Anda di halaman 1dari 7

IPTEK ILMIAH POPULER

RESPON SITOKIN PADA KULTUR SEL LIMFOSIT


SEBAGAI UJI PENTING DALAM
PENGEMBANGAN VAKSIN MALARIA IRADIASI

Darlina dan Siti Nurhayati


• Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN
Jalan Lebak Bulus Raya 49, Jakarta – 12440
PO Box 7043 JKSKL, Jakarta – 12070
• mdarlina@batan.go.id

PENDAHULUAN yang mampu menstimulasi sistem kekebalan


Malaria merupakan penyakit infeksi parasit dalam tubuh. Teknik nuklir (iradiasi gamma)
yang disebabkan oleh plasmodium yang dapat melemahkan agen penyakit tanpa
menginfeksi eritrosit dalam darah sebagai sumber menghilangkan daya imunogeniknya dan mampu
hidupnya. Penyakit ini masih merupakan salah meningkatkan daya kekebalan pada hewan coba.
satu masalah kesehatan di dunia terutama di Vaksin dapat merangsang sistem imun pada
negara sedang berkembang pada kawasan tropis inang untuk melawan infeksi organisme patogen
dan subtropis. Plasmodium falciparum (P. mampu menstimulasi sistem kekebalan dalam
falciparum) adalah parasit malaria yang tubuh. Tujuan pemberian vaksin stadium darah
terpenting karena penyebarannya luas, angka adalah untuk menekan keganasan parasit bukan
kesakitan tinggi serta bersifat ganas, hingga menginduksi imunitas steril. Target pada vaksin
sering menyebabkan malaria berat dan stadium aseksual adalah merozoit. Imunitas pada
menimbulkan lebih dari 2 juta kematian setiap stadium ini berupa antibodi yang mengaglutinasi
tahun di seluruh dunia. Di Indonesia malaria telah merozoit sebelum skizon matang pecah,
menyebar ke seluruh kepulauan terutama di menghambat masuknya merozoit ke dalam sel
bagian timur dengan sekitar 15 juta kasus dan 42 eritrosit. Disamping antibodi, mekanisme imun
ribu kematian akibat malaria tiap tahunnya. yang diperantarai sel juga sangat berperan dalam
Kondisi tersebut diperberat dengan semakin imunitas terhadap malaria. Respon hospes
luasnya parasit yang resisten terhadap obat anti terhadap infeksi malaria merupakan reaksi yang
malaria yang selama ini digunakan seperti sangat kompleks yang melibatkan respon
kloroquin dan nyamuk yang resisten terhadap imunitas humoral yang diperantarai oleh antibodi
insektisida. Adanya kemampuan parasit untuk dan imunitas selular yang diperankan oleh
tahan terhadap obat baru dan kemampuan vektor limfosit. Sel ini menyebar keseluruh tubuh
nyamuk untuk tahan terhadap insektisida, melalui sirkulasi darah dan limpa dan menetap
sehingga vaksin terhadap malaria sangat secara permanen dalam organ limpa dan nodus
dibutuhkan. limfa. Sel limfosit yang berperan terhadap respon
Pembuatan vaksin dapat dilakukan dari imunitas adalah sel limfosit B sedangkan respon
seluruh bagian agen atau suatu bagian yang imunitas seluler diperankan sel T. Reaksi
diisolasi dari agen penginfeksi yang imunitas selular yang terjadi dalam tubuh hospes
diatenuasi/dilemahkan atau dinon-aktifkan. Salah baik yang imun maupun yang tidak imun selama
satu alternatif untuk pembuatan vaksin adalah infeksi malaria menyangkut aktivitas sel limfosit
menggunakan teknik nuklir. Iradiasi dapat T dan sel makrofag yang merupakan kunci
mengubah agen patogen menjadi non patogen

