BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan kelompok umur 10-19 tahun. Masa remaja terdiri atas tiga
subfase yang jelas, yaitu masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), masa
remaja pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18
1
sampai 20 tahun) Remaja merupakan tahap akhir pematangan sosio biologis
manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak. Terdapat tiga fase pembagian
remaja, dengan rincian fase masa remaja usia 10-19 tahun, fase anak muda atau
youth dari usia 15-24 tahun dan fase anak muda atau young people dari usia 10-24
tahun. 2
Kekerasan yang paling sering dialami oleh remaja salah satunya yaitu
kekerasan verbal. Verbal abuse atau biasa disebut dengan emotional child abuse
merupakan tindakan lisan atau prilaku yang menimbulkan konsekuensi emosional
yang merugikan. Anak akan mengalami kekerasan verbal jika orang tua
mengetahui si anak meminta perhatian dari mereka seperti menanggis. Sehingga,
orang tua melontarkan kata-kata kasar dengan menyuruh anak untuk diam atau
jangan menanggis. Dalam kehidupan apabila seorang anak menyaksikan peristiwa
ataupun menerima lontaran kata-kata yang kasar secara terus menerus maka anak-
anak akan menggunakan dan melakukan hal yang sama terhadap orang lain. 3
Juni 2015 sebanyak 15,4% remaja menjadi korban kekerasan verbal oleh
orangtua, 8,4% remaja menjadi korban kekerasan verbal guru/kepala sekolah dan
17,7% remaja menjadi korban kekerasan verbal oleh teman/lingkungannya. Dari
responden tersebut 31,54% diantaranya menjadi pelaku kekerasan verbal. 5
menjadi 92 anak. Selain itu, penulis juga mendapatkan fakta yang sama dari
Laporan Akhir Tahun 2013 Komisi Nasional Perlindungan Anak, yang
menyebutkan bahwa pada tahun 2013, jumlah anak yang mengalami kekerasan
verbal adalah 313 anak, dan angka tersebut meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya. Melalui data tersebut, dapat disimpulkan pada tahun-tahun
berikutnya tindakan-tindakan keras terhadap anak akan semakin meningkat
jumlahnya.6
remaja tidak tau yang dilakukan orang tua yaitu salah satu tidak kekerasan verbal
pada remaja tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan remaja tentang
kekerasan verbal dengan sikap remaja di Gampong Panteriek Kecamatan
Lueng Bata Kota Banda Aceh tahun 2017.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang kekerasan verbal pada
anak remaja di Gampong Panteriek Kecamatan Lueng Bata Kota
Banda Aceh.
2. Untuk mengetahui sikap remaja tentang kekerasan verbal pada anak
remaja di Gampong Panteriek Kecamatan Lueng Bata Kota Banda
Aceh.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian
yang berkaitan dengan kekerasan verbal remaja.
2. Bagi Remaja
Memberikan pemahaman kepada remaja bahwa pengalaman mendapatkan
kekerasan kata-kata (verbal abuse) saat masih kecil akan mempengaruhi
sikap ataupun prilakunya saat menjadi orang tua, sehingga diharapkan
untuk tidak akan melakukan kekerasan kata-kata ( verbal abuse) pada
anaknya kelak agar tidak terulang kembali pada generasi selanjutnya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
a.Memberikan tambahan pengetahuan dibidang keperawatan anak
terutama mengenai kekerasan verbal.
b.Memberikan gagasan untuk mengadakan penelitian tentang kekerasan
verbal secara lebih mendalam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan
1. Pengetahuan (knowladge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi orang
melakukan penginderaan oleh suatu object tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya suatu perilaku seseorang. 9
Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukun
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. 9
2. Tingkat pengetahuan
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
“tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang terjadi antara lain
menyebutkan, menguraikan, mengidenfikasi menyatakan dan sebagainya.
