Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penerangan cahaya alami siang hari dimanfaatkan antara jam 08.00
pagi sampai dengan jam 16.00 sore. Pada waktu tersebut, cahaya yang masuk
ke dalam ruangan melalui bukaan atau celah dapat berasal dari cahaya langit
dan cahaya matahari langsung.
Cahaya matahari langsung dapat menimbulkan peningkatan suhu pada
ruangan, dan perubahan warna pada perabotan, misalnya warna menjadi
luntur dan permukaan menjadi silau, maka sebaiknya cahaya langsung dari
matahari sedikit dihindarkan agar tidak terlalu banyak masuk ke dalam
ruangan, sedangkan cahaya masuk yang dikehendaki adalah cahaya terang
langit, sebagai sumber cahaya alami yang ideal.
Jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan selalu berubah dari
waktu ke waktu, tergantung dari waktu, pagi, siang, sore, dan juga keadaan
cuaca saat itu, sehingga tingkat penerangan pada bidang kerja dalam ruangan
pun akan selalu berubah. Namun demikian, perbandingan tingkat penerangan
pada lapangan terbuka pada saat yang sama selalu mempunyai harga yang
tetap. Perbandingan tersebut disebut faktor penerangan alami siang hari.
Suhu, kelembapan, kebisingan, pencahayaan, dan debu merupakan
komponen yang ada di dalam suatu ruangan.Seperti pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan/Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri, maka
standar yg digunakan tersebut menjadi acuan standar keadaan komponen
pencahayaan di dalam ruangan. Pengukuran yang tepat, penggambaran
keadaan yang detail, dan pengamatan yang hati-hati dapat memberikan hasil
yang maksimal dalam pengukuran kondisi pencahayaan di dalam
ruangan.Sehingga dapat terwujud diketahuinya kualitas udara bersih dan
sehat di dalam ruangan.

1
2

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Melakukan pengukuran kualitas pencahayaan di dalam ruangan
(indoor).
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui metode pengukuran pencahayaan di dalam ruangan.
b. untuk mengetahui tingkat pencahayaan di ruangan tingkat 1.
c. untuk mengetahui tingkat pencahayaan di ruangan tingkat 2.
d. untuk mengetahui tingkat pencahayaan di ruangan tingkat 3.

C. Waktu dan Tempat


1. Waktu
Pengukuran dilaksanakan satu kali pada tanggal 02 Juni 2017
pukul 08.00-16.30 WIB.
2. Tempat
Pengukuran kualitas pencahayaan dilaksanakan di dalam dalam
Ruangan tingkat 1, 2 dan 3 jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes
Payung Negeri Pekanbaru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pencahayaan
Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang
indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual.
Cahaya merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang dapat dilihat
oleh indera penglihatan manusia, yang memiliki panjang gelombang berkisar
antara 0,38 – 0,77 µm.(Moore, 1991)
Cahaya menurut Newton (1642-1727) terdiri dari partikel-partilkel
ringan berukuran sangat kecil yang dipancarkan oleh sumbernya ke segala
arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Cahaya dapat juga didefinisikan
sebagai energi radiasi yang dapat dievaluasi secara visual (menurut
Illuminating Engineering Society, 1972), atau bagian dari spektrum radiasi
elektromagnetik yang dapat dilihat (visible).
Cahaya berada pada daerah panjang gelombang 400 nm s.d. 800 nm
(atau 380 nm s.d. 780 nm). Di luar daerah tersebut, mata manusia tidak
sensitif. Radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang di bawah 400
nm disebut sinar ultraviolet, sedangkan radiasi elektromagnetik di atas 800
nm disebut sinar inframerah.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-
objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya,
pencahayaan dapat dibagi menjadi :
1. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari
sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain
menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk
mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-
jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada
luas lantai.

