Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada

suatu hal atau aktivitas tanpa menyuruh. Dapat disimpulkan bahwa

seseorang yang berminat akan memperhatikan aktivitas itu secara

konsisten dengan rasa senang dikarenakan hal tersebut datang dari

dalam diri seseorang yang didasarkan rasa suka dan tidak adanya

paksaan dari pihak luar ( devamelodica.com/teori-minat-pada-skripsi-

pendidikan-dan-daftar-pustaka-minat-lengkap/ diakses tanggal 08

Agustus 2016 jam 21.00 WITA ).

Atas dasar pemikiran dari minat di atas, dapat dianalogikan

sebagai minat akseptor dalam memutuskan pilihannya untuk

menggunakan alat kontrasepsi. Dengan demikian minat seseorang

dengan yang lainnya belum tentu sama.

Berkaitan dengan minat dalam memilih kontrasepsi, tidak lepas

dari keberadaan penduduk sebuah negara. Penduduk Indonesia

merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk

sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km 2

dan kepadatan penduduk sebesar 131,76 jiwa/km2 ( eprints.ums.ac.id

diakses tanggal 08 Agustus 2016 jam 21.10 WITA ).

1
Indonesia diperkirakan tahun 2025 berkisar memiliki jumlah

penduduk 273,7 juta jiwa atau mengalami kenaikan 67,9 juta jiwa dari

jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8. Pada tahun 2025

angka harapan hidup penduduk Indonesia juga mengalami

peningkatan menjadi 73,7 tahun dari 69 tahun, sedangkan pada

sensus tahun 1990 terdapat 180 juta jiwa. Luas daratan negara kita

sebesar 1.904.345 km2 dihuni dengan kepadatan yang berbeda-beda.

Maka dari itulah diusahakan juga penurunan angka kelahiran. Untuk

itu diperlukan usaha-usaha keluarga berencana, sebenarnya usaha

keluarga berencana bukanlah tujuan utama pembangunan negara

kita, melainkan suatu sarana yang dapat membawa bangsa Indonesia

ke arah tujuan akhir yaitu kesejahteraan sosial

( Irianto, Koes, 34: 2014 ).

Dari gambaran tersebut, pemerintah mengambil suatu langkah

antisipasi untuk menekan tingginya laju pertumbuhan penduduk

dengan membentuk sebuah badan yang secara spesifik dan khusus

bertanggung jawab terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk di

Indonesia, yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) yang resmi berdiri melalui Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 1970 ( Irianto, Koes, 4: 2014 ).

Mengacu dalam pengertian umum, dapat diuraikan bahwa

keluarga berencana ialah suatu usaha yang mengatur banyaknya

jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya

2
dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan

tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari

kelahiran tersebut. Sedangkan dalam pengertian sempitnya, keluarga

berencana yaitu pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya

pembuahan mencegah pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari

pria dan sel telur (ovum) dari wanita sekitar persetubuhan

( Irianto, Koes, 5: 2014 ).

Upaya untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk yaitu

pemerintah mewajibkan kepada akseptor keluarga berencana untuk

menggunakan alat kontrasepsi. Dalam hal ini, kontrasepsi adalah

upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, bersifat permanen

maupun sementara dan merupakan salah satu yang mempengaruhi

fertilitas. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat,

secara mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi

( Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I, Hal 350 ).

Ada beberapa jenis kontrasepsi, antara lain : kontrasepsi tanpa

menggunakan alat/obat (Senggama Terputus, Pembilasan

Pascasenggama, Metode Amenorea Laktasi, dan Metode Kalender),

kontrasepsi non-hormonal (Kondom, Diafragma, Spermisida, AKDR,

Tubektomi dan Vasektomi) dan kontrasepsi hormonal (Kontrasepsi Pil,

Implan, Kontrasepsi Suntik) ( Prawirohardjo, 437: 2011 ).

Disamping jenis kontrasepsi, kontrasepsi dikelompokkan

menjadi 2 kelompok, yaitu kontrasepsi jangka panjang dan

3
kontrasepsi jangka pendek. Kontrasepsi implan adalah kontrasepsi

jangka panjang yaitu metode kontrasepsi yang dipakai di lengan atas

bagian sebelah dalam. Berbentuk silastik (lentur). Berukuran hampir

sebesar korek api. Implan dipakaikan biasanya pada lengan kiri.

Ditanamkan diantara kulit dan daging. Tepatnya di bawah kulit namun

di atas lapisan daging (otot), sehingga jika dilihat dari luar akan terlihat

menonjol dan dapat diraba (Irianto, Koes, 190: 2014).

Berkaitan dengan informasi diatas, berikut ini beberapa

penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan sebagai berikut:

Tahun
No. Peneliti Judul Hasil Penelitian
Penelitian

1 Ayusari 2015 Pengaruh Sebanyak 25 responden

Hikmah Penggunaan yang menggunakan implan

Implan Satu 80% (20 orang) mengalami

Batang gangguan menstruasi dan

(Estonogestrel 68 20% (5 orang) tidak

mg) Terhadap mengalami gangguan

Gangguan menstruasi. Penggunaan

Menstruasi Pada implan mempunyai kekuatan

Kontrasepsi hubungan yang bermakna

Peserta Metode dengan terjadinya gangguan

Jangka Panjang menstruasi dengan derajat

di Semarang kebermaknaan p<0,001

4
2 Irwan 2011 - Perbandingan Peningkatan indeks massa
Daido,
Andi 2012 Indeks Massa tubuh akseptor implan
Mardiah
Tahir, St Tubuh Dan Profil levonorgestrel (1,25 kg/m2)
Maisuri T
Chalid Lipid Antara lebih besar dibanding

Akseptor KB akseptor DMPA (0,74 kg/m2).

