Gimana Sih Cara Kerja Quick Count Itu - Zenius Blog PDF
Gimana Sih Cara Kerja Quick Count Itu - Zenius Blog PDF
Suka 311
Apakah quick count bisa dipercaya? Cara kerja Quick Count dibahas beserta penjelasan
bagaimana Quick Count bisa mendapatkan hasil dengan cepat dan akurat.
Buat yang ngikutin berita-berita seputar pemilu presiden 9 Juli kemarin, pasti pernah denger dong
yah apa itu Quick Count? Ketika semua TPS ditutup, ramai-ramai lah stasiun televisi dan media
lainnya mengumumkan hasil Quick Count masing-masing lembaga survei. Biasanya sih, hasil Quick
Count itu sudah bisa memprediksi Real Count dengan sangat akurat. Cuma di pemilu kita kali ini
emang agak unik, dari 12 lembaga survei yang melakukan Quick Count, 8 bilang Jokowi-JK yang
menang, sementara 4 bilang Prabowo-Hatta yang menang. Jadi, ujung-ujungnya kita emang masih
harus menunggu hasil Real Count resmi dari KPU nanti tanggal 22 Juli untuk memastikan siapa
pemenangnya.
Tapi lo penasaran nggak sih Quick Count itu sebenernya cara menghitungnya gimana? Kok bisa
mereka dengan sangat cepat menghitung hasil pemilu? Padahal kan ada total ada 478.685 TPS di
seluruh Indonesia. Terus, sampai sejauh mana sih Quick Count ini bisa mewakili perhitungan dari
Real Count? Sebenarnya Quick Count ini cara kerjanya gimana sih?
Jadi ketika lembaga survei menghitung Quick Count, tentunya dia nggak perlu mengambil data dari
seluruh TPS, tapi dia cuma ambil sampel, misalnya 3.000-5.000 TPS aja.
bener-bener mewakili populasi, harusnya sih data perhitungannya akurat. Artinya, cukup mewakili
data populasi yang sebenarnya, dengan margin error yang sangat kecil. Contoh sampling yang nggak
bener nih, misalnya lo mau survei berat badan seluruh temen-temen lo di satu sekolah, tapi sampel
yang lo ambil semuanya cowok. Udah bisa dipastiin hasil surveinya ngaco karena rata-rata cowok itu
lebih berat dibandingkan cewek. Biar nggak bingung, lihat Meme Cak Lontong ini aja deh:
(https://www.zenius.net/blog/wp-content/uploads/2014/07/CAK-
LONTONG.png)
Okay, jumlah sampel itu penting. Tapi, apakah cuma itu aja? Ya enggak juga. Selain jumlah sampel,
cara mengambil sampel juga penting. Seperti contoh sampel berat badan di sekolah tadi. Meskipun
sampelnya banyak, tapi kalau semua sampelnya itu adalah cowok semua, ya pasti nggak valid. Kalau
gitu harus gimana dong? Nah, ada beberapa metode nih. Nggak semua metode gue tulis di sini. Tapi,
kira-kira beberapa metode di sini bisa bikin lo ngebayangin lah konsep sampling yang bagus itu
gimana.
“=RAND()”
Perintah itu akan menghasilkan random numbers dari nol sampai satu. Kalau lo mau bikin random
numbers dari 1-40, tinggal kaliin aja hasil random itu dengan 40, terus bulatkan ke atas pakai fungsi
“=roundup()“. Jadi kalau digabung, bikin aja gini:
“=ROUNDUP(40*RAND())”
Itu akan bangkitin random numbers dari 1-40. Kalau hasil perhitungan lo itu mengeluarkan angka
37, berarti siswa nomor 37 di daftar absen jadi sampel lo. Terus hitung lagi. Misal, keluar angka 24,
berarti siswa nomor 24 jadi sampel lo lagi. Dan seterusnya.
Pakai microsoft excel ini cuma buat contoh aja ya. Kalau lo mau pakai yang lain juga boleh. Misal,
pakai kartu dan kartunya itu lo nomorin dulu dari 1 sampai 40. Bisa macem-macem caranya. Yang
pasti, konsepnya harus sama, yaitu setiap anggota populasi punya probabilitas yang sama
untuk menjadi sampel. Nggak boleh ada satu anggota pun yang punya probabilitas terpilih lebih
besar dibanding yang lainnya.
(https://www.zenius.net/blog/wp-content/uploads/2014/07/cluster-sampling2.png)
Katanya sih, systematic sampling ini lebih sering digunakan dibanding random sampling. Hasilnya
seakurat random sampling, tapi ngerjainnya lebih sederhana karena nggak perlu ngebangkitin
random numbers segala. Tapi kalau untuk Quick Count, biasanya lembaga survei lebih memilih
random sampling dibanding systematic sampling.
