Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi informasi dan computer beberapa tahun
belakangan ini berkembang dengan pesat, sehingga hal ini mengubah paradigma
masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi yang tidak lagi terbatas
pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-
sumber informasi yang lain diantaranya melalui jaringan internet. Salah satu
bidang yang mendapat dampak yang cukup berarti dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi ini adalah bidang pendidikan dan pelatihan.
Setiap sistem pelatihan yang bermakna harus terintegrasi dengan strategi
SDM dalam ssuatu perusahaan atau instansi jika ingin hal itu terlaksana secara
efektif. Contohnya, integrasi dengan hal penilaian kerja, promosi, atau sistem
pembayaran upah/gaji. Integrasi ini membantu pula untuk meyakinkan bahwa
bantuan strategi pengembangan akan mendukung strategi personil lainnya.
Program-program pelatihan di lingkungan manjerial dan lingkungan
terdepan. Menurut Michael R. Carrell et al (1995), ada tujuh maksud utama
program pelatihan dan pengembangan, yaitu memperbaiki kinerja, meningkatkan
ketrampilan karyawan, menghindari keusangan manajerial, memecahkan
permasalahan, orientasi karyawan baru, persiapan promosi dan keberhasilan
manajerial, dan memberi kepuasan untuk kebutuhan pengembangan personal.
Dalam model pelatihan tradisional setiap peserta akan mengikuti pelatihan
yang sudah dirancang dengan menggunakan strategi pelatihan yang sifatnya
konvensional. Setelah selesai pelatihan para peserta akan mendapat sertifikat atau
piagam.
Dalam sistem pelatihan berbasis kompetensi tahap awal yang harus
dirumuskan adalah fungsi-fungsi apa yang harus dilakukan peserta dengan baik.
Dari uraian tersebut maka suatu pelatihan dirancang agar peserta dapat
menjalankan fungsinya sesuai standar. Selain agar peserta dapat berfungsi dengan
baik maka mereka dapat belajar di tempat kerja atau dengan sarana lain. Setelah

1
itu peserta pelatihan akan mendapat pengakuan kemampuan mengerjakan fungsi-
fungsi standar berupa sertifikasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian Pelatihan (Training)?
2. Apakah Tujuan dari Pelatihan?
3. Bagaimana Manfaat Pelatihan?
4. Apakah Pengertian dari IT (Information Technology)?
5. Bagaimana Contoh Pelatihan Berbasis TIK ?
6. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan dari Penggunaan Teknologi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pelatihan
2. Untuk Mengetahui tujuan pelatihan
3. Untuk mengetahui manfaat pelatihan
4. Untuk mengetahui pengertian IT
5. Untuk memahami contoh pelatihan berbasis TIK
6. Untuk memahamu kelebihan dan kekurangan dari penggunaan teknologi
dalam pelatihan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelatihan (training)


Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan
perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja
tenaga kerja. (Simamora:2006:273). Menurut pasal I ayat 9 undang-undang No.13
Tahun 2003. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian
tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.
Pelatihan adalah aktifitas yang dirancang untuk memberi para pembelajar
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka saat ini.
Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan
teknik pelaksanaan kerja tertentu, rutin dan terinci. Serta menyiapkan karyawan
untuk melakukan pekerjaan sekarang.
Menurut omes bawa Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki
performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung
jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.
Pelatihan (training) adalah proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir sehingga tenaga kerja non
manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan
tertentu. (Sikula :1976) Pelatihan kerja menurut undang-undang No.13 Tahun
2003 pasal I ayat 9. adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan
jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan
Menurut Marzuki (1992, halaman 4), ”Pelatihan adalah pengajaran atau
pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku
(pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan” Sjafri
Mangkuprawira (2004) pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses
mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan

3
semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin
baik, sesuai dengan standar.
Pelatihan Iebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM
organisasi yang berkaitan dengan jabtan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab
individu yang bersangkutan saat ini ( current job oriented). Sasaran yang ingin
dicapai dan suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam
jabatan atau fungsi saat ini

1. Analisa Dari Kebutuhan Pelatihan


Secara umum analisis kebutuhan pelatihan didefinisikan sebagai suatu
proses pengumpulan dan analisis data dalam rangka mengidentifikasi bidang-
bidang atau faktor-faktor apa saja yang ada di dalam perusahaan yang perlu
ditingkatkan atau diperbaiki agar kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan
menjadi meningkat. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data
akurat tentang apakah ada kebutuhan untuk menyelenggarakan pelatihan.
Mengingat bahwa pelatihan pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana
untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gap (kesenjangan) antara
kinerja yang ada saat ini dengan kinerja standard atau yang diharapkan untuk
dilakukan oleh si pegawai, maka dalam hal ini analisis kebutuhan pelatihan
merupakan alat untuk mengidentifikasi gap-gap yang ada tersebut dan melakukan
analisis apakah gap-gap tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu
pelatihan. Selain itu dengan analisis kebutuhan pelatihan maka pihak
penyelenggara pelatihan (HRD atau Diklat) dapat memperkirakan manfaat-
manfaat apa saja yang bisa didapatkan dari suatu pelatihan, baik bagi peserta
pelatihan sebagai individu maupun bagi perusahaan.
Jika ditelaah secara lebih lanjut, maka analisis kebutuhan pelatihan memiliki
beberapa tujuan, diantaranya adalah:
1. Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk
memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas
perusahaan
2. Memastikan bahwa para peserta pelatihan yang mengikuti pelatihan benar-
benar orang-orang yang tepat

4
3. Memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama
pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut
dalam suatu jabatan tertentu
4. Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai
dengan tema atau materi pelatihan
5. Memastikan bahwa penurunan kinerja atau pun masalah yang ada adalah
disebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap
kerja; bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui
pelatihan
6. Memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat
bahwa sebuah pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana.

Menurut Cut Zurnali (2004), terdapat 3 (tiga) tingkatan atau level analisis
dalam menentukan kebutuhan pelatihan yang harus dipenuhi, yaitu:
 Pertama, organization analysis (analisis organisasi): Memfokuskan pada
pengenalan di dalam organisasi di mana pelatihan dibutuhkan.
 Kedua, operations analysis (analisis operasi): Mencoba mengenal isi
pelatihan-apa yang tenaga kerja harus lakukan agar bekerja secara
kompeten.
 Ketiga, individual analysis (analisis individual): Menentukan seberapa
baik setiap pekerja atau karyawan yang sedang melakukan tugas dalam
menyelesaikan tugasnya.
Menurut Dessler (edisi terjemahan:1997:263), Pelatihan memberikan
karyawan baru atau lama suatu keterampilan yang mereka butuhkan untuk
menjalankan pekerjaan mereka. Dengan demikian pelatihan berarti menunjukkan
seorang masinis bagaimana mengoperasikan mesin barunya, bagi seorang juru
jual baru, bagaimana menjual produk perusahaannya, atau bagi seorang penyelia
baru bagaimana mewawancarai dan menilai karyawan.

