Anda di halaman 1dari 17

Proposal Penelitian

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK


ETANOL DAUN PEPAYA(CARICA PAPAYAL)TERHADAP
BAKTERIPENYEBAB JERAWAT

Oleh:

PIRDA
F201601136

PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat tradisional (Miksusanti,et al, 2009) Salah satu tanaman yang
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat tradisional adalah daun
pepaya (carica papayaLinn).
Menurut green 2005 banyak tanaman obat menurut sejarah telah
digunakan untuk menyembuhkan yang disebabkan oleh bakteri yang sekarang
telah kebal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO, para ilmuwan
di eropa dan asia mengungkapkan bahwa kenyataan banyak tanaman obat yang
memiliki khasiat antibakteri yang kuat (mulyono 2013)
Salah satu tanaman yang dapat menyembuhkan penyakit kulit (jerawat)
adalah menggunakan daun papaya (carica papaya) dengan harga yang murah
dan mudah didapat, di harapkan dapat mengobati jerawat. Seluruh bagian
papaya dari akar sampai ujung daunnya, termaksud bunga dan buahnya
memiliki nilai medis yang tinggi (tanti 2014).
Selain dapat hidup diberbagai tempat diindonesia, tanaman papaya ini
memiliki waktu tumbuh yang relative singkat. Kandungan yang terdapat dalam
daun papaya antara lain alkaloid papaina, saponin, papaina, asam glakturonat,
karpaina, galaktosa. (Tjok,2013)
Papaya adalah tumbuhan yang sering di jumpai oleh masyarakat
Indonesia tanaman ini sudah di kenal sejak dahulu dan sangat dekat dengan
kehidupan masyarakat. Semua bagian dari tanaman ini dapat di manfaatkan
salah satu bagian dari tumbuhan ini yang sering di manfaatkan adalah daunnya
(Steenis, 1981).
Jerawat merupakan penyakit yang sering terjadi pada permukaan kulit
wajah, leher, dada dan punggung. Jerawat muncul pada saat kelenjar minyak
kulit terlaluaktif, sehingga pori – pori kulitakan tersumbatolehtimbunanlemak
yang berlebihan (Sawarkar, 2010). Jika timbunan itu bercampur dengan
keringat, debu dan kotoran lain, maka akan menyebabkan timbunan lemak
dengan bintik hitam diatasnya yang disebut komedo. Jika pada komedo itu
terdapat infeksi bakteri, maka terjadilah peradangan yang dikenal dengan
jerawat (Wasitaatmaja, 1997).
Saat ini telah banyak dilakukan perlakuan khusus untuk mengobati
ataupun mencegah timbulnya jerawat, antara lain melalui pencegahan bakteri
pada saluran folikel rambut, pencegahan pertumbuhan bakteri dengan
menggunakan antibakteri. Antibakteri bermacam-macam asalnya, dapat
berasal dari senyawa sintetik misalnya clindamycin, erithomycin,
benzoylperoksida, azelaic acid, sulfur dan dapat berasal dari alam (Boumann
and Jonette,2009).
Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia meningkat.
Beberapa bahan alam telah diproduksi secara fabrikasi dalam skala besar.
Penggunaan obat bahan alam dinilai memiliki efek samping yang lebih kecil
dibandingkan obat yang berasal dari bahan kimia, di samping itu harganya lebih
terjangkau. Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat tradisional (Miksusanti,et al, 2009)
Salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
obat tradisional adalah daun papaya (carica papayaLinn), merupakan jenis
tanaman yang sangat mudah tumbuh. Selalu hijau dan terus menerus berbunga
dan berbuah sepanjang tahun. Bakteri yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Staphylococcus epidermidi, bakteri tersebut yang menyebabkan masalah
pada kulit yaitu penyebab infeksi pada jerawat. Berdasarkan latar belakang yang
menyebutkan bahwa daun papaya dapat memiliki efek sebagai antibakteri serta
banyak digunakan secara empiric oleh masyarakat Indonesia, maka akan diteliti
potensi anti bakteri ekstrak etanol daun pepaya (caricapapaaL) terhadap bakteri
penyebab jerawat, sehingga dapat menjadikan daun pepaya(carica papayaL)
sebagai obat jerawat alamiah.
B. Rumusan Masalah
1.Apakah ekstrak etanol daun papaya mengandung bakteri terhadap penyebab
jerawat?
2. Apakah ektrak etanol daun papaya (carica papaya) mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidi
C. Tujuan penilitian
1. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun papaya mengandung bakteri
Staphylococcus epidermidi
2. untuk mengetahui aktivitas antibakteri pada ekstrak etanol daun papaya (C.
papaya)
D. Manfaat Penelitiaan
Sebagai sumber informasi untuk mengetahui manfaat daun papaya sebagai
antibakteri dan mengetahui kandungan senyawa aktif berperan sebagai antibakteri
terhadap Staphylococcus epidermidi.
E. Hipotesis
Ekastrak etanol daunpepaya(carica papaya l) efek dalam pengobatan
jerawat
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Variabel Penelitian