Respon sitokin pada kultur sel limfosit sebagai uji penting dalam pengembangan vaksin malaria iradiasi (Darlina dkk) 1
IPTEK ILMIAH POPULER

mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi protozoa, mycoplasma, mitogen, dan senyawa
malaria. lainnya. Interferon gamma (IFN-γ) merupakan
Limfosit merupakan sel yang berperan sitokin yang berperan dalam respon imun bawaan
dalam respon imun karena mempunyai maupun respon imun adaptif terhadap malaria.
kemampuan untuk mengenali antigen melalui IFN-γ akan disekresikan secara cepat oleh sel
reseptor permukaan khusus dan membelah diri efektor seperti makrofag, monosit dan leukosit
menjadi sejumlah sel dengan spesifitas yang dalam memberikan perlawanan terhadap infeksi
identik serta masa hidup yang panjang parasit malaria yang masuk kedalam tubuh.
menjadikan sel yang ideal untuk respons adaptif. Struktur IL-12, TNF-α, dan IFN-γ dapat dilihat
Sel limfosit T berperan dalam imunitas seluler. pada Gambar 1.
Limfosit T yang berperan dalam imunitas
terhadap parasit stadium eritrosit adalah limfosit
T CD4+. Limfosit T CD4+ membunuh
Plasmodium intraeritrosit banyak melibatkan
sitokin-sitokin baik sebagai efektor langsung
maupun sebagai pemacu.
Sel T memainkan peran sentral dalam
penghapusan parasit malaria stadium darah
melalui pelepasan sitokin yang mengaktifkan sel
efektor lainnya. Sel T helper terdiri dari dua
subset, Sel T helper tipe 1 (Th- 1) yang (a)
mengaktifkan sitokin proinflamasi ( IFNgamma
dan TNFalpha) dan sel T helper tipe 2 (Th- 2)
menghasilkan antibodi dan sitokin anti inflamasi
(IL-4, IL-5, IL-10, dan IL-13) menghambat
fungsi makrofag. Masing-masings sel T
menghasilkan sitokin yang mengatur perbedaan
fungsi imun efektor dan bereaksi satu sama lain.
Interleukin-12 adalah sitokin kunci yang
memulai respon Th1 dengan memicu produksi
IFNgamma dari pembunuh alami (NK) dan CD4
T cells. sekresi Interleukin-12 diinduksi oleh (b)
berbagai agen infeksi, termasuk virus, bakteri dan
parasit. Selama infeksi malaria, respon non-
spesifik awal kekebalan tubuh dapat ditandai
dengan skresi IL-12 dari macrophages.
TNF-α merupakan salah satu sitokin yang
dihasilkan sel Th-1 yang menghambat
pertumbuhan stadium darah parasit dengan
mengaktifkan sistem imun seluler dan makrofag,
juga dapat membunuh parasitsecara langsung
namun aktifitasnya lemah
Interferon adalah hormon berbentuk sitokin
berupa protein berjenis glikoprotein yang
(c)
disekresi oleh sel vertebrata karena akibat
rangsangan biologis, seperti virus, bakteri, Gambar 1. Struktur tiga dimensi IL-12 (atas), IFN-ɣ
(tengah), dan TNF-α (bawah) pada manusia.

2 Buletin Alara, Volume 17 Nomor 1, Agustus 2015, 1 – 7


IPTEK ILMIAH POPULER

IFN-γ merupakan salah satu sitokin proinflamasi lebih besar daripada hospes yang
proinflamasi yang disekresi sel T helper (Th1) tidak imun. Dengan meningkatnya aktivitas sel
pada saat terjadi infeksi parasit. IFN-γ sangat limfosit T dan sel makrofag diharapkan akan
berperan aktif melawan infeksi parasit baik pada mempunyai efek proteksi selama infeksi malaria.
stadium hepatosit maupun stadium eritrosit. IFN-
γ memacu sekresi tomuor necrosis alfa (TNF-α) KULTUR SEL LIMFOSIT DAN RESPON
untuk mengaktifkan fagosit dan juga IMUN
meningkatkan daya bunuh netrofil. Pada fase Kultur sel limfosit manusia atau human
eritrositik, eritrosit terinfeksi parasit yang pecah peripheral blood mononuclear cells (PBMC)
sewaktu proses skizogoni mengeluarkan berbagai secara umum digunakan untuk mempelajari
toksin seperti glycosylphospatidylinositols (GPI), respon imun terhadap Plasmodium yang
hemazosin, atau mungkin antigen parasit lain menginfeksi manusia secara in vitro. Sel limfosit
seperti MSP-1, MSP-2,RAP-1. Toksin tersebut diisolasi dari darah vena dengan cara sentrifugasi
akan memicu makrofag dan limfosit T helper-1, gradien dengan menggunakan larutan
menghasilkan berbagai sitokin proinflamasi Histopaque. Sel limfosit diresuspensi pada 1 ×
(TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8,IL-12, dan IFN-γ) dalam 106 sel/mL di medium tumbuh.
jumlah banyak, yang akan menimbulkan P.falciparum merupakan parasit yang
gangguan metabolisme sel, selanjutnya sitokin paling ganas dan banyak menyebabkan mortalias
tersebut dapat memicu enzim inducible nitric pada manusia. P.falciparum strain 3D7 banyak
oxide synthase (iNOS), pada sel endotel vaskuler digunakan dalam penelitian dan dapat
untuk menghasilkan Oksida nitrit (NO). NO diperbanyak dengan dikultur secara kontinyu
dihasilkan makrofag melalui aktifasi sitokin IFN- menurut metode Trager Jensens. Parasit dikultur
γ dan TNF-α untuk membunuh parasit bila terjadi dalam medium RPMI 1640 yang ditambahkan 25
infeksi pada stadium eritrosit (Gambar 2). mM HEPES dan 30 mM NaHCO3 dan dilengkapi
Aktivasi sel limfosit T dan sel makrofag dengan serum manusia golongan AB 5% serta
dapat dilalukan dengan jalan imunisasi. Dengan eritrosit golongan O dengan hematokrit 1%,
demikian diharapkan selama infeksi malaria pada parasit diinkubasi pada 37oC dalam candle jar.
hospes yang imun akan disekresi sitokin Bahan vaksin berupa P.falciparum yang

