330 1047 1 PB PDF
330 1047 1 PB PDF
Email: h.hilman@cs.ui.ac.id
Abstrak
Supply chain management (SCM) adalah sebuah konsep pengaturan aliran proses
perdagangan yang menghubungkan antara produsen, supplier, dan konsumen secara
langsung. Dengan berevolusinya konsep perangkat lunak dan sistem informasi menuju era
berbasis layanan, pengembangan SCM berbasis layanan menjadi sangat relevan. Studi
kasus kebutuhan akan SCM berbasis layanan pada pengelola pusat perbelanjaan di Jakarta
menjadi fokus pembahasan. Pada makalah ini dibahas sebuah model pengembangan sistem
SCM berbasis layanan yang menghubungkan tiga stakeholder yang berperan dalam proses
perdagangan pada pusat perbelanjaan modern.
Abstract
Supply chain management (SCM) is a concept of process flow arrangement linking trade
between producers, suppliers, and consumers directly. With the concept evolve software
and information systems towards service-based era, the development of service-based SCM
becomes very relevant. Case study of the need for services based on management SCM
shopping center in Jakarta to be the focus of discussion. This paper discussed a model of
the development of service-based SCM system that connects the three stakeholders who
play a role in the process of trading in a modern shopping center.
90
M. Hilman et. al., Supply chain management Berbasis Layanan 91
distribusi kepada pelanggan. Rantai yang berada kunci dalam supply chain. Hal ini penting untuk
di antara keduanya tidak terbatas hanya pada meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pabrikan, distributor, dan retailer saja, tetapi dapat bisnis yang ada. Keputusan yang terakhir adalah
ditambah dengan transporter, warehouse, menentukan tingkat integrasi dan manajemen
marketing, finance, dan costumer service, dalam setiap proses yang saling terhubung. Pada
tergantung pada proses bisnis [3]. Jika berbagai bagian ini harus didefinisikan dengan jelas
rantai dan entitas yang tergabung dalam supply bagaimana peranan komponen manajemen
chain tidak dikelola dengan baik, hal itu dapat sehingga dapat selaras dengan seluruh proses
menyebabkan inefisiensi dan berpotensi bisnis yang ada dalam supply chain.
merugikan. Pihak yang sering dirugikan adalah SCM banyak diimplementasikan oleh
para produsen berskala kecil yang memiliki posisi perusahaan berskala besar yang memiliki volume
tawar yang rendah. aliran bahan baku, informasi, dan uang dalam
SCM merupakan rangkaian kegiatan jumlah besar. Faktor yang sangat relevan
perencanaan, koordinasi, dan pengendalian mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk
seluruh proses bisnis dan aktivitas dalam supply membangun sistem dan melakukan maintainance
chain untuk menciptakan consumer value terbaik yang sangat besar. Lantas, apakah para pengusaha
dengan biaya yang efisien namun tetap memenuhi bisnis dalam skala kecil tidak dapat menikmati
seluruh kebutuhan stakeholder lain dalam supply akselerasi bisnis dengan SCM yang ternyata
chain [2]. Value atau yang lebih dikenal dengan membutuhkan investasi IT yang tidak kecil? Tren
added value [4] adalah sesuatu yang ingin perangkat lunak yang mulai bergeser ke arah
diperoleh bagi para konsumen dan tercermin dari perangkat lunak berbasis layanan tentu saja
pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan. mempengaruhi pola pengembangan SCM.
Untuk menghasilkan value yang optimal, ada tiga Produk SCM berbasis layanan yang
keputusan yang harus ditetapkan oleh para dibangun oleh sebuah penyedia jasa utama yang
eksekutif: bagaimana struktur jaringan; proses men-support aktivitas tenant-tenant merupakan
bisnis; dan komponen manajemen dari supply sebuah produk layanan jasa yang akan membantu
chain [5] seperti digambarkan pada Gambar 2. peningkatan aktivitas bisnis pelaku bisnis berskala
kecil. Pada makalah ini akan dibahas bagaimana
desain sebuah sistem SCM berbasis layanan yang
dirancang untuk membantu aktivitas perdagangan
antara distributor besar (wholeseller) dengan para
penjual langsung (retailer) dalam sebuah
komunitas pusat perdagangan modern. Prototipe
pengembangan sistem ini akan mengambil lokasi
pada sebuah pusat perdagangan besar di kota
jakarta.