Suntik Depot Kolesterol HDL dan

Medroksi trigliserida tidak mengalami

Progesteron perubahan yang bermakna

Asetat Dengan pada kedua kelompok

Akseptor Implan akseptor. Kolesterol LDL

Levonorgestrel mengalami peningkatan pada

akseptor DMPA (9,63 mg/dl)

dan penurunan pada

akseptor implan (1,62 mg/dl).

Kolesterol total meningkat

pada akseptor DMPA

sebesar 8,67 mg/dl sedang

pada akseptor implan

levonorgestrel mengalami

penurunan sebesar 5,37

mg/dl. Peningkatan berat

badan terjadi pada akseptor

DMPA dan implan, namun

5
peningkatan berat badan

lebih besar pada akseptor

implan.

3 Darmawati 2012 Hubungan Lebih dari 380 juta pasangan

dan Zahra Penggunaan saat ini menggunakan

Fitri Kontrasepsi kontrasepsi hormonal baik

Hormonal jenis suntikan, oral maupun

Dengan Kenaikan implan. Pencapaian peserta

Berat Badan KB baru di Provinsi Aceh

Pada Akseptor secara keseluruhan jika

Kontrasepsi dilihat per metode sebagai

Hormonal Di berikut, IUD 683 (4,17%),

Desa Batoh MOW 133 (0,81%), MOP 1

Tahun 2012 (0,01%), Kondom 1.510

(9,22%), implan 727 (4,44%),

suntikan 7.231 (44,16%), dan

pil 577.719 (37,16%).

Penggunaan kontrasepsi

hormonal dalam jangka

waktu tertentu dapat

menimbulkan berbagai efek

samping salah satunya

kenaikan berat badan.

6
Berdasarkan hasil analisa

data dengan menggunakan

uji Chi-Square didapatkan

bahwa ada hubungan antara

penggunaan kontrasepsi

suntikan dengan kenaikan

berat badan (p-value=0,000)

dan ada hubungan antara

penggunaan kontrasepsi

pil/implan dengan kenaikan

berat badan (p-value=0,006).

Akseptor kontrasepsi implan masih sedikit dibandingkan

kontrasepsi lainnya, terutama jika dibandingkan dengan akseptor

kontrasepsi suntik yang pada umumnya kontrasepsi suntik masih

mendominasi kontrasepsi lainnya. Fenomena tersebut ditunjang oleh

data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Baubau oleh peserta KB

aktif tahun 2015 sebagai berikut:

Tabel 1.1

Distribusi Akseptor Keluarga Berencana Aktif Kota Baubau

Tahun 2015

Metode Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)

Suntik 6.565 45,04%

7
Pil 5.747 39,43%

Implan 1.281 8,79%

AKDR 394 2,70%

Kondom 343 2,35%

MOW 228 1,56%

MOP 18 0,12%

Sumber: Data Keluarga Berencana Seluruh Kota Baubau

Selanjutnya, tentang hal yang sama yaitu data tentang

akseptor kontrasepsi implan yang diperoleh dari Kelurahan Lowu-

Lowu Wilayah Kerja Puskesmas Lowu-Lowu Semester Pertama

Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2

Metode Kontrasepsi Jumlah Akseptor

Suntik 100

Implan 36

Pil 34

MOW 4

Kondom 3

AKDR 1

MOP 0

Sumber: Data Keluarga Berencana Puskesmas Lowu-Lowu

8
Keadaan diatas ditunjang oleh pendapat yang menunjukkan

bahwa pengguna implan masih kurang diminati bila dibandingkan

dengan alat kontrasepsi suntik. Pada kenyataannya, pemasangan

norplant atau implan makin lama makin meningkat dengan alasan

pemasangan sederhana, pemakaian selama lima tahun dan

komplikasi tidak terlalu tinggi ( Manuaba, 446: 2013 ).

Sedangkan anjuran pemerintah pengguna kontrasepsi jangka

panjang diantaranya kontrasepsi implan diwajibkan, salah satu

fungsinya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan

pembahasan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti

tertarik untuk meneliti “Hubungan Minat Akseptor Kontrasepsi Implan

dan Efek Sampingnya di Kelurahan Lowu-Lowu Wilayah Kerja

Puskesmas Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau Semester

Pertama Tahun 2016”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Identifikasi

Minat akseptor KB dalam memilih kontrasepsi pada umumnya

sangat beragam, namun demikian minat kontrasepsi implan menjadi

salah satu pilihannya. Konsekuensi daripada penggunaan alat

kontrasepsi adalah menimbulkan berbagai efek samping, tidak

terkecuali kontrasepsi implan, yaitu gangguan siklus haid

(menstruasi), ekspulsi implan, perubahan berat badan, jerawat, rasa

9
nyeri (perih, pedih payudara), gangguan fungsi hati, perubahan libido

(dorongan seksual), pusing (sakit kepala/migrain), nyeri perut bagian

bawah, kloasma (bercak hitam pada wajah), tombo plebitis atau

tromboemboli, infeksi pada luka insisi, perubahan perasaan (depresi)

dan gangguan pertumbuhan rambut. Namun peneliti hanya akan

meneliti minat hubungannya dengan efek samping kontrasepsi implan

yaitu gangguan siklus haid (menstruasi) dan perubahan berat badan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka dirumuskan masalah

penelitian ini sebagai berikut:

