Disusun oleh
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada makalah-makalah terdahulu telah kita pelajari rukun-rukun Islam, di antaranya
Sahadat, Salat, Zakat dan Puasa. Dalam makalah ini akan dibahas rukun Islam yang
terakhir, yaitu Haji. Haji erat kaitannya dengan ibadah Umrah. Maka dari itu, di dalam
makalah ini akan di bahas masalah Haji dan Umrah.
Ibadah Haji merupakan kewajiban bagi setiap kaum muslim yang mampu. Ibadah
Haji telah dikenal dalam agama-agama sebelum Islam. Tetapi terdapat perbedaan
mendasar. Perbedaan itu tampak dalam menentukan tempat-tempat untuk dikunjungi,
keterlibatan pemuka-pemuka agama dalam upacara spiritual, dan binatang-binatang
kurban yang disembelih.1
Ibadah haji erat kaitannya dengan Ka’bah. Menurut Ibn Katsir dalam tafsirnya surah
Ali Imran 3:96, bahwa yang pertama kali membangun Ka’bah ialah Nabi Adam As.
Ketika di turunkan ke bumi, Nabi Adam yang terbiasa beribadah bersama para malaikat
dengan mengelilingi Arsy’ Allah Swt. Sehingga ia merasa sangat sedih. Karena itu Allah
menghiburnya dengan dibolehkan membangun Ka’bah (bangunan segi empat). Kemudian
Nabi Adam diperintah untuk thawaf atau mengelilingi bangunan tersebut. Setelah sekian
lama kemudian hancur. Akhirnya bangunan Ka’bah ini dibangun kembali oleh Nabi
Ibrahim dan putranya Nabi Isma’il. Setelah itu Nabi Ibrahim diperintahkan untuk
menyeru manusia melaksanakan haji. Inilah awal mula diperintahkannya ibadah haji. Dan
selanjutnya ibadah ini disempurnakan Allah melalui Nabi Muhammad Saw. Perintah
disyari’atkannya haji ialah pada tahun 6 hijriyah.2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yakni:
1. Apa pengertian Haji?
2. Apa hukum dan dasar haji?
3. Apa tujuan diwajibkannya haji?
4. Apa saja syarat wajib haji?
1
H. Said Agil Husain Al Munawar, H. Abdul Halim, Fikih Haji, Penuntunan Jama’ah Haji Mencapai
Haji Mabrur, Jakarta Selatan: Ciputau Press, 2003, h.2.
2
Ibid., h. 2-6.
2
5. Apa saja rukun haji?
6. Apa saja wajib haji?
7. Apa perbedaan rukun haji dan wajib haji?
8. Apa saja macam-macam haji?
9. Apa saja hal-hal yang terlarang dalam ihram?
10. Apa perbedaan umrah dengan haji?
11. Bagaimana hukum dan dasar hukum umrah?
12. Apa saja rukun umrah?
13. Apa saja wajib umrah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, yakni:
1. Mengetahui pengertian haji.
2. Mengetahui hukum dan dasar hukum haji.
3. Mengetahui tujuan diwajibkannya haji.
4. Mengetahui syarat wajib haji.
5. Mengetahui rukun haji.
6. Mengetahui wajib haji.
7. Mengetahui perbedaan rukun haji dengan wajib haji.
8. Mengetahui macam-macam haji.
9. Mengetahui hal-hal yang terlarang dalam ihram.
10. Mengetahui perbedaan umrah dengan haji.
11. Mengetahui hukum dan dasar hukum umrah.
12. Mengetahui rukun umrah.
13. Mengetahui wajib umrah.
D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan makalah ini, yaitu melalui metode penelusuran
perpustakaan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Secara bahasa kata haji berasal dari bahasa Arab, yaitu al-hajj yang artinya
menyengaja.3 Al-hajj juga berarti mengunjungi atau mendatangi.4
Sedangkan secara istilah Haji adalah “perjalanan mengunjungi baitullah untuk
melaksanakan serangkaian ibadah pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.”5
Menurut Sayyid Sabiq, “Haji ialah mengunjungi Mekkah untuk mengerjakan ibadah
thawaf, sa’i, wuquf di Arafah dan ibadah-ibadah lain demi memenuhi titah Allah dan
mengharap keridhaan-Nya.”6
Jadi, haji ialah sengaja mengunjungi Baitullah untuk melaksanakan serangkaian
ibadah thawaf, sa’i, wuquf di Arafah dan ibadah lainnya pada waktu dan tempat yang
telah ditentukan, yang merupakan salah satu dari rukun Islam.