3
4

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding


dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya
yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang
hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami
mendapat keuntungan, yaitu:
a. Variasi intensitas cahaya matahari
b. Distribusi dari terangnya cahaya
c. Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
d. Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
2. Sistem Pencahayaan Buatan dalam Ruang
Sistem pencahayaan dalam ruang dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, yang pada praktek umumnya dapat dikombinasikan antara beberapa
jenis sistem pencahayaan dalam sebuah ruang. Jenis-jenis sistem
pencahayaan ini adalah :(Lechner, 2007)
1) Penerangan Umum (general lighting)
Penerangan umum merupakan jenis sistem pencahayaan yang
paling umum digunakan, karena fleksibilitas dalam mengatur area
kerja. Persebaran iluminasi yang merata pada seluruh bagian dalam
ruang, yang memudahkan orang untuk menata penempatan perabot
juga untuk penataan ulang.
2) Penerangan Lokal (localized lighting)
Penerangan lokal merupakan pengaturan pencahayaan yang
tidak seragam seperti penerangan umum, tapi lebih berkonsentrasi
pada area kerja. Sistem ini jauh lebih efisien, karena area non-kerja
umumnya tidak membutuhkan intensitas cahaya sebesar area kerja.
Namun fleksibilitas jika ingin melakukanmpenataan ulang perabotan
menjadi terbatas, karena harus mengikuti pencahayaan yang telah
diatur sebelumnya.
3) Penerangan Ambien
Penerangan ini adalah pencahayaan tidak langsung, dengan
memantulkan cahaya ke plafon atau dinding terlebih dahulu.
5

Penerangan ini memiliki iluminasi rendah yang sesuai untuk area non-
kerja atau sirkulasi, serta dapat menciptakan suasana sekitar (ambien)
yang cukup baik.
4) Penerangan pada Bidang Kerja (task lighting)
Penerangan yang terkait atau terletak pada perabot ini
merupakan penerangan yang paling fleksibel, berkualitas, dan efisien.
Karena penerangan hanya ada pada tempat itu dan area sekelilingnya
saja. Letaknya yang menempel pada perabot juga memudahkan jika
ingin dilakukan penataan ulang, karena penerangan tersebut akan ikut
terpindah juga
5) Penerangan Aksen (accent lighting)
Penerangan aksen digunakan untuk menonjolkan suatu bagian
tertentu dari bangunan atau ruang. Besar kuat cahaya ini, sebaiknya
memiliki sepuluh kali lebih tinggi dari pencahayaan disekitarnya.
Untuk penerangan aksen sering kali digunakan track lighting atau
downlight.
6) Penerangan Dekoratif
Berbeda dengan jenis lainnya, penerangan dekorasi adalah
dimana sumber cahaya atau lampu merupakan objek untuk dilihat dan
dapat menambah keindahan dalam ruang.

B. Persyaratan Kualitas Fisik pencahayaan dalam Ruang


Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Persyaratan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri standart intensitas cahaya di ruang kerja
minimal 100 lux. Prinsip penerangan yang baik adalah jumlah dan intensitas
penerangan yang diperlukan hendaknya disesuaikan dengan jenis pekerjaan,
daya lihat seseorang dan lingkungannya.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Metode Pratikum
Metode praktikum yang digunakan adalah metode observasi dan
pengukuran, karena kelompok praktikum hanya melakukan pengamatan
secara langsung dengan menggunakan alat Environment Meter. Kemudian
kelompok praktikum membaca dan mencatat skala yang di tunjukan oleh alat
tersebut. Pengukuran yang kelompok praktikum lakukan hanya sebatas
pengukuran pencahayaan di dalam ruangan.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mengukur suhu,
kelembaban, pencahayaan dan kebisingan udara yaitu:
1. Environment Meter 4 in 1
2. Alat tulis
3. Kamera

Sensor
Sensor Penangkap
Suhu Suara

Sensor
Layar Cahaya

Tombol
Tombol
Power
Max
Tombol
Select Tombol
Hold
Sensor
Kelembaban Tombol
Mode atau
Gambar.1 Alat Environment Meter 4 in 1 Setting