1. Klasifikasi Buah Pepaya (Carica papaya L.)
Pepaya merupakan tanaman dari suku Carica ceae dengan Marga
Carica. Marga ini memiliki kurang lebih 40 spesies, tetapi yang dapat
dikonsumsi hanya tujuh pesies, diantaranya Carica papaya L. Tanaman
papaya berdasarkans truktur klasifikasi Cronquist (1981) adalahs ebagai
berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Brassicales
Suku : Caricaceae
Marga : Carica
Jenis : Carica papaya L

.
2. KarakterBiologiPepaya (Carica papaya L.)
Tanaman dari marga Carica banyak diusahakan petani kerena
buahnya enak dimakan. Buah papaya tergolong buah terpopuler dan
digemari oleh masyarakat. Daging buahnya lunak,
warnamerahataukuning. Rasanya manis dan menyegarkan, karena
mengandung banyak air. Pepaya baik untuk dikonsumsi orang yang
sedang diet sebabkadarlemaknyasangatrendah(0,1%), dengan kandungan
karbohidrat 7-13% dankalori 35-59 kkal/100 g
(BalaiPenelitianTanamanBuah, 2001).
3. Morfologi tanaman pepaya (Carica papaya L.)
Daun (folium) merupakantumbuhan yang penting dan umumnya
tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Tyas (2008) mengatakan
bahwa daun papaya merupakan daun tunggal, berukuran besar, menjari,
bergerigi dan juga mempunyai bagian-bagian tangkai daun dan helaian
daun (lamina). Daun papaya mempunyai bangun bulat atau bundar, 8
ujung daun yang lancip, tangkai daun panjang dan berongga. Permukaan
daun licin sedikit mengkilat. Dilihat dari susunan tulang daunnya, daun
papaya termasuk daun-daun yang bertulang menjari.
4. Khasiat
Ekstrak daun papaya berkhasiat mempercepat penyembuhan luka
pada luka sayat pada kulit pencit (iwandan atik,2010) daun papaya juga
memiliki aktivitas anti tumor dengan mengenduksi apotesis pada sel tumor
(otsuki, et al, 2009), serta aktivitas anti bakteri dan anti oksidan
(mahmood,et al, 2005).
5. kandungan
Di dalam daun papaya sendiri terkandung flavanoid, polifenol, dan
alkaloid. Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
di temukan di dalam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari
tumbu-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan, yang
memiliki sebagai aktivitas anti bakteri (juliantina, et al). sedangkan
flavanoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang tersebar yang di
temukan di alam. Pada suatu penelitian, di temukan bahwa flavanoid
menghambat beberapa enzim yang dapat mengaktifkan proses radang,
seperti prostadlandin, dan nitric oxide (galego,et al, 2002).
B. TUJUAN UMUM EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan biota laut. Zat aktif yang terdapat pada
tanaman umumnya mengandung senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik
(Ansel, 1989).
1) tujuan ekstraksi
Tujuan ekstrak adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada pada perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
(ansel, 1989).
2) jenis ekstraksi
Penggunaan bagian tanaman, dan biota secara utuh kurang praktis
dibandingkan zat aktifnya yang telah di ekstraksi ( di sari). Untuk mengekstraksi
komponen kimia tersebut di perlukan beberapa metode ekstraksi yang di
sesuaikan dengan sifat-sifat dan zat aktif dari bahan alam sehingga di kenal
beberapa ekstraksi (Ansel, 1989).
a. Ekstraksi Secara Dingin
1) Metode Maserasi
Metode maserasi merupakan carapenyarian sederhana, yang
dilakukan dengan caramerendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk komponen kimia yang mudah larut
dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks, dan
lilin.Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia
dengan derajat halus, ditambahkan dengan 75 bagian penyari dan
dibiarkan selama 5 hari (Ansel, 1989).
2) Metode Perkolasi
Merupakan carapenyarian dengan mengalirkan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi.Prinsip ekstraksi dengan metode
perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder
yang dibagian bawahnya diberi sekat berpori.Cairan
penyariakanmelarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisiayang dilalui
sampai mencapai keadaan jenuh. Gerakan kebawah disesuaikan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan diatasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan
kebawah (Ansel, 1989)
3) Metode Soxhletasi
Merupakan penyariansimplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan hingga menguap, uap cairan penyariterkondensasi
menjadi molekul-molekul cairan oleh pendingin dan turun
menyarisimplisia didalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali
kedalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon tersebut (Ansel,
1989)
Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara
panas, namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode
soxhletasidigolongan dalam metode ekstraksi secara dingin.
b. Ekstraksi Secara Panas
Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi komponen
kimia yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin, dan
minyak-minyak menguap yang mempunyai titik didih tinggi.Selain itu
pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-pori sel simplisia
sehingga pelarut organik mudah masuk kedalam sel yang melarutkan zat
aktif. Metode ekstraksi yang termasuk dalam cara panas adalah.
1) Metode Refluks
Metode refluks termasuk metode ekstraksi
berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinyu menyari zat
aktif dalam simplisia.Cairan dipanaskan sehingga menguap dan uap
tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh dalam labu alas
bulat sambil menyarisimplisia. Proses ini berlangsung secara
berkesinambungan dan biasa dilakukan dalam 4 jam (Depkes RI, 1995)
2) Metode Destilasi Uap Air
Merupakan penyariansimplisia yang mengandung minyak
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik
tinggi pada tekanan udara normal.Pada metode ini uap air digunakan
untuk menyarisimplisia dan dengan adanya pemanasan kecil, uap air
tersebut menguap kembali bersama minyak menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor, sehingga terbentuk molekul-molekul
cairan yang menetes dalam corong pisah yang telah diisi dengan
air.Penyulingan dilakukan hingga sempurna (Ansel, 1989)