B. Hukum dan Dasar Hukum Haji
Haji merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Sudah barang tentu hukum
melaksanakan haji adalah wajib bagi yang mampu.
Dasar hukumya, yaitu:
Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi)
orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Q.S. Ali Imran : 97)7
Dalam hadis Nabi Saw juga dapat kita jumpai mengenai kewajiban haji, yaitu:
3
Achmad Sya’bi, Kamus An-Nur Bahasa Arab-Indonesia-Arab, Surabaya: Halim Jaya, h. 38.
4
Said Agil, Fikih Haji, h. 1.
5
Ibid.
6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 5, terj. Mahyuddin Syaf, Bandung: Alma’arif, cet. XIV, 1978, h. 31.
7
Alquran Digital.
4
C. Tujuan Diwajibkannya Haji
Islam merupakan agama yang kompleks dan pasti benarnya. Hal ini dapat kita
ambil sebagian contohnya, di antaranya semua perkara yang disyari’atkan oleh
Allah mempunyai tujuan dan manfaat. Baik itu yang umumnya dapat diketahui
dan juga yang hanya Allah lah yang mengetahui. Berangkat dari itu, ibadah haji
yang juga disyari’atkan tentunya memiliki tujuan. Berikut tujuan-tujuan
diwajibkannya haji:
Tujuan diwajibkannya haji adalah memenuhi panggilan Allah untuk
memperingati serangkaian kegiatan yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim
sebagai penggagas syari’at Islam. Kisah Nabi Ibrahim sehubungan dengan ini
dikatakan Allah dalam Q.S. Ibrahim: 37;8
8
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta: Prenada Media, 2003, h. 60.
9
Alquran Digital.
10
Said Agil, Fikih Haji, h. 21.
5
Mukallaf ialah orang yang telah di anggap cakap bertindak hukum.
Seseorang yang belum dikenakan taklif hukum maka ia juga belum cakap
bertindak hukum. Dasar pembebenan ini ialah baligh, berakal, dan punya
pemahaman. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw, sebagai berikut:
11
Ibid., h. 22.
12
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, h. 43.
13
Alquran Digital.
14
Said Agil, Fikih Haji, h. 24.
15
Ibid.
6
Sedangkan madzhab Hambali hanya menyatakan dua kriteria, yaitu
kemampuan harta dan aman dalam perjalanannya. Madzhab Hambali ini
merujuk pada hadis Nabi Saw, berikut:
َّ سلَّ َم َماال
سبِ ْي ُل؟ َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ :عَنْ َجابِ ٍراَنَّ َع ْب ُدهللاِ قَا َل
َ سئِ َل النَّبِ ُّى
.ُاحلَة
ِ قَا َل ال َّزا ُد َوال َّر
Artinya:” Dari Jabir, bahwa Abdullah berkata: Nabi Saw. Pernah ditanya
orang tentang apakah yang dimaksud dengan sabil itu? Nabi menjawab bekal
dan kendaraan. (HR Daruquthni)16
Kemudian syarat wajib haji bagi wanita. Sebenarnya antara pria dan
wanita jika telah memenuhi syarat-syarat di atas sudah ada kewajiban haji
baginya. Hanya saja bagi wanita ada tambahannya, yaitu sebagai berikut:
سلَّ َم
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو
َ ِسو ُل هللا َ ,َع ِن ا ْب ِن َع ْب ُدهللاُ َع ْن ُه َما
ُ س ِم ْعتُ ُر
.ي ُم ْح َر ٍمْ سا فِ ُرال َم ْراَةُ اِ ََّل َم َع ِذ
َ ُ َو ََل ت:يَقُ ْو ُل
Artinya:” dari Abbas r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw.
