Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perilaku bullying dari waktu ke waktu terus menghantui anak-anak Indonesia.
Kasus bullying yang sering dijumpai adalah kasus senioritas atau adanya
intimidasi siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya baik secara fisik
maupun nonfiisik. Di temukan fakta seputar bullying berdasarkan survei yang
dilakukan oleh Latitude news pada 40 negara. Salah satunya adalah bahwa pelaku
bulyying biasanya para siswa atau mahasiswa laki-laki. Dari survei tersebut juga
terdapat negara-negara dengan kasus bullying tertinggi diseluruh dunia. Dan yang
parahnya,Indonesia masuk di urutan ke dua. Lima negara dengan kasus bullying
tertinggi pada posisi pertama ditempati oleh Jepang, kemudian Indonesia, Kanada,
Amerika Serikat, dan Finlandia.
Bullying sering dikenal dengan istilah pemalakan, pengucilan, serta
intimidasi. Bullying merupakan perilaku dengan karakteristik melakukan tindakan
yang merugikan orang lain secara sadar dan dilakukan secara berulang-ulang
dengan penyalahgunaan kekuasaan secara sistematis. Perilaku ini meliputi
tindakan secara fisik seperti menendang dan menggigit, secara verbal seperti
menyebarkan isu dan melalui perangkat elektronik atau cyberbullying. Semua
tindakan bullying, baik fisik maupun verbal, akan menimbulkan dampak fisik
maupun psikologis bagi korbannya.
Dampak bullying pada korban diantaranya kesehatan fisiknya menurun, dan
sulit tidur (Rigby dan Thomas dalam Sudibyo, 2012). Seorang korban juga
cenderung memiliki psychological well-being yang rendah (Rigby dalam
Sudibyo, 2012), seperti perasaan tidak bahagia secara umum, self-esteem rendah
(Rigby dan Thomas dalam Sudibyo, 2013), perasaan marah, sedih, tertekan dan
terancam ketika berada pada situasi tertentu (Rigby dan Thomas dalam Sudibyo,
2012). Secara psikologis, seorang korban akan mengalami psychological distress;
misalnya adalah tingkat kecemasan yang tinggi, depresi dan pikiran-pikiran untuk
bunuh diri (Rigby dalam Sudibyo, 2012). Secara akademis seorang korban akan
mengalami poor results; prestasi akademis menurun, kurangnya konsentrasi
korban (Sullivan, Cleary dan Sullivan dalam Sudibyo, 2012). Oleh karena dampak
bullying yang banyak dan sangat merugikan korban, fenomena ini harus bisa
ditangani. Salah satu cara dengan tindakan preventif yaitu intervensi terhadap
pihak-pihak yang terlibat dalam situasi bullying.
Bullying terjadi dalam berbagai bentuk diantaranya yaitu bullying secara
verbal perilaku berupa kritikan kejam, fitnah, penghinaan. Bullying secara fisik
dengan memukuli, menendang, menampar. Bullying secara relasional merupakan
pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengucilan, pengabaian,
atau penghindaran. Sedangkan bullying secara elektronik bisa dengan
mengirimkan pesan atau image melalui internet atau telepon seluler (Coloroso
dalam Rofik, 2014). Bentuk bullying tersebut bisa terjadi di kalangan pelajar
maupun masyarakat luas, tidak terkecuali pada pengguna internet atau media
massa elektronik lainnya.
Pelaku bullying pada media massa elektronik biasanya dilakukan dengan
memposting gambar atau foto seseorang dengan meminimalisir memodifikasi
minimal sehingga pembaca masih mudah mengenali korban. Tidak hanya
gambarnya saja yang dimodifikasi serta di-upload dalam akun jejaring sosial,
namun pelaku bullying juga menambahkan kata-kata yang tidak pantas dibaca,
mengolok-olok, melecehkan, mencaci maki, bahkan menghina.
Bullying di kalangan remaja masih sering kita jumpai. Masyarakat
menganggap hal ini sudah biasa karena masa remaja adalah masa dimana remaja
mencari jati dirinya dan kenakalannya akan hilang sendiri. Apabila dibiarkan,
maka akan timbul masalah karena dampaknya berpengaruh pada perkembangan
jiwa. Pelaku bullying bisa berpotensi menjadi pribadi yang sewenang-wenang.
Jika hal ini terus dibiarkan dalam tatanan kehidupan mereka maka akan
mengakibatkan pelaku tumbuh menjadi pelaku kriminal atau sosok penguasa yang
tak punya empati terhadap orang lain. Pelaku bullying akan menganggap bahwa
cara penyelesaian masalah yang paling baik adalah dengan cara-cara kekerasan
atau pelaku beranggapan dengan mengintimidasi orang lain maka akan memenuhi
keinginannya. Hal ini akan mendorong sifat premanisme yang akan terbawa
hingga dewasa dan mengakibatkan ketidaknyamanan di masyarakat.
