PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai askep keluarga pada
balita
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai teori/konsep dasar
mengenai keperawatan keluarga dengan Balita.
1
b. Untuk memaparkan kepada mahasiswa, tahap - tahap perkembangan keluarga
dengan Balita.
c. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana proses keperawatan berperan
dalam kehidupan keluarga dengan Balita.
d. Untuk memaparkan kepada mahasiswa, masalah - masalah kesehatan apa saja
yang sering muncul pada anak - anak di usia Toddler dan Pra Sekolah (Balita).
e. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa tentang bagaimana memberikan
bimbingan pada anak - anak di usia Toddler dan Pra Sekolah (Balita).
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui informasi mengenai teori/konsep keperawatan
keluarga dengan Balita.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja yang menjadi tahap-tahap perkembangan
keluarga dengan Balita.
3. Mahasiswa dapat mengerti melaksanakan proses keperawatan pada keluarga
dengan Balita.
4. Mahasiswa dapat mengetahui masalah - masalah kesehatan yang sering muncul
pada anak-anak di usia Toddler dan Pra Sekolah (Balita).
5. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara memberikan bimbingan kepada
anak-anak di usia Toddler dan Pra Sekolah (Balita).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal
(kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di
atas satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang
dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas
menyusu sampai dengan pra-sekolah.
Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya
juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun
harus disesuaikan dengan keadaannya. Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan
Batita merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai
konsumen aktif (Uripi, 2004).
1. Karakteristik Batita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa
usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut
yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam
sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
3
B. Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita
1. Pengertian Makanan bagi Balita
Pada dasarnya makanan bagi balita harus bersifat lengkap artinya kualitas dari
makanan harus baik dan kuantitas makanan pun harus cukup, dan bergizi. Artinya
makanan mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan:
a. Pada periode ini dibutuhkan penambahan konsumsi zat pembangun karena tubuh
anak sedang berkembang pesat.
b. Bertambahnya aktivitas membutuhkan penambahan bahan makanan sebagai
sumber energi.
c. Untuk perkembangan mentalnya anak membutuhkan lebih banyak lagi zat
pembangun terutama untuk pertumbuhan jaringan otak yang mempengaruhi
kecerdasan walaupun tak secara signifikan.
4
b. Pendidikan Ibu
Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak balitanya,
pengetahuan yang diperoleh baik formal maupun non formal sangat menentukan untuk
ditetapkan dalam hal pemilihan dan penentuan jenis makanan yang dikonsumsi oleh
balita dan anggota keluarga lainnya. Pendidikan gizi ibu bertujuan untuk meningkatkan
penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Dari hal tersebut dapat disumsikan
bahwa tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada balita relatif tinggi bila pendidikan ibu
tinggi (Depkes RI, 2010).
c. Pendapatan Keluarga
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Tetapi perlu disadari bahwa pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada
susunan makanan. Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis pangan yang akan
dibeli dengan tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian besar
pendapatan tambahan tersebut untuk makanan, sedangkan orang kaya jauh lebih rendah.
Semakin tinggi pendapatan semakin besar pula persentase dari pendapatan tersebut
dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur, dan berbagai jenis bahan pangan lain
(Berg, A &Sajogyo, 1986).
4. Porsi Makanan
Menurut Lia Amalia yang dikutip oleh Komsatiningrum (2009), porsi makan bagi
orang dewasa dan balita sangatlah jauh berbeda, porsi makan anak balita lebih sedikit
karena kebutuhan gizi esensial jumlahnya lebih sedikit yang harus dipenuhi. Selain itu
karakteristik pertumbuhan dan aktivitasnya juga berbeda. Porsi makan bagi anak balita
harus mempunyai kandungan air dan serat yang sesuai dengan daya toleransi, tekstur
makanannya agak lunak agar mudah dicerna, memberikan rasa kenyang. Makanan
selingan perlu diberikan kepada balita terutama jika porsi makan utama yang dikonsumsi
belum mencukupi. Pemberian makanan selingan tidak boleh berlebihan karena akan
mengakibatkan berkurangnya nafsu makan akibat terlalu kenyang makan makanan
selingan. Pemilihan makanan selingan disesuaikan dengan fungsinya yaitu:
a) Mencukupi asupan nutrisi yang mungkin kurang pada saat pemberian makan pagi,
siang, sore.
b) Memperkenalkan aneka ragam jenis makanan yang terdapat dalam makanan
selingan.
c) Mengatasi masalah anak yang sulit makan nasi.
d) Untuk mencukupi kebutuhan kalori terutama pada anak yang banyak melakukan
aktivitas.