Bersabda: dan seorang wanita tidak boleh melakukan perjalanan kecuali
disertai mahramnya. (HR Bukhari dan Muslim)17
Menurut Madzhab Syafi’i ialah mensyaratkan suami atau muhrim atau
wanita-wanita yang dipercaya.18
16
Ibid.
17
Ibid., h. 25.
18
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, h. 52.
7
19
Alquran Digital.
20
Said Agil, Fikih Haji, h. 26.
21
Ibid., h. 30.
22
Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thayyar, Fikih Ibadah Fatwa Ibadah Fadhilatus Syaikh
Muhammad Bin Salih Al-Utsmani, terj. Taufik Aulia Rahman, Surakarta: Media Zikir, 2010, h.467.
23
Said Agil, Fikih Haji, h. 61.
24
Ibid.
8
Thawaf ialah berjalan mengelilingi Ka’bah sampai tujuh kali putaran. Hal ini
berdasar firman Allah Swt berikut:
ُِِصلاى ِهللا
َ ي ت ِالناب ا َ صفياةَ ِب ْنت ِ َش ْيبَةَ ِاَ ان ِا ْم َراَةً ِاَ ْخبَ َر ْتهَا ِاَناهَا ِ َسم َع َ ِ َع ْن
َ ِ ُكت:ُاِوال َمرْ َوةَِيَقُول
ِ بِ َعِلَ ْي ُك ُمِال اس ْع َيِفَاِ ْس َع ْوا َ َصف ِو َسلا َمِبَي َْنِال ا
َ َعلَيْه
Artinya: “Dari Aisyah binti Syaibah bahwa seorang perempuan telah
menyampaikan kepadanya bahwa dia telah mendengar Nabi Saw bersabda di
antara Bukit Shafa dan Marwah: telah diwajibkan atas kamu sa’i, maka
hendaklah kamu kerjakan.”(HR. Ahmad)26
4. Wukuf di Arafah
Rasulullah Saw bersabda:
ِِالح ا
ِج َ ك َ ِج ْم ٍعِقَ ْب َلِطُلُوعِالفَجْ رفَقَ ْدِاَ ْد َر
َ َِجا َءِلَ ْيلَة
َ ِ َم َن,الحجُّ ِ َع َرفَة
َ
Artinya: “Ibadah haji itu dengan melaksankan wukuf di Arafah. Siapa yang
datang pada malam hari di Mudzalifah sebelum terbit fajar, ia sudah
mendapatkan haji.” (HR. Ibnu Majah)27
F. Wajib Haji
Disamping rukun haji, ada juga serangkaian ibadah yang wajib dilaksanaka, yaitu
wajib haji. yang apabila salah satu ditinggalkan maka ia wajib membayar
dam(denda).28
Secara umum rukun haji, di antaranya ihram dari miqat, wuquf di arafah sampai
terbenam matahari, mermalam (mabit) di Mudzalifah, mabit di mina dua malam
setelah hari idul adha, melempar jumrah, dan thawaf wada’.29
25
Alquran Digital.
26
Said Agil, Fikih Haji, h. 109.
27
Ibid., h. 119.
28
Said Agil, Fikih Haji, h. 32.
9
Sementara itu empat madzhab berbeda pendapat mengenai hal ini. Ulama
madzhab Hanafi ada enam amalan wajib haji, yaitu:
1. Sa’i antara bukit Shafa dan Marwah.
2. Mabit di Mudzalifah sekalipun sejenak sebelum terbit fajar.
3. Melontar seluruh jumrah(jumrah aqabah setelah salat subuh pada 10 zulhijjah,
jumrah ula, wustha, aqabah pada setiap hari tanggal 11,12,13 zulhijjah)
4. Mencukur atau memotong beberapa helai rambut.
5. Menyembelih hewan setelah bercukur dan thawaf ifadah.
6. Thawaf wada”.30
29
Adbullah, Fikih Ibadah, h. 469.