mall perlu mengupayakan adanya strategi dan menjelaskan metodologi prototyping dapat dilihat
perencanaan bisnis yang baik untuk menciptakan pada Gambar 3.). Alasan dalam memutuskan
lingkungan aktivitas jual beli yang nyaman penggunaan metodologi prototyping dalam
sehingga pengunjung semakin tertarik untuk pengembangan sistem SCM berbasis layanan ini
berbelanja. karena sistem yang dibangun memiliki user
PT. XYZ merupakan perusahaan pengelola requirement yang belum begitu jelas serta waktu
mall di kawasan pusat bisnis Jakarta yang yang tersedia untuk membangun sangat terbatas.
mempunyai segmentasi pasar khusus penjualan
telepon selular dan alat-alat elektronik. Klien-
klien utama merupakan penyewa tempat yang
terdiri dari para wholeseller (distributor) dan
penjual langsung (retailer). Di dalam aktivitas
perdagangan yang berlangsung di mall tersebut,
interaksi antara distributor dan penjual
mempunyai intensitas yang tinggi. Aktivitas
tersebut antara lain seperti pengecekan barang,
melihat status ketersediaan, membeli barang dan Gambar 3. Tahapan-tahapan dalam metodologi prototyping
sebagainya. Namun, dalam operasional selama ini
untuk memperoleh data dan informasi masih Keuntungan dengan menggunakan
dilakukan dengan cara manual, seperti metodologi ini adalah memungkinkan pengguna
menggunakan sarana komunikasi dua arah secara berinteraksi dengan cepat dengan model sistem
langsung atau dengan cara melihat satu-persatu yang akan dibangun sehingga kebutuhan-
melalui katalog. Segala proses tersebut kebutuhan yang belum teridentifikasi dengan
membutuhkan waktu lama dan membutuhkan jelas, dapat dipenuhi. Sebaliknya, metodologi ini
konsumsi kertas yang tinggi. Proses tersebut juga memiliki kerugian yaitu seringkali prototipe
menghabiskan biaya yang besar dan dari sistem mengalami perubahan yang signifikan
mengakibatkan ekonomi biaya tinggi dalam sehingga menyulitkan pengembang untuk
berwirausaha dan berpotensi mengurangi menyelesaikan tugasnya.
kenyamanan berbelanja bagi pengunjung.
Solusi yang dapat diambil dari permasalahan 4. Identifikasi Kebutuhan Sistem
kecepatan dan ketepatan dalam memperoleh,
mencari serta pertukaran data dan informasi antar Proses identifikasi kebutuhan sistem untuk
distributor dan penjual adalah dengan cara membangun SCM berbasis layanan sebetulnya
mengimplementasikan sistem informasi SCM merupakan proses yang sulit. Dalam kondisi
tunggal yang terintegrasi. Sistem informasi ini nyata, users dari sistem ini tidak terbatas kepada
dapat meningkatkan kinerja bagi kedua pihak satu pedagang (distributor atau retailer) saja.
(distributor dan retailer) dalam menjalankan Apabila pengembangan sistem ini merujuk kepada
aktivitas bisnisnya. Sistem ini berupa layanan proses waterfall, maka tahapan identifikasi
dimana pihak pengelola mall merupakan kebutuhan sistem akan memakan waktu yang
intermediary yang menyediakan jasa bagi sangat lama mengingat banyaknya tenant yang
distributor dan retailer yang pada akhirnya menjadi calon pengguna dari sistem. Proses
berujung pada peningkatan pendapatan baru dan prototyping memotong waktu yang signifikan
memberikan pelayanan terbaik bagi para penyewa pada tahapan ini. Karakteristik metodologi
tempat dan para pengunjung mall. prototyping yang tidak meng-capture informasi
awal secara detail akan memudahkan proses
3. Metodologi Pengembangan identifikasi awal dari kebutuhan para pengguna.
Identifikasi kebutuhan secara umum dilakukan
Metodologi yang dipakai dalam pada tahapan awal untuk kemudian direvisi sesuai
pengembangan sistem dalam makalah ini adalah dengan feedback dari users setelah sistem SCM
prototyping. Metodologi pengembangan berbasis berbasis layanan go live.
