri dalam pemilihan geuchik.
Pada suatu ketika, pasien mendatangi korban dan menanyakan
mengapa selama ini korban selalu menakut-nakutinya. Menurut
korban, saat itu korban membawa parang dan pasien pun telah
menyiapkan parang yang disimpan di pinggang, saku celana pasien.
Pasien bertanya, “kamu sebenarnya mau apa? Saat itu, korban
mengeluarkan berjalan mendekati pasien dengan parang. Lalu, pasien
mendekat dan mencoba melepaskan parang milik korban dan parang
tersebut pun terlepas dari genggaman korban. Setelah itu, pasien
mendorong korban, korban terjatuh dan terguling. Kejadian tersebut
terjadi dikebun milik korban. Pasien mendekati korban yang saat itu
telah terjatuh dan langsung menebas korban beberapa kali. Pertama,
korban menebas tangan pasien (karena saat itu korban mencoba
melakukan perlawanan dengan menangkis), dilanjutkan dengan
menebas kepala pasien, lalu terakhir menebas leher pasien beberapa
kali, namun tidak sampai terputus dengan mengunakan parang.
Setelah menebas, pasien merasa ketakutan, karena saat itu
korban telah meninggal dunia. Pasien mencoba melarikan diri dari
kebun tersebut. Tidak lama setelah itu, pasien akhirnya berjalan
kekantor polisi tanpa membawa parang dan menyerah kan diri
kekantor polisi. Dikantor polisi, pasien di introgasi dan langsung
dimasukkan kedalam sel tahanan. Pasien juga dijatuhi hukuman 13,5
tahun kurungan penjara. Polisi menduga pasien sebagai teroris, karena
telah melakukan pembunuhan sebagai bentuk jihad. Selama menjalani
masa tahanan, pasien sempat mencoba melarikan diri dari dalam

17
tahanan, namun ditemukan kembali oleh polisi dan ditahan kembali.
Selama ini, pasien sering didatangi oleh cahaya Allah SWT dan nabi
Muhammad SAW, yang mengatakan bahwa pasien sebagai penyebar
hari kiamat. Pasien menyakini bahwa, jika pasien berjalan, maka bumi
ini akan terguncang. Saat tidur pasien diperlihatkan neraka oleh
Tuhan, dan makanan dineraka seperti nanah. pasien mengaku pernah
mendapatkan surat dari temannya saat kelas 5 SD, katanya itu surat
dari penjaga makam rasulullah di mekkah, yang mengatakan bahwa
tak lama lagi akan kiamat dan pasien diperintahkan untuk
menyebarkan berita ini kepada orang lain.
Pasien mengatakan bahwa saat ia berbiacara di rsj tapi
pembicaraannya tersebar keseluruh pelosok tanah air. Os mengatakan
bahwa dipenjara keadaannya banyak maksiat, orang-orang boleh
berjudi, mengisap narkoba dengan bebas.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pasien belum pernah di rawat RSJ.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang juga mengalami gangguan jiwa

E. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak minum obat apapun

F. Riwayat Penggunaan Zat


Riwayat penggunaan NAPZA dan alcohol disangkal. Pasien merupakan

perokok berat.

G. Riwayat Sosial
Pasien tinggal bersama Ibunya dan terkadang bersama abang kandungnya.

H. Riwayat Pendidikan
Riwayat pendidikan terakhir pasien yaitu SD.

18
I. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Masa prenatal : pasien merupakan anak yang direncanakan, dan orang
tua mengaku tidak ada kelainan pada masa ini.
2. Masa kanak-kanak awal : Pasien dibesarkan oleh orang tua dan riwayat
tumbuh kembang normal seperti anak-anak seusianya.
3. Masa kanak-kanak pertengahan: Pertumbuhan dan perkembangan pasien
sama seperti anak-anak seusianya. Riwayat trauma kepala disangkal.
4. Masa kanak-kanak akhir dan remaja: Keluarga pasien mengaku bahwa
kehidupan remaja akhir pasien baik baik saja seperti teman sebayanya
dan tidak terdapat kelainan. Pasien juga mengaku riwayat bullying
disangkal.
5. Masa dewasa : keluarga pasien mengaku bahwa kehidupan dewasa
pasien baik-baik saja.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
3. Frekuensi Nadi : 80 x/menit
4. Frekuensi Napas : 18 x/menit
5. Temperatur : 36,9° C