6
7

C. Prosedure Pengukuran Pencahayaan


Pada alat Environment Meter 4 in 1 yang kelompok praktikum
gunakan terdapat terdapat mode setting terdiri dari suhu, kelembaban,
pencahayaan dan kebisingan. Adapun prosedur kerja dari alat Environment
Meter untuk pengukuran pencahayaan ruangan yaitu :
1. Tekan tombol power untuk menghidupkan alat Environment Meter.
2. Pasang sensor pencahayaan pada soket input yang berada di samping
kanan alat Environment Meter.
3. Ubah mode setting kearah satuan Lux yang ada di alat Environment Meter
4 in 1 untuk mengukur pencahayaan pada ruangan.
4. Letakkan alat di atas meja pada titik yang telah ditentukan untuk
mengukur pencahayaannya dan jangan menghalangi sumber cahaya.
5. Tekan tombol select 1-2 kali untuk membuat satuan decimal sesuai
keperluan pengukuran.
6. Kemudian tekan tombol Max untuk mendapatkan hasil pencahayaan yang
maksimal di dalam ruangan.
7. Setelah itu, baca dan catat skala hasil yang ditunjukkan pada layar alat
Environment Meter.
8. Langkah terakhir, matikan alat Environment Meter dengan menekan
tombol power.

D. Waktu dan Tempat


1. Waktu
Pengukuran dilaksanakan satu kali pada tanggal 2 Juni 2017 pukul
08.00-09.00 WIB di pagi hari, pukul 13.30-14.30 WIB di siang hari,
pukul 16.00-17.00 WIB di sore hari.
2. Tempat
Pengukuran pencahayaan dilaksanakan di dalam Ruangan tingkat
1 (Asclepius), tingkat 2 (Higea), tingkat 3 (L.Green) Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat, STIKes Payung negeri Pekanbaru.
8

E. Denah Ruangan dan Penentuan Titik Pencahaayan


1. Tingkat 1 (Asclepius)
7,82 m

U
A B C B T
S

D E F 7,93 m

2,6 m G H I

2,64 m

2. Tingkat 2 (Higea)
7,85 m

B
A B C S U
T

D E F

10,2 m

G H I

2,55 J K L

2,61 m
9

3. Tingkat 3 (L.Green)
7,82 m

U
A B C B T
S

D E F 7,93 m

2,6 m G H I

2,64 m

Keterangan Simbol Denah Ruangan


No Simbol Arti
1 Jendela
2 Lampu Hidup
3 Lampu Mati
4 Pintu
5 A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L Titik Pengukuran

F. Analisis Data
Setelah melakukan Observasi dan pengukuran di ruangan Dosen
dengan menggunkan alat Environment Meter. Data yang kelompok praktikum
dapatkan akan di olah dalam bentuk table dan dianalisis secara deskriptif
dengan membandingkan Standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengukuran Pencahayaan


1. Lokasi Ruangan Tingkat 1 (Asclepius)
Pengukuran Pencahayaan dilakukan di Ruangan Tingkat 1
(Asclepius) Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Payung Negeri
Pekanbaru, pada pada tanggal 2 Juni 2017 pukul 08.00-09.00 WIB di pagi
hari, pukul 13.30-14.30 WIB di siang hari, pukul 16.00-17.00 WIB di
sore hari dengan kondisi gorden jendela dan pintu ruangan tertutup dan 3
lampu dalam keadaan menyala, 1 lampu keadaan padam. Adapun hasil
pengukuran Pencahayaan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan Pencahayaan Tingkat 1 (Asclepius)