Gambar 2. Mekanisme kerja TNF-α IFN-gamma untuk sistem respon imun.

Respon sitokin pada kultur sel limfosit sebagai uji penting dalam pengembangan vaksin malaria iradiasi (Darlina dkk) 3
IPTEK ILMIAH POPULER

dilemahkan dengan radiasi sinar gamma. penelitian bahan vaksin radiasi. Sel limfosit
Pengujian sitokin (IL-12, IFNgamma dan diisolasi dari darah donor manusia sehat dengan
TNFalpha) secara in vitro, dengan cara metode sentrifugasi gradien menggunakan
menambahkan sekitar 107 P.falciparum ke dalam histopak kemudian sel limfosit dikultur dalam
kultur sel limfosit yang telah ditambahkan 5 medium komplit. P.falciparum radiasi maupun
ug/mL phytohaemagglutinin (PHA), kemudian yang infeksius diinokulasi dengan variasi volume
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. 25 μl dan 50 μl dengan penambahan 5 ug/mL
Respon sitokin dilihat dengan mengukur kadar phytohaemagglutinin. Setelah 48 jam inkubasi
sitokin dalam supernatan dengan metode uji supernatan diambil untuk diukur kadar IFN-γ
ELISA, hasil uji dibaca dengan alat ELISA dengan metode ELISA.
Reader pada panjang gelombang 450 nm. Penggunaan parasit iradiasi bertujuan untuk
memeriksa aspek dari respon kekebalan tubuh
RESPON SITOKIN manusia terhadap parasit yang diradiasi maupun
Pengujian respon imun terhadap manusia yang tidak diradiasi dalam menginduksi respon
tidak dapat menggunakan hewan coba mencit sitokin awal. Setelah 24 jam paska pengkulturan
karena parasit malaria adalah spesifik spesies. dengan eritrosit terinfeksi dengan variasi volume
Oleh karena itu pengujian respon imun terhadap inokulum 25 μl dan 50 μl dilakukan pengkulturan
P.falciparum dilakukan secara in vitro pada kembali dengan penambahan 5 ug/mL PHA dan
kultur sel limfosit manusia. Pengujian secara in diinkubasi kembali selama 48 jam. Setelah 48
vitro dalam kultur sel limfosit manusia dilakukan jam inkubasi supernatan diambil untuk diukur
sebagai studi awal penelitian bahan vaksin. kadar IFN-γ dengan metode ELISA. Pada
Respon limfosit dilihat dari konsentrasi sitokin penelitian ini limfosit terpacu oleh PHA yang
yang dikeluarkan sel sebagai respon imun berperan sebagai mitogen dan selanjutnya
terhadap keberadaan parasit. limfosit berproliferasi mensekresi sitokin.
Sel T memainkan peran sentral dalam Dari pengukuran IFN-γ dalam supernatan
penghapusan parasit malaria panggung darah medium diperoleh hasil, konsentrasi IFN-γ dalam
melalui pelepasan sitokin yang mengaktifkan sel kultur sel limfosit yang diinokulasi dengan
efektor lainnya. Sitokin yang terlibat dalam P.falciparum radiasi lebih tinggi dibandingkan
kekebalan terhadap malaria tahap darah termasuk tanpa radiasi. Berdasarkan hasil uji Turkey’s
IL-12, IFNgamma dan TNFalpha. sel T yang terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara
berkembang biak dan mengeluarkan sitokin kedua kelompok pada taraf signifikan di bawah
dalam menanggapi parasit antigen dan 5%. Konsentrasi IFN-γ tertinggi terdapat pada
menghambat pertumbuhan parasit dalam kultur in medium kultur limfosit yang diinokulasi dengan
vitro. Derajat proliferasi sel mononuklear darah 50μl radiasi (Gambar 3).
perifer (PBMC) diisolasi dari individu yang Dari hasil tersebut diatas membuktikan
dirangsang dengan penambahan parasit secara in radiasi membuat mikroorganisme tidak mampu
vitro melakukan replikasi sehingga tidak menimbulkan
IFN-γ merupakan sitokin yang berperan infeksi, tetapi tetap mempertahankan sifat-sifat
dalam respon imun bawaan maupun respon imun parasit seperti hemaglutinasi dan antigenisitas.
adaptif terhadap malaria. IFN- γ banyak berperan Hilangnya kemampuan infektif dari parasit
dalam imunitas terhadap malaria yang berfungsi memungkinkan untuk memproduksi bahan yang
baik sebagai efektor maupun penginduksi respon layak untuk pembuatan vaksin.
imun bawaan maupun yang didapat. Respon IFN Beberapa penelitian telah melaporkan
gamma dalam kultur limfosit yang di inokulasi limfosit donor dan jumlah parasit yang
dengan P.falciparum radiasi maupun tidak diinokulasi mempengaruhi jumlah IFN- γ yang
diradiasi dilakukan di BATAN dalam studi awal diinduksi. Tingkat konsentrasi IFN-γ terlihat