B. Status Generalisata
1. Kepala : Normocephali (+)
2. Leher : Distensi vena jugularis (-), pembesaran KGB (-)
3. Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
4. Jantung : BJ I > BJ I, bising (-), iktus cordis di ICS V linea
midclavicula sinistra
5. Abdomen : Asites(-), nyeri tekan (-), soepel(+)
6. Ekstremitas
Superior : ikterik (-/-) tremor (+/+), rigiditas (+)
Inferior : ikterik (-/-) tremor (-/-), rigiditas (+)
7. Genetalia : Tidak diperiksa

19
C. Status Neurologi
1. GCS : E4V5M6
2. Tanda Rangsang Meningeal : (-)
3. Peningkatan TIK : (-)
4. Mata : pupil isokor (+/+),Ø3mm/3mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+)
5. Motorik : Normoaktif
6. Sensibilitas : Dalam batas normal
7. Fungsi luhur : Dalam batas normal
8. Gangguan khusus : Tidak ditemukan

3.4 STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Laki-laki bersih agak kurus
2. Kebersihan : Kurang bersih
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Perilaku & Psikomotor : Normoaktif
5. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif

B. Mood dan Afek


1. Mood : Eutimia
2. Afek : Tumpul
3. Keserasian Afek : inappropriate Afek

C. Pembicaraan
Spontan, logorrhea, menjawab semua yang ditanyakan saat
anamnesis.

D. Pikiran
1. Arus pikir
koheren (+)
Asosiasi longgar (+)

20
2. Isi pikir
Waham
1. Waham Curiga (+)
2. Waham bizzare ()
3. Waham somatik ()
4. Waham Erotomania ()
5. Waham paranoid
 Waham persekutorik (+)
 Waham kebesaran (+)
 Waham referensi
 Waham dikendalikan
 Thought of echo (-)
 Thought withrawal (-)
 Thought insertion (-)
 Thoungt broadcaseting (+)
 Obsesi (-)
 Preokupasi (-)

E. Persepsi
1. Halusinasi
 Auditorik : (+)
 Visual : (+)
 Olfaktorius : (-)
 Taktil : (-)
2. Ilusi : (-)
F. Intelektual
1. Intelektual : Sesuai dengan pendidikan
2. Daya konsentrasi : Terganggu
3. Orientasi
 Diri : Baik, mengetahui identitas diri.
 Tempat : Baik, pasien tahu bahwa ia di RSJ.
 Waktu : Baik

21
4. Daya ingat
 Seketika : Terganggu
 Jangka Pendek : Baik
 Jangka Panjang : Baik
5. Pikiran Abstrak : Terganggu

G. Daya nilai
 Normo sosial : Baik
 Uji Daya Nilai : Baik
H. Pengendalian Impuls : Baik saat ini
I. Judgement : Baik
J. Tilikan : T1
K. Taraf Kepercayaan : Dapat dipercaya

3.5 RESUME

Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 31 tahun yang dibawa oleh petugas
lembaga permasyarakatan ke RSJ dengan keluhan dibisik-bisik sejak pasien
berada di lembaga permasyarakatan. Pasien 2 tahun yang lalu pernah membunuh
tetangganya karena dia merasa curiga kepada tetangga yang telah memfitnah
dirinya. Pasien merupakan tahanan yang telah dijatuhkan hukuman 13,5 tahun
penjara akibat tindakan yang dilakukannya.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah
120/80 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, frekuensi napas 20x/menit, temperatur
37° C.
Pada pemeriksaan status mental, laki-laki sesuai usia bersih agak kurus,
aktifitas psikomotor : normoaktif, sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, mood:
normal, afek: tumpul, keserasian afek: inappropriate afek, pembicaraan: isi sesuai
yang ditanyakan, arus pikiran: koheren, waham: curiga (+), halusinasi auditorik
(+), pikiran abstrak terganggu, pengendalian impuls baik saat diperiksa. Pasien
dengan tilikan T1 dan taraf kepercayaan adalah dapat dipercaya.

22
3.6 DIAGNOSIS BANDING
F20.0 Skizofrenia Paranoid
F22.0 Gangguan Waham Menetap
F25 Gangguan Skizoafektif

3.7 DIAGNOSIS KERJA


F20.0 Skizofrenia Paranoid

3.8 DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Axis II : Tidak ada Diagnosa
Axis III : Tidak ada Diagnosa
Axis IV : Tidak ada Diagnosa
Axis V : GAF 40-31

3.9 TATALAKSANA
A. Farmakoterapi
Inj. Lodomer 5 mg/hari IM (3 Hari)
Inj. Diazepam 10 mg/hari, IM (k/p)
Haloperidol 5mg 2x1
Trihexyphenidyl 2 mg 2 x 1
Merlopam 2 mg 1x1
B. Terapi Psikososial
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan menjelaskan
mengenai penggunaan obat yang tidak boleh putus.
2. Memotivasi untuk minum obat secara teratur
3. Memberitahukan kepada pasien jika ada suara-suara jangan
diperdulikan.
4. Mencoba mengalihkan pikiran-pikiran negatif dengan mengisinya
dengankegiatan positif yang bermanfaat
5. Bila pada saat keluhan datang, pasien dapat mencari perlindungan dari
anggota keluarganya atau jika masih mengganggu juga segera kontrol
ke dokter.