2. Indikasi Keberhasilan Suatu Program Pelatihan

5
Menurut Soekidjo Notoatmodjojo (1991: 53), pelaksanaan program
pelatihan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta pelatihan tersebut
terjadi suatu proses transformasi dalam :
1. Peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas
2. Perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja.
Untuk mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut dilakukan penilaian
atau evaluasi atas pelaksanaan Pelatihan tersebut.

B. Tujuan dari pelatihan


Tujuan Pelatian adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki kinerja.
2. Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan
teknologi.
3. Membantu memecahkan masalah operasional.
4. Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
5. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
6. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi
7. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja.
8. Mencapai standar kinerja yang dapat diterima.
9. Menciptakan sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan.
10. Memenuhi kebutuhan perencanaan SDM.
11. Mengurangi jumlah dan biaya kecelakan kerja.
12. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi
mereka.
Menurut Cut Zurnali (2004), the goal of training is for employees to master
knowledge, skills, and behaviors emphasized in training programs and to apply
them to their day-to-day activities. Hal ini berarti bahwa tujuan pelatihan adalah
agar para pegawai dapat menguasai pengetahuan, keahlian dan perilaku yang
ditekankan dalam program-program pelatihan dan untuk diterapkan dalam
aktivitas sehari-hari para karyawan. Pelatihan juga mempunyai pengaruh yang
besar bagi pengembangan perusahaan.

6
C. Manfaat Pelatihan
Beberapa manfaat pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan yang
dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2003), yaitu:
1. Meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan para pesaing luar,
2. Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk bekerja dengan
teknologi baru,
3. Membantu para karyawan untuk memahami bagaimana bekerja secara efektif
dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas,
4. Memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada inovasi, kreativitas
dan pembelajaran,
5. Menjamin keselamatan dengan memberikan cara-cara baru bagi para karyawan
untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat pekerjaan dan
kepentingan mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi absolut,
6. Mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan bekerja secara lebih
efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para wanita.

D. Pengertian IT ( Information Technologi )


Informasi diartikan sebagai hasil pengolahan data yang digunakan untuk
suatu keperluan, sehingga penerimanya akan mendapat rangsangan untuk
melakukan tindakan.
Technologi adalah hasil rekayasa manusia yang berupa seperangkat alat
yang membantu manusia dalam bekerja.
Jadi IT ( Information Technologi ) dapat diartikan seperangkat alat yang
membantu dalam bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pemrosesan informal dan proses penyampaian informasi dari
bagian pengirim ke penerima pun akan lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan
lebih lama penyimpanannya.
IT ( Information Technologi ) tidak hanya terbatas pada teknologi
komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memroses
dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untik
mengirimkan informasi. Teknologi yang menggabungkan komputasi (computer)
dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan

7
video. Jadi menurut kesimpulan teknologi informasi adalah gabungan antara
teknologi komputer dengan teknologi komunikasi.
IT ( Information Technologi ) berhubungan dengan pengolahan data menjadi
informasi dan proses penyaluran data/ informasi tersebut dalam batas–batas ruang
dan waktu. Teknologi informasi merupakan pengembangan dari teknologi
komputer dipadukan dengan teknologi telekomunikasi

E. Contoh Pelatihan Berbasis TIK

E.1 Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis TIK (Animasi Flash)


Di SMP Muhammadiyah Se-Kota Wonosari Kab Gunung Kidul
Yang kami akses dari Jurnal Pemberdayaan, Vol.1 No.2, Oktober 2017,
hal. 473-480 pada 9 Maret 2019

PelatISSN: 2580-2569 JURNAL PEMBERDAYAAN, Vol.1, No.


2, Oktober 2017, hal. 473-480
Diterbitkan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN


BERBASIS TIK (ANIMASI FLASH) DI SMP
MUHAMMADIYAH SE-KOTA WONOSARI KAB.
GUNUNGKIDUL
Oleh: Murein Miksa Mardhia dan Dwi Normawati
Teknik Informatika
Universitas Ahmad Dahlan

Ringkasan
Guru-guru di sekolah menengah tingkat pertama dan atas telah mulai
familiar dengan penggunaan media teknologi untuk pengajaran di kelas, seperti
contohnya slide Powerpoint atau dokumen Word. Hanya saja, pemanfaatan media
teknologi ini belum digali secara lebih mendalam, sehingga penggunaan satu

8
metode yang terlalu lama membuat kegiatan pembelajaran menjadi monoton.
Salah satu kemampuan yang belum banyak dikuasai yakni pengaplikasian
animasi Flash untuk membantu mereka menciptakan media belajar yang interaktif
untuk diajarkan kepada siswa di kelas. Kegiatan pelatihan ini menerapkan metode
gabungan dari tiga komponen metode pelaksanaan yang ditawarkan, dimana pada
kegiatan pelatihan yang diadakan, terjadi pengenalan teknologi baru melalui
perangkat lunak untuk membuat media pembelajaran dengan animasi, dan
diselenggarakan sebagai media guru untuk mendidik siswa saat kegiatan belajar
mengajar di kelas. Di bagian akhir pelaksanaan, peserta diminta untuk
mengumpulkan feedback mengenai kegiatan pelatihan yang telah diikuti. Lebih
dari 50% peserta yang hadir menyatakan tingkat kepuasan yang baik terhadap
materi, pelaksana, dan kemanfaatan karya yang telah mereka hasilkan.
Kata kunci : Media Pembelajaran, TIK, Pendidikan, Animasi,
Flash.