(https://www.zenius.net/blog/wp-
content/uploads/2014/07/cluster-sampling.png)
(1) Cewek
(2) Cowok
Misalkan jumlah populasi cewek sama dengan jumlah populasi cowok. Berarti jumlah sampel yang lo
ambil untuk yang cewek dan jumlah sampel yang lo ambil untuk yang cowok, harus sama. Jadi dari
strati ed sampling ini, lo akan mendapatkan dulu berapa rata-rata berat badan setiap strata dulu,
baru abis itu digabungin.
Strati ed sampling ini akan lebih berasa gunanya kalau setiap strata yang lo ambil punya jumlah
anggota yang beda-beda. Misal, lo lagi pengen neliti sesuatu di kelas, terus lo ambil data gini:
***
Nah, sekarang balik lagi ke Quick Count. Emang gimana sih cara mereka mengambil sampelnya? Dari
yang gue baca-baca di berita sih, mereka paling sering menggunakan Strati ed Random Sampling
atau Multistage Random Sampling. Multistage itu sebenernya mirip kayak cluster sampling, cuma
lebih kompleks aja. Kalau di cluster sampling di contoh di atas, kan cuma satu cluster yang diambil,
terus selesai. Nah, di multistage ini, si peneliti memilih secara acak masing-masing elemen dari
setiap cluster.
Jadi stage pertama, bikin clusternya. Abis itu, baru tentuin elemen apa yang harus diambil dari
cluster tersebut itu. Kadang-kadang, cluster ini dibagi-bagi lagi menjadi beberapa level. Pada Quick
Count nih misalnya, level satu itu cluster per provinsi. Level berikutnya cluster per kabupaten. Level
berikutnya lagi tingkat RW.
Btw, orang-orang kadang suka bingung bedanya strati ed sama cluster karena kalau kita ambil
strata berdasarkan provinsi, itu juga bisa. Yang penting, nanti sampel yang lo ambil harus
disesuaikan dengan populasi masing-masing provinsi. Cuma pada strati ed sampling, sampel yang
random itu diambil dari seluruh strata. Sementara pada cluster sampling, cuma beberapa cluster
aja yang dijadiin sampel.
So… kira-kira gitu lah cara kerja para lembaga survei. Dengan konsep ini, mereka bisa ngambil 3000
TPS aja dari 478.685 TPS yang ada. Karena 3000 TPS itu sudah lumayan mewakili seluruh populasi
yang ada, dengan margin of error yang relatif kecil (sekitar 1%). Jadi, secara matematis sebenernya
nggak terlalu susah. Cuma memang biayanya besar. Bayangin aja, kalau setiap satu TPS butuh biaya
Rp400.000,- aja untuk pencatatan dan lain-lainnya, berarti 3000 x Rp400.000,- = Rp1.200.000.000,-.
Butuh uang 1,2M sekali Quick Count! Jadi modalnya emang harus gede 🙂
Oke, jadi sejauh mana kita bisa percaya metode Quick Count ini?
Metode Quick Count adalah metode yang terukur dan juga teruji secara ilmiah. Dengan asumsi
pengambilan sample yang tepat, metode quick count bisa dipertanggung-jawabkan akurasinya
dengan margin error yang kecil. Kalo kita mau lihat sejarah perhitungan quick count dari pemilu-
pemilu yang udah pernah kita jalani sebelumnya, kita bisa melihat bahwa lembaga-lembaga survey
yang sudah berpengalaman telah merepresentasikan perbandingan data yang sangat konsisten dan
juga cukup akurat dari waktu ke waktu.
(https://www.zenius.net/blog/wp-content/uploads/2014/07/BsS7E2TCYAAXCI6.png)
So, di sini gua cuma mau bilang gimana sih cara kerja metode quick count itu? Apakah secara garis
besar kita layak untuk mempercayai sistem seperti ini? Kalau ditinjau dari sudut pandang ilmiah,
jawabannya: IYA kita bisa cukup mempercayai metode ini. Terlepas dari itu, jika ditinjau dari sudut
pandang kepentingan politis memang ada kecenderungan metode ini tidak miliki tingkat reliability
dan validity (https://www.uni.edu/chfasoa/reliabilityandvalidity.htm) yang bisa kita percaya 100%. So, kita
tunggu saja hasil perhitungan pemilu tanggal 22 Juli nanti, moga-moga tidak terjadi kecurangan
sehingga bisa betul-betul merepresentasikan keinginan rakyat Indonesia. 🙂
=========CATATAN EDITOR=========
Buat yang mau ngobrol sama Wisnu tentang metode quick count, bisa langsung tinggalin comment
di bawah artikel ini. Gua harap dalam berdiskusi di artikel ini, kita melakukan diskusi dari sudut
pandang ilmiah aja dan gak sampai debat kusir terkait aspirasi politik lo dalam pesta demokrasi ini.