1. Sejauh mana hubungan minat akseptor kontrasepsi implan dan

efek samping gangguan siklus haid (menstruasi) di Kelurahan

Lowu-Lowu Wilayah Kerja Puskesmas Lowu-Lowu Kecamatan

Lea-Lea Kota Baubau Semester Pertama Tahun 2016 ?

2. Sejauh mana hubungan minat akseptor kontrasepsi implan dan

efek samping perubahan berat badan di Kelurahan Lowu-Lowu

Wilayah Kerja Puskesmas Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota

Baubau Semester Pertama Tahun 2016 ?

10
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Minat Akseptor Kontrasepsi Implan

dan Efek Sampingnya di Kelurahan Lowu-Lowu Wilayah Kerja

Puskesmas Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau

Semester Pertama Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui hubungan minat akseptor kontrasepsi implan

dan efek samping gangguan siklus haid (menstruasi) di

Kelurahan Lowu-Lowu Wilayah Kerja Puskesmas Lowu-

Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau Semester Pertama

Tahun 2016.

b) Mengetahui hubungan minat akseptor kontrasepsi implan

dan efek samping perubahan berat badan di Kelurahan

Lowu-Lowu Wilayah Kerja Puskesmas Lowu-Lowu

Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau Semester Pertama Tahun

2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Praktis

a. Manfaat Bagi Praktisi

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam

memperluas pengetahuan dan wawasan khususnya riset

11
Kebidanan serta mampu mengaplikasikan teori khususnya

dalam metodologi penelitian.

b. Manfaat Bagi Institusi

1) Sebagai bahan untuk menambah wawasan bagi

Mahasiswi Kebidanan selanjutnya.

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan literatur

atau referensi dalam penelitian selanjutnya.

2. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam

mengembangkan dan menambah pengetahuan tentang Hubungan

Minat Akseptor Kontrasepsi Implan dan Efek Sampingnya sebagai

bahan informasi dan bahan kajian peneliti selanjutnya.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1) Tinjauan tentang Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan

pada suatu hal atau aktivitas tanpa menyuruh. Dapat disimpulkan

bahwa seseorang yang berminat akan memperhatikan aktivitas itu

secara konsisten dengan rasa senang dikarenakan hal tersebut

datang dari dalam diri seseorang yang didasarkan rasa suka dan

tidak adanya paksaan dari pihak luar ( devamelodica.com/teori-

minat-pada-skripsi-pendidikan-dan-daftar-pustaka-minat-lengkap/

diakses tanggal 08 Agustus 2016 jam 21.00 WITA ).

2) Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana (KB) merupakan suatu program

pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara

kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana

oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil

kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil

Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada

pertumbuhan yang seimbang. Gerakan Keluarga Berencana

Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun

70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan

13
angka kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga

dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-

alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom,

spiral, IUD dan sebagainya ( Irianto, Koes, 6: 2014 ).

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau

melawan, sedangkan “konsepsi” adalah pertemuan antara sel telur

(sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang

mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma

tersebut ( Irianto, Koes, 126: 2014 ).

Kontrasepsi memiliki beberapa jenis diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat (alami)

1) Senggama terputus (koitus interuptus)

Senggama terputus adalah penarikan penis dari

vagina sebelum ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan,

bahwa akan terjadi ejakulasi disadari oleh sebagian besar

laki-laki dan setelah itu masih ada waktu kira-kira “detik”

sebelum ejakulasi terjadi ( Prawirohardjo, 438: 2011 ).

2) Pembilasan pasca senggama (postcoital doucbe)

Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau

tanpa tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera

14
setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali

dilakukan untuk tujuan kontrasepsi, maksudnya ialah untuk

mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina

( Prawirohardjo, 439: 2011 ).

3) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah suatu metode

kontrasepsi dengan cara memberikan ASI kepada bayinya

secara penuh ( Erna Setiyaningrum, SST, MM, MA, Zulfa

Binti Aziz, SST, 208: 2014).

4) Metode Kalender

Metode kalender hanya dapat memprediksi kapan

masa subur seorang wanita dalam siklus menstruasinya

sehingga kemungkinan besar bisa hamil. Perkiraan ini

didasarkan pada waktu ovulasi seperti yang ditetapkan

berdasarkan perhitungan kalender, yang dibuat dari riwayat

menstruasi selama 8 sampai 12 siklus mentruasi, individu

wanita harus tetap mencatat siklus menstruasinya untuk

mengidentifikasi siklus terlama dan siklus terpendek

sehingga semua kemungkinan hari-hari subur dapat

ditentukan. Perhitungan yang digunakan saat ini memiliki

faktor variasi kira-kira 2 hari disekitar 14 hari sebelum masa

menstruasi berikutnya, dua sampai tiga hari bagi sperma

untuk dapat bertahan hidup sehingga jumlah keseluruhan

15
untuk bertahan hidup adalah 9 hari, sedangkan ovum hidup

selama 24 jam ( Irianto, Koes, 237: 2014 ).

b. Kontrasepsi Non Hormonal

1) Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang

terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet),

plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang

dipasang pada penis saat berhubungan. Menghalangi

masuknya sprematozoa ke dalam traktus genitalia interna

wanita ( Erna Setiyaningrum, SST, MM, MA, Zulfa Binti

Aziz, SST, 214: 2014 ).