Abstract

Teachers at the junior and senior high school have begun to be


familiar with the use of technology media for classroom teaching, such as
Powerpoint slides or Word documents. Only, the utilization of this
technology media has not been explored in more depth, so the use of one
method that is too long to make learning activities become monotonous.
One of the not-so-mastered capabilities of applying Flash animations to
help them create interactive learning media to teach students in the
classroom. This training activity applies joint method of three components
of implementation method offered, where in the training activities held,
there is the introduction of new technology through software to create
learning media with animation, and held as a media teacher to educate
students while teaching and learning activities in the classroom. At the end
of the exercise, participants are asked to collect feedback on the training
activities that have been followed. More than 50% of attendees expressed

9
good satisfaction with the materials, executives, and benefits of the work
they have produced.
Keywords: Learning Media, ICT, Education, Animation, Flash

A. LATAR BELAKANG
Teknologi informasi diciptakan dengan tujuan untuk membantu kehidupan
manusia untuk menyelesaikan masalah yang terjadi, supaya persoalan dapat
ditangani dengan lebih cepat dan praktis. Teknologi yang telah menjadi kebutuhan
ini yang kemudian juga dimanfaatkan untuk kegiatan manusia salah satunya di
bidang pendidikan. Guru-guru di sekolah menengah tingkat pertama dan atas telah
mulai familiar dengan penggunaan media teknologi untuk pengajaran di kelas,
seperti contohnya slide Powerpoint atau dokumen Word. Hanya saja, pemanfaatan
media teknologi ini belum digali secara lebih mendalam, sehingga penggunaan
satu metode yang terlalu lama membuat kegiatan pembelajaran menjadi monoton.
Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran berbasis TIK
(Animasi Flash) di 473
SMP Muhammadiyah se-Kota Wonosari Kab.
Gunungkidul

JURNAL PEMBERDAYAAN, Vol. 1, No. 2, Oktober 2017, Hal. 473-480


ISSN: 2580-

2569

Dari pengalaman inilah kemudian mulai tercipta ide untuk memperluas


metode belajar melalui media pembelajaran yang juga berbasis TIK, yaitu melalui
animasi Flash. Media pembelajaran dapat merupakan wahana penyalur pesan dan
informasi belajar. Media pembelajaran yang dirancang secara baik akan sangat
membantu peserta didik dalam mencerna dan memahami materi pelajaran. Di era
globalisasi dan informasi ini, perkembangan media pembelajaran juga semakin
maju. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) sebagai media pembelajaran sudah
merupakan suatu tuntutan [1].

10
Kami selaku pihak dari Universitas Ahmad Dahlan kemudian mendapatkan
kesempatan untuk dapat membagikan ilmu mengenai pembuatan animasi Flash
sebagai media belajar guru tersebut melalui kerjasama dengan pihak Pimpinan
Daerah Muhammadiyah (PDM) Gunungkidul. Komunikasi juga dilakukan
langsung dengan pihak sekolah-sekolah yang mereka rekomendasikan, antara lain
SMP Muhammadiyah 1 Wonosari, SMP Muhammadiyah 2 Wonosari, SMP
Muhammadiyah Playen, serta SMP Muhammadiyah Paliyan, Kebupaten
Gunungkidul. SMP Muhammadiyah yang berlokasi di kota Wonosari dan
sekitarnya (Kecamatan Playen dan Kecamatan Paliyan) di Kabupaten
Gunungkidul merupakan salah satu bagian dari Amal Usaha Muhammadiyah
(AUM) yang dikelola melalui Majelis Dikdasmen. Salah satu tujuan yang ingin
dicapai yaitu peningkatan kualitas guru dan staf pengajar melalui pengayaan
keterampilan para tenaga pendidik di bidang TIK sebagai media pendukung
kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Siagian definisi pelatihan adalah
Proses belajar mengajar dengan menggunakan teknik dan metoda tertentu secara
konsepsional dapat dikatakan bahwa latihan dimaksudkan untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang [2].
Kegiatan pelatihan melalui pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam penerapan TIK dalam menunjang pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Dengan peningkatan keterampilan guru-guru sebagai
tenaga pendidik melalui TIK, diharapkan dapat mendukung tercapainya
pemenuhan kompetensi guru-guru di SMP Muhammadiyah se-kota Wonosari dan
sekitarnya (Kecamatan Playen dan Kecamatan Paliyan). Menurut Depdiknas
istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga
merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam
pembelajaran disebut media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
bagian dari sumber belajar yang merupakan kombinasi antara perangkat lunak
(bahan belajar) dan perangkat keras (alat belajar) [3].

11
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SMP Muhammadiyah 1
Wonosari, beliau mengutarakan bahwa di wilayah kota Wonosari dan sekitarnya
(Kecamatan Playen dan Kecamatan Paliyan), sekolah Muhammadiyah cukup
banyak dan kemampuan TIK yang dimiliki oleh tenaga pengajar di sana sifatnya
beragam. Salah satu kemampuan yang belum banyak dikuasai yakni belum dapat
memanfaatkan TIK untuk membantu mereka menciptakan media untuk
mendukung pembelajaran yang berbasis TIK. Hal ini cukup menjadi keterbatasan
oleh para guru dalam menciptakan kreatifitas dalam memicu minat siswa saat
proses belajar mengajar di kelas. Karena dirasa tidak mampu menguasai sehingga
menjadi malas untuk mempelajari dan pada akhirnya akan jauh tertinggal dengan
sekolah lain yang sudah mulai memperkaya keterampilan guru dengan banyak
mengadakan pelatihan-pelatihan TIK. Untuk itulah kami dari program studi
Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan melalui kesediaan dari PDM
wilayah Kabupaten Gunungkidul bermaksud untuk mengadakan pelatihan
pembuatan media pembelajaran berbasis TIK untuk guru-guru SMP
Muhammadiyah Se-Kota Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
474 Murein Miksa Mardhia dan Dwi Normawati

B. METODE
Secara garis besar, metode yang dirancang untuk kegiatan ini merupakan
gabungan dari tiga komponen metode pelaksanaan. Pada kegiatan pelatihan yang
diadakan, terjadi pengenalan teknologi baru melalui perangkat lunak Macromedia
Flash untuk membuat media pembelajaran dengan animasi, dan diselenggarakan
sebagai media guru untuk mendidik siswa saat kegiatan belajar mengajar di kelas.
Kegiatan yang dilaksanakan melibatkan lima personil mahasiswa dari semester VI
yang bertindak sebagai asisten pemateri, sekaligus sebagai kegiatan kerja Praktik.
Seluruh pengisi materi menerapkan langkah-langkah berikut ini untuk yang
selama kegiatan berlangsung:
1. Pemberian modul kepada peserta, sehingga peserta lebih mudah dalam
menerima dan memahami materi yang diberikan, sehingga kegiatan ini lebih
efektif.

12
2. Workshop tutorial, selama kegiatan ini peserta diberikan bimbingan tutorial
untuk praktikum (mencoba sendiri) membuat media pembelajaran dengan
animasi Flash.
3. Pemberian contoh dan kasus permasalahan, peserta mencoba mengerjakan
tugas kecil dari pemateri untuk meningkatkkan pemahaman dalam penggunaan
fitur-fitur di animasi Flash untuk media pembelajaran.
4. Feedback dan Evaluasi, pemateri memonitor progres yang dihasilkan peserta
secara intensif dan melakukan pendampingan selama workshop. Di akhir kegiatan,
pemateri mengumpulkan feedback dari peserta yang hadir.

Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran berbasis TIK


(Animasi Flash) di 475
SMP Muhammadiyah se-Kota Wonosari Kab. Gunungkidul

JURNAL PEMBERDAYAAN, Vol. 1, No. 2, Oktober 2017, Hal. 473-480


ISSN: 2580-

2569

Tabel 1. Rincian Pelaksanaan Program Pelatihan

13
C. HASIL KEGIATAN
Setelah diadakannya pelatihan pembuatan media pembelajaran dengan
animasi Flash ini, peserta dinilai telah dapat:

a. Mengikuti kegiatan pelatihan sesuai jadwal yang telah disepakati antara


pelaksana dan pemateri. Gambar 1 menunjukkan dokumentasi kegiatan
tutorial dan pendampingan oleh pemateri kepada peserta.
b. Menyelesaikan evaluasi dan feedback yang diinstruksikan oleh pemateri.
Gambar 2 menampilkan contoh hasil evaluasi yang dihasilkan peserta.
c. Membuat rancangan media pembelajaran berbasis TIK (animasi Flash) yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Gambar 3 menampilkan contoh
hasil rancangan yang diterapkan untuk peseerta.
d. Menggunakan media pembelajaran tersebut untuk keperluan pengajaran
seperti membuat materi ajar, latihan soal maupun alat peraga praktikum.
e. Menyebarkan kembali ilmu yang didapat kepada sesame rekan tenaga pengajar
maupun kepada siswa yang berminat menggunakan media belajar yang
berbasis TIK.

Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran berbasis TIK


(Animasi Flash) di 477
SMP Muhammadiyah se-Kota Wonosari Kab. Gunungkidul
JURNAL PEMBERDAYAAN, Vol. 1, No. 2, Oktober 2017, Hal. 473-480
ISSN: 2580-

2569

14
Gambar 1. Tutorial dan Pendampingan

Gambar 2. Contoh Evaluasi Karya Peserta


478 Murein Miksa Mardhia dan Dwi Normawati

15
ISSN: 2580-2569 JURNAL PEMBERDAYAAN, Vol.1, No. 2, Oktober
2017, hal. 473-480
Diterbitkan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Gambar 3. Contoh Materi Media Pembelajaran yang


Dihasilkan
D. KESIMPULAN
Kesimpulan dan saran yang didapat dari pelatihan ini antara lain:
1. Guru-guru dan staf SMP Muhammadiyah di kota Wonosari, Kabupaten
Gunungkidul yang telah mengikuti pelatihan pembuatan media
pembelajaran telah dapat mengembangkan media ajar berbasis animasi
Flash milik mereka sendiri sesuai dengan materi yang diberikan.
2. Tingkat antusiasme dan kreatifitas guru-guru dan staf SMP Muhammadiyah
di kota Wonosari, Kabupaten Gunungkidul - yang telah mengikuti pelatihan
pembuatan media pembelajaran - dalam membuat media ajar berbasis
animasi Flash dinilai cukup baik, sehingga sesama rekan guru dan staf
tertarik untuk mengembangkan sendiri konten ajar mereka sesuai mata
pelajaran yang diampu.
3. Perlu mempersiapkan jadwal pelatihan yang lebih baik lagi karena beberapa
perwakilan peserta berhalangan hadir karena jadwal yang bersamaan dengan
acara sekolah.

16
4. Perlu memperkaya materi lagi berdasarkan dari permintaan peserta
pelatihan supaya makin memperkaya pengetahuan dan
keterampilan mereka.

E. DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhson, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi,” vol.VIII, no. 2, 2010.
P. Siagian, Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008.
Depdiknas, Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas, 2003.

17
Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran berbasis TIK
(Animasi Flash) di 479
SMP Muhammadiyah se-Kota Wonosari Kab. Gunungkidul
E.2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Model Diklat Berbasis ICT Untuk Guru
Fisika Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Yang kami akses dari Jurnal pada 9 Maret 2019

Analisis Kebutuhan Pengembangan Model Diklat Berbasis ICT


Untuk Guru Fisika Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Slamet Mugiono1), Agus Setiawan2)


PPPPTK BMTI Bandung
f.
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan guru fisika SMK dalam
kegiatan pendidikan dan pelatihan berbasis web. Program diklat akan lebih efektif
dalam mencapai tujuan apabila didasarkan pada analisis kebutuhan. Dengan
mengikuti kebutuhan yang diperlukan oleh guru-guru diharapkan aktivitas peserta
diklat akan lebih termotivasi untuk lebih berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Materi-materi yang diperlukan dalam kegiatan diklat dijaring
dengan menggunakan instrumen dan wawancara. Berdasarkan analisis data dari
20 responden pada 2 lokasi yaitu kota dan kabupaten Bandung, didapatkan bahwa
materi yang diperlukan berdasarkan urutan kebutuhannya yaitu; Sifat Mekanik
Bahan, Termodinamika, Hukum-hukum Gerak. Sedang materi keterampilan
teknologi informasi dan komunikasi khususnya keterampilan internet, urutan
kebutuhannya yaitu; terampil melakukan web chatting, terampil menggunakan
mailing list untuk keperluan pembelajaran, terampil menggunakan messenger
untuk keperluan pembelajaran, terampil menggunakan searching untuk keperluan
pembelajaran.. Dari wawancara yang dilakukan kepada beberapa responden
diketahui bahwa kebutuhan akan materi tersebut didasarkan pada tingkat kesulitan
baik dalam pemahaman konsep maupun dalam mengajarkannya kepada siswa.

18
Kata kunci : Diklat, Sifat Mekanik Bahan, dan Keterampilan Internet.

A. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia dalam bidang kependidikan yang masih
rendah akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan di
Indonesia masih sangat rendah tingkat kompetisi dan relevansinya (Parawansa,
2001; Siskandar, 2003; Suyanto, 2001). Dalam bidang matematika dan ilmu
pengetahuan alam (MIPA) sekolah menengah, Indonesia telah tiga kali
berpartisipasi dalam the Trends International Mathematics and Science Study
(TIMSS) yaitu tahun 1999, 2003, dan 2007, tetapi hanya mengikutsertakan siswa
kelas 8 SMP/MTs. Untuk TIMSS tahun 2007 siswa Indonesia menempati
peringkat 35 dari 49 negara, berada di papan bawah dibandingkan capaian siswa
setingkat di beberapa negara di Asia (Hongkong, Japan, Korea, Taiwan, Malaysia,
Thailand). Kualitas pendidikan yang masih rendah erat kaitannya dengan kualitas
guru.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah melalui
pendidikan dan pelatihan (diklat). Pelatihan adalah prosedur formal yang
difasilitasi dengan pembelajaran guna terciptanya perubahan tingkah laku yang
berkaitan dengan peningkatan tujuan perusahaan atau organisasi. Pelatihan
merupakan proses pembelajaran untuk meningkatkan kinerja seseorang dalam
menyelesaikan pekerjaan. Gardner (2008) menjelaskan bahwa pelatihan adalah
teknik dan pengaturan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir guru, memfokuskan pembelajaran dan belajar bereksperimen.
Dalam beberapa tahun terakhir ini sektor pendidikan telah banyak upaya
peningkatan kualitas pendidikan khususnya peningkatan profesional guru.
Menurut National Research Council (NRC,1996) pengembangan profesi guru
harus berlangsung secara berkelanjutan dan sepanjang hayat. Hal tersebut sejalan
dengan pernyataan National Science Teacher Association (NSTA, 1988) bahwa
standar penyiapan guru sains meliputi tiga tingkatan yaitu tingkatan preservice,
guru pemula, dan guru profesional. Dengan demikian, guru harus selalu
meningkatkan kemampuan diri hingga menjadi profesional.