prototyping memungkinkan pengembang untuk Identifikasi kebutuhan dari sistem SCM
melakukan fase analisis, desain dan implementasi berbasis layanan dibagi menjadi dua yaitu
secara bersamaan. Ketiga fase dilakukan berulang kebutuhan fungsional dan kebutuhan non-
kali dalam sebuah siklus pengembangan sistem fungsional. Tidak ada prioritas diantara kedua
sehingga seluruh kebutuhan dan fitur-fitur dalam aspek ini. Keduanya memiliki peranan yang
sistem lengkap. Hasil dari prototyping merupakan sangat penting dalam keberhasilan pengembangan
representasi versi lebih kecil dari sistem dengan sistem. Secara umum kebutuhan fungsional dari
jumlah fitur yang minimal (workflow yang sistem ini adalah sebagai berikut:
M. Hilman et. al., Supply chain management Berbasis Layanan 93
TABEL I
KEBUTUHAN NON FUNGSIONAL SISTEM SCM BERBASIS LAYANAN
Kebutuhan Penjelasan
1. Performance a) Mengefisienkan waktu proses pengolahan data sistem, mulai dari penginputan
hingga pelaporan.
b) Membantu peningkatan pemantauan perkembangan.
c) Mengurangi tingkat kesalahan dan ketidaklengkapan data
2. Data Management a) Melakukan penyimpanan data berupa informasi data barang, data konsumen (retail),
karyawan, fasilitas dan data transaksi.
b) Mencegah terjadinya penyimpanan data yang redundant.
c) Mencegah hilangnya data.
d) Sistem pusat dan cabang terintegrasi sehingga memudahkan untuk mendapatkan data
yang paling aktual.
e) Format penyajian laporan dibuat sehingga lebih mudah dipahami.
f) Meminimalisasi terjadinya kesalahan penginputan data.
g) Data terdokumentasi dan terstruktur.
3. Economic a) Mengurangi biaya operasional untuk transfer informasi atau dokumen ke pusat yang
selama ini dilakukan secara manual.
b) Memperlancar aliran informasi antara bagian administrasi ke managerial
4. Control a) Meningkatkan keamanan terhadap pelaksanaan proses penyimpanan data.
b) Membatasi akses penggunaan terhadap sistem dengan cara menerapkan privilege.
c) Adanya operator data entry yang bertangungjawab terhadap pelaksanan pemasukan
data dan aministrator yang bertanggung jawab atas semua jalannya aktivitas pada
aplikasi
d) Mencegah akses penuh dari pengguna-pengguna yang tidak berwenang.
5. Eficiency a) Menggunakan sistem penyimpanan data yang terpusat untuk memudahkan proses
pendistribusian barang.
b) Mengefisienkan waktu untuk pelaksanaan proses validasi penginputan data
c) Meminimalisasi biaya dan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proses
pelaporan.
6. Service a) Menghasilkan informasi yang akurat untuk bahan pertimbangan dan evaluasi.
b) Memberi kemudahan dalam penggunaan operasional sistem.
94 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012
Gambar 4. Pemodelan struktur berbasis object oriented dengan UML class diagram
Model dari struktur sistem digambarkan Tiga class terakhir dibuat untuk
dalam class diagram dapat dilihat pada gambar 4. menunjukkan struktur sistem yang
Struktur dari sistem SCM berbasis layanan dibagi merepresentasikan proses aktivitas utama dari
menjadi tiga bagian utama yaitu modul yang organisasi. Class „order produk‟, „proses
merepresentasikan pengelola mall yang menjadi transaksi‟, dan „status pembayaran‟ secara
administrator dari sistem SCM berbasis layanan, eksplisit menggambarkan bagaimana
pada class diagram direpresentasikan dengan keterhubungan antara distributor dan retailer
class „register layanan‟. Modul fungsi dari kedua dalam melakukan aktivitas jual – beli dalam
jenis customer yang menjadi users atau tenant sebuah pusat perdagangan. Ketiga class yang
dari mall ini (distributor dan retailer) memodelkan struktur aktivitas perdagangan ini
direpresentasikan menjadi dua jenis melalui class tidak berdiri sendiri, mereka memiliki keterkaitan
diagram. Struktur yang pertama menggambarkan erat dengan empat class lain yang juga memiliki
aktivitas internal customer yang melakukan fungsi untuk merepresentasikan modul lain dalam
management internal terhadap kebutuhan dari sistem SCM berbasis layanan ini.