2) Diafragma atau Cap

Kontrasepsi ini adalah kontrasepsi barier yang tidak

mengurangi kenikmatan berhubungan seksual karena

terjadi skin to skin kontak antara penis dengan vagina dan

dapat meningkatkan frekuensi sentuhan pada G Spot

dalam ( Irianto, Koes, 229: 2014 ).

3) Spermisida

Spermisida adalah zat kimia yang dapat

melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang

digunakan menjelang hubungan seks ( Manuaba, 440:

2013 ).

16
4) IUD (Intra Uterine Device atau alat kontrasepsi dalam

rahim)

Alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga

rahim, terbuat dari plastik fleksibel. Beberapa jenis IUD dililit

tembaga atau tembaga bercampur perak, bahkan ada yang

disisipi hormon progesteron ( Irianto, Koes, 163: 2014 ).

5) Tubektomi

Tubektomi (medik operasi wanita = MOW) adalah

pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur

tidak dapat dibuahi oleh sperma

( Irianto, Koes, 294: 2014 ).

6) Vasektomi

Vasektomi adalah bedah untuk sterilisasi pria-

pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma

tidak keluar dari buah zakar. Saluran benih tertutup,

sehingga tidak dapat menyalurkan spermatozoa. Cara ini

dipakai untuk kontrasepsi mantap pria ( Irianto, Koes, 296:

2014 ).

c. Hormonal

1) Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi ini terdiri dari dua jenis pil yang tersedia

dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama dengan

17
7 tablet tanpa hormon aktif, terdiri dari tiga variasi yaitu

monofasik, bifasik dan trifasik. Pil progesteron berisi

progesteron saja ( Saifuddin, 34: 2011 ).

2) Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntikan adalah alat kontrasepsi berupa

cairan yang berisi hormon progesteron yang disuntikkan ke

dalam tubuh wanita secara periodik (1 bulan sekali atau 3

bulan sekali) ( Irianto, Koes, 253: 2014 ).

3) Implan

Implan adalah metode kontrasepsi yang dipakai di

lengan atas bagian sebelah dalam. Berbentuk silastik

(lentur). Berukuran hampir sebesar korek api. Implan

dipakaikan biasanya pada lengan kiri. Ditanamkan diantara

kulit dan daging. Tepatnya di bawah kulit namun di atas

lapisan daging (otot), sehingga jika dilihat dari luar akan

terlihat menonjol dan dapat diraba. Implan ini lebih dikenal

dengan sebutan susuk keluarga berencana, karena

pemasangannya mirip pemasangan susuk. Waktu

pemakaian implan ini bervariasi tergantung dari jenisnya.

Ada yang efektif untuk jangka waktu lima tahun, tiga tahun,

bahkan ada yang hanya satu tahun ( Irianto, Koes, 190 -

191: 2014 ).

18
a) Jenis-jenis kontrasepsi implan

1. Norplant

Terdiri dari 6 kapsul silastik lembut berongga

dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm

yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama

kerjanya 5 tahun.

2. Implanon

Terdiri dari 1 kapsul lentur dengan panjang kira-kira

40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68

mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya selama 3

tahun.

3. Jadena dan Indoplant

Terdiri dari 2 kapsul yang diisi dengan 75 mg

levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun

( Mulyani S, 2013 ).

b) Cara kerja kontrasepsi implan

1. Lendir serviks menjadi kental.

2. Mengganggu proses pembentukan endometrium

sehingga sulit terjadi implantasi.

3. Mengurangi transportasi sperma.

4. Menekan ovulasi.

( Erna Setiyaningrum, SST, MM, MA, Zulfa Binti

Aziz, SST, 245: 2014 )

19
c) Efektivitas

Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100

perempuan).

d) Keuntungan

1. Daya guna tinggi.

2. Perlindungan jangka panjang (3 tahun untuk

Jadena).

3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat

setelah pencabutan.

4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

5. Bebas dari pengaruh estrogen.

6. Tidak mengganggu kegiatan senggama.

7. Tidak mengganggu ASI.

8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada

keluhan.

9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan

kebutuhan.

( Erna Setiyaningrum, SST, MM, MA, Zulfa Binti

Aziz, SST, 246: 2014 )

e) Kelemahan

Tidak dianjurkan untuk penderita penyakit hati,

kanker payudara, perdarahan tanpa sebab,

20
penggumpalan darah, penderita tekanan darah tinggi,

penyakit kandung empedu, kolesterol tinggi, siklus

menstruasi tidak teratur, sakit kepala, penyakit jantung.