Apa itu zenius.net?
Tertarik belajar dengan zenius.net? Kamu bisa pesan membership zenius.net di sini
(https://www.zenius.net/voucher-purchase-online).
Andre
− ⚑
5 years ago
Wah, siip dah. Baru tau saya kalau cara hitung quick count tu ternyata pake sampling. Saya pikir semua
TPS didata gitu. Tapi kak, kalau dipikir2 lagi gak heran kalau hasil quick count itu beda karena pake
metode sampling. Sampel yang diambil kan belum tentu sama dan juga mewakili populasinya. Masih
ada yang nge-ganjel di hati saya kak. Kira2 kalau metodenya samlping gitu bisa dipercaya gak sih? Kan
bisa aja mereka gak sengaja salah dalam metode pengambilan sampel? Indikator apa sih yang
lembaga survey gunakan untuk menyatakan bahwa sampel yang mereka ambil itu benar2 mewakili?
△ ▽ Reply
Kan udah ada evidence-nya kalau Quick Count itu sama dengan hasil perhitungan KPU. Baik pemilu
presiden, pemilu legislatif, ataupun pilkada bertahun-tahun kan hasilnya ga jauh. Itu aja udah cukup
sih.
Jadi asalkan prinsip2 di atas diikutin, kegasengajaan yang lo khawatirin itu kecil kemungkinan
terjadi. Makanya ketika lembaga survei itu diaudit, bisa kelihatan kalau prinsip2nya ga diikutin.
Contoh, bener ga sampelnya random? Bener ga sampel stratanya sesuai ukuran populasi? Dsb.
△ ▽ Reply
Meru
− ⚑
5 years ago
bang sorry nih agak OOT :D baru baca blognya zenius lagi
kira2 kaosnya masih available gak abis lebaran? :o ngebet banget soalnya
△ ▽ Reply
bisa iya, bisa nggak. tergantung masih ada sisa stock atau nggak. lagian lo kalo emg ngebet knp
harus ditunda abis lebaran? :D
△ ▽ Reply
Fardhan Zaka
5 years ago
− ⚑
Hehe... buat peneliti, mau itu ilmu sosial atau ilmu alam, ya memang harus nguasain konsep
sampling sih. Gunanya ya buanyak banget.
△ ▽ Reply
Raihan Alghifari
5 years ago
− ⚑
Gan numpang tanya , paket interaktif/CD brapa untuk SD, SMP, dan SMA ..
△ ▽ Reply
abudabid
5 years ago
− ⚑
ehehe.. jadi tipi ***(tvone) itu ngambil sample nya kira-kira kayak gimana bang ?
kok bisa error nya banyak bener gitu
△ ▽ Reply
Hehe... lembaga-lembaga survei yang dia pakai kan pada nggak mau diaudit waktu itu. Jadi pada
nggak transparan sama metodenya; nggak jelas sampelnya berapa, nggak jelas pakai metode apa,
dll. Kalau bahas itu mah lebih banyak politiknya dibanding ilmiahnya :)
△ ▽ Reply
Yusuf
− ⚑
3 years ago
wah bermanfaat banget ini, mau tanya soal benuk sampling sama itensitas samplingnya Quick Count
ini gimana ya min??
△ ▽ Reply
Elan Jaelani
− ⚑
2 years ago
bang masih ga mudeng nih, langsung aja misal jumlah sluruhTPS di indonesia ada 478.685 dan yang di
ambil sampel hanya 3000an, nah itu menentukan angkat 3000 nya itu ada ukuran nya ga bang? trs klo
misal sudah dapat 3000an TPS yang mau di amil sampel nya nentuin TPS mana mana nya itu
berdasarkan apa bang?
△ ▽ Reply
Armando Aloanis
10 months ago
− ⚑
Wah keren kak artikrlnya. Btw, kalo buat survey elektabilitas paslon, emang lembaga survey, caranya
kayak gimana yah?
△ ▽ Reply
Daniel Wijaya
− ⚑
13 days ago
top
△ ▽ Reply
Ghost
− ⚑
11 days ago
Mantapp penjelasannya lengkap bener ini mah.. thanks gan!
△ ▽ Reply
✉ Subscribe d Add Disqus to your siteAdd DisqusAdd 🔒 Disqus' Privacy PolicyPrivacy PolicyPrivacy