19
Menurut Engkoswara (1993:7) banyak guru yang sudah dididik atau
mengikuti pelatihan tetapi tidak merubah kebiasaan cara mengajar atau bekerja,
pola berpikir lama yang dipertahankan, seolah-olah hasil training tidak sampai
pada tahapan implementasi. Dalam pelaksanaanya, pelatihan konvensional
cenderung didominasi oleh kegiatan nara sumber atau fasilitator yang
menyampaikan seluruh materi pelatihan, sedangkan peserta diklat lebih banyak
sebagai pendengar, sehingga kurang memacu keaktifan peserta diklat.
Sedangkan menurut (Widodo et al. 2006) ada beberapa kendala untuk
menerapkan hasil-hasil kegiatan peningkatan profesionalisme yang berkaitan
dengan proses, isi, maupun dukungan pasca pelatihan. Kendala yang berkaitan
dengan proses pelatihan: a) metode pelatihan pada umumnya berupa ceramah dan
diskusi tanpa ada kesempatan bagi guru untuk berlatih menerapkan secara nyata;
b) pelaksanaan pelatihan bersifat top-down dan massal sehingga tidak
memperhatikan kebutuhan/permasalahan individual setiap guru; kegiatan
pelatihan jarang sekali mendiskusikan permasalahan nyata yang ada di lapangan.
Kemudian kendala penerapan yang terkait dengan isi pelatihan mencakup: a)
materi kurang sesuai dengan kebutuhan lapangan; b) materi yang diberikan dalam
pelatihan sulit diterapkan. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa
kebutuhan pengembangan profesional guru melalui diklat konvensional masih
jauh dari harapan. Program pelatihan yang menuntut peserta diklat lebih aktif
dalam proses pembelajaran adalah suatu keharusan. Diharapkan lembaga
pendidikan in-service merancang dan melaksanakan pelatihan yang sesuai
kebutuhan dan berpusat pada siswa (participant centered).
Program pelatihan yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
dapat menjadi solusi meningkatkan mutu pendiklatan. UNESCO menyatakan
pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi ke dalam pembelajaran
memiliki tiga tujuan: 1)membangun “knowledge-based society habits” seperti
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mencari, mengelola informasi dan mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan
mengkomunikasikannya kepada orang lain; 2) mengembangkan keterampilan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi; dan 3) meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Menurut Loftus (2001) dalam

20
pembelajaran tidak semua peserta didik dapat, berani atau mempunyai
kesempatan yang untuk mengajukan pertanyaan karena kesempatan untuk
berdiskusi sangat terbatas, dan itu cenderung didominasi olah beberapa peserta
yang cepat tanggap dan tidak mempunyai sifat pemalu. Komputer yang dengan
kemampuan visualisasi dan animasinya efektif dalam membantu pemahaman
konsep-konsep yang sulit dan abstrak. Komputer juga mampu memvisualisasikan
berbagai fenomena fisis yang sulit ditampilkan alat lain, misalnya gerak parabola,
aliran elektron, penjalaran gelombang, gerak melingkar beraturan, dan
sebagainya. Sehingga diharapkan dapat menambah motivasi, semangat dan gairah
para guru dalam mengikuti pelatihan sehingga dapat mencapai hasil sebaik-
baiknya.
Pendekatan blended learning dapat diintegrasikan pada program diklat
berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Blended learning merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap
muka (face to face) dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber
belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh
pengajar dan pembelajar (Garisson & Vaughan, 2008). Meskipun konsep blended
learning nampak sederhana dan nyata, pada prakteknya lebih rumit. Blended
learning merepresentasikan waktu pertemuan dalam kelas dengan tujuan
meningkatkan keterlibatan dan memperluas akses terhadap kesempatan
pembelajaran berbasis internet. Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu model
diklat berbasis internet melalui pendekatan blended learning.
Di PPPPTK BMTI sebagai lembaga penyelenggara diklat guru SMK sudah
dilengkapi fasilitas yang memungkinkan internet sebagai penunjang proses
kegiatan diklat, tapi sejauh ini diklat berbasis web belum ada. Pemanfaatan
internet sebagai sarana pembelajaran bagi widyaiswara juga masih rendah
(Karjasaputra, 2009). Mengingat kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh
pembelajaran berbasis ICT maka sangat diperlukan adanya diklat berbantuan web
bagi guru SMK, sebab selama ini diklat yang dilakukan adalah diklat
konvensional dengan berbagai kekurangannya. Senada dengan Sunarto dan Karto
( Zakaria, 2006; Hasbullah, 2008; Surjono,2006) yang meyatakan bahwa prestasi
belajar peserta didik yang menggunakan pembelajaran melalui e-learning lebih

21
baik daripada prestasi belajar peserta didik yang menggunakan pembelajaran
konvensional.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitik, dengan populasi adalah guru-guru fisika SMK pada kota dan kabupaten
Bandung dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang guru fisika. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari 2012 dengan menyebar instrumen pada guru
secara bertahap serta melakukan wawancara terhadap beberapa guru untuk
memperoleh informasi-informasi yang dianggap penting untuk penyusunan
program diklat. Penelitian ini adalah bagian dari riset untuk pengembangan model
diklat berbantuan ICT yang dilakukan dengan media web (e-training) bagi guru
fisika SMK.

