Anda di halaman 1dari 35
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN gp KEMENTERIAN KESEHATAN R. < RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR ‘Telepon. (0361) 227911-15, 225482, 223869, Faximile: (0361 Email : Info@sanglahhospitalbali.com Website : www.sanglaht Jalan Diponegoro Denpasar Bali (80114) 206 italbali.com KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR NOMOR: HK.01.07/PDN.XIV.4.3.1/ ace 12019 TENTANG PANDUAN MANAJEMEN ALUR PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR Menimbang: Mengingat: a Bahwa sebagai upaya untuk mencegah kepadatan atau overcrowding jumlah pasien di RSUP Sanglah Denpasar membutuhkan manajemen alur pasien, yang dituangkan dalam suatu Panduan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan sehingga pelayanan yang diberikan berkualitas dan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan; Bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a di atas, dipandang perlu memberlakukan Panduan Manajemen Alur Pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, dengan Keputusan Direktur Utama; Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, ‘Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4431); Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5063); Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153, ‘Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5072); Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; Menetapkan Kesatu Kedua Ketiga Keempat 5. 10. "1 Peraturan Menteri_ Kesehatan = RI Nomor 1636/Menkes/Per/Xil/2005 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Kelas A; Peraturan _Menteri_ Kesehatan = RI Nomor 4676/Menkes/Per/XIl/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Keputusan Menteri_ Kesehatan RI Nomor 1012/Menkes/SKI/IX/2007 tentang Susunan dan Uraian Jabatan serta Tata Hubungan Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar; Keputusan _ Menteri_— Kesehatan RI Nomor: 126/Menkes/SK/IV/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; Keputusan Menteri_ Kesehatan = RI Nomor: 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit; Peraturan _Menteri_ Kesehatan = RI Nomor 1438/Menkes/PerllX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran; Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TENTANG PANDUAN MANAJEMEN ALUR PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR; Memberlakukan Panduan Manajemen Alur Pasien di Rumah Sakit Umum Pusat — Sanglah Denpasar, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini, Kepala Bidang Pelayanan Medik bertanggungjawab dalam mensosialisasikan Panduan dimaksud, untuk ‘selanjutnya melaporkan hasil kegiatannya kepada Direktur Medik dan Keperawatan; Ktur Medik dan Keperawatan agar memantau pelaksanaan Panduan Manajemen Alur Pasien di RSUP Sanglah Denpasar, untuk selanjutnya melaporkan hasil kegiatannya kepada Direktur Utama; Kelima Pada saat Keputusan Direktur Utama ini mulai berlaku, maka Peraturan Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar Nomor: — HK.02.04/IV.C11.023/12855/2016, tentang Panduan Manajemen Alur Di RSUP Senglah Denpasar, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; Keenam Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini. DITETAPKAN DI : DENPASAR PADA TANGGAL_: 30 JANUAR! 