7
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu obyek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan 20 hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat
dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-
bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
meringkas, dapat merencanakan dapat menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditemukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. 9
8
2. Komponen Sikap
Menurut skema triadik, sikap terdiri dari 3 komponen yang saling
berhubungan, yaitu komponen kognitif (cognitive), afektif (affective), dan konatif
(conative).14
a. Komponen Kognitif
Komponen kognitif terdiri dari pemikiran seseorang tentang
sebuah objek tertentu. Komponen kogtitif juga meliputi fakta, pengetahuan
dan kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap apa yang benar dan apa
yang berlaku pada objek sikap. Ketika kepercayaan ini telah terbentuk,
maka kepercayaan ini akan menjadi dasar pengetahuan yang diyakini oleh
seseorang tentang apa yang dapat diharapkan dari sebuah objek tertentu.
Kepercayaan inilah yang menyederhanakan dan mengatur apa yang kita
lihat dan temui dalam hidup kita.
b. Komponen Afektif
Komponen afektif terdiri dari emosi dan perasaan yang dimiliki
seseorang terhadap suatu stimulus, khususnya evaluasi positif dan negatif.
Komponen afektif meliputi masalah sosial subjektif yang dirasakan oleh
seseorang kepada suatu objek sikap. Secara umum, komponen afektif ini
sering disamakan dengan perasaan pribadi yang dimiliki oleh seseorang
pada sesuatu. Namun, perasaan pribadi yang dimiliki oleh seseorang itu
terkadang jauh berbeda jika dihubungkan dengan sikap. Secara umum,
reaksi emosional yang merupakan komponen afektif banyak dipengaruhi
oleh sebuah kepercayaan mengenai sesuatu yang benar dan berlaku
terhadap objek yang dimaksud.
c. Komponen Konatif atau Perilaku
Komponen konatif atau perilaku merupakan tendensi atau
kecenderungan untuk melakukan tindakan tertentu yang berhubungan
dengan objek sikap. Komponen ini menunjukkan bagaimana
kecenderungan seseorang untuk berperilaku terhadap sebuah objek sikap
yang dihadapinya. Kecenderungan seseorang untuk berperilaku terhadap
objek sikap cenderung konsisten dan juga sesuai dengan kepercayaan dan
perasaan yang akan membentuk sikap individu. Oleh karenanya, sangat
11
c. Pengaruh kebudayaan
Disadari ataupun tidak, sikap seorang individu dapat dipengaruhi
oleh lingkungan dan kebudayaan di tempat ia tinggal. Kebudayaan
menanamkan bagaimana arah sikap seorang individu terhadap barbagai
macam masalah.
d. Media massa
Media massa, seperti televisi, surat kabar, radio, dan sejenisnya,
juga berpengaruh besar terhadap sikap. Dalam penyampaian informasi
sebagai tujuan utamanya, media masa juga membawa pesan yang bersifat
sugesti yang mungkin mengarahkan opini seseorang.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama merupakan pendidikan
dasar yang meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat berperan penting dalam
membentuk kepercayaan yang dirasakan oleh individu tersebut. Hal ini
juga dapat membentuk dan menentukan arah sikap pada seorang individu
terhadap objek sikap.