Beberapa jenis susuk yang tampak dari luar atau terasa

bila diraba. Pada kebanyakan klien dapat

menyebabkan pola haid berupa perdarahan bercak

(spotting), hipermenore atau meningkatnya jumlah

darah haid ( Irianto, Koes, 2014 ).

f) Keterbatasan

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan pola haid

berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenore atau

meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.

g) Efek samping

1. Gangguan siklus haid (menstruasi).

2. Ekspulsi implan.

3. Perubahan berat badan.

4. Jerawat.

5. Rasa nyeri (perih, pedih pada payudara).

6. Gangguan fungsi hati.

7. Perubahan libido (dorongan seksual).

8. Pusing (sakit kepala, migrain).

21
9. Nyeri perut bagian bawah.

10. Kloasma (bercak hitam pada wajah).

11. Tombo plebitis atau tromboemboli.

12. Infeksi pada luka insisi.

13. Perubahan perasaan (depresi).

14. Gangguan pertumbuhan rambut.

h) Yang boleh menggunakan implan

1. Wanita dalam usia reproduksi.

2. Telah atau belum memiliki anak.

3. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun

untuk Jadena).

4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

5. Pascapersalinan dan tidak menyusui.

6. Pascakeguguran.

7. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak

kontrasepsi mantap.

8. Riwayat kehamilan ektopik.

9. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah

pembekuan darah atau amenia bulan sabit (sickle

cell).

10. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal

yang mengandung estrogen.

22
11. Sering lupa menggunakan pil.

( Erna Setiyaningrum, SST, MM, MA, Zulfa Binti

Aziz, SST, 247: 2014 )

i) Yang tidak boleh menggunakan implan

1. Hamil atau diduga hamil.

2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya.

3. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker

payudara.

4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang

terjadi.

5. Mioma uterus dan kanker payudara.

6. Gangguan toleransi glukosa.

( Erna Setiyaningrum, SST, MM, MA, Zulfa Binti

Aziz, SST, 247 - 248: 2014 )

j) Peringatan khusus bagi pengguna implan

1. Terjadinya keterlambatan haid yang sebelumnya

teratur, kemungkinan terjadi kehamilan.

2. Nyeri perut bagian bawah yang hebat,

kemungkinan terjadi kehamilan ektopik.

3. Terjadi perdarahan banyak dan lama.

23
4. Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi

(pemasangan).

5. Ekspulsi batang implan.

6. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang

bertahap atau penglihatan menjadi kabur.

7. Segera hubungi dokter atau klinik bila Anda

mendapatkan gejala-gejala diatas.

( Erna Setiyaningrum, SST, MM, MA, Zulfa Binti

Aziz, SST, 248: 2014 )

k) Teknik pemasangan susuk KB (implan)

Prinsip pemasangan susuk KB (implan) adalah

dipasang pada lengan kiri atas dan pemasangan

seperti kipas mekar dengan 6 kapsul.

1. Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat seperti

kipas terbuka.

2. Tempat pemasangan di lengan kiri atas, dengan

lidokain 2%.

3. Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk.

4. Trokar ditusukkan subkutan sampai batasnya.

5. Kapsul dimasukkan ke dalam trokar dan didorong

dengan alat pendorong sampai terasa tertahan.

6. Untuk menempatkan kapsul, trokar ditarik keluar.

24
7. Untuk meyakinkan bahwa kapsul telah

ditempatkannya, alat pendorong dimasukkan

sampai terasa tidak ada tahanan.

8. Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup

dengan plester.

(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB

Kedokteran Edisi 2, Hal 602).

3. Pengertian Menstruasi

Haid (menstruasi) adalah perubahan fisiologis dalam tubuh

wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon

reproduksi baik FSH-Estrogen atau LH-Progesteron.

( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Menstruasi diakses tanggal 09

Agustus 2016 jam 18.30 WITA ).

Perdarahan haid atau menstruasi merupakan hasil interaksi

kompleks yang melibatkan sistem hormon dengan organ tubuh

yaitu hipotalamus, hipofise, ovarium dan uterus, serta faktor lain

diluar organ reproduksi ( Prawirohardjo, 450: 2011 ).

a) Haid dan siklusnya

Pada pengertian klinik, haid dinilai berdasarkan 3 hal yaitu:

1. Siklus haid yaitu jarak antara hari pertama haid dengan hari

pertama haid berikutnya.

25
2. Lama haid yaitu jarak dari hari pertama haid sampai

perdarahan berhenti.

3. Jumlah darah yang keluar selama satu kali haid.

Haid dikatakan normal bila didapatkan siklus haid

tidak kurang dari 21 hari, tetapi tidak melebihi 35 hari, lama

haid 3-7 hari dengan jumlah darah selama haid berlangung

tidak melebihi 80 ml, ganti pembalut 2-6 kali perhari. Haid

pertama yang dialami perempuan disebut menarche, yang

umumnya terjadi pada usia 14 tahun. Menarche merupakan

pertanda berakhirnya masa pubertas, masa peralihan dari

masa anak-anak menuju dewasa. Selama kehidupan

seorang perempuan, haid dialaminya mulai dari menarche

sampai menopause. Menopause adalah haid terakhir yang

dikenali bila setelah haid terakhir tersebut minimal satu tahun

tidak mengalami haid lagi ( Prawirohardjo, 2011 ).