2019 Pe reNe Para Direktur RSUP Sanglah Denpasar, Para Kepala Bidang/Bagian; Kepala SPI; Para Ketua Komite; Para Kepala Instalasi; Pertinggal. LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA. RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR NOMOR: HK.01.07/PDN.XIV.4.3.1/,4axt../2019 TENTANG PANDUAN ALUR PASIEN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR BABI DEFINISI Manajement Flow Pasien di RSUP Sanglah adalah Pengaturan pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang keRSUP Sanglah meliputi, Pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap, Penerimaan Langsung dari IGD ke Unit Rawat Inap, Menahan (Holding) pasien untuk observasi, Perencanaan fasilitas tentang alokasi tempat, peralatan, utiltas, teknologi medic dan kebutuhan Iain untuk mendukung penempatan sementara pasien, Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa lokasi sementara atau pasien yang tertahan di {GD maupun rawat inap. TUJUAN PANDUAN ALUR PASIEN Tujuan Umum Untuk menyediakan pelayanan kesehatan dengan tertibnya pengaturan pasien yang memerlukan ruang perawatan di lingkungan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Tujuan Umum 1. Memberikan pedoman tentang ketersediaan tempat tidur pasien 2. Memberikan pedoman perencaan fasilitas tentang alokasi tempat, peralatan, utiltas, Teknologi medic, dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien 3. Memberikan pedoman tentang perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di unit darurat 4, Memberikan pedoman arus pasien didaerah di mana pasien menerima asuhan, tindakan, layanan (seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi, telemetr, radiologi dan unit pasca anestesi) 5. Memberikan pedoman efesiensi layanan non klinik penunjang asuhan dan tindakan kepada pasien (seperti kerumahtanggaan dan transportasi) 2 6. Memberikan pemberi layanan setingkat layanan yang diterima untuk pasien rawat inap. MANFAAT ‘Adapun manfaat disusunya panduan alur pasien ini adalah 4, Petugas dapat memahami alur pasien di rumah dsakit sangiah 2. Petugas dapat menyiapkan tenaga dan fasiltas yang diperlukan 3, Petugas dapat merencanakan kebutuhan fasilitas BABII TATA LAKSANA PENGATURAN ALUR PASIEN Unit Gawat Darurat yang penuh sesak dan tingkat hunian Rumah Sakit yang tinggi dapat menyebabkan pasien menumpuk didaerah Unit Gawat Darurat dan menciptakan sebagai tempat menunggu sementara pasien rawat inap. Mengelola arus berbagai pasien selama menjalani asuhannya masing-masing menjadi sangat penting untuk mencegeh terjadinya kepenuhan, yang selanjutnya mengganggu waktu layanan dan akhirnya juga berpengaruh terhadap keselamatan pasien. Pengelolaan yang efektif terhadap arus pasien (seperti penerimaan, asesmen dan tindakan, transfer pasien, dan pemulangan) dapat memperkecil penundaan asuhan kepada pasien. Beberapa komponen pengelolaan Flow pasien menyangkut beberapa hal sebagai berikut GAMBARAN ALUR PASIEN SECARA UMUM Gambar 1. Alur pasien secara umum di RSUP_Sanglah. ROSES FLOW PASIEN DI RSUP SANGLAH a. Pasien emergency 1. Pasien emergensi datang ke Instalasi Gawat darurat (PJT dan IGD). Untuk mempercepat proses pemindahan pasien dari IGD, penunjang diagnostik harus diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan. Radiology janji hasil thorax harus selesai < 120 menit sedangkan hasil kritis Laboratorium PK : hasil kritis < 30 menit, lab rutin < 140 menit. 2. Dalam waktu 6 jam pasien di IGD harus diputuskan boleh pulang atau atau rawat inap. 3. Setelah ada keputusan rawat inap, pasien diamprahkan kamar ke Instalasi admission. 4, Jika pasien sudah dapat kamar rawat inap, pasien dipindahkan ke ruang rawat inap, intermediate, intensive atau ruang khusus dalam waktu satu jam (boarding time). 5, Jika pasien tidak mendapat tempat , pasien dapat dipindahkan ke ruang transit atau ditranfer ke rumah sakit jejaring. b. Pasien poliklinik 1. Pasien datang ke poliklinik melalui Poliklinik jantung terpadu, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Hemodialisis, dan Instalasi Wing Amertha. 2. Pasien yang datang ke polikinik dapat dipulangkan atau mengalami rawat inap 3. Jika pada saat pemeriksaan di poliklinik pasien ditemukan mengalami kondisi emergensi, pasien dapat di tangani di Instalasi Gawat Darurat. Pasien poliklinik yang tidak memerlukan erawatan emergency tidak diperbolehkan ke IGD. Jika pasien pulang pasien langsung mengurus pembayaran. 