23
6. Menjelaskan kepada keluarga & orang disekitar pasien mengenai
kondisi pasien dan meyakinkan mereka untuk selalu memberi dukungan
kepada pasien agar proses penyembuhannya lebih baik.
7. Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam
menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan
meningkatkan hubungan dengan orang-orang disekitar pasien.
8. Lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.

2.5 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Malam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad Malam

2.6 FOLLOW UP

Tanggal Evaluasi Terapi


14 Juli 2019 S/ Pasien sudah mulai tenang, suka Inj. Lodomer 5 mg/hari IM (3
menyendiri, tidak banyak bicara. Hari)
Tidur malam (-), halusinasi auditorik Inj. Diazepam 10 mg/hari, IM
(+) (k/p)
O/Penampilan: laki-laki bersih Haloperidol 5 mg 2x1
Kesadaran : compos mentis Trihexyphenidyl 2 mg, 2 x 1
Sikap : kooperatif Merlopam 2 mg 1x1
Psikomotor :normoaktif
Mood :Normal
Afek: Tumpul
Keserasian: appropriate
Pembicaraan : spontan
Arus pikir :Koheren(+)
Proses pikir : asosiasi longgar
Isi pikir : waham: (+)

24
Persepsi :Halusinasi auditorik (+)
Tilikan : T1
A/ Skizofrenia paranoid

15 juli 2019 S/ Pasien sudah mulai tenang, suka Inj. Lodomer 5 mg/hari IM (
menyendiri, tidak banyak bicara. Hari ke-2)
Tidur malam (-), halusinasi auditorik Inj. Diazepam 10 mg/hari, IM
(+) (k/p)
O/Penampilan: laki-laki bersih Haloperidol 5 mg 2x1
Kesadaran : compos mentis Trihexyphenidyl 2 mg, 2 x 1
Sikap : kooperatif Merlopam 2 mg 1x1
Psikomotor :normoaktif
Mood :Normal
Afek: Tumpul
Keserasian: appropriate
Pembicaraan : spontan
Arus pikir :Koheren(+)
Proses pikir : asosiasi longgar
Isi pikir : waham: (+)
Persepsi :Halusinasi auditorik (+)
Tilikan : T1
A/ Skizofrenia paranoid
16 April S/ Pasien sudah mulai tenang, suka Inj. Lodomer 5 mg/hari IM (
2019 menyendiri, tidak banyak bicara. Hari ke 3)
Tidur malam (-), halusinasi auditorik Inj. Diazepam 10 mg/hari, IM
(+) (k/p)
O/Penampilan: laki-laki bersih Haloperidol 5 mg 2x1
Kesadaran : compos mentis Trihexyphenidyl 2 mg, 2 x 1
Sikap : kooperatif Merlopam 2 mg 1x1
Psikomotor :normoaktif
Mood :Normal
Afek: Tumpul

25
Keserasian: appropriate
Pembicaraan : spontan
Arus pikir :Koheren(+)
Proses pikir : asosiasi longgar
Isi pikir : waham: (+)
Persepsi :Halusinasi auditorik (+)
Tilikan : T1
A/ Skizofrenia paranoid
17 juli 2019 S/ Pasien sudah mulai tenang, suka Haloperidol 5 mg 2x1
menyendiri, tidak banyak bicara. Trihexyphenidyl 2 mg, 2 x 1
Tidur malam (-), halusinasi auditorik Merlopam 2 mg 1x1
(+)
O/Penampilan: laki-laki bersih
Kesadaran : compos mentis
Sikap : kooperatif
Psikomotor :normoaktif
Mood :Normal
Afek: Tumpul
Keserasian: appropriate
Pembicaraan : spontan
Arus pikir :Koheren(+)
Proses pikir : asosiasi longgar
Isi pikir : waham: (+)
Persepsi :Halusinasi auditorik (+)
Tilikan : T1
A/ Skizofrenia paranoid
18 juli 2019 S/ Pasien sudah mulai tenang, suka Haloperidol 5 mg 2x1
menyendiri, tidak banyak bicara. Trihexyphenidyl 2 mg, 2 x 1
Tidur malam (-), halusinasi auditorik Merlopam 2 mg 1x1
(+)
O/Penampilan: laki-laki bersih
Kesadaran : compos mentis