Cahaya (Lux)
Standar Menurut
Lokasi / Pukul Pukul Pukul
KMK No
No Titik (08.00 (13.30- (16.00-
1405/MENKES/SK/
Pengukuran -09.00 14.30 17.00
XI/2002
WIB) WIB) WIB)
1 A 11,8 22,3 11
2 B 20,5 23,3 20,9
3 C 35,3 34,8 32,7
4 D 30,4 31,3 28,6
5 E 25 28,1 24,3
Minimal 100 Lux
6 F 30,5 33,4 31,7
7 G 37,7 48,5 33,5
8 H 30,9 32,1 29,2
9 I 35,4 35,9 32
Rata-Rata 28,6 32,2 27,1

10
11

2. Lokasi Ruangan Tingkat 2 (Higea)


Pengukuran Pencahayaan dilakukan di Ruangan Tingkat 2 (Higea)
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Payung Negeri Pekanbaru,
pada pada tanggal 2 Juni 2017 pukul 08.00-09.00 WIB di pagi hari, pukul
13.30-14.30 WIB di siang hari, pukul 16.00-17.00 WIB di sore hari
dengan kondisi gorden jendela dan pintu ruangan tertutup dan 6 lampu
dalam keadaan menyala, tanpa ada lampu yang padam. Adapun hasil
pengukuran Pencahayaan adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Pengamatan Pencahayaan Tingkat 2 (Higea)
Cahaya (Lux)
Standar Menurut
Lokasi / Pukul Pukul Pukul
KMK No
No Titik (08.00- (13.30- (16.00-
1405/MENKES/SK
Pengukuran 09.00 14.30 17.00
/XI/2002
WIB) WIB) WIB)
1 A 32,5 27,9 23,4
2 B 31,3 25 22,5
3 C 33,8 26,6 25,2
4 D 30,3 27,8 25,5
5 E 35,4 26,6 23,4
6 F 35,3 25,2 23
7 G 39,7 31,2 22,7 Minimal 100 Lux
8 H 29,6 27 21
9 I 41,3 32,4 22,1
10 J 139,1 55,7 27,9
11 K 121,4 60,9 27,8
12 L 138,3 78,1 31,2
Rata-Rata 59,00 37,03 24,64

3. Lokasi Ruangan Tingkat 3 (L.Green)


Pengukuran Pencahayaan dilakukan di Ruangan Tingkat 3
(L.Green) Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Payung Negeri
Pekanbaru, pada pada tanggal 2 Juni 2017 pukul 08.00-09.00 WIB di pagi
hari, pukul 13.30-14.30 WIB di siang hari, pukul 16.00-17.00 WIB di
12

sore hari dengan kondisi gorden jendela dan pintu ruangan tertutup dan 1
lampu dalam keadaan menyala, 3 lampu keadaan padam. Adapun hasil
pengukuran Pencahayaan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Pengamatan Pencahayaan Tingkat 3 (L.Green)
Cahaya (Lux)
Standar Menurut
Lokasi / Pukul Pukul Pukul
KMK No
No Titik (08.00- (13.30- (16.00-
1405/MENKES/SK/
Pengukuran 09.00 14.30 17.00
XI/2002
WIB) WIB) WIB)
1 A 10,1 22,9 9,3
2 B 5,9 11,7 5,2
3 C 3,4 6,8 2,8
4 D 18,4 33,2 27,7
5 E 8,9 14,9 9,4
Minimal 100 Lux
6 F 4,1 6,6 3,7
7 G 36,2 61,7 46,7
8 H 15,4 18,5 13,9
9 I 6,1 8,5 5,6
Rata-Rata 12,06 20,53 13,81

B. Pembahasan Pengukuran Pencahayaan


1. Lokasi Ruangan Tingkat 1 (Asclepius)
Pengukuran di lakukan pada 9 titik pengamatan di ruangan
Tingkat 1 (Asclepius) Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes
Payung Negeri Pekanbaru, dengan kondisi gorden jendela dan pintu
ruangan tertutup dan 3 lampu dalam keadaan menyala, 1 lampu keadaan
padam.
Pada pukul 08.00-09.00 WIB di pagi hari tingkat pencahayaan
tertinggi terdapat pada titik G sebesar 37,7 Lux, tingkat pencahayaan
terendah terdapat pada titik A sebesar 11,8 Lux dan memiliki tingkat
pencahayaan rata-rata sebesar 28,6 Lux. Dengan demikian tingkat
pencahayaan pada pagi hari di ruangan tingkat 1 (Asclepius) memiliki
pencahayan yang buruk dikarenakan tidak memenuhi standar minimal
13