5. Jika pasien memertukan rawat inap, pasien diamprahkan kamar ke admission . Jika pasien rawat inap tidak mendapatkan tempat, maka pasien dipindahkan ke ruang transit atau dilakukan reschedule jadwal untuk pasien yang memerlukan operasi atau tindakan diagnostic. ¢. Pasien di ruang transit Pasien yang ditempat di ruang transit harus dipindahkan dalam waktu 3 x 24 jam. 2. Jika dalam waktu 3 x 24 jam pasien belum mendapatkan tempat pasien ditempatkan di Fuang transit. d. Pasien rawat inap Pasien rawat inap yang sudah dinyatakan pulang oleh dokter dan layak untuk dipindahkan ke after care, harus dipindahkan ke after care untuk menyediakan tempat bagi pasien baru. 5 PENGELOLAAN KETERSEDIAAN TEMPAT TIDUR RAWAT INAP Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan Gawat Darurat, perencanaan system inventaris RumahSakit khususnya pada pengelolaan jumlah tempat tidur dibagian rawat inap sangat dibutuhkan agar pengelolaan Rumah Sakit dapat berjalan secara optimal. Jumlah tempat tidur yang kurang memadai akan membuat pasien yang membutuhkan perawatan ditolak dan menimbulkan daftar tunggu rumah sakit semakin panjang serta membuat tingkat kepuasan pasien semakin menurun. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah sebagai institusi pelayanan Kesehatan yang menyelenggaran dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan Gawat Darurat juga mengalami masalah yang sama yang disebabkan beberapa hal termasuk ketersedian tempat tidur untuk Rawat Inap kurang dengan jumiah pasien yang membutuhkannya, sehingga diperlukan beberapa usaha untuk mengatasi masalah ini di antaranya 1. Pasien yang di daftarkan sebagai pasien rawat jalan atau rawat inap harus melalui proses penerimaan yang berlaku di RSUP Sanglah Denpasar 2. Pasien masuk ruang perawatan biasa diprioritaskan dengan memakai proporsi criteria kebutuhan terapikuratif = 85%, Diagnostik 10%, Paliatif 4 %, Promotif-Preventif = 1% dan pasien IGD di proritaskan untuk masuk ruang perawatan. 3. Arus pasien dikelola oleh admission untuk memastikan ketersediaan tempat tidur yang terpakai atau tidak pada satu Pintu. 4, Saat ini kapasitas rumah sakit dapat dilihat melalui SIMARS secara online. PENETAPAN RUANG RAWAT INAP DI RSUPSANGLAH No | Ruangan Vip | 1 | w | mi [intermediate | intensif | Total | | Paviliun Amerta 4, Jepun Bali 8 8 2. Sandat 20 20 3. Transit VK Wing 3 3 4, Transit Wing 4 4 IRNA A. (4. Mahottama 24 24 2. Sanjiwani 16 16 3. Wiaya Kusuma 30 30 ‘4, Flamboyan 35. 35 lil | TIRNA B (Gd. Cempaka) 4. Bakung barat 14 14. 2. Angarek 16 16 3, Pudak 424 25 ‘4. Cempaka | PICU o| 9 5. Cempaka I NICU 45| 15 6. Cempaka | Neonatus 25 25, 7. Cempaka II Obstetri 2] 6| 14 3 25 8. Cempaka Il Ginekologi 2| 9| 3 14 9. Cempaka Ill Anak 4| 15] 14 6 39 10. Intermediate Anak o 11. Transit bakung Timur 29 29 Vi [IRNA CG 4. Angsoka | 3| 42 45 2. Angsoka Il 3| 24 27 3. Angsoka Ill 3[ a2 45 4. Kamboja 20 20 V_ [IRNA D 4. Lely 2) ea: B28 27 2. Mawar 2 24 26 3. Nusa Indah 7| 33 4] 44 4. Nagasari Sila) ena 40 VI | INTENSIF TERPADU 4, Luka Bakar 15[ 15 2.1CU Timur 14[ 14 3. 1CU Barat 7 fe wit [i¢D 4. Ratna 13[ 8| 10| 6 39 2.MS 4{ 18] 12 34 3. High Care 8 8 ‘4. VK (OHDU) 2 2 Vill | instalasi Geriatri 1. Gandasturi 4{s| a[ 3 13 X [put 4.1CCU 12| 12 2.1W PST 13 12 3. Transit PIT. 5 5 Total 146 [75 | 126 | 285 57. 