30
Said Agil,Fikih Haji,h. 32.
31
Said Agil,Fikih Haji,h. 33-34.
32
Miqat zamani adalah waktu mulai ihram, yaitu bulan syawal, zulqaedah, dan sembilan hari pertama
bulan zulhijjah.
33
Miqat makani adalah tempat memulai ihram.
10
5. Thawaf wada’, jika akan meninggalkan kota mekkah.
6. Menjauhi segala yang diharamkan ketika ihram.34
Sedangkan menurut madzhab Hanbali, wajib haji yakni:
1. Ihram dari miqat yang telah ditentukan syara’.
2. Wuquf di arafah hingga matahari terbenam, jika ia melaksanakannya di siang
hari.
3. Mabit di mudzalifah pada malam nahar (10 zulhijjah).
4. Mabit di mina pada malam-malam tasyri’.
5. Melontar jumrah secara tertib, yaitu di awali dengan jumrah ula (dekat masjid
Khaif), kemudian jumrah Wustha, dan terakhir jumrah aqabah.
6. Mencukur atau menggunting rambut.
7. Thawaf wada’.35
Artinya: “Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada
Allah di Masy'arilharam(Mudzalifah).(Q.S. Al-Baqarah : 198)36
Dalil melempar Jumrah berdasar sabda Nabi Saw berikut:
ِِصلاى ِهللاُ ِ َعلَيْه ِ َو َسا ا َم ِاَ ْن ِنَرْ م َي ِالح َجا َرةَ ِبم ْثل ِ َح ْفص َ اَ َم َر
َ ِرسُو ُل ِهللا
َ ال َح ْذفِفيِ َح ِّج
ِ ِِالو َداع
Artinya: “Rasulullah Saw memerintahkan kami melempar jumrah dengan batu-
baut kecil pada haji wada’.(HR. Al-Thabrani)37
34
Said agil, Fikih Haji, h. 34-35.
35
Ibid.
36
Alquran Digital.
37
Said Agil, Fikih Haji, h. 137.
11
Artinya: “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang
berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari,
Maka tiada dosa baginya. dan Barangsiapa yang ingin menangguhkan
(keberangkatannya dari dua hari itu), Maka tidak ada dosa pula baginya, bagi
orang yang bertakwa. dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa
kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.”(Q.S. Al-Baqarah : 203)38
Dalil mencukur dan memotong rambut berdasar firman Allah berikut:
38
Alquran digital.
39
Alquran digital.
12
H. Macam-Macam Haji
Dari segi pelaksanaa ibadah haji dan umrah, dapat dikelompokkan dalam tiga
macam, yaitu haji ifrad, haji tamattu’, dan haji qiran. Hal ini seperti dijelaskan
dalam hadis Nabi Saw. Di bawah ini:
ِِرسُو ُل ِهللا ِصًلاى ِهللاُ ِ َعلَيْه ِ َو َسلا َم ِ َعا َم ِ ُحجاة َ ِخ َرجْ نَا َم َع َ :ت ْ ََع ْن ِ َعائ َشةَ ِقَال
ِصلاى َ ِ ِ َواَهَ ال ِ َرسُو ُل ِهللا, ِِّومنااِ َم ْن ِاَهَ ال ِب ْل َحج َ الو َداع ِفَمنااِ َم ْن ِاَهَ ال ِب ُع ْم َر ٍة َ
ْ ا
ٍِِّفَا َ اماِ َم ْن ِاَهَ ال ِب ُع ْم َر ٍة ِفَ َح ال ِبقُ ُد ْومه ِ َواَ اما َم ْن ِاَهَ ال ِب َحج, ِِّوسل َم ِبل َحج َ هللاُ ِ َعلَيْه
ِ
ِ ِانِيَ ْو ُمِالناحْ رَ ِوال ُع ْم َرةِفَلَ ْمِيَحلاِ َحتاىِ َك َ ِِّالحج
َ َو َج َم َعِبَي َْن
Artinya:”Dari Aisyah r.a. berkata: Kami berangkat menunaikan haji bersama
Rasulullah Saw. Pada tahun haji wada’. Di antara kami ada yang berihram untuk
umrah, ada yang berihram untuk haji dan umrah, dan ada pula yang berihram
untuk haji saja. Rasulullah Saw. Sendiri berihram untuk haji. Orang yang
berihram untuk umrah, bertahallul ketika berada di Baitullah. Sedangkan orang
yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah, maka ia tidak
bertahallul sampai ia selesai melakukan amalan pada hari Nahar. (HR Bukhari,
Muslim, Ahmad, Malik)40
1. Haji Ifrad
Kata ifrad berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad,
yaitu seseorang bermaksud menyendirikan, baik hajinya ataupun umrahnya.