4 Buletin Alara, Volume 17 Nomor 1, Agustus 2015, 1 – 7


IPTEK ILMIAH POPULER

meningkat dengan meningkatnya parasitemia


hingga 7%. Pada parasitemia tinggi, ada
kemungkinan bahwa parasit dan sel limfosit
bersaing untuk sumber daya, dengan efek yang
merugikan pada viabilitas sel limfosit sehingga
sekresi sitokinnya menurun. Pada penelitian ini
membuktikan kultur limfosit yang diinokulasi
dengan 50 μl P.falciparum memberikan sekresi
IFN- γ yang lebih tinggi dibandingkan dengan 25
μl. Inokulasi dengan 50 μl P.falciparum dalam
kultur sel limfosit menghasilkan sekresi
konsentrasi IFN-γ tertinggi.
Gambar 4. Konsentrasi TNF, IFN-γ and IL-10 sampel
plasma dan supernatan kultur limfosit manusia.

Dari Gambar di atas diketahui konsentrasi


sitokin tertinggi pada supernatan kultur limfosit
yang diinokulasi dengan protein MSP1.
Konsentrasi tertinggi yang tertinggi TNF alfa
diikuti IFN gamma dan terendah IL-10.
membuktkikan TNF alfa berperan dalam respon
awal terhadap protein MSP. TNF alaf dan IFN
gamma merupakan sitokin proinflamasi.
Pada fase eritrositik, eritrosit terinfeksi
parasit yang pecah sewaktu proses skizogoni
Gambar 3. Konsentrasi IFN-γ dalam kultur in vitro paska
inokulasi P.falciparum iradiasi maupun yang infeksius mengeluarkan berbagai toksin seperti glycosyl
dengan variasi volume. phospatidylinositols (GPI). Toksin tersebut akan
memicu makrofag dan limfosit T helper-1,
Beberapa penelitian menggunakan bahan menghasilkan berbagai sitokin proinflamasi
vaksin malaria berupa seluruh molekul MSP1 antara lain TNF-α, IL-12, dan IFN-γ yang akan
telah terbukti menginduksi perlindungan terhadap menimbulkan gangguan metabolisme sel,
P. yoelii dan P. falciparum. Protein permukaan selanjutnya sitokin tersebut dapat memicu enzim
merozoit (Merozoit Surface Protein/MSP) adalah inducible nitricoxide synthase(iNOS), pada sel
kandidat vaksin malaria potensial karena mereka endotel vaskuler untuk menghasilkan NO. Sekresi
memainkan peran penting dalam pengenalan NO untuk mengeliminasi dan membunuh eritrosit
awal dan perlekatan merozoit kepermukaan sel berparasit di dalam pembuluh darah. Namun pada
darah merah yang terinfeksi. Sebagai protein kadar yang tinggi NOdapat berikatan dengan
pada permukaan merozoit yang pertama terkena radikal bebas H2O2 membentuk pereoksinitrit
sistem kekebalan tubuh inang maka mereka yang toksik bagi sel, sehingga menimbulkan
dianggap target respon imun Kebanyakan vasodilatasi berlebihan yang dapat
penelitian telah berfokus pada MSP1 sebagai mengakibatkan hipotensi pada malaria berat
kandidat vaksin malaria utama terhadap malaria Respon imun terhadap malaria, terutama
tahap darah. Pada penelitian untuk melihat yang melibatkan sitokin harus teregulasi dengan
respon beberapa sitokin terhadap protein MSP1 baik karena menentukan hidup matinya seorang
dilakukan dengan menganalisis konsentrasi penderita malaria berat. TNF-a merupakan sitokin
sitokin dalam supernatan pada kultur limfosit pro-inflamasi utama dalam innate immunity
yang diukur dengan ELISA (Gambar 4) (imunitas alamiah) yang berperan dalam