pencahayaan menurut KMK No 1405/MENKES/SK/XI/2002 di ruang


kerja yaitu 100 Lux.
Pada pukul 13.30-14.30 WIB di siang hari tingkat pencahayaan
tertinggi terdapat pada titik G sebesar 48,5 Lux, tingkat pencahayaan
terendah terdapat pada titik A sebesar 22,3 Lux dan memiliki tingkat
pencahayaan rata-rata sebesar 32,2 Lux. Dilihat dari tingkat pencahayaan
pada siang hari mengalami peningkatan dibandingkan tingkat
pencahayaan pada pagi hari, hal ini disebabkan oleh sinar matahari pada
siang hari intensitas cahaya meningkat. Dengan demikian tingkat
pencahayaan pada siang hari di ruangan tingkat 1 (Asclepius) memiliki
pencahayan yang masih buruk dikarenakan tidak memenuhi standar
minimal pencahayaan menurut KMK No 1405/MENKES/SK/XI/2002 di
ruang kerja yaitu 100 Lux.
Pada pukul 16.00-17.00 WIB di sore hari tingkat pencahayaan
tertinggi terdapat pada titik G sebesar 33,5 Lux, tingkat pencahayaan
terendah terdapat pada titik A sebesar 11 Lux dan memiliki tingkat
pencahayaan rata-rata sebesar 27,1 Lux. Dilihat dari tingkat pencahayaan
pada sore hari mengalami penurunan dibandingkan tingkat pencahayaan
pada siang hari, hal ini disebabkan oleh sinar matahari pada siang hari
intensitas cahaya menurun. Dengan demikian tingkat pencahayaan pada
sore hari di ruangan tingkat 1 (Asclepius) memiliki pencahayan yang
masih terbilang buruk dikarenakan tidak memenuhi standar minimal
pencahayaan menurut KMK No 1405/MENKES/SK/XI/2002 di ruang
kerja yaitu 100 Lux.
Gangguan kesehatan akibat pencahayaan yang kurang dari standar
adalah gangguan visibilitas dan eyestrain. sedangkan gangguan kesehatn
akibat pencahayaan yang melebihi standar adalah glare, reflections,
exessive, shadows, dan eyestrain. Untuk mengatasi tingkat pencahayan
yang buruk pada ruangan tingkat 1 (Asclepius), sebaiknya dilakukan
dengan cara menabah lampu didalam ruangan atau membuka gorden
ruangan agar sinar matahari dapat masuk kedalam ruangan.
14