C. Hasil dan Pembahasan


Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri
dari pertanyaan tertutup mengenai; kendala diklat konvensional, pokok bahasan
materi fisika yang harus diranking, keterampilan dibidang teknologi informasi dan
komunikasi khususnya keterampilan internet, diklat berbantuan web, serta
pertanyaan terbuka mengenai permasalahan dalam pembelajaran fisika di SMK.
Berdasarkan hasil analisis instrumen mengenai kendala dalam pelaksanaan
diklat konvensional, 88.8% guru berpendapat bahwa kegiatan diklat konvensional
menganggu waktu mengajar di sekolah karena harus mengikuti diklat dalam
waktu yang relatif cukup lama. Kemudian kegiatan diklat oleh lembaga-lembaga
yang memiliki kewenangan, lebih banyak berupa diklat konvensional atau tatap
muka. Diklat konvensional memiliki keterbatasan-keterbatasan seperti kurang
mengaktifkan peserta diklat, pengajaran lebih berpusat pada
widyaiswara/instruktur, besarnya biaya diklat, dan juga keterbatasan waktu.
Keterbatasan waktu kerapkali diikuti dengan keterbatasan materi pembelajaran,
narasumber hanya menyampaikan secara garis besar dari materi yang ada,
sehingga keterbatasan ini seringkali menjadi kendala dalam peningkatan mutu
pendidikan. Diperkirakan selama pembelajaran tatap muka yang berlangsung,

22
interaksi yang terjadi antara narasumber dengan peserta didik, peserta didik
dengan sumber belajar, dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya
masih terbatas karena pertemuan yang dibatasi waktu. Hal ini sejalan dengan
penelitian Rinderiyana (2009) yang menyatakan diklat tatap muka bagi guru
mempunyai keterbatasan dalam jumlah peserta, waktu; umumnya latihan soal atau
latihan menulis yang diberikan kepada guru dilakukan dengan batasan waktu yang
sangat sempit, kemudian keterbatasan waktu juga kerapkali diikuti dengan
keterbatasan materi pembelajaran, narasumber hanya menyampaikan secara garis
besar dari materi yang ada, sehingga keterbatasan ini seringkali menjadi kendala
dalam peningkatan mutu pendidikan.

Tabel 1. Kendala Diklat Konvensional


Ya Tidak
No. Kendala Diklat Konvensional
(%) (%)
Menganggu waktu mengajar di sekolah karena harus mengikuti
1.
diklat 88.8 11.2
Kurang mengaktifkan peserta diklat, pengajaran lebih berpusat
2.
pada widyaiswara/instruktur 72.3 27.7
3. Jarak dari tempat kerja ke lembaga diklat yang jauh 61.2 38.8
4. Berat meninggalkan keluarga untuk mengikuti diklat 61.1 38.9
Biaya diklat konvensional lebih mahal dalam hal sarana dan
5.
prasarana 61.1 38.9

Keterbatasan yang dipaparkan tersebut, dapat diatasi dengan salah satu


solusinya adalah melalui diklat yang memanfaatkan Information Communication
Technology (ICT). Pengajar dan peserta didik tidak perlu berada dalam satu
tempat dan waktu yang sama, tapi mereka bisa berada dimana saja tanpa dibatasi
ruang dan waktu. Hal ini sejalan dengan pandangan Dogmen (Munir, 2009) yang
menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran jarak jauh adalah adanya organisasi
yang mengatur cara belajar mandiri, materi pembelajaran disampaikan melalui
media, dan tidak ada kontak langsung antara pengajar dan pembelajar.

23
Kebutuhan diklat adalah perbedaan antara kemampuan calon peserta diklat
pada saat sebelum mengikuti diklat dengan kemampuan yang diharapkan atau
yang seharusnya dimiliki oleh lulusan setelah mengikuti diklat. Sedangkan tujuan
identifikasi kebutuhan adalah untuk menemukan data/informasiyang jelas tentang
perlunya diselenggarakan diklat. Data identifikasi dalam studi ini diperoleh
dengan menyebarkan angket dan kuesioner kepada guru-guru secara bertahap,
dan juga dilakukan wawancara kepada beberapa guru tentang pembelajaran fisika
di SMK sehingga dihasilkan data-data yang diperlukan dalam pelaksanaan diklat
tersebut.
Dari tabel 1 terlihat bahwa subjek materi pokok yang paling dibutuhkan oleh
guru-guru fisika secara berurutan yaitu; (1) sifat mekanik bahan, (2)
termodinamika, (3) hukum-hukum gerak, (4) listrik arus searah, (5) impuls dan
momentum. Berdasarkan dugaan sementara prioritas pilihan kelima materi ini
didasarkan beberapa hal antara lain; (1) materi-materi ini sulit, (2) kesulitan
dalam cara mengajarkannya ke siswa, (3) materi-materi tersebut sedang atau akan
diajarkan pada kelas-kelas tertentu, (4) materi-materi tersebut merupakan materi
yang dibutuhkan pada program keahlian tertentu.

Tabel 2. Urutan Kebutuhan Diklat Berdasarkan Kompetensi

Ranking
No Materi Fisika Rata-Rata
Kebutuhan

1 Sifat Mekanik Bahan 5.91 I

2 Termodinamika 8.08 II

3 Hukum-hukum Gerak 8.16 III

4 Listrik Arus Searah 9.25 IV

24
5 Impuls dan Momentum 9.33 V

Keterampilan teknologi informasi dan komunikasi yang krusial untuk


dikuasai oleh guru dalam mengikuti diklat berbasis web adalah keterampilan
internet. Dari tabel 2 terlihat bahwa untuk materi keterampilan internet yang
masih kurang dikuasai oleh guru-guru secara berurutan adalah; (1) terampil
melakukan web chatting, (2) terampil menggunakan mailing list untuk
keperluan pembelajaran, (3) terampil menggunakan messenger untuk
keperluan pembelajaran, (4) terampil menggunakan searching untuk keperluan
pembelajaran.
Tabel 3. Urutan Kebutuhan Diklat Berdasarkan Keterampilan
Internet Guru Fisika SMK

Ya Tidak Ranking
No. Keterampilan Internet
(%) (%) Kebutuhan

1. Terampil melakukan web chatting 5.6 94.4 I

2. Terampil menggunakan mailing list untuk


5.6 94.4 II
keperluan pembelajaran

3. Terampil menggunakan messenger untuk


16.6 83.3 III
keperluan pembelajaran

4. Terampil menggunakan searching untuk


38.8 61.2 IV
keperluan pembelajaran

25
Pembelajaran jarak jauh akan efektif jika melibatkan interaksi antara
pembelajar dengan pengajar, pembelajar dengan pembelajar, dan pembelajar
dengan media (termasuk fasilitas) pembelajaran. Pola interaksi pembelajaran
berlangsung berlangsung secara aktif dan interaktif. Media pembelajaran atau
trade-off teknologi yang digunakan dalam interaksi face to face langsung
antara pembelajar dan pengajar seperti halnya dalam pembelajaran
konvensional dapat tercapai atau setidaknya mendekati. Oleh karena itu
keterampilan peserta diklat dalam penggunaan teknologi dalam menunjang
pembelajaran jarak jauh harus diperhatikan.