76 | 765 5. Kebijakan Rumah Sakit untuk pengelolaan kamar penuh di antaranya : a b. DPJP memutuskan pasien untuk di rawat inap Pasien IGD dalam waktu 6 Jam harus diputuskan apakah rawat jalan atau rawat inap Pasien IGD yang sudah diputuskan rawat inap namun tempat tidur penuh maka pasien dapat di rawat diruang transit yang berlaku sama dengan ruang rawat inap Pasien dapat dirujuk keRumah Sakit Jejaring sesuai dengan kebutuhan pasien dan rumah sakit tersebut memilkifasiltas yang di butuhkan apabila pasien atau keluarga setuju. Bila pasien atau keluarga menolak referral supaya di KIE bahwa akan di tempatkan dibrankard/Valbed atau itempatkan sesuai kemampuan perawatan RSUP Sanglah Tenaga perawat yang diperlukan diruang transit diatur oleh Bidang Keperawatan ‘Admssion bertanggung jawab mengatur penempatan dan melakukan kajian penempatan pasien di ruang transit 6. Kebijakan penanganan krodit Pasien IGD diantaranya: a. Apabila Triage menyatakan severity level 3 (biasanya diagnosanya 1-2 saja, missal DHF Grade 2 ke bawah, observasi febris, hipertensi, dll) dan memungkinkan dirawat di Rumah Sakit kelas B kebawah maka dilakukan rujukan pasien ke rumah sakit jejaring b. Apabila brankard/valbed di IGD penuh dan tempat tidur di ruang rawat inap juga penuh maka dapat diaktifkan intra hospital disaster plan RSUP c. Kecepatan penanganan pasien di IGD sangat dipengaruhi oleh kemampuan dokter dan perawat IGD untuk melakukan PPGD (Penanganan Pasien Gawat Darurat) sehingga personil Dokter dan Perawat harus dilatih PPGD. d. Alkes habis pakai (seperti double lumen, infuse set, implant) tidak ada dalam pedoman/kebijakan JKN/BPJS oleh karena itu semua kebutuhan bahan habis pakai untuk keperiuan pelayanan khususnya pasien emergency harus diberikan tanpa ACC direktur medic dan keperawatan cq Bidang Pelayanan. Alkes yang dipergunakan di RSUP Sanglah adalah sesuai dengan formularium alkes/implant dan bahan habis pakai RSUP Sanglah Denpasar. e. Pastikan alat dan sarana prasarana di IGD siap setiap hari 7. Pasien yang antre kamar dirumah dan MRS tidak sesuai dengan jadwal yang direncanakan maka pada saat MRS pasien tetap melalui alur penerimaan pasien polikiinik (Misalnya : pasien yang seharusnya masuk rawat inap hari ini, tetapi karena ruangan penuh pasien tersebut di panggil lagi 2 hari, setelah dua hari tentu kondisinya bisa berubah, oleh karena itu pasien yang datang untuk MRS yang dipanggil kemudian harinya harus diperiksa lagi kondisinya di polikinik sebelum MRS atau bila pasien datang sore, malam hari libur diperiksa di IGD oleh DPJP terkait 8. Pemindahan atau penerimaan pasien dari atau ke unit layanan intensif atau layanan khusus ditentukan criteria yang telah ditetapkan. Staf ruang intensif diberikan sosialisasi tentang criteria masuk dan criteria keluar kamar intensit 9. Rumah Sakit menetapkan kebijakan pemulangan pasien untuk menambah ketersediaan tempat tidur di antaranya : a. Pasien diputuskan boleh pulang oleh DPJP selambat-lambatnya H-1 b. Petugas billing ruangan menyiapkan bill pasien H-1 c. Apabila terdapat kegagalan dalam urusan administrasi pemulangan maka Kepala Instalasi dapat membantu Kepala Ruangan untuk berkoordinasi dengan bidang terkait untuk pengurusannya d. Mempercepat proses koding pasien pulang @. Dokter harus melakukan visite dan memutuskan pasien pulang sebelum jam 10.00 10. Pasien Rawat Inap yang sudah di putuskan pulang namun karena proses administrasi atau penjemputan maka pasien tersebut akan di fasilitasi untuk di taruh di Ruang After Care sehingga tempat tidur di ruangan dapat dimanfaatkan pasien baru yang akan ‘menggunakannya 11, Penanganan Rujukan Pasien keluar RSUP Sanglah a. Pasien direferal karena ketidak mampuan sumber daya di RSUP Sanglah memenuhi kebutuhan pasien b. Pastikan pasien direferal bukan karena alasan biaya dan bukan karena ditolak pelayanannya oleh RSUP Sanglah Denpasar c. Referal pasien difasilitasi oleh MOD bukan DPJP/Residen yang memproses d. Pasien diantar oleh ambulance RSUP Sanglah denpasar tanpa biaya atau dijemput oleh ambulance e. Referal pasien difasilitasi oleh MOD dan bukan oleh DPUP/Residen 12. Penganan