2. Lokasi Ruangan Tingkat 2 (Higea)


Pengukuran di lakukan pada 12 titik pengamatan di ruangan
Tingkat 2 (Higea) Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Payung
Negeri Pekanbaru, dengan kondisi gorden jendela dan pintu ruangan
tertutup dan 6 lampu dalam keadaan menyala, tidak ada lampu dalam
keadaan padam.
Pada pukul 08.00-09.00 WIB di pagi hari tingkat pencahayaan
tertinggi terdapat pada titik J sebesar 139,1 Lux, tingkat pencahayaan
terendah terdapat pada titik H sebesar 29,6 Lux dan memiliki tingkat
pencahayaan rata-rata sebesar 59 Lux. Dengan demikian tingkat
pencahayaan pada pagi hari di ruangan tingkat 2 (Higea) memiliki
pencahayan yang cukup buruk dikarenakan hanya 3 titik yang memenuhi
standar minimal pencahayaan menurut KMK No
1405/MENKES/SK/XI/2002 di ruang kerja yaitu 100 Lux yaitu titik
J,K,L dan titik selebihnya tidak memenuhi standar minimal pencahayaan
di ruang kerja.
Pada pukul 13.30-14.30 WIB di siang hari tingkat pencahayaan
tertinggi terdapat pada titik L sebesar 78,1 Lux, tingkat pencahayaan
terendah terdapat pada titik B sebesar 25 Lux dan memiliki tingkat
pencahayaan rata-rata sebesar 37,03 Lux. Dilihat dari tingkat
pencahayaan pada siang hari mengalami penurunan dibandingkan tingkat
pencahayaan pada pagi hari, hal ini disebabkan oleh jendela tingkat 2
(Higea) berada disebelah timur sehingga sinar matahari pada siang hari
tidak masuk sepenuhnya dan menyebabkan intensitas cahaya menenurun.
Dengan demikian tingkat pencahayaan pada siang hari di ruangan tingkat
2 (Higea) memiliki pencahayan yang masih buruk dikarenakan tidak
memenuhi standar minimal pencahayaan menurut KMK No
1405/MENKES/SK/XI/2002 di ruang kerja yaitu 100 Lux.
Pada pukul 16.00-17.00 WIB di sore hari tingkat pencahayaan
tertinggi terdapat pada titik L sebesar 31 Lux, tingkat pencahayaan
terendah terdapat pada titik H sebesar 21 Lux dan memiliki tingkat
15

pencahayaan rata-rata sebesar 24,64 Lux. Dilihat dari tingkat


pencahayaan pada sore hari mengalami penurunan dibandingkan tingkat
pencahayaan pada siang hari, hal ini disebabkan oleh sinar matahari pada
siang hari intensitas cahaya menurun. Dengan demikian tingkat
pencahayaan pada sore hari di ruangan tingkat 2 (Higea) memiliki
pencahayan yang masih terbilang buruk dikarenakan tidak memenuhi
standar minimal pencahayaan menurut KMK No
1405/MENKES/SK/XI/2002 di ruang kerja yaitu 100 Lux.
Gangguan kesehatan akibat pencahayaan yang kurang dari standar
adalah gangguan visibilitas dan eyestrain. sedangkan gangguan kesehatn
akibat pencahayaan yang melebihi standar adalah glare, reflections,
exessive, shadows, dan eyestrain. Untuk mengatasi tingkat pencahayan
yang buruk pada ruangan tingkat 2 (Higea), sebaiknya dilakukan dengan
cara menabah lampu didalam ruangan atau membuka gorden ruangan agar
sinar matahari dapat masuk kedalam ruangan.

3. Lokasi Ruangan Tingkat 3 (L.Green)


Pengukuran di lakukan pada 9 titik pengamatan di ruangan
Tingkat 3 (L.Green) Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Payung
Negeri Pekanbaru, dengan kondisi gorden jendela dan pintu ruangan
tertutup dan 1 lampu dalam keadaan menyala, 3 lampu keadaan padam.
Pada pukul 08.00-09.00 WIB di pagi hari tingkat pencahayaan
tertinggi terdapat pada titik G sebesar 36,2 Lux, tingkat pencahayaan
terendah terdapat pada titik C sebesar 3,4 Lux dan memiliki tingkat
pencahayaan rata-rata sebesar 12,06 Lux. Dengan demikian tingkat
pencahayaan pada pagi hari di ruangan tingkat 3 (L.Green) memiliki
pencahayan yang buruk dikarenakan tidak memenuhi standar minimal
pencahayaan menurut KMK No 1405/MENKES/SK/XI/2002 di ruang
kerja yaitu 100 Lux.
Pada pukul 13.30-14.30 WIB di siang hari tingkat pencahayaan
tertinggi terdapat pada titik G sebesar 61,7 Lux, tingkat pencahayaan
16