D. Kesimpulan
Diklat untuk guru SMK selama ini adalah diklat konvensional. Kemajuan
dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi serta kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh pembelajaran berbasis ICT maka sangat diperlukan adanya diklat
berbantuan web bagi guru SMK dalam rangka pembinaan kompetensi guru.
Kebutuhan guru fisika SMK berdasarkan kompetensi profesionalnya terdiri
dari materi; (1) sifat mekanik bahan, (2) termodinamika, (3) hukum-hukum gerak,
(4) listrik arus searah, (5) impuls dan momentum. Kebutuhan ini didasarkan pada
beberapa hal yaitu;

1. Materi-materi ini sulit, (2) kesulitan dalam cara mengajarkannya ke


siswa, (3) materi-materi tersebut sedang atau akan diajarkan pada
kelas-kelas tertentu. Sedangkan untuk keterampilan internet yang
masih kurang dikuasai oleh guru-guru secara berurutan adalah;
(1) terampil melakukan web chatting,
(2) terampil menggunakan mailing list untuk keperluan pembelajaran,
(3) terampil menggunakan messenger untuk keperluan pembelajaran,
(4) terampil menggunakan searching untuk keperluan pembelajaran.

26
E. DAFTAR PUSTAKA
Asropi. (2005). Analisis Keterkaitan Materi Diklatpim Tingkat II dengan
Model Kompetensi Kepemimpinan Pejabat Eselon II Pemerintah
Daerah. Widyariset Vol. 8, Nomor I, Tahun 2005, 285-303

Depdiknas. (2005-a). Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru


dan Dosen. Jakarta: Fokus Media

Depdiknas. (2005-b). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Standar


Nasional Pendidikan. Jakarta: Fokus Media

Borg, W. R and Gall, M. D. (1983). Educational Research: An Introduction. 4th


Ed. New

York & London: Longman, Inc.

Engkoswara.(1993) Kualitas Sumber Daya Manusia Dilihat dari Sudut


Kebudayaan, Pekerjaan dan Pendidikan. Desertasi pada PPS UPI.
Bandung: Tidak diterbitkan

Karjasaputra, T. (2007). Pemanfaatan Internet Oleh Widyaiswara Dalam


Meningkatkan Proses Pembelajaran di P4TK BMTI Bandung. Tesis
pada PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan


Komunikasi. Bandung: Alfabet

NSTA, (1998). Standards for Science Teacher Preparation

27
Parawansa, P. (2001). Reorientasi terhadap strategi Pendidikan Nasional.
Makala. Disajikan dalam simposium Pendidikan Nasional dan Munas I
alumni PPS UM di Malang, 13 Oktober 2001.

Rinderiyana. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Virtual Dalam


Rangka Penguasaan Karya Tulis Ilmiah Populer Bagi Guru-Guru
Pembina. Desertasi UNJ. Jakarta: Tidak diterbitkan

Sonhadji, A. (2001). Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan


Penyelenggaraan

Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Tersedia:

http://www.depdiknas.go.id/sikep/issue/sentral/F18.html. 06 Januari
2006).

F. Kelebihan dan Kekurangan dari Penggunaan Teknologi Informasi dan


Komunikasi (TIK) Dalam Bidang Sosial, Pendidikan, Ekonomi, dan
Pemerintahan

F.1 Dalam Bidang Sosial


Perkembangan TIK sekarang telah membawa pengaruh yang sangat besar
terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat. Jika dulu orang rela berjalan
puluhan kilometer agar dapat bercakap-cakap dengan orng lain, maka sekarang
kita dapat melakukannya sambil duduk santai didalam rumah melalui pesawat
telepon. Dlu kita memerlukan wktu berhari-hari untuk mengetahui peristiwa yang
terjadi ditempat lain. Tetapi sekarang kita dapat memproleh informasi tersebut
hanya dalam hitungan jam bahkan detik yaitu melalui media elektronik seperti
radio dan Televisi (TV).
Sekarang kita dapat ,e,proleh berbagai informasi secara cepat dan akurat
melalui internet. Kita dapat mengetahui bagaimana bangsa lain memproleh dan

28
mengolah makanan mereka, cara mereka berpakaian, atau cara melakukan
peribadatan kepada Tuhan mereka. Sehingga kita dapat meniru atau menyerap
kebudayaan-kebudayaan tersebut menjadi budaya cara hidup kita. Adapu kerugian
dan keuntungan dalam peranan Teknik Informasi dan Komunikasi dalam bidang
social seperti yang tertera di bawah ini :
Keuntungan :
Kemajuan teknologi komunikasi yang cepat dapat mempermudah komunikasi
antara suatu tempat dan tempat yang lain.
Kerugian :
1. Dengan semakin pesatnya komunikasi membuat bentuk komunikasi berubah
yang asalnya berupa face to face menjadi tidak. Hal ini dapat menyebabkan
komunikasi menjadi hampa.
2. Seseorang yang terus menerus bergaul dengan komputer akan cenderung
menjadi seseorang yang individualis.
3. Dengan pesatnya teknologi informasi baik di internet maupun media lainnya
membuat peluang masuknya hal-hal yang berbau pornografi, pornoaksi,
maupun kekerasan semakin mudah.
4. Kemajuan TIK juga pasti akan semakin memperparah kesenjangan sosial yang
terjadi di masyarakat antara orang kaya dan orang miskin.
5. Maraknya cyber crime yang terus membayangi seperti carding, ulah cracker,
manipulasi data dan berbagai cyber crime yang lainnya
6. Menurut Paul C Saettler dari California State University, Sacramento, Satu hal
yang pasti, interaksi anak dan komputer yang bersifat satu (orang) menghadap
satu (mesin) mengakibatkan anak menjadi tidak cerdas secara sosial.

F.2 Dalam Bidang Pendidikan


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan
pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran
maupun pelatihan.
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan
media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb.
Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap

29
muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru
dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa.
Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari
berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan
komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa
yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran
yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper
saat ini ialah e-learning yaitu suatu model pembelajaran dengan menggunakan
media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran
yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer
Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic
Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning
Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-
Based Training).
Adapun keuntungan dan kerugian peranan Teknologi Informasi dan
komunikasi seperti yang tertera di bawah ini :
Keuntungan :
1. Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk
kepentingan pendidikan.
2. Inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-
learning yang semakin memudahkan proses pendidikan.
3. Kemajuan TIK juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau
kelas yang berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik
dan peserta didik berada dalam satu ruangan.
4. Sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah
dan lancar karena penerapan sistem TIK.