Masa sesudah satu tahun dari menopause. Dikenal

sebagai masa pascamenopause. Haid normal merupakan

hasil akhir suatu siklus ovulasi. Siklus ovulasi diawali dari

pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal siklus, lebih

14 hari pasca ovulasi, bila tidak terjadi pembuahan akan

diikuti dengan haid. Ovulasi yang terjadi teratur setiap bulan

akan menghasilkan siklus haid yang teratur pula, siklus

ovulasi (ovulatory cycle), sedangkan siklus anovulasi adalah

26
siklus haid tanpa ovulasi sebelumnya. Pravalensi siklus

anovulasi paling sering didapatkan pada perempuan usia

dibawah 20 tahun dan diatas 40 tahun, sekitar 5-7 tahun

pascamenarche, siklus haid relatif memanjang kemudian

perlahan panjang siklus berkurang, menuju siklus yang

teratur normal, memasuki masa reproduksi, masa sekitar 20-

40 tahun ( Prawirohardjo, 2011 ).

b) Gangguan haid

Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus

abnormal merupakan keluhan yang sering menyebabkan

seorang perempuan datang berobat ke dokter atau tempat

pertolongan pertama. Keluhan gangguan haid bervariasi dari

ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi

bagi penderita dan dokter yang merawatnya. Data di beberapa

negara industri menyebutkan bahwa seperempat penduduk

perempuan dilaporkan pernah mengalami menorargia, 21%

mengeluh siklus haid memendek, 17% mengalami perdarahan

antar haid dan 6% mengeluh perdarahan pascasenggama.

Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan haid

ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari yaitu 28%

dilaporkan merasa terganggu saat bekerja sehingga berdampak

pada bidang ekonomi ( Prawirohardjo, 2011 ).

27
1. Kelainan siklus

a) Amenorhea

Amenorhea bukan suatu penyakit tetapi

merupakan gejala, amenorhea adalah tidak adanya haid

berturut-turut 3 bulan atau lebih. Amenorhea primer kita

pergunakan bila seorang wanita belum pernah mendapat

menstruasi dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien

mencapai umur 18 tahun. Amenorhea sekunder ialah

hilangnya haid setelah menarche ( Sastrawinata, 2011 ).

Amenorhea adalah tidak terjadi haid pada

seorang perempuan dengan mencakup salah satu tiga

tanda sebagai berikut:

1) Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak

adanya pertumbuhan atau perkembangan kelamin

sekunder.

2) Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai

adanya pertumbuhan normal dan perkembangan

kelamin sekunder.

3) Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan

berturut-turut padahal sebelumnya pernah haid

( Prawirohardjo, 2011 ).

Penyebab terjadinya amenorhea karena

adanya ketidakseimbangan hormon sehingga

28
endometrium mengalami perubahan histologi berupa

degenerasi atau atropi. Keadaan amenorhea merupakan

manifestasi atropi endometrium ( Irianto, Koes, 2014 ).

Penanggulangan bagi ibu yang mengalami

amenorhea yaitu:

a. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

1. Jelaskan sebab terjadinya.

2. Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut

dalam rangka penyesuaian diri, bersifat

sementara dan individu.

3. Memotivasi agar tetap memakai susuk KB implan

( Irianto, Koes, 2014 ).

Tindakan medis bagi ibu yang mengalami

amenorhea adalah sebagai berikut:

a. Lakukan pemeriksaan kehamilan (bila memungkinkan

lakukan tes kehamilan). Beberapa wanita melihat ini

sebagai suatu keuntungan dan tidak berbahaya. Beri

motivasi bahwa hal ini bukan suatu yang abnormal

dan dalam 2-3 bulan pasti akan haid.

b. Jika klien memaksa ingin haid, dapat diberikan: Pil KB

x 1 tablet selama 3 hari, selanjutnya 1 x 1 tablet

selama 4-5 hari. Biasanya setelah itu akan terjadi

haid.

29
c. Jika terbukti hamil (melalui pemeriksaan fisik dan

laboratorium), segera cabut semua kapsul implan

( Irianto, Koes, 2014 ).

b) Polimenorea

Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari

biasa (kurang dari 21 hari). Perdarahan kurang lebih

sama atau lebih banyak dari haid biasa. Hal yang

terakhir ini diberi dari nama polimenoragia atau

epimenoragia ( Prawirohardjo, 2011 ).

Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan

hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi atau

menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah

kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis dan

sebagainya ( Prawirohardjo, 2011 ).

c) Oligomenorea

Oligomenorea yaitu siklus haid lebih panjang,

lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih dari 3

bulan, hal itu disebut amenorhea. Perdarahan pada

oligomenorea biasanya berkurang (Prawirohardjo, 2011).

Kebanyakan kasus oligomenorea, kesehatan

wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik. Siklus

30
haid biasanya juga ovulatoar dengan masa poliferasi

lebih panjang dari biasanya (Prawirohardjo, 2011 ).

2. Gangguan lama dan jumlah darah haid

a) Hipermenorea (menoragia)

Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah

darah lebih banyak dan durasi lebih lama dari normal

dengan siklus yang normal teratur. Secara klinik

menoragia didefinisikan dengan total jumlah darah haid

lebih dari 80 ml persiklus dan durasi lebih lama dari 7

hari ( Prawirohardjo, 2011 ).

b) Hipomenorea

Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah

darah lebih sedikit dan durasi lebih pendek dari normal.

