33% Coverage]
Untuk pengembangan pasti butuh dana. Saat ini tidak ada dana dari dinas kesehatan khusus
untuk pengembangan posyandu,
berupa bahan makanan (gizi) yang disalurkan melalui puskesmas dan obat-obatan serta alat
KB
karena saat ini sosialisasi hanya berupa jargon yang megah tetapi masyarakan tidak paham
Kemudian sering kami dengar bahwa obat bantuan yang ada di posyandu banyak yang
kadaluarsa sehingga masyarakat jadi malas ke posyandu.
Pernah bahkan ada masyarakat yang di suntik di posyandu menjadi infeksi dan bengkak,
mungkin karena obat yang kadaluarsa. Untuk obat/alat B, juga kadang alat yang diberikan
tidak sesuai
kondom yang ukurannya besar (standar eropa) sehingga tidak bisa digunakan.
Selain itu beberapa obat-obatan dan alat dan obat KB yang disediakan di posyandu
merupakan bantuan, sehingga banyak yang terlihat asing dan tidak sesuai.
Masyarakat merasa takut mengkonsumsi sehingga posyandu kurang berjalan
Untuk program PAUD, sosialisasi sudah dilaksanakan, tetapi respon masih kurang baik.
Mungkin bisa diupayakan alokasi dana ADG untuk kegiatan posyandu. Pada beberapa
kejadian, untuk mengalokasikan ADG menemui hambatan berupa perbedaan pandangan
antara Geuchik dengan Ibu Geuchik, baik itu menyangkut jumlah dana dan pertanggung
jawaban atau penggunaannya.
Sehingga kebijaksanaan pengelolaan dana ADG tidak teralokasikan untuk posyandu. Kader
posyandu juga perlu diperhatikan, jasa honor sekarang yang sekitar Rp. 9000/bulan bisa
ditingkatkan sampai sekitar Rp. 10.000/bulan.