Stagnansi a. Pemeriksaan lab atau penunjang ai Fast - Track harus dilakukan sangat selektif b. Tidak semua pasien yang datang ke IGD memerlukan pemeriksaan penunjang c. Pastikan pasien di Fast-track sudah sangat selektif untuk dikonsuitasikan, jangan sampai pasien yang masih bisa rawat jalan dikonsultasikan Karena jika dikonsultasikan ke SMF maka prosesnya akan sangat lama. d. Tidak semua pasien yang ada kelainan lab/penunjang perlu dikonsultasikan ke SMF/Bagian 13. Penanganan respone time kepatuhan diagnose dan tindakan DPJP_ ‘a. Kepala IGD Memonitor kecepatan diagnose, tindakan serta terapi_pasien di IGD b. Kepala IGD berkoordinasi dengan DPJP apabila terdapat pasien yang belum terdiagnosa dan penentuan terapinya 10 Berbagai bentuk cadangan apabila tempat tidur yang disediakan penuh akan berdampak pada pemenuhan lokasi Ruangan tempat tidur cadangan, peralatan yang dibutuhkan, Teknologi medic, dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien pada tempat tidur cadangan, Namun hal tersebut harus didasarkan pada utiitas kebutuhan penggunaan tempat sering mungkin dipertimbangkan untuk pembuatan tidur cadangan dan apabila situasi ruangan rawat inap baru. Ketersedian tempat tidur pasien adalah masalah klasik diberbagai rumah ‘sakit yang menyebabkan adanya penumpukan pasien di Instalasi Gawat Darurat Maupun di Instalasi Rawat jalan. Adanya penempatan tempat tidur cadangan baru maka harus diperhitungkan fasiltas pendukunya, RSUP Sanglah sudah merencanakan apabila dalam situasi over krodit di IGD atau di Rawat Jalan sebagai akibat tidak mencukupinya tempat tidur yang disediakan maka akan di aktifkan tempat tidur cadangan baru dengan mempertimbangkan alokasi tempat, fasilites alat medis maupun non medis, Teknologi Medis dan pendukung lain yang dituangkan dalam Tabel berikut : Pada saat pasien dilakukan observasi di IGD, dapat terjadi beberapa kemungkinan diantaranya pasien yang berada pada zona tertentu dapat dipindahkan ke zona lain yang tingkat kegawatannya lebih tinggi (zona yang lebih tinggi), kondisi yang dapat pindah zona ‘sebagai berikut: ‘a. Pasien mengalami perubahan kondisi kegawatan yang cepat (henti jantung atau henti nafas). b. Zona yang dituju dalam keadaan penuh, pada kondisi ini pasien yang dipindahkan iberikan penanda berupa bendara sesuai dengan warna zona definitif Pada kondisi tertentu bila zona yang lebih tinggi tingkat kegawatannya penuh semua, maka pasien dapat ditempatkan diarea yang tersedia baik di zona lebih rendah maupun di seta sela IGD (IGD bedah 5 TT, IGD Medik 8 TT) . Bila tempat di sela — sela penuh maka pasien ditempatkan dilorong /koridor. Untuk melindungi privasi pada pasien yang di tempatkan di sela maupun lorong maka disiapkan sampiran yang mobile dan juga selimut cadangan. Untuk pasien yang beresiko terjadinya penularan (airbone) ditempatkan di ruang isolasi IGD. Jika ruang isolasi penuh maka segera dipindahkan ke Nusa Indah dengan SPO percepatan. Jika penuh maka pasien ditempatkan di ruangan dengan Hepa Filter portable di ruang Nusa Indah kamar 5 dan kamar 6. 1 Jenis Sarana dan Prasarana Tugas "Tempat tidur (TT) cadangan Petugas menarik tempat tidur cadangan/strecher yang ada diunit lain. Jika terjadi overcrowded setiap ruangan rawat inap mengirimkan satu strecher . Ruangan Pasien yang masih memerlukan asesmen dan tindakan IGD dapat dibaringkan di: Lorong dalam IGD di depan area medik 2. Lorong IGD di depan area anak dan kebidanan 3, Lorong di depan ruang radiology IGD Kamar Perawatan 7, Pasien dan keluarga tidak dapat memilin Kelas, perawatan ditentukan di ruangan yang tersedia. 