Artinya tidak sekaligus melaksanakan keduanya.41 Apabila ingin
melaksanakan keduanya, yaitu yang pertama ibadah haji terlebih dahulu
sampai selesai, baru dilanjutkan ibadah umrah, atau umrahnya dapat dilakukan
lain waktu. Dalm cara ini tidak dikenakan dam (denda).42
2. Haji Tamattu’
Kata tamattu’ berarti bersenang-senang atau bersantai-santai. Dalam
cara yang kedua ini, yaitu ihram untuk umrah di bulan-bulan haji. Setelah
umrah selesai baru melaksanakan ibadah haji.43 Artinya datang lebih awal
untuk umrah dan dilanjutkan ibadah haji. Dalam cara ini dikenakan dam
(denda).44 Ini berdasar firman Allah berikut:
40
Said Agil, Fikih Haji, h. 43-44.
41
Ibid., h. 44.
42
Zakiah Darajat, Haji ibadah yang unik, , jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama, 1992, h. 85.
43
Said Agil, Fikih Haji, h. 49.
44
Zakiah, Haji, h. 85.
13
Artinya: “Apabila kamu telah (merasa) aman, Maka bagi siapa yang ingin
mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia
menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan
(binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam
masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah
sepuluh (hari) yang sempurna.”(Q.S. Al-Baqarah : 196)45
3. Haji Qiran
Kata qiran berarti menggabungkan. Cara disini yaitu melaksanakan
ibadah haji dan umrah sekaligus dalam satu niat.46 Karena itu cara ini juga
dikenakan dam (denda).47 Dalilnya seperti pada haji Tamattu’ di atas.
I. Hal-Hal yang Terlarang dalam Ihram
Orang yang berihram haram melakukan sepuluh perkara:
1. Memakai pakaian berjahit
Jika seorang laki-laki berihram, haram baginya melakukan beberapa
hal seperti mengenakan yang bisa disebut pakaian di seluruh badannya,
termasuk kepalanya. Baik kain yang berjahit, seperti baju atau celana, maupun
kain yang tidak berjahit, seperti sorban dan tapih. Berdasarkan hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
45
Alquran digital.
46
Said Agil, Fikih Haji, h. 53.
47
Zakiah, Haji, h. 85.
14
Artinya:“Bahwa sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi
s.a.w.: Pakaian apa yang halal dipakai oleh orang yang sedang berihram?
Rasulullah s.a.w. menjawab: Kamu jangan memakai pakaian yang berupa
gamis, sorban, celana, atau kopiah panjang atau memakai sepasang muzah,
kecuali jika kamu tidak menemukan sepasang terompah. Jika demikian kamu
boleh memakai muzah, dan muzah itu hendaknya kamu potong bagian bawah
mata kaki. Dan janganlah kamu pakai pakaian yang terkena minyak Waras
atau Za’faran”.
2. Menutup kepala bagi laki-laki dan menutup muka bagi perempuan
Adapun mengenai kepala, karena sabda Rasulullah s.a.w sehubungan
adanya seseorang yang sedang berihram terjungkal dari untanya lalu mati:
48
Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husni, Kifayatul Akhyar (kelengkapan Orang
Saleh), Surabaya: CV Bina Iman, cet. II, 1995, h. 510.