Ekstrak dapat dibuat menjadi tiga bentuk, yaitu:


1. Ekstrak setengah cair (kental) seperti sirup yang dibuat dengan tidak
membuang semua penyari,
2. Ekstrak padat (butir-butiran), konsistensinyaplastis yang dibuat dengan
menguapkan hampir semua penyari, dan
3. Ekstrak kering (serbuk) yang dibuat melalui pengeringan dengan cara
menguapkan semua penyari sepanjang masih terlihat dan teraba (Depkes, 1995)
Penyarian atau ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut
dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut air.Simplisia yang disari
mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut, seperti serat,
karbohidrat, protein, dll.Penyarian ini dipengaruhin oleh derajat kehalusan serbuk
dan perbedaan konsentrasi yang terdapat dari pusat butir serbuk simplisia sampai
kepermukaan, maupun yang terdapat lapisan batas (Depkes RI, 1995)
Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah
air, etanol, etanol-air, atau eter. Pemilihan cairan penyari harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1) Murah dan mudah diperoleh
2) Stabil secara fisika dan kimia
3) Bereaksi netral
4) Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
5) Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
6) Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
7) Diperbolehkan oleh peraturan (Depkes RI, 1995)
Etanol merupakan cairan jernih, tidak berwarna, berbau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar, dan mudah menguap
walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78◦C(Depkes RI, 1995).
Etanol dipertimbangkan sebagai penyarikarena :
1) Lebih selektif
2) Kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas
3) Tidak beracun
4) Netral
5) Absorbsinya baik
6) Etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan
7) Panas yang diperlukan pada pemekatan lebih sedikit

Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida,


kurkumin, kumarin, antarkinon, flavonoid, steroid, dammar, dan klorofil.Lemak,
tannin, dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang
larut hanya terbatas (Depkes RI, 1995)
C. Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua


jenis organisme hidup, dalam hal ini mikroorganisme (protozoa, fungsi, bakteri,
mycoplasma, virus) yang terdapat pada atau didalam suatu benda. Proses ini
melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme
Metode-metode sterilisasi yang sering digunakan adalah :
a. Metode sterilisasi uap (uap panas)
trelisasi uap dilakukan dalam autoklaf dan menggunakan uap air
dengan tekanan pada suhu 121ᵒC selama 15 menit
b. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan oven pensteril
yang dirancang khusus untuk tujuan ini. Oven dapat dipanaskan dengan
gas atau listrik dan umumnya temperatur sekitar 160-170ᵒC atau diatur
secara otomatis
c. Sterilisasi
Beberapa senyawa yang tidak tahan dengan panas dan uap dapat
disterilkan dengan baik memaparkan gas etilen oksida, bila dibandingkan
dengan cara-cara lain.
d. Sterilisasi dengan radiasi pengion
Penggunaan tekhnik ini terbatas karena memerlukan peralatan
yang sangat khusus dan pengaruh radiasi pada produk dan wadah
(Pratiwi, 2008)

D. Tinjauan Tentang Bakteri


Staphylococuccus epidermidi adalah salah satu spesies bakteri dari genus
Staphylococuccus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik
(menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah). Beberapa
karakteristik bakteri ini adalah fakultatif, koagulase negative, katalase positif,
gram-positif, berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5-1,5μm. Baakteri ini secara
alami hidup pada kuliit dan membrane mukosa manusia.infeksi Staphylococuccus
epidermidi dapat terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat
medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit
tersebut (infeksi nosokomial). Secara klinis, bateri ini menyerang orang-orang
yang rentan atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna
obat terlarang (narkotika), bayi yang baru lahir, dan pasien rimah sakit yang
dirawat dalam waktu lama.(Todar 2011).
1) klafikasi Staphylococuccus epidermidi
Kingdom : bacteria
Phylum : firmicutes
Class : bacilii
Ordo : bacillales
Family : Staphylococuccaceae
Genus : Staphylococuccus
Spesies : Staphylococuccus epidermidi (sale, 1991)

E. Pemeriksaan Daya Anti Mikroba


metode pemeriksaan antimikroba yaitu:

1. Metode Penyebaran (Diffusion)

Dalam metode ini zat antimikroba ditentukan berdasarkan daerah

hambatan yang terjadi. Beberapa modifikasi metode ini adalah :

a. Metode Cylinder Cup(Ring Diffusion Method)

Mikroba ditanam pada media agar kemudian silinder

diletakkan pada media tersebut dengan maksud menampung

sejumlah antibiotik atau antibakteri yang digunakan. Daya

antimikroba dapat dilihat dari lebar diameter daerah hambatan

pertumbuhan bakteri yang terjadi

b. Metode cawan kertas (Paper Disc Method)

Mikroba ditanam pada media agar, kemudian cawan kertas

yang berisi antibiotik dengan kadar tertentu diletakkan diatas media

agar tersebut. Daya antimikroba dapat dilihat dari lebar daerah

diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi

c. Metode Sumuran Agar (Welss Method)


Mikroba ditanam pada media agar, kemudian dibuat

lubang dengan alat tertentu untuk menampung sejumlah

antimikroba/antibakteri yang digunakan. Daya antimikroba dapat

dilihat dari lebar diameter daerah hambatan pertumbuhan mikroba

yang terjadi

metode pemeriksaan antimikroba yaitu:

2. Metode Penyebaran (Diffusion)

Dalam metode ini zat antimikroba ditentukan berdasarkan daerah

hambatan yang terjadi. Beberapa modifikasi metode ini adalah :

d. Metode Cylinder Cup(Ring Diffusion Method)

Mikroba ditanam pada media agar kemudian silinder

diletakkan pada media tersebut dengan maksud menampung

sejumlah antibiotik atau antibakteri yang digunakan. Daya

antimikroba dapat dilihat dari lebar diameter daerah hambatan

pertumbuhan bakteri yang terjadi

e. Metode cawan kertas (Paper Disc Method)