Perilaku kasar maupun tindakan bullying dapat terjadi karena tidak adanya
cinta dan kehangatan dalam keluarga. Akhir-akhir ini kekerasan memang telah
menjadi bagian dari kehidupan remaja. Kekerasan antar sebaya atau bullying
merupakan suatu tindak kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan seseorang
atau kelompok. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk melukai, membuat takut
atau membuat tertekan seseorang (anak atau siswa) lain yang dianggap lemah,
misalnya secara fisik lebih lemah, minder dan kurang mempunyai teman,
sehingga tidak mampu mempertahankan diri. Hal ini terjadi karena masih banyak
orang tua yang melakukan corporal punishment dan menganggap wajar hal
tersebut dengan alasan untuk mendisplinkan.
Sehingga kurang disadari orang tua yang dilakukan sebenarnya adalah bentuk
lain dari kekerasan. Misalnya ketika anak melakukan kesalahan, orang tua sering
kali membentak anak dan mengatakan kata-kata kasar serta memukul anak,
menerapkan disiplin dan sistem hukuman yang berlebihan, yang tidak berusaha
berkomunikasi, serta secara keterlaluan memarahi anak-anaknya, sehingga anak
menganggap cara tersebut adalah benar sehingga anak mengaplikasikannya dalam
pergaulan.
Rahman (2004) menyebutkan bentuk aktualisasi sumber oleh seseorang
terhadap keluarga terwujud dalam bentuk upaya orang tua mendidik putra-
putrinya dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana dikutip anak pembohong umumnya
berasal dari keluarga yang sering berbohong. Sebab, sebagian besar perilaku anak
dipengaruhi oleh pengalamannya dirumah. Bila sebuah keluarga hidup damai dan
tenang, maka diluar rumah, seluruh keluarga tersebut akan terbentuk oleh
kebiasaaanya hidup damai dan tenang. Sebaliknya, keluarga yang broken home
dan penuh dengan konflik akan mempengaruhi pola interaksinya di luar rumah.
Bullying adalah suatu bentuk agresi dimana terdapat kekuatan yang tidak
seimbang antara pelaku dan korban. Pelaku selalu mempunyai kekuatan yang
lebih dari pada korbannya. Bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal dan
psikologis. Bullying dapat terjadi secara langsung (tatap muka) atau tidak
langsung (bersembunyi dibalik orang lain). Contoh tindakan bullying secara
langsung adalah memukul dan memaki orang. Sedangkan contoh tindakan
bullying secara tidak langsung adalah pengucilan dan gossip (Papler &
Craig.2000).
Jika selama ini kita hanya tahu banyak terjadinya kasus bullying pada remaja,
bukan tidak mungkin semua itu berawal dari masa kanak-kanak. Salah satu hal
yang perlu diteliti lebih lanjut juga adalah latar belakang keluarga. Penting untuk
dilihat darimana anak-anak tersebut belajar bullying tersebut. Harus dilihat apakah
keluarga mereka harmonis, atau sering bertengkar, kemudian juga penting untuk
dilihat anak tersebut merupakan anak ke berapa dari berapa bersaudara,
bagaimana interaksi anak-anak tersebut dengan kakak atau adiknya dan sifat anak
itu sendiri.
Terjadinya kekerasan antar sebaya semakin menguat mengingat adanya faktor
pubertas dan krisis identitas, yang normal terjadi pada perkembangan remaja.
Dalam rangka mencari identitas dan ingin eksis, biasanya remaja lalu gemar
membentuk geng. Geng remaja sebenarnya sangat normal dan bisa berdampak
positif, namun jika orientasi geng kemudian ’menyimpang’ hal ini kemudian
menimbulkan banyak masalah. Dari relasi antar sebaya juga ditemukan bahwa
beberapa remaja menjadi pelaku bullying karena ’balas dendam’ atas perlakuan 3
penolakan dan kekerasan yang pernah dialami sebelumnya (misalnya pada saat
masih SD atau anak-anak).
Berbicara mengenai kekerasan anak, ditemukan bahwa anak bisa menjadi
subjek/pelaku maupun objek kekerasan. Anak sebagai pelaku kekerasan/subjek,
biasanya disebabkan ia memiliki pengalaman sebagai objek kekerasan itu sendiri.
Anak berperilaku seperti itu sebagai bagian dari imitasi atupun pengekspresian
pengalaman-pengalaman mereka, entah itu disadari ataupun tidak. Kekerasan
pada anak tergantung pada pola asuh dan pola perlakuan orang tua terhadap anak.