terendah terdapat pada titik F sebesar 6,6 Lux dan memiliki tingkat
pencahayaan rata-rata sebesar 20,53 Lux. Dilihat dari tingkat
pencahayaan pada siang hari mengalami peningkatan dibandingkan
tingkat pencahayaan pada pagi hari, hal ini disebabkan oleh sinar matahari
pada siang hari intensitas cahaya meningkat. Dengan demikian tingkat
pencahayaan pada siang hari di ruangan tingkat 3 (L.Green) memiliki
pencahayan yang masih buruk dikarenakan tidak memenuhi standar
minimal pencahayaan menurut KMK No 1405/MENKES/SK/XI/2002 di
ruang kerja yaitu 100 Lux.
Pada pukul 16.00-17.00 WIB di sore hari tingkat pencahayaan
tertinggi terdapat pada titik G sebesar 46,7 Lux, tingkat pencahayaan
terendah terdapat pada titik C sebesar 2,8 Lux dan memiliki tingkat
pencahayaan rata-rata sebesar 13,81 Lux. Dilihat dari tingkat
pencahayaan pada sore hari mengalami penurunan dibandingkan tingkat
pencahayaan pada siang hari, hal ini disebabkan oleh sinar matahari pada
siang hari intensitas cahaya menurun. Dengan demikian tingkat
pencahayaan pada sore hari di ruangan tingkat 3 (L.Green) memiliki
pencahayan yang masih terbilang buruk dikarenakan tidak memenuhi
standar minimal pencahayaan menurut KMK No
1405/MENKES/SK/XI/2002 di ruang kerja yaitu 100 Lux.
Gangguan kesehatan akibat pencahayaan yang kurang dari standar
adalah gangguan visibilitas dan eyestrain. sedangkan gangguan kesehatn
akibat pencahayaan yang melebihi standar adalah glare, reflections,
exessive, shadows, dan eyestrain. Untuk mengatasi tingkat pencahayan
yang buruk pada ruangan tingkat 3 (L.Green), sebaiknya dilakukan
dengan cara menabah lampu didalam ruangan atau membuka gorden
ruangan agar sinar matahari dapat masuk kedalam ruangan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh kelompok
praktikum terhadap pengukuran pencahayaan di Ruangan tingkat 1
(Asclepius), tingkat 2 (Higea), tingkat 3 (L.Green) Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, STIKes Payung negeri Pekanbaru, masih tergolong memiliki
kualitas pencahayaan yang buruk. Karena dalam pengukuran pencahayaan
yang kelompok lakukan masih banyak yang tidak memenuhi standar minimal
pencahayaan menurut KMK No 1405/MENKES/SK/XI/2002 di ruang kerja
yaitu 100 Lux.

B. Saran
Untuk pencahayaan yang ada dalam ruangan tingkat 1 (Asclepius),
tingkat 2 (Higea), tingkat 3 (L.Green) Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,
STIKes Payung negeri Pekanbaru, tergolong memiliki pencahayaan yang
buruk dan tidak sesuai standar. Sehingga untuk dapat sesuai standart bisa
berupa perlunya penambahan lampu yang memiliki daya pencahayaan yang
lebih terang dan membuka gorden jendela. Karena pada kenyataannya di
ruangan tingkat 1 (Asclepius), tingkat 2 (Higea), tingkat 3 (L.Green) Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat ini kondisi pencahayan yang kurang di sebabkan
ada lampu yang padam dan daya penerangan lampu yang rendah.

17
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI PRAKTIKUM

Gambar 1. Penentuan titik di ruangan tingkat 1 (Asclepius)

Gambar 2. Penentuan titik di ruangan tingkat 2 (Higea)


Gambar 3. Penentuan titik di ruangan tingkat 3 (L. Green)

Gambar 4. Pengukuran Pencahayaan tingkat 1 (Asclepius)

Gambar 5. Pengukuran Pencahayaan tingkat 2 (Higea)


Gambar 6. Pengukuran Pencahayaan tingkat 3 (L.Green)

Gambar 7. Pencatatan pengukuran pencahayaan

Gambar 8. Pencatatan pengukuran pencahayaan

Anda mungkin juga menyukai