Kerugian :
1. Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudahterjadinya pelanggaran
terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya

30
mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan
kecurangan.
2. Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah
system tanpa celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam
menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal.
3. Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek
dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of
attention).
4. Masalah geografis, waktu dan sosial ekonomis Indonesia
5. Negara Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan, daerah tropis dan
pegunungan hal ini akan mempengaruhi terhadap pengembangan
infrastruktur pendidikan sehingga dapat menyebabkan distribusi informasi
yang tidak merata.
6. Mengurangi ketertinggalan dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan
dibandingkan dengan negara berkembang dan negara maju lainnya.

F.3 Dalam Bidang Ekonomi


Perdagangan elektronik atau e-dagang (bahasa Inggris: Electronic commerce,
juga e-commerce) adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang
dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau
jaringan komputer lainnya. E-dagang dapat melibatkan transfer dana elektronik,
pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem
pengumpulan data otomatis.
Industri teknologi informasi melihat kegiatan e-dagang ini sebagai aplikasi dan
penerapan dari e-bisnis (e-business) yang berkaitan dengan transaksi komersial,
seperti: transfer dana secara elektronik, SCM (supply chain management), e-
pemasaran (e-marketing), atau pemasaran online (online marketing), pemrosesan
transaksi online (online transaction processing), pertukaran data elektronik
(electronic data interchange /EDI), dll. E-dagang atau e-commerce merupakan
bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih luas, tidak hanya
sekedar perniagaan tetapi mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis,
pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan dll. Selain teknologi jaringan www, e-

31
dagang juga memerlukan teknologi basisdata atau pangkalan data (databases), e-
surat atau surat elektronik (e-mail), dan bentuk teknologi non komputer yang lain
seperti halnya sistem pengiriman barang, dan alat pembayaran untuk e-dagang ini.

E-dagang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali
banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman-
web (website). Menurut Riset Forrester, perdagangan elektronik menghasilkan
penjualan seharga AS$12,2 milyar pada 2003. Menurut laporan yang lain pada
bulan oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online yang bersifat non-travel di
Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat trilyun dolar US pada
tahun 2011. Adapun keuntungan dan kerugian Teknik Informasi dan komunikasi
seperti yang tertera di bawah ini :
Keuntungan :
1. Semakin maraknya penggunaan TIK akan semakin membuka lapangan
pekerjaan.
2. Bisnis yang berbasis TIK atau yang biasa disebut e-commerce dapat
mempermudah transaksi-traansaksi bisnis suatu perusahaan atau perorangan
3. Dengan fasilitas pemasangan iklan di internet pada situs-situs tertentu akan
mempermudah kegiatan promosi dan pemasaran suatu produk.

Kerugian :
1. Dengan mudahnya melakukan transaksi di internet menyebabkan akan
semakin memudahkan pula transaksi yang dilarang seperti transaksi barang
selundupan atau transaksi narkoba.
2. Hal yang sering terjadi adalah pembobolan rekening suatu lembaga atau
perorangan yang mengakibatkan kerugian financial yang besar.

F.4 Dalam Bidang Pemerintahan


E-government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh
pemerintahan, seperti menggunakan intranet dan internet, yang mempunyai
kemampuan menghubungkan keperluan penduduk, bisnis, dan kegiatan lainnya.

32
Pada intinya e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat
meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan
teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti:
G2C (Governmet to Citizen), G2B (Government to Business), dan G2G
(Government to Government).
Adapun keuntungan dan kerugian peranan Teknik Informasi dan Komunikasi
seperti di bawah ini :
Keuntungan :
1. Tenologi Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan dalam
pemerintahan atau yang disebut e-government membuat masyarakat semakin
mudah dalam mengakses kebijakan pemerintah sehingga program yang
dicanangkan pemerintah dapat berjalan dengan lancar.
2. E-government juga dapat mendukung pengelolaan pemerintahan yang lebih
efisien, dan bisa meningkatkan komunikasi antara pemerintah dengan sektor
usaha dan industri.
3. Masyarakat dapat memberi masukan mengenai kebijakan-kebijakan yang
dibuaat oleh pemerintah sehingga dapat memperbaiki kinerja pemerintah.

Kerugian :
Semakin bebasnya masyarakat mengakses situs pemerintah akan membuka
peluang terjadinya cyber crime yang dapat merusak system TIK pada e-
government. Misalnya kasus pembobolan situs KPU ketika penyelenggaraan
Pemilu oleh seorang cracker

33
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pelatihan adalah upaya sadar untuk menumbuh kembangkan
perubahan bagi peserta didik, lembaga penyelenggara, masyarakat dan
bangsa. Pelatihan mempunyai banyak definisi dan itu dipengaruhi oleh
keragaman tipe pelatihan dan lembaga atau kelompok yang
melaksanakan pelatihan.
Kegunaan dari pelatihan sendiri dapat digolongkan menjadi tiga
kegunaan, yaitu kegunaan bagi individu, kegunaan bagi
lembaga/organisasi dan kegunaan bagi masyarakat, yang mana masing-
masing kegunaan dan manfaat dari pelatihan itu hampir mempunyai visi
yang sama yaitu terjadinya perubahan (training for change).
Untuk mengembangkan pelatihan sendiri perlu dilihat dari segi
sistem, model dan program pengelolaan pelatihan itu sendiri. Sedangkan
faktor yang mempengaruhi perkembangan pelatihan adalah ; faktor
SDM, faktor pelatihan sebagai salah satu sub bidang pendidikan yaitu
pendidiakn nonformal dan regulasi yang berkenaan dengan pelatihan
pada suatu wilayah hukum tertentu.

34
3.2 DAFTAR PUSTAKA

(Mardhia & Normawati, 2017)

(Placeholder1) (Mugiono & Setiawan, 2012)


Bibliography
(n.d.).
Mardhia, M. M., & Normawati, D. (2017, Oktober 2). Pelatihan Pembuatan
Media Pembelajaran Berbasis TIK (Animasi Flash) Di SMP
Muhammadiyah Se-Kota Wonosari Kab. Gunungkidul. Jurnal
Pemberdayaan, I, 473-480.
Mugiono, S., & Setiawan, A. (2012). Analisis Kebutuhan Pengembangan Model
Diklat Berbasis ICT Untuk Guru Fisika Menengah Kejuruan (SMK). No
Name Of Journal, 1-9.

https://www.academia.edu/30147146/PELATIHAN_BERBASIS_IT, Diakses Pada


9 Maret 2019; Surabaya

http://valdyturangan.blogspot.com/2013/02/kelebihan-dan-kekurangan-
teknologi.html, Diakses Pada 9 Maret 2019; Surabaya

35

Anda mungkin juga menyukai