Respon sitokin pada kultur sel limfosit sebagai uji penting dalam pengembangan vaksin malaria iradiasi (Darlina dkk) 5
IPTEK ILMIAH POPULER

kerusakan jaringan/organ bila diproduksi dalam immunization with the RTS,S/AS02D candidate
kadar yang tinggi. IFN-gama suatu sitokin pro- malaria vaccine in infants living in an area of high
endemicity in Mozambique. Infect. Immun.77, 4502–
inflamasi lain yang mengaktivasi makrofag dan 4509, (2009).
memiliki fungsi sangat penting dalam imunitas CHAKRAVARTY, S., COCKBURN, I. A., KUK, S.,
alamiah dan adaptif terhadap mikroba intraseluler OVERSTREET, M. G., SACCI, J. B., ZAVALA, F.,
(termasuk Plasmodium), diduga memegang peran CD8_ T lymphocytes protective against malaria liver
sentral dalam pengaturan respon imun terhadap stages are primed in skin-draining lymph nodes. Nat.
Med. 13, 1035–1041, (2007).
malaria karena mengaktivasi makrofag CORRIGAN, R.A. and ROWE, J.A., Strain variation in
memproduksi TNF-a dan juga IL-10. IL-10 early innate cytokine induction by P. falciparum,
adalah sitokin anti-inflamasi utama dalam respon Parasite Immunol, July; 32(7): 512–527, (2010).
imun alamiah dan adaptif yang berperan Depkes RI. 2003. Epidemiologi Malaria. Direktorat
menghentikan respon imun/ inflamasi yang Jenderal PPM-PL. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
FRANKLIN, B. S., PARROCHE, P., ATAIDE, M. A.,
berlebihan melalui inaktivasi makrofag dan sel T. LAUW, F., ROPERT, C., DEOLIVEIRA, R. B.,
Ketiga sitokin ini merupakan mediator inflamasi PEREIRA, D., TADA, M. S., NOGUEIRA, P., DA
lokal dan sistemik dan dapat diproduksi dalam SILVA, L. H.,BJORKBACKA, H., GOLENBOCK,
jumlah besar sehingga mudah terdeteksi dalam D. T., GAZZINELLI, R. T., Malaria primes the innate
serum. Pada respon imun di awal infeksi malaria, immune response due to interferon-_ induced
enhancementof Toll-like receptor expression and
sitokin proinflamasi lebih berperan dalam function. Proc. Natl.Acad. Sci. USA 106, 5789–5794,
mengeleminasi parasit. Sitokin antiinflamasi (2009).
berperan untuk menekan sekresi sitokin GOOD, M. F., XU, H., WYKES, M., ENGWERDA, C. R.,
proinflamasi agar tidak berlebihan sehingga Development and regulation of cell-mediated immune
menimbulkan responses to the blood stages of malaria: implications
for vaccine research. Annu. Rev. Immunol. 23, 69–99,
(2005).
PENUTUP HARIJANTO, P.,N., 2009, Pengobatan Malaria Tanpa
Vaksin adalah sebuah substansi yang Komplikasi (Ringan) Dalam Malaria dari Molekuler
menstimulir respon sistem imun untuk melawan ke Klinis, Ed P.N., Harijanto, 2009, Penerbit Buku
suatu penyakit. Vaksin dapat dibuat dengan Kedokteran EGC, Jakarta, pp 145-155.
HARTGERS, F. C., OBENG, B. B., VOSKAMP, A.,
meradiasi mikroorganisme sehingga tidak mampu LARBI, I. A., AMOAH, A. S., LUTY, A. J.,