Pola asuh anak juga sangat mempengaruhi kepribadian anak. Pola asuh ini
menentukan bagaimana anak berinteraksi dengan orangtuanya. Hurlock (1998 :
30), membagi pola asuh menjadi tiga: yaitu pola asuh otoriter, pola asuh
demokrasi, dan pola asuh permisif. Perlakuan orang tua ataupun pengasuh kepada
anak sangat mempengaruhi kepribadian anak. Masa kanak-kanak adalah masa
dimana anak menunjukkan ekspresi dan eksistensinya sebagai seorang manusia
yang utuh. Kegagalan dalam masa ini, menurut Freud (Sumadi,2011), akan
terpendam dan menjadi pengalaman bawah sadar anak, yang menjadikan
pengalaman anak sebagai referensi dalam menjadi hidupnya.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999), faktor terpenting yang
menyebabkan terjadinya tindakan bullying adalah kurang berperannya fungsi
keluarga yaitu fungsi perlindungan, sosialisasi, dan afeksi. Fungsi perlindungan
adalah keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis dan psikologis bagi
seluruh anggotanya. Sedangkan fungsi sosialisasi adalah semua masyarakat
tergantung terutama pada keluarga bagi sosialisasi anak-anak ke alam dewasa
yang dapat berfungsi di dalam masyarakat itu. Lain halnya dengan fungsi afeksi
yang menjadi faktor terpenting, fungsi afeksi adalah keluarga mampu memberikan
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan kasih sayang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam
lagi tentang studi kehidupan keluarga pelaku bullying pada remaja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan bullying?
2. Apa saja tipe-tipe atau bentuk bullying?
3. Apa saja yang menjadi komponen bullying?
4. Apa faktor-faktor penyebab bullying?
5. Apa dampak bullying?
6. Bagaimana mengatasi bullying di sekolah?
7. Bagaimana cara mencegah bullying?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pengertian bullying yang terjadi dikalangan
remaja.
2. Untuk menjelaskan tipe-tipe atau bentuk bullying.
3. Untuk menjelaskan apa saja yang menjadi komponen bullying.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab bullying.
5. Untuk mengetahui dampak dari bullying.
6. Untuk menjelaskan cara mengatasi bullying.
7. Untuk mengetahui cara mencegah bullying.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
- Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama dalam kajian ilmu
Sosiologi dan Penyimpangan Sosial.
- Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi
pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih
lanjut terhadap objek sejenis yang belum tercakup dalam penelitian
ini.
- Menambah wawasan bagi para praktisi ilmu sosial, psikologi dan
pendidikan, bahwa perilaku bullying tidak semata-mata timbul dari
keinginan pribadi pelaku.
2. Manfaat Praktis
- Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan masukan
bagi para guru kelas maupun guru konseling berkaitan dengan hal-hal
yang mempengaruhi perilaku bullying sehingga dapat melakukan
intervensi secara tepat dalam upaya mencegah dan memberikan
treatment pada anak yang memiliki perilaku bullying.
- Sebagai bahan masukan bagi pelajar dan siswa, bahwa bullying adalah
tindakan merugikan yang harus dijauhi dan pintar-pintarlah dalam
memilih teman.
- Dapat menjadi masukan bagi orangtua hendaknya lebih
memperhatikan bagaimana dan dengan siapa anaknya bergaul agar
anak terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak diinginkan seperti
misalnya perilaku bullying.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Remaja Dan Bullying


a. Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Masa remaja
adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja
merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dawasa yang berjalan
antara umur 11 tahun sampai 21 tahun.
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.
Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan
perubahan sosial.
Berikut ini beberapa pengertian tentang Remaja menurut para ahli:
Menurut Siti Sundari: masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi
untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria.
Menurut Zakiah Darajat: bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Menurut Hurlock: remaja berasal dari kata lain adolescene yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescene mempunyai arti
yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik.
Menurut Calon: bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat
transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan
tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Kartini Kartono (1995:148): masa remaja disebut pula sebagai
penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini
terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-
fungsi rohaniah dan jasmaniah.
Menurut Siti Rumini dan Siti Sundari (2004:53): masa remaja adalah
masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja dalam (Sarlito
Wirawan Sarwono, 2006:7) adalah suatu masa ketika:
- Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-
tanda sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan.
- Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa.
- Terjadi peralihan dari keteragantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

b. Bullying
Bullying mengandung tiga unsur yang mendasar dariperilaku bullying
yaitu bersifat menyerang (agresif) dan negatif, dilakukan secara berulang-
ulang, adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat
(Olweus, 1993). Bullying merupakan suatu kekerasan fisik dan psikologis
yang berjangka panjang yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang terhadap individu yang tidak mampu mempertahankan diri dalam
situasi dimana ada keinginan untuk melukai atau menakuti orang dan
membuat orang tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya (KPAI,
2014).
Bullying adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang yang
dilakukan secara berulang dengan tujuan menyakiti korban secara mental
maupun fisik, dan biasanya terjadi pada anak dalam bentuk kekerasan anak
yang dilakukan oleh teman sebayanya. Biasanya bullying terjadi berulang kali
dan bahkan ada yang dilakukan secara sistematis (Kuriawati, 2015).
Bullying merupakan perilaku yang menggunakan kekuasaan untuk
menyakiti, menindas, mengancam, dan membuat perasaan orang lain tidak
nyaman yang dilakukan oleh sesorang maupun sekelompok orang (Pratama
dkk, 2014).

Anda mungkin juga menyukai