49
Ibid.
15
qaul yang rajih tidak wajib membayar fidyah, karena menurut asal, orang itu
bebas dari tanggungan.50
4. Mencukur rambut
Adapun menghilangkan rambut dengan jalan mencukur, maka
hukumnya haram, karena firman Allah s.w.t.:
50
Ibid., h. 512.
51
Alquran digital.
52
Ibid.
53
Ibid., h. 513.
54
Ibid.
16
bersenang-senang. Jika yang jelas rasanya dan baunya juga haram. Demikian
pula rasa dan warnanya, atau baunya saja.55
7. Membunuh hewan buruan
Para Ulama telah sepakat mengenai haramnya membunuh hewan
buruan tersebut bagi orang yang sedang berihram. Yang disebut hewan buruan
ialah binatang yang berperangai liar, yang tidak dapat ditangkap kalau tidak
dengan menggunakan tipu muslihat. Yang dimaksud berperangai liar, artinya
bintang tersebut termasuk jenis binatang liar. Jadi tidak ada perbedaan antara
yang sudah jinak dan yang belum, hewan liar dan burung, karena burung juga
termasuk liar.56
Di samping haram membunuh, memburu hewan juga diharamkan.
Mengganggu hewan buruan tanah haram dengan jalan menyakiti anggota
tubuhnya atau melukainya dan lain-lain sebagainya, juga diharamkan.
Haramnya memburu ini berdasarkan dalil Ijmak Ulama dan nash al-Qur’an
juga telah melarang berburu hewan darat. Allah s.w.t. berfirman:
55
Ibid., h. 514.
56
Ibid.
57
Alquran digital.
58
Ibid., 516.
17
itu orang laki-laki maupun wanita, anak Adam maupun binatang Karena
firman Allah s.w.t.:59
18
yang melaksanakannya dituntut agar dapat mengambil manfaat dari umrahnya,
karena sebagaimana haji, aktivitas umrah merupakan refleksi dari pengalaman
hamba-hamba Allah, yaitu Ibrahim As dan putranya Ismail As.62
Dalam fikih disebutkan bahwa setiap umat Islam itu wajib melakukan ‘umrah
satu kali seumur hidup. Demikian juga haji, tetapi sebetulnya kalau orang sudah
berhaji maka dengan sendirinya orang itu sudah ber-‘umrah. Sebab ‘umrah itu
menjadi bagian dari haji. Sebaliknya, kalau orang hanya melakukan ‘umrah maka
belum bisa orang itu disebut berhaji. Sebab, ‘umrah itu hanya dibatasi pada tempat
suci yang paling utama saja, yaitu sekitar Ka’bah dan Shafa’-Marwah-Arafah,
Mina, Muzdalifah, dan sebagainya.63
Para pengikut mazhab Syafi’I dan Hanbali berpandangan bahwa ‘umrah
hukumnya fardhu ain (wajib bagi setiap individu) yang mampu, sebagaimana
halnya ibadah haji. Kedua ibadah ini, sama-sama diperintahkan Allah untuk
dikerjakan dan disempurnakan sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya:
Artinya:“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah”. (Q.S. Al-
Baqarah: 196)64
Kewajiban umrah ini dipertegas lagi dalam hadis Nabi s.a.w yang artinya:
“Dari Aisyah berkata: Wahai Rasulullah adakah kewajiban berjihad bagi kaum
wanita? Rasulullah menjawab: Ya, bagi mereka ada kewajiban berjihad tanpa
pertempuran, yaitu haji dan umrah”. (H.R. Ahmad dan Ibn Majah)
L. Rukun Umrah
1. Miqat
2. Thawaf
3. Sa’i
4. Tahallul
5. Tertib
M. Wajib Umrah
1. Ihram dari miqat
2. Mencukur atau memendekkan rambut.65
62
Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawwar, M.A., Drs. H. Abdul Halim, M.A., Fikih Haji, Jakarta:
Ciputat Press, 2003, h. 277.