5
5. Bahan Makanan
Bahan makanan bagi anak balita harus dipilih yang tidak merangsang, rendah serat,
dan tidak mengandung gas. Penggunaan rempah yang merangsang seperti cabai, asam
sebaiknya dihindari, penambahan vetsin sebaiknya dihindari dan sebaiknya menggunakan
garam dan gula yang tidak membahayakan tubuh. Menu Empat Sehat Lima Sempurna
sangat baik diberikan kepada balita, di dalam menu ini digunakan berbagai jenis bahan
makanan yang terdiri atas:
a. Bahan makanan pokok
Bahan makanan pokok memegang peranan penting, biasa dihidangkan pada
waktu makan pagi, siang, dan malam. Pada umumnya bahan makanan pokok
jumlahnya (kuantitas/volume) lebih banyak dibanding bahan makanan lainnya. Bahan
makanan pokok merupakan sumber energi dan mengandung banyak karbohidrat.
Jenis bahan makanan pokok yang biasa dikonsumsi adalah beras, jagung, gandum,
sagu, umbi-umbian.
e. Susu
Susu adalah cairan berwarna putih yang dikeluarkan oleh kelenjar susu. Susu
merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Istilah untuk air susu manusia
adalah air susu ibu (ASI) dan susu yang bukan berasal dari manusia disebut pengganti
air susu ibu (PASI) yang biasa berasal dari hewan ternak seperti sapi, kambing, kuda.
6
Susu merupakan minuman yang baik bagi balita, selain itu air putih juga baik
diberikan. Susu dapat diperoleh dalam berbagai bentuk yaitu bubuk dan cair (Soegeng
Santoso, 2004).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan yang tepat adalah
umur, berat badan, keadaan mulut sebagai alat penerima makanan, kebiasaan makan,
kesukaan dan ketidaksukaan, akseptabilitas dari makanan dan toleransi anak terhadap
makanan yang diberikan.
Dengan memperhatikan dan memperhitungkan faktor-faktor tersebut di atas, umumnya
tidak akan banyak terjadi kekeliruan dalam mengatur makan untuk seorang anak balita.
Pada umumnya kepada anak balita telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang
serupa, yaitu 3 kali makan dan diantaranya dapat diberikan makanan kecil (snack).
7
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
Pada usia Toddler dan prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang
menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak
usia toddler dan prasekolah ini sedang dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa
prilaku yang dulunya tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah
usia yang rentan berbagai penyakit yang akan mudah menyerang anak usia ini dan
menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang, jika kondisi
kesehatan anak tidak ditangani secara baik, oleh para praktisi kesehatan yang juga usaha-
usaha pencegahan adalah usaha yang tetap paling baik dilakukan. Berkaitan dengan
uraian diatas maka dalam makalah ini penulis menguraikan beberapa masalah kesehatan
yang banyak dijumpai pada anak usia ini serta usaha pencegahan dan penanganannya
terutama yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dan menyangkut satu masalah
yang paling menonjol sehingga muncul satu diagnosa keperawatan.
1. Konsep Dasar
Periode Eraly Childhood yaitu sejak umur 1 tahun sampai dengan 6 tahun dibagi atas:
a. Toddler : umur 1 /sd 3 tahun
b. Preschool : umur 3 s/d 6 tahun
8
c. Fase phalic (3-6 tahun)
Memegang genetalia dan Oedipus complex
Positif :
- Egosentris : sosial interaksi
- Mempertahankan keinginanya.
9
6. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pra Sekolah (3-5 Tahun)
a. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan dapat
mengembangkan pola sosialisasinya.
b. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri : mandi, makan, minum,
mengosok gigi, BAB dan BAK, dll.
10
- Penyakit infeksi
- Masalah transisi pada orangtua
- Sibling rivalry
- Tempertantrum
- Negativisme
- Tumbuh kembang
11
Masalah kesehatan pada keluarga dengan anak pra sekolah :
Masalah kesehatan fisik pada anak ; sakit, jatuh
Kes psikososial : hubungan perkawinan
Persaingan kakak – adik
Masalah komunikasi keluarga
Masalah pengasuhan anak,
12
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA BALITA
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan hubungan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anak
b. yang sakit berat.
c. Hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anak.
d. Meningkatnya kemandirian anak.
e. Pemeliharaan kesehatan yang optimal.
f. Hubungan keluarga yang harmonis.
3. Intervensi
a. Diskusikan tentang tugas keluarga
b. Diskusikan penyebab ketidakharmonisan
c. Identifikasi sumber dukungan yang ada
d. Ajarkan cara merawat anak
e. Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka
f. Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga
13
KASUS KEPERAWATAN KELUARGA PADA BALITA
Winda dan wandi 5 tahun menikah di karuniai 2 anak umur 3 tahun dan 2 bulan.
Anak pertama mengalami gangguan yaitu tidak peduli dengan lingkungannya dia belum
bisa berkomunikasi hanya mengeluarkan suara-suara. Mereka belum memeriksakan
anaknya secara serius karna di anggap bawaan lahir.
1. Pengkajian
14
DAFTAR PUSTAKA
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASKEP%20KELUARGA%20DENGAN%20
BALITA.pdf
http://umitrastikes.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-
anak.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3587/1/keperawatan-
siti%20zahara.pdf
http://yayannerz.blogspot.com/2011/03/askep-keluarga-dengan-balita.html
15