Terdapat beberapa penyebab hipomenorea yaitu

gangguan organik, misalnya pada uterus pascaoperasi

miomektomi dan gangguan endokrin. Hipomenorea

menunjukkan bahwa tebal endometrium tipis dan perlu

evaluasi lebih lanjut ( Prawirohardjo, 84: 2011 ).

3. Perdarahan diluar haid

Spotting adalah perdarahan tidak teratur atau

perdarahan bercak tetapi tidak berbahaya ( Andy, 2012 ).

31
Bila perdarahan atau spotting terus berlanjut atau

setelah tidak haid namun kemudian terjadi perdarahan, maka

perlu dicari penyebab perdarahan tersebut ( Andy, 2012 ).

4. Perubahan Berat Badan

a) Bentuk gejala (keluhan)

Berat badan bertambah atau menurun secara cepat

dalam beberapa bulan pertama pemasangan implan. Menurut

penelitian Depo-Provera kenaikan per tahun antara 2,3 - 2,9 kg,

sedang untuk penurunan rata-rata per tahun 1,6 - 1,9 kg

( Irianto, Koes, 2014 ).

b) Penyebab gejala

Hormon progesteron mempermudah perubahan

karbohidrat dan gula menjadi lemak dan merangsang nafsu

makan serta menurunkan aktifitas fisik, sehingga adanya

implan dapat menyebabkan berat badan bertambah

( Irianto, Koes, 2014 ).

c) Penanggulangan dan pengobatannya

1. KIE

a. Jelaskan sebab terjadinya.

b. Jelaskan bahwa penambahan berat badan ini bersifat

sementara dan individu (tidak terjadi pada semua pemakai

32
implan), sebagian klien justru menganggap hal ini sebagai

keuntungan ( Irianto, Koes, 2014 ).

2. Tindakan Medis

a. Jika kenaikan berat badan ini tidak mengganggu tidak

perlu diberi obat apapun.

b. Pastikan bahwa penambahan berat badan bukan karena

kehamilan.

c. Anjurkan klien untuk melakukan diet rendah kalori dan

olahraga yang proporsional.

d. Jika cara tersebut di atas tidak menolong dan berat

badan bertambah terus, implan dicabut dan diganti cara-

cara kontrasepsi lain yang non hormonal (AKDR)

( Irianto, Koes, 2014 ).

B. Kerangka Konsep

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau

melawan, sedangkan “konsepsi” adalah pertemuan antara sel telur

(sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang

mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

33
Setiap kontrasepsi menimbulkan berbagai efek samping, tidak

terkecuali kontrasepsi implan. Namun, walaupun kontrasepsi

menimbulkan berbagai efek samping masih tetap diminati oleh

penggunanya termasuk peminat kontrasepsi implan. Sebab

penggunaan alat kontrasepsi dianjurkan oleh pemerintah untuk

menekan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan kerangka konsep

diatas, digambarkan gambar kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka konsep

Gangguan Siklus Haid


(Menstruasi) (Y1)
Minat Akseptor
Kontrasepsi Implan

(X) Perubahan Berat Badan

(Y2)

Variabel Independen Variabel Dependen

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah

penelitian yang diidentifikasi dan harus diuji kebenarannya. Hipotesis

penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan minat akseptor KB memilih kontrasepsi implan dan

efek samping gangguan siklus haid (menstruasi) di Kelurahan

34
Lowu-Lowu Wilayah Kerja Puskesmas Lowu-Lowu Kecamatan

Lea-Lea Kota Baubau Semester Pertama Tahun 2016.

2. Ada hubungan minat akseptor KB memilih kontrasepsi implan dan

efek samping perubahan berat badan di Kelurahan Lowu-Lowu

Wilayah Kerja Puskesmas Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota

Baubau Semester Pertama Tahun 2016.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Dan Metode Yang Digunakan

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

deskriptif, yakni penelitian yang mendeskripsikan suatu keadaan atau

objek yang akan diteliti di dalam suatu komunitas atau masyarakat.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif survey analitik, artinya cara meneliti yang bertujuan

untuk menggambarkan objek yang diteliti menggunakan sampel

dengan pendekatan cross sectional dalam kurun waktu satu semester

untuk mengetahui Hubungan Minat Akseptor Kontrasepsi Implan dan

Efek Sampingnya di Kelurahan Lowu-Lowu Wilayah Kerja Puskesmas

Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau Semester Pertama

Tahun 2016.

B. Jenis Data, Sumber Data Dan Metode Pengumpulan Data

Jenis Data

Jenis data, yaitu jenis atau macam-macam data yang sesuai

dan diperlukan dalam penelitian, meliputi:

36
a. Data Primer, adalah data yang didapat langsung dari responden

sebagai sumber data.

b. Data Sekunder, adalah data yang didapat dari dokumen, laporan,

rekam medik dan intenet.