setiap customer, proses ini direpresentasikan Pemodelan lain yang digunakan dalam
dengan class „data karyawan‟, „data konsumen‟, makalah ini untuk merepresentasikan behavior
dan „data barang‟. Ketiga class yang dari sistem adalah use case diagram. Dari use
menggambarkan fungsi internal dari setiap case diagram, dapat dilihat apa saja aktivitas dan
customer ini terhubung dengan class yang perilaku users dengan sistem dan dapat dilihat
merepresentasikan pengelola mall dan tiga class pula seberapa jauh interaksi itu membutuhkan
lain yang merupakan representasi dari aktivitas fungsi yang perlu diimplementasikan dalam
antar customer yaitu proses jual – beli dalam mall sistem. Berikut ini adalah model dari behavior
yang terjadi antara distributor dan retailer. sistem yang direpresentasikan menggunakan use
case diagram.
94
M. Hilman et. al., Supply chain management Berbasis Layanan 95
6. Desain Sistem
Gambar 6. Use case diagram dari sistem SCM berbasis layanan versi 2.0
96
M. Hilman et. al., Supply chain management Berbasis Layanan 97
bagaimana struktur dari sistem tersebut secara dimungkinkan untuk dibangun dengan
detail. Salah satu keuntungan dari sistem mendasarkan pengembangan sistem yang
semacam ini adalah penambahan jumlah users berorientasi „services‟.
tidak akan mempengaruhi perubahan struktur Ilustrasi pada Gambar 10 memperlihatkan
program dalam sistem karena setiap kali bagaimana konsep dedicated database dengan
dilakukan penambahan users, yang terjadi adalah multi-tenant yang memiliki perbedaan yang cukup
hanya penambahan server aplikasi pada level signifikan dari konsep yang dibahas sebelumnya.
client yang mengakses server utama yang berisi Model desain pada Gambar 10 pun merupakan
layanan sistem SCM pada cloud yang merupakan database design yang biasa digunaan dalam
representasi layanan yang diberikan. Gambar 8 membangun sistem berbasis layanan. Namun
memperlihatkan bagaimana setiap users demikian, sistem SCM berbasis layanan tidak
berinteraksi dengan cloud dalam sebuah topologi menggunakan desain yang relatif costly untuk
jaringan. Satu diagram lagi yang perlu untuk sebuah sistem sederhana yang memberikan
dimuat untuk lebih memperjelas bagaimana layanan SCM kepada para distributor dan retailer
perbedaan antara sistem SCM yang dibangun yang tidak memiliki skala enterprise. Kebutuhan
secara dedicated untuk satu entitas organisasi untuk customized database schema yang murah
dengan sistem SCM berbasis layanan yang dapat dipenuhi dengan konsep shared database
dibangun untuk melayani banyak users. Diagram dengan multi-tenant dibanding
terakhir yang digunakan dalam proses desain mengimplementasikan konsep database design
untuk menggambarkan keunikan dari sistem SCM yang ditunjukkan pada Gambar 10.
berbasis layanan ini adalah database design.
Konsep utama dari database design yang
digunakan adalah konsep shared database dengan
multi-tenant [6]. Desain dari konsep shared
database dengan multi-tenant dapat dilihat pada
Gambar 9 berikut ini
kebutuhan layanan yang sama yang disediakan dilakukan. Begitupun pada proses perancangan
oleh penyedia jasa layanan. Karena itu pula, ada database, perlu diperhatikan bahwa sistem
pertimbangan personalization atau customization database harus mengakomodir konsep multi-
yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa layanan tenant yang memungkinkan setiap users memiliki
tanpa harus mengorbankan sistem utama. skema database sendiri yang unik. Namun
Isu yang kedua ketika memilih metodologi demikian, faktor cost dalam pemilihan konsep
yang tepat untuk dijadikan acuan pengembangan database pun harus mendapat perhatian sehingga
sistem. Pemilihan metodologi prototyping tidak pengembang tidak perlu menginvestasikan terlalu
semata – mata karena studi kasus dalam makalah banyak dana untuk fitur yang sebetulnya tidak
ini memiliki karakteristik requirements yang diperlukan. Dua konsep yang sudah dijelaskan
belum begitu detail dan durasi waktu pengerjaan dalam makalah ini yaitu shared database dengan
yang pendek. Sistem SCM berbasis layanan multi-tenant dan dedicated database dengan
memiliki banyak users yang berperan sebagai multi-tenant dapat menjadi pertimbangan dalam
tenant, tidak mungkin pendekatan Joint melakukan perancangan.