f. Pengaruh faktor emosional
Sikap tidak hanya ditentukan oleh faktor lingkungan saja, namun
sikap dapat juga dipengaruhi oleh faktor emosional dari diri individu itu
sendiri. Terkadang sikap didasari oleh emosi yang dimiliki oleh individu
itu sendiri. Dimana emosi itu dapat juga membentuk arah sikap pada
seseorang.14
C. Kekerasan Verbal
1. Definisi Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal adalah kekerasan terhadap perasaan menggunakan
kata-kata dengan kata-kata yang kasar tanpa menyentuh fisiknya. Kata-kata
yang memfitnah, kata-kata yang mengancam, menakutkan, menghina, atau
membesar-besarkan kesalahan orang lain. Namun selain kekerasan verbal ada
juga kekerasan yang lain yang akan menyakiti anak seperti tindak kekerasan
fisik, psikis, seksual dan pengabaian.15
13
Kekerasan verbal banyak sekali melibatkan kaum ibu yang sering kali
“cepat berkata-kata, namun lambat bertindak”. Banyak orang tua melakukan
kekerasan verbal dengan melakukan penghinaan terhadap anakanaknya
dengan kata-kata yang tidak pantas seperti, goblok, pemalas, tolol, dungu dan
bodoh. Penghinaan seperti itu membuat anak hilang kepercayaan diri dan
merasa dirinya tidak berharga.16
Kekerasan verbal sebagai suatu bentuk perilaku atau aksi kekerasan
yang diungkapkan untuk menyakiti orang lain, perilaku kekerasan verbal
dapat berbentuk umpatan, celaan atau makian, ejekan, fitnah dan ancaman
melalui kata-kata.kekerasan verbal perilaku pola komunikasi yang berisi
penghinaan, perkataan kasar maupun kata-kata yang melecehkan anak, seperti
menyalahkan, memberi lebel, atau juga mengkambinghitamkan anak. 17
Kekerasan verbal sering disebut sebagai kekerasan psikis yang
merupakan suatu tindakan kekerasan yang berupa ucapan yang mengakibatkan
menurunnya rasa percaya diri dan meningkatnya rasa tidak berdaya.18
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan luar
Kondisi lingkungan juga dapat menjadi penyebab terjadinya
kekerasan terhadap rwmaja, diantaranya seperti kondisi lingkungan yang
buruk, terdapat sejarah penelantaran anak, dan tingkat kriminalitas yang
tinggi dalam lingkungannya.
b. Media massa
Media massa merupakan salah satu alat informasi. Media massa
telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dan media ini
tentu mempengaruhi penerimaan konsep, sikap, nilai dan pokok moral.
Seperti halnya dalam media cetak menyediakan berita – berita tentang
kejahatan, kekerasan, pembunuhan. Kemudian media elektronik seperti
radio, televisi, video, kaset dan film sangat mempengaruhi perkembangan
kejahatan yang menampilkan adegan kekerasan, menayangkan film action
dengan perkelahian, acara berita kriminal, penganiayaan, kekerasan
bahkan pembunuhan dalam lingkup keluarga. Pada hakekatnya media
massa memiliki fungsi yang positif, namun kadang dapat menjadi
negatif.19
16
D. Konsep Remaja
1. Definisi Remaja
Pada akhir abad ke-19 dan pada awal abad ke-20, para ahli menemukan
suatu konsep yang sekarang kita sebut sebagai remaja (adolescence). Ketika buku
Stanley Hall mengenai remaja dipublikasikan di tahun 1904, buku ini sangat
berperan dalam merestrukturisasi gagasan-gagasan mengenai remaja. Masa
remaja disebut sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif,
dan sosioemosional.21
Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan
psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa . 21 Perubahan psikologis yang
terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial.
Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah
mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik. 22
Remaja berdasarkan definisi konseptual World Health Organization
(WHO) yang mendefinisikan remaja berdasarkan 3 (tiga) kriteria, yaitu : biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi. 23
1. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama
kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat
2. Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan
sosialekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
E. Penelitian Terkait
Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terkait yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang kekerasan
verbal pada remaja.
Penelitian “Kekerasan kata-kata (Verbal abuse)” pada Remaja” Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenologi,
melalui metode pengumpulan data indepht interview dimana jumlah sample 4
(empat) orang Remaja SMP dengan usia 13-15 tahun, pernah mendapatkan
perlakuan kekerasan kata-kata (Verbal abuse). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengalaman ketika mendapatkan perlakuan kekerasan kata-kata (Verbal
abuse) adalah seperti memanggil nama dengan nama hewan, mengatai “bodoh”,
mencaci maki, marah-marah, perasaan ketika mendapatkan perlakuan kekerasan
kata-kata (verbal abuse) bagi remaja adalah perasaan sedih, dendam dan ingin
membalas, Respon ketika mendapatkan kekerasan kata-kata (Verbal abuse) adalah
menghiraukan orang yang melakukan kekerasan kata-kata (Verbal abuse) dan
pengen bantah, dampak dari kekerasan kata-kata (verbal abuse) pada remaja
adalah dampak psikis dan dampak positf. Dampak psikisnya adalah perasaan
kecewa dan sakit hati, dampak positif seolah-olah akan menjadi penurut kepada
orang tua.3
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STKIP St.