Mikroba ditanam pada media agar, kemudian cawan kertas

yang berisi antibiotik dengan kadar tertentu diletakkan diatas media

agar tersebut. Daya antimikroba dapat dilihat dari lebar daerah

diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi

f. Metode Sumuran Agar (Welss Method)

Mikroba ditanam pada media agar, kemudian dibuat

lubang dengan alat tertentu untuk menampung sejumlah


antimikroba/antibakteri yang digunakan. Daya antimikroba dapat

dilihat dari lebar diameter daerah hambatan pertumbuhan mikroba

yang terjadi
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penilitian Eksperimental.

2. Desain penilitian menggunakan Rancangan Eksperimen Sederhana

(Posttest Only With Control Group Design) yang terdiri dari 3 perlakuan, 2

kontrol dengan 3 metode

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September-Desember 2019

bertempat di unit lab bertempat di Laboratorium Farmasetika Stikes Mandala

Waluya dan Laboratorium Mikrobiologi Balai Pengawasan Obat Dan Makanan

Di Kendari.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini daun pepaya(carica papayal) yang

berada di kendari, Kota Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ekstrak daun pepaya(carica

papayal) yang diekstraksi

D. Alat danBahanYangDigunakan

a. bahan yang digunakan


bahan penyari yang digunakan etanol (Brataco), Aquabidestilata steril
Ikapharmindo), NaCl 0,9% (otsuka), media nutrient agar (MERCK)
Staphylococcus epidermidis FNCC 0048, bahan yang digunakan memakai bahan
pharmaceuticalgrade.
b. Alat yang digunakan
Cawan petri (petriq), Labu ukur, Seperangkat alat gelas (Pyrex), Tabung
reaksi (Pyrex), Mikro pipet (Pyrex), , inkubator (Memmert), Autoklaf (Hirayama-
Japan), Osse, , Timbangan analitik, pH meter, Thermometer (Thermo alpha),
Corong pisah, Kertas saring Whathman no. 42, Toples kaca, Rotavapor.
E. Prosedur Kerja

1. Pengumpulan Bahan Dan Pembuatan Sampel Penelitian

Sampel berupa daun pepaya(carica papayal) yang berada di kendari,

Kota Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara.

Sampeldicucibersihdenganairmengalir, dipotong-potong kecil alu

dikeringkan dengan diangin -anginkan kemudian dikeringkan dengan

cara dijemur dengan ditutupi kain hitam dan terpapar sinar matahari

langsung.

1. Ekstraksi Sampel Penelitian

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi, mengekstraksi

simplisia dengan 500 gram daun kesen kedalam 1 liter etanol

2. Pembuatan larutan uji

Dibuat beberapa konsentrasi ekstrak etanol daun kersen yaitu

konsentrasi 1ppm, 3ppm, 5ppm, 9ppm. Kemudian digunakan sebagai

larutan uji untuk menentukan aktivitas antibakteri

3. Pembuatan suspensi bakteri

Diambil satu ose bakteri uji, Staphylococcus epidermidis, digoreskan

pada media agar miring nutrient agar (NA) dan diinkubasikan dalam
inkubator selama 24 - 48 jam pada suhu 37oC. Biakan dari bakteri yang

telah diremajakan pada media pembenihan agar miring disuspensikan

dalam 5 mL NaCl 0,9 %, diukur kekeruhan larutan pada panjang

gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25%

4. Pengujian aktivitas antibakteri


Nutrien agar (NA) sebanyak 20 ml dituang kedalam cawan petri steril,
kemudian kedalam cawan petri steril juga dimasukkan 20µl suspensi
bakteri. Cawan petri digoyang perlahan agar suspensi bakteri tersebar
merata dan didiamkam supaya mengeras. Setelah mengeras, pada agar
tersebut dibuat 6 lubang, dan masingmasing lubang diisi dengan 50µl
larutan ekstrak etanol daun kersen dengan berbagai konsentrasi (1ppm,
3ppm, 5ppm, 9ppm), kemudian dinkubasi pada suhu 370C.
Staphylococcus epidermidis diinkubasi selama 24 jam secara aerob.

Anda mungkin juga menyukai