Sumber Data

Data dalam penelitian ini bersumber dari laporan bulanan KIA

di Kelurahan Lowu-Lowu Wilayah Kerja Puskesmas Lowu-Lowu

Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau Semester Pertama Tahun 2016.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Observasi (pengamatan), merupakan suatu prosedur yang

terencana meliputi melihat dan mencatat jumlah dan aktivitas

tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

b. Kuesioner, merupakan metode pengumpulan data dengan

memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden untuk

dijawab. Adapun penyusunan kuesioner pada penelitian ini

menggunakan tipe pengukuran skala Likert dan item kuesioner

disusun secara positif dan negatif, artinya penelitian bertujuan

mengukur persepsi atau pendapat dari responden tentang

masalah yang akan diteliti, yaitu Hubungan Minat Kontrasepsi

Implan dan Efek Sampingya di Kelurahan Lowu-Lowu Wilayah

37
Kerja Puskesmas Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau

Semester Pertama Tahun 2016.

c. Wawancara, yaitu peneliti melakukan metode ini untuk

memperoleh keterangan dalam tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab dengan pengguna keluarga berencana (KB) aktif dan

pegawai Puskesmas.

C. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh peserta keluarga berencana (KB) aktif implan di

Kelurahan Lowu-Lowu Wilayah Kerja Puskesmas Lowu-Lowu

Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau Semester Pertama Tahun 2016

dengan jumlah populasi 36 orang.

2) Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek yang diteliti atau yang

dianggap dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah total sampling yaitu seluruh populasi

dijadikan sampel berjumlah 36 orang peserta KB aktif implan.

38
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yang

berbeda yaitu variabel independen dan variabel dependen. Adapun

yang dimaksud dengan variabel indepen adalah variabel bebas atau

variabel yang mengikat yaitu minat akseptor kontrasepsi implan (X),

sedangkan variabel dependen adalah variabel tidak bebas atau

variabel terikat yaitu efek sampingnya (Y), yang meliputi dua sub

variabel yaitu gangguan siklus haid (menstruasi) (Y1) dan perubahan

berat badan (Y2).

Untuk lebih jelasnya definisi operasional variabel penelitian

ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

39
E. Metode Analisis Dan Pengolahan Data

1) Metode Analisis

a. Analisis univariat

Merupakan proses menganalisis tiap-tiap variabel

yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi

frekuensi dan persentase dari setiap variabel.

f
𝑃= x 100%
N

Ket:

P = Persentase jawaban responden

f = Frekuensi faktor variabel jawaban

N = Jumlah sampel

Setelah semua data yang dikumpulkan diolah dan

disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan

analisis secara deskriptif.

b. Analisa Bivariat

Merupakan analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel dan bertujuan untuk

mendeskripsikan distribusi data, menguji perbedaan dan

mengukur pengaruh antara dua variabel yaitu variabel

independen (minat akseptor kontrasepsi implan) dan variabel

dependen (efek sampingnya), melalui uji Chi-Square (X2)

dengan rumus :

40
𝑘

2
( f0 − fh ) 2
x =∑
fh
𝑖=1

Keterangan :

X2 : Chi square

f0 : Frekuensi yang diamati

fh : Frekuensi yang diharapkan

∑ : Sigma

Selanjutnya menentukan derajat kemaknaan dengan

digunakan tingkat kemaknaan (α) = 5%. Berdasarkan rumusan di

atas dan pengolahan data dilakuakn dengan menggunakan

program Statistical Package for the Social Scinces (SPSS), maka

jika didapatkan hasil :

1) Jika p value ≤ nilai α (0,05), maka Ho ditolak (ada hubungan).

2) Jiak p value > nilai α (0,05), maka Ho diterima (tidak ada

hubungan).

Adapun kriteria untuk mendapatkan besarnya atau kekuatan

hubungan X dan Y sebagai berikut :

Tabel 3.1
Interpensi Koefesien Kolerasi Nilai r

Interval Koefesien Tingkat Hubungan


0,00 ─ 0,199 Sangat Rendah
0,20 ─ 0,399 Rendah
0,40 ─ 0,599 Sedang
0,60 ─ 0,799 Kuat
0,80 ─ 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2014

41
2) Pengolahan Data

Rancangan analisis data hasil penelitian dirumuskan dengan

menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing atau mengedit data, bertujuan mengevaluasi

kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara kriteria data

yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau “menjawab”

tujuan penelitian.

b. Coding atau kegiatan kode numerik pada data terdiri atas

beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat diperlukan

terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual,

menggunakan kalkulator, maupun dengan menggunakan

komputer.

c. Skoring, tahapan ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban

atau hasil observasi sehingga setiap jawaban responden atau

hasil observasi dapat diberikan skor.

d. Processing, setelah semua isian terisi dan benar, langkah

selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisa.

Proses data dilakukan dengan cara mengentry data hasil

kuesioner ke dalam komputer.

e. Entry, memasukkan data yang telah diberi skor ke dalam

komputer seperti ke dalam program excel dan program SPSS.

42
f. Cleaning, yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang

sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak ( Riyanto, A,

189: 2011 ).

F. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kelurahan Lowu-Lowu Wilayah

Kera Puskesmas Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea Kota Baubau.

Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena peneliti menemukan

jumlah akseptor implan tidak setinggi pengguna alat kontrasepsi

lain khususnya kontrasepsi suntik. Hal ini menunjukkan adanya

masalah tentang kontrasepsi implan kurang peminatnya. Hasil

pengamatan peneliti sesuai data yang ada untuk keseluruhan

pengguna keluarga berencana (KB) aktif yang menggunakan

implan hanya 36 orang dari 178 peserta KB aktif semester pertama

tahun 2016.

2) Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus sampai September

2016.

43

Anda mungkin juga menyukai