Application Development (JAD) digunakan untuk
mengakomodir permasalahan tersebut. Selain 8. Kesimpulan
jumlah tenant yang banyak, potensi penambahan
jumlah tenant akan menjadi masalah jika Proses pengembangan sistem informasi yang
pengembangan sistem yang dilakukan berorientasi didasarkan kepada metodologi pengembangan
akomodatif. Proses dalam prototyping yang sistem informasi merupakan sebuah best practice
memungkinkan siklus evaluasi dan perubahan yang walaupun tidak menjamin kesuksesan tetapi
terhadap sistem yang dibangun memungkinkan memberikan panduan dan arahan yang cukup
pengembangan sistem secara langsung dan cepat lengkap mengenai tahapan tahapan dalam
dengan memenuhi kebutuhan dasar dari para pengembangan sistem. Proses pengembangan
users dan melakukan proses revisi berkelanjutan sistem informasi berbasis layanan memiliki
seiring dengan berjalannya waktu dan kesamaan dengan pengembangan konvensional.
penambahan jumlah tenant yang menggunakan Namun demikian, ada beberapa faktor yang perlu
layanan ini. diperhatikan dengan lebih baik untuk
Isu yang ketiga terkait dengan tahapan mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam
system analysis. Sebetulnya, tidak banyak isu pengembangan sistem. Pada makalah ini telah
yang dapat diangkat pada fase ini yang terkait erat dipaparkan bagaimana proses pengembangan
dengan konsep sistem berbasis layanan. Namun sistem informasi berbasis layanan (dibatasi
demikian, penggunaan diagram – diagram yang sampai tahapan desain) dengan membahas isu –
merepresentasikan prinsip object oriented dengan isu yang kemungkinan akan muncul dan perlu
Unified Modelling Language (UML) akan sangat mendapat perhatian khusus.
membantu dan memudahkan proses pemodelan
pada tahap analisis. Referensi
Isu yang terakhir dan merupakan isu yang
cukup penting dalam pengembangan sistem [1] Simchi-Levi, E., dan Kaminsky, P. (2003).
berbasis layanan adalah isu yang terkait dengan Designing and Managing The Supply
fase desain. Perbedaan utama antara sistem yang Chain: Concepts, Strategies, and Case
berorientasi „goods‟ dengan sistem yang Studies. Irwin/McGraw-Hill.
berorientasi „services‟ terletak pada desain [2] Van der Vorst, J. (2004). Supply chain
arsitektur dari sistem baik itu desain topologi management: Theory and Practices. IN:
jaringan dan desain database yang digunakan. Isu CAMPS, T. et al. The Emerging World of
dalam desain arsitektur perlu mendapat perhatian Chains and Networks: Bridging Theory
khusus dalam pengembangan sistem berbasis and Practice. Den Haag: Red Business
layanan. Perlu diingat bahwa konsep sistem Information, pp. 105-128.
berbasis layanan erat kaitannya dengan teknologi [3] Meindl, P., dan Chopra, S. (2005). Supply
cloud, karenanya ketika mendesain topologi chain management: Strategy, Planning,
jaringan, prinsip user transparency perlu and Operation. Pearson Education
dimasukkan sebagai variabel utama. User International/Prentice Hall.
transparency memastikan users yang merupakan [4] Porter, M. (1998). Competitive Advantage:
tenant pengguna jasa layanan SCM tidak Creating and Sustaining Superior
mengetahui secara detail bagaimana fasilitas Performance: With a New Introduction.
infrastruktur dari sistem ini. Users cukup Free Pr.
mengetahui bagaimana cara penggunaan layanan [5] Lambert, D., dan Cooper, M. (2000).
dan bagaimana proses customization dapat “Issues in Supply chain management”.
M. Hilman et. al., Supply chain management Berbasis Layanan 99