melakukan replikasi sehingga pertumbuhannya BOAKYE, D., YAZDANBAKHSH, M., Enhanced
menurun, tetapi tetap mempertahankan sifat-sifat Toll-like receptor responsiveness associated with
parasit seperti hemaglutinasi dan antigenisitas mitogen-activated protein kinase activation in
sehingga dapat memicu respon imun. Sel limfosit Plasmodium falciparum-infected children. Infect.
Immun. 76, 5149–5157, (2008).
T berperan respon imunitas seluler melalui LJUNGSTROM I., PERLAMAN,H.,. SCHILCHTHERLE,
pelepasan sitokin yang mengaktifkan sel efektor M., SHERE, A., and WAHLGREEN, M., Methods In
lainnya untuk membunuh parasit. Sitokin yang Malaria Research, MR4/ATCC, Manassas Virginia,
terlibat dalam kekebalan terhadap malaria tahap 2004
darah termasuk IL-10, IFNgamma dan TNFalpha MCCALL, M. B., NETEA, M. G., HERMSEN, C. C.,
JANSEN, T., JACOBS, L., GOLENBOCK,D., VAN
DER VEN, A. J., SAUERWEIN, R. W., Plasmodium
DAFTAR PUSTAKA falciparum infection causes proinflammatory priming
ARSIN, A.A. 2012. Malaria Di Indonesia : Tinjauan Aspek of human TLR responses.J. Immunol. 179, 162–171,
Epidemiolog,Masagena Press. Makassar. (2007).
BARATAWIDJAJA KG.2006.Imunologi vaskuler dalam MCCARTHY JS, GOOD MF, Whole parasite blood stage
imunologi dasar .Edisi 7. Jakarta:BP.FKUI.p.384-428 malaria vaccines: a convergence of evidence. Hum
BARBOSA, A., NANICHE, D., APONTE, J. J., Vaccin 6: 114–123, (2010).
MANACA, M. N., MANDOMANDO, I.,AIDE, P., ROLAND, J., SOULARD, V., SELLIER, C., DRAPIER,
SACARLAL, J., RENOM, M., LAFUENTE, S., A. M., DI SANTO, J. P., CAZENAVE, P. A., PIED,
BALLOU, W. R., ALONSO,P. L., Plasmodium S., NK cell responses to Plasmodium infection and
falciparum-specific cellular immune responses after

6 Buletin Alara, Volume 17 Nomor 1, Agustus 2015, 1 – 7


IPTEK ILMIAH POPULER

control of intrahepatic parasite development. J. immunized with malarial merozoite surface proteins.
Immunol. 177,1229–1239, (2006). Infect. Immun.73, 8119–8129. J. Immunol. 143, 2038–
SMITH, N.C., Concepts and strategies for anti-parasite 2044, (2005).
immunoprophylaxis and therapy, Int. J. For Parasite VIVIER, E., TOMASELLO, E., BARATIN, M.,
22 (1992)., 1047 WALZER, T., UGOLINI, S., Functions of natural
THOMAS C.LUKE, STEPHEN L.HOFFMAN., Rationale killer cells. Nat. Immunol. 9, 503–510, (2008).
and plans for developing non-replicating, YOUNG, B.A., Nuclear techniques in animal agruculture,
metabolically active, radiation attenuated Plasmodium IAEA Bul. 23 (1981), 47.
falciparum sporozoites vaccine, The Journal of
Experimental Biology, 206 (2003) 3803 – 3808.
TONGREN, J. E., CORRAN, P. H., JARRA, W.,
LANGHORNE, J., RILEY, E. M., Epitope-specific
regulation of immunoglobulin class switching inmice

Respon sitokin pada kultur sel limfosit sebagai uji penting dalam pengembangan vaksin malaria iradiasi (Darlina dkk) 7

Anda mungkin juga menyukai