Paulus Ruteng Nusa Tenggara Timur bekerja sama dengan Wahana Visi
Indonesia telah mengadakan penelitian tentang “Potret Kekerasan Terhadap
Remaja”. pada 21 Juni 2015 sebanyak 15,4% remaja menjadi korban kekerasan
verbal oleh orangtua, 8,4% remaja menjadi korban kekerasan verbal guru/kepala
sekolah dan 17,7% remaja menjadi korban kekerasan verbal oleh
teman/lingkungannya. Dari responden tersebut 31,54% diantaranya menjadi
pelaku kekerasan verbal.5
20
F. Kerangka Teori
1. Pengetahuan 1. Sikap
a. Tahu (Know) a. Komponen sikap
b. Memahami b. Faktor yang
mempengaruhi
(Comprehention)
c. Aplikasi (Application)
d. Analisis (Analysis) 1. Kekerasan Verbal
a. Bentuk kekerasan
e. Sintesis (Syntesis)
verbal
f. Evaluasi (Evaluation) b. Dampak
kekerasan verbal
c. Faktor kekerasan
verbal
Gambar 2.1
21
BAB III
KONSEP KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan vidualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep suatu terhadap konsep lainnya. Atau antara variabel
yang satu dengan variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti 9 Ada beberapa
bentuk variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu variabel independen
(bebas), variabel dependen (terikat), variabel moderator (intervening), variabel
perancu (counfounding), variabel-variabel kendali (control) dan variabel random.
Kerangka kerja penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja
tentang kekerasan verbal.14 Sedangkan variabel dependen adalah sikap remaja
terhadap kekerasan, untuk lebih jelas bisa dilihat dibawah ini.15
Skema 3.1
b. Hipotesa Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
22
C. Definisi Operasional
Definisi Definisi Cara Alat Skala Hasil
No Variabel
Konseptual Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
Variabel Independen
dengan kata-
kata yang kasar
tanpa
menyentuh
fisiknya
Variabel dependen
BAB IV
METODEOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksploratif
yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan suatu fenomena, didalam
penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya
menggambarkan apa adanya variabel, dengan desain survay dimana pengumpulan
9
data dilakukan dengan cara mengambil sebagian dari populasi tersebut (sampel)
metode ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang
Kekerasan Verbal dengan Sikap Remaja di Gampong Panteriek Kecamatan Lueng
Bata, Kota Banda Aceh.
2. Sampel
a. Besar Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu
untuk bisa memilih/mewakili populasi.26
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑒 2 )
25
Keterangan :
𝑛 : jumlah sampel
N : jumlah populasi
𝑒 : tingkat kepercayaan
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑒 2 )
628
𝑛=
1 + 628(0,1)2
628
𝑛=
1 + 6.8
628
𝑛=
7.8
𝑛 = 86.26
𝑛 = 87
2. Uji Instumen
Data di kumpulkan dengan teknik kuisioner, yaitu dengan memberikan
pertanyaan tertulis kepada responden. Selanjutnya responden memberikan
tanggapan atas pertanyaan yang diberikan. Mengingat pengumpulan data
dilakukan dengan uji kuisioner, kesungguhan responden sangat penting untuk
menjawab petanyaan-pertanyaan dalam penelitian
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditas
atau kesahihan suatu instumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai
validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas yang rendah. 25
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur
tersebut dapat mengukur apa yang akan diukur, untuk mengetahui
kuisioner yang telah disusun mampu mengukur apa yang akan diukur.