26
Sikap : kooperatif
Psikomotor :normoaktif
Mood :Normal
Afek: Tumpul
Keserasian: appropriate
Pembicaraan : spontan
Arus pikir :Koheren(+)
Proses pikir : asosiasi longgar
Isi pikir : waham: (+)
Persepsi :Halusinasi auditorik (+)
Tilikan : T1
A/ Skizofrenia paranoid

27
BAB V
KESIMPULAN

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikiatri yang kompleks,


ditandai dengan adanya gangguan berpikir berupa delusi, halusinasi, pikiran kacau
dan perubahan perilaku.Skizofrenia paranoid merupakan salah satu jenis dari
skizofrenia yang paling sering dan paling stabil dijumpai. Ditandai dengan
halusinasi dan/atau waham harus menonjol. Sedangkan gangguan afektif,
dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak
nyata/tidak menonjol.
Penyebab utama skizofrenia belum diketahui pasti, namun terdapat beberapa
hipotesa yang menunjukkan bahwa etiologinya dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti faktor biologi dan lingkungan. Faktor biologi dapat berupa genetik,
neuroanatomy, neurotransmitter. Sedangkan faktor lingkungan seperti stressor
yang berat, masa perkembangan perinatal, infeksi maternal dan perkembangan
anak, remaja, dewasa.
Penatalaksaan skizofrenia harus dilakukan secara komprehensif baik
farmakologis dan nonfarmakologis. Obat-obatan yang digunakan yaitu Anti
Psikotik Generasi 1 (APG 1) untuk mengatasi gejala positif, dan APG 2 untuk
mengatasi gejala positif dan negatif. Pada skizofrenia, terapi psikosial dan
psikoreligius juga merupakan komponenkunci dalam proses pemulihan dan
bergunauntuk menilai stabilitas gejala serta fungsi kerja-sosial pada penderita
skizofrenia. Prognosis penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kepatuhan pasien
dalam minum obat dan frekuensi kekambuhan penyakit.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Dr.dr. Rusdi Maslim, SpKJ MK. Pedoman Penggolongan dan


Diagnosis Gangguan Jiwa III. Jaya PN, editor. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2016.

2. World Health Organization. Schizophrenia. Available from:


www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia

3. Departemen Litbang Kemenkes RI. Laporan RISKESDAS 2007.


Jakarta: Balai Penerbit Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;
2007.

4. Departemen Litbang Kemenkes RI. Laporan RISKESDAS 2013.


Jakarta: Balai Penerbit Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;
2013.

5. Departemen Litbang Kemenkes RI. Laporan RISKESDAS 2018.


Jakarta: Balai Penerbit Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;
2018.

6. Dipiro. Pharmacotherapi: A Pathophysiologic Approach. 8th editio.


New York: McGraw-Hill Education.; 2011.

7. Novitayani S. Characteristic of Schizophrenic Patient with


Experience Rehospitalization. 2016;VII:23–9.

8. Van OJ, Kapur S. Schizophrenia. Lancet. 2009;

9. Tina M, McQueen S. Comprehensive Medical Reference & Review


for MCCQE & UMLE II. 34th ed. Toronto, Ontario Canada; 2018.

10. Chisholm-Burns. Pharmacotherapy Principles & Practice. fourth edi.


New York: McGraw-Hill Education.; 2016.

11. Birrell M. Crash Course : Psychiatry. 4th Editio. Mosby Elsevier;


2013.

29
12. Katona C, Cooper C, Robertson M. Psychiatry at a Glance. 5th ed.
London: Wiley Blackwell; 2012.

13. Ayano. Schizophrenia: A Concise Overview of Etiology,


Epidemiology Diagnosis and Management: Review of Literatures.
Schizophr Res. 2016;3(2): 1026.

14. Fatani. Schizophrenia: Etiology, Pathophysiology and Management -


A Review. Egypt J Hosp Med. 2017;69 (6):2640–6.

15. Osser D, Roudsari M, Manschreck T. The Psychopharmacology


Algorithm Project At the Harvard South Shore Program: An Update
On Schizophrenia. Harv Rev Psychiatry. 2013;

16. Miyamoto S, Duncan G, CE M, JA L. Treatments for Schizophrenia:


A Critical Review Of Pharmacology and Mechanisms Of Action of
Antipsychotic Drugs. Mol Psychiatry. 2008;

17. Hill S, Bishop J, Palumbo D, JA S. Effect of Secondgeneration


Antipsychotics on Cognition: Current Issues and Future Challenges.
Expert Rev Neurother. 2010;10:43–57.

30

Anda mungkin juga menyukai