2. Recovery Room/RR pasien sebelum tindakan di OK Iep. 3. Lorong ruangan perawatan average dapat dipakai untuk merawat pasien yang telah diputuskan dirawat ‘Alat medis tambahan/ cadangan 7. Peru dilakukannya koordinasi instalasi CSSD untuk linen dan selimut pasien yang menggunakan TT tambahan. ‘Obat - obatan dan BHP tambahan/cadangan T. Koordinasi dengan instalasi Farmasi 2. Koordinasi ke Instalasi Farmasi dengan apotek yang lain yang sudah ada hubungan kerja sama dengan RSUP Sanglah. 3, Koordinasi Instalasi Farmasi dengan pemasok obatialkes. Makanan Tnstalasi_gizi_menyediakan makanan (alat disposible) sesuai dengan pesanan ( Diet ) yang telah ditetapkan oleh dokter jaga. Mempersiapkan makanan paket-paket untuk pasien, petugas RS baik bersumber dari Instalasi Gizi atau makanan dari sumber lain. ‘Air Minum instalasi Gizi menyedikan_ air minum dalam kemasan ( botol dan atau gelas.) sesuai standar pelayanan Listrik Berkoordinasi dengan Sarana Non Medik untuk kabel listrik 2 ‘extension. Kamar mandi Pasien atau keluarga dapat menggunakan kamar mandi di: 4. Laboratorium 2. Poliktinik umum 3. Sewa mobil toilet ‘Oxsigen Wobiisasi oksigen tabung dari ruang ruang ratna, ruang MS: Koordinasi dengan bidang penunjang medis. Monitor (mobile) Mobile monitor dapat diambil dari: 4. Ruang ICU 2. Ruang MS (2 buah) 3. Ruang Ratna ( 2 buah) Rekam Medik Wemakai Status Rekam Medik yang tersedia, atau lembaran-lembaran catatan terpisah. Staf instalasi Rekam Medik, beserta keuangan dan SIRS memastikan bahwa pasien yang dirawat dapat diproses admisinya walaupun ruangan yang dituju telah penuh, Troi emergensi Troi emergensi dapat ditambahkan dari: 4, Ruang Ratna (baik siang/malam) 2, Ruang MS (baik siang/malam) 3, Ruang poliklinik umum (saat malam hari) 4, Ruang OK (baik siang/malam) Tiang infus Tiang infus tambahan dapat diambil dari ruang perawatan lainnya, menggunakan tiang infus di strecher atau menggunakan tali jika sudah tidak tersedia tiang infus diseluruh ruang perawatan. Tit Pasien atau keluarga dapat menggunakan seluruh fasilitas lift yang tersedia. PENGATURAN STAF Pemimpin rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua pasien di RSUP sanglah memiliki akses ke area perawatan rumah sakit yang tepat. Mereka juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa layanan yang disediakan sesuai dengan lingkup layanan dan 23 tingkat perawatan yang dibutuhkan. Protokol ini adalah untuk memberikan panduan untuk mengatur ketenagaan pada kondisi dimana kapasitas rumah sakit tinggi atau kesulitan ‘memperoleh staff. Protokol ini juga memberikan panduan terkait dengan penutupan sementara rumah sakit karena kapasitas yang penuh. Penerapan panduan ini desesuaikan dengan escalation plan rumah sakit. Aktivasi Sumber Daya Manusia yang ada Unsur Sumber Daya Manusia (SDM) Tugas yang harus Dilakukan | Perawat 1. Mengaktifkan tenaga perawat cadangan (special duly nurse) 2. Menugaskan staf keperawatan yang bertugas di manajemen : 3. Menunda kepulangan perawat ruangan ada shift yang sedang berjalan Dokter - Memindahkan dokter jaga dari ruangan ke IGD . Menugaskan dokter yang bertugas di Poliklinik Radiografer 7 2 3, Menugaskan dokter DPJP 1. Mengaktfkanimemanggil tenaga cadangan, staf yang dapat ditelpon 2, Memanggil radiographer pada shift berikutnya 3. Menunda kepulangan radiographer yang ada dalam shift berjalan Petugas Laboratorium 1. Mengaktifran/memanggil tenaga cadangan, staf yang dapat ditelpon 2. Memanggil petugas laboratorium pada shift berikutnya 3. Menunda kepulangan petugas laboratorium yang ada pada shift sedang berjalan Petugas Farmasi 1. Saat jam Kerja, petugas melakukan mobilisasi tenaga farmasi dari apotik 24 jam dan DEPO Farmasi 2. Diluar jam kerja, staf farmasi yang sedang dinas diinfokan Untuk tidak pulang terlebih dahulu 3. Mempersiapkan cadangan obat yang dapat diambil di apotik yang bekerjasama dengan RSUP SANGLAH Petugas gizi 1. Mengaktifkan/memanggil tenaga cadangan 14 2. Memanggil petugas