Oleh karena itu perlu diuji dengan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap
item dengan skor total kuisioner tersebut. 9
Beberapa jenis teknik validitas yang dapat dilakukan pada sebuah
kuisioner penelitian, yaitu :
1. Validasi konstruk, yaitu validasi yang digunakan untuk melihat
struktur instrumen penelitian dengan menggunakan teori tentang
kekerasan verbal yang sesuai dengan teori penelitian ini. Salah satu
cara validasi yaitu dengan cara melakukan uji coba dengan
responden.27
a. Uji Rebilitas
Pengukuran uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui adanya
kesamaan dalam hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau
kenyataan yang diamati dengan kejadian yang sama dan berulang kali
dengan menggunakan alat ukur yang sama.26
Dengan menggunakan komputer berdasarkan product moment maka
nilai reabilitas dapat langsung dihitung dan dapat diangka kritis setiap
pertayaan adalah 0,361. Bila hasilnya (angka korelasi) sama atau lebih dari
28
angka kritis pada derajat kemaknaan yaitu nilai alpha per-item kuisioner,
maka alat ukur itu realiable.
E. Etika Penelitian
Penelitian ini mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu
Program Studi Ilmu Keperawatan Abulyatama. Dalam penelitian ini terdapat
beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan
penjelasan kepada responden tentang tujuan dan prosedur penelitian. Responden
yang bersedia dipersilahkan untuk menandatangani informed consent dan berisi
data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu dan
informasi yang diberikan oleh responden dirahasiakan oleh peneliti.26
Peneliti telah mempertimbangkan prinsip-prinsip etik dalam penelitian ini,
antara lain:
1. Inform Consent
Inform consent adalah bentuk dari persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan kepada orangtua
wali murid kelas V sebelum dilakukannya penelitian.26
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Anonymity digunakan untuk memberikan tanggungjawab dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama responden pada lembar atau alat ukur, hanya menulis kode atau nama inisial
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.26
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban keberhasilan
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
hasil penelitian yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
penelitian.26
29
H. Pengolahan Data
Setelah kuisioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan lalu
dilanjutkan dangan melakukan pengolahan data. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan adalah :9
a. Editing
Editing data merupakan proses pengecekan kembali untuk memastikan
bahwa data yang sudah terisi lengkap, tulisannya terbaca jelas, jawaban relevan
dengan pertanyaan, dan konsisten. Hal ini dilakukan dengan cara mengoreksi
30
I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat menggunakan analisi presentase dari seluruh responden
yang diambil dalam penelitian, dimana akan menggambarkan bagaimana
komposisinya ditinjau dari beberapa segi sehingga dapat dianalisis karakteristik
responden.9
Analisa data dilakukan dengan metode statistik deskriptif untuk masing-
masing variabel penelitian dengan menggunakan frekuensi distribusi berdasarkan
persentase dari masing-masing variabel. Pengkatagorian variabel-variabel
dilakukan dengan menggunakan mean atau rata-rata (x) dengan menggunakan
rumus :
Σ𝑥
𝑥 =−
𝑛
31
Keterangan :
𝑥 : Nilai rata-rata
Σ𝑥 : Jumlah keseluruhan responden
𝑛 : Jumlah sampel
𝑓
P = 𝑥100
𝑛
Keterangan:
P = angka presentase
𝑓 = frekuensi jawaban sampel
n = jumlah seluruh observasi
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel
29
yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pada penelitian ini untuk
mengukur Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Kekerasan Verbal dengan
Sikap Remaja di Gampong Panteriek Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh
Tahun 2017 dengan menggunakan metode statistik deskritif masing-masing
variabel penelitian dengan menggunakan frekuensi distribusi berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan uji korelasi product moment. Proses analisanya
dilakukan dengan menggunakan komputer Statistical Package for Social Science
(SPSS).
32
DAFTAR PUSTAKA