63
Dr. Nurcholis Madjid, Perjalanan Religius ‘Umrah dan Haji, Jakarta: Paramadina, 1997, h. 4.
64
Alquran digital.
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Haji adalah perjalanan mengunjungi baitullah untuk melaksanakan serangkaian
ibadah pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.
Hukum ibadah haji ialah wajib bagi yang mampu.
Tujuan diwajibkannya haji adalah memenuhi panggilan Allah untuk memperingati
serangkaian kegiatan yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim sebagai penggagas
syari’at Islam.
Syarat wajib haji adalah muslim, mukallaf, merdeka, dan mempunyai kemampuan.
Rukun haji adalah ihram, thawaf, sa’i, dan wuquf di Arafah.
Wajib haji adalah ihram dari miqat, wuquf di arafah sampai terbenam matahari,
mermalam (mabit) di Mudzalifah, mabit di mina dua malam setelah hari idul adha,
melempar jumrah, dan thawaf wada’.
Perbedaan rukun haji dan wajib haji terletak pada hukumnya apabila melanggarnya
atau tidak dilaksanakan salah satu dari rukun atau wajib haji. Jika salah satu rukun haji
tidak dilaksanakan maka hajinya batal, tetapi jika itu yang salah satunya tidak lakukan
maka hajinya tidak batal tetapi wajib membayar dam(denda).
Macam-macam haji ada tiga, yaitu haji ifrad, haji tamattu’, dan haji qiran.
Hal-hal yang terlarang dalam ihram ada sepuluh, yaitu Memakai pakaian berjahit,
Menutup kepala bagi laki-laki dan menutup muka bagi perempuan, Menyisir rambut,
Mencukur rambut, Memotong kuku, Menggunakan wangi-wangian, Membunuh hewan
buruan, Berakad nikah, Jimak, dan Bersentuhan dengan wanita dengan syahwat.
Perbedaan umrah dengan haji di antaranya pada waktu pelaksanaannya. Ibadah haji
harus dilaksanakan pada bulan haji, sedangkan umrah bisa dilaksanakan kapan saja.
Perbedaan lain juga pada pelaksanaannya, jika umrah terdiri dari ihram, thawaf dan sa’i,
serta tahallul. Sedangkan haji, meliputi semua tata cara umrah ditambah dengan wukuf di
‘Arafah, bermalam di Muzdalifah dan di Mina, serta melempar jumrah.
Hukumnya wajib bagi yang mampu.
Rukun umrah di antaranya Miqat, Thawaf, Sa’i, Tahallul, dan Tertib.
65
Abdullah bin Muhammad, Fikih Ibadah, h. 466.
20
Wajib Umrah ada dua Ihram dari miqat dan mencukur atau memendekkan rambut.
B. Saran
Dalam makalah yang jauh dari sempurna ini, tentunya terdapat banyak kesalahan-
kesalahan. Terutama mengenai pendapat-pendapat penulis pribadi. Karenanya, penulis
membuka pintu kritik dan saran yang luas, untuk menjadikan makalah ini lebih baik lagi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thayyar, Fikih Ibadah Fatwa Ibadah
Fadhilatus Syaikh Muhammad Bin Salih Al-Utsmani, terj. Taufik Aulia
Rahman, Surakarta: Media Zikir, 2010.
Abu Bakar bin Muhammad al-Husni, Imam Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar
(kelengkapan Orang Saleh), Surabaya: CV Bina Iman, cet. II, 1995.
Agil Husain Al Munawar, H. Said, H. Abdul Halim, Fikih Haji, Penuntunan Jama’ah
Haji Mencapai Haji Mabrur, Jakarta Selatan: Ciputau Press, 2003.
Alquran Digital.
Darajat, Zakiah, Haji ibadah yang unik, , jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama,
1992.
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 5, terj. Mahyuddin Syaf, Bandung: Alma’arif, cet. XIV,
1978.
Syarifuddin, Prof. Dr. Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta: Prenada Media, 2003.
22