gizi pada shift berikutnya 3. Menunda kepulangan petugas gizi yang ada pada shift sedang berjalan Petugas rekam medik ‘Mengaktifkan/memanggil tenaga cadangan Memanggil petugas RM pada shift berikutnya Memobiliasi petugas RM dari unit RM ke unit admisi IGD Menunda kepulangan petugas yang ada pada shift sedang berjalan Pekarya ‘Melakukan mobilisasi pekarya dari unit palayanan lain Cleaning serviece dan keamanan | Melakukan koordinasi dengan bagian Rumah Tangga (RT) untuk menambah tenaga cleaning service dan petugas keamanan di sekitar IGD Jika kejadian Overcrowding terjadi pada jam kerja, penanggung jawab tatalaksana Penanganan overcrowding adalah Kepala IGD yang langsung melaporkan ke Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan. Kemudian Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan menginformasikan kondisi yang ada ke Direktur Medik dan Keperawatan,selanjutnya Direktur Medik dan Keperawatan menyatakan diperlukannya tatalaksana khusus dalam menangani overcrowding. Jika kejadian Overcrowding terjadi di luar jam kerja, yang bertanggung jawab adalah ‘Manager on duty (MOD) dan Dokter Konsulen jaga on sife. Ketua Tim IGD melaporkan ke ‘Manager on duty dan Dokter Konsulen. Manager on Duty melaporkan ke Direktur Medik dan Keperawatan untuk mengaktifkan sistem tatalaksana penanganan overcrowding. Selanjutnya Direktur Medik dan Keperawatan, menyatakan diperlukannya tatalaksana khusus dalam menangani overcrowding. Pengaktifan petugas dalam tatalaksana overcrowding yang disebabkan oleh bencana alam perlu mempertimbangkan masalah konflik kepentingan bagi petugas, Karena yang bersangkutan juga harus memberikan pelayanan kepada anggota keluarganya atau dirinya, Penanganan overcrowding dapat menyebabkan diperpanjangnya waktub kerja, dipanggilnya tenaga cadangan, memberdayakan petugas shift berikutnya, dan pemindahan petugas dari unit lain. Beberapa pengecualian pemberdayaan petugas saat overcrowding diberikan kepada: + Petugas yang sedang sakit + Petugas yang hamil + Petugas yang mempunyai anak yang masih menyusui atau sakit * Petugas yang mempunyai beban mengurus orang tua yang sakit 15 + Petugas yang rumah atau anggota keluarganya terdampak bencana, ALUR PASIEN DI SELURUH AREA PERAWATAN | Gambar 2. Alur pelayanan pasien dari IGD hingga ruangan atau keluar RSUP_Sanglah. 16 Berdasarkan alur diatas, didapatkan alur pelayanan pasien mulai dari masuk hingga pasien Pulang dari Instalasi Gawat Darurat di RSUP Sanglah. Pasien dapat masuk ke IGD RSUP Sanglah melalui skrining baik dari rawat jalan (ka pasien datang kerawat jalan dan memerlukan penanganan segera) dan skrining dari IGD. Pasien poliklinik yang masuk ke IGD adalah hanya pasien yang mengalami kegawatan (kategori 1-3). Pemilahan kegawatan pasien ditentukan menggunakan triage lima level oleh dokter triage. Skrining pasien di |GD menggunakan sistem triage. Proses triage melalui dua tahap yaitu melalui triage primer dan triage sekunder. Triage primer dilakukan oleh perawat yang bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas. Pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas langsung di bawa ke ruang resusitasi, Jika proses resusitasi berhasil maka pasien kemungkinan dirawat di ICU atau perlu tindakan operasisika tempat perawatan di ruang ICU penuh, pasien yang memerlukan perawatan intensif di berikan informasi untuk dipindahkan di ke rumah sakit jejaring. Jika rumah sakit Jejaring penuh atau keluarga tidak bersedia maka pasien diobsevasi ruang resusitasi IGD. Skrining tahap kedua adalah triage sekunder, yang dilakukan oleh dokter jaga triage (dokter uum). Skrining awal di triage sekunder menggunakan triage lima level, dimana terbagi menjadi 5 skala prioritas, yaitu katagori 1 (Immediately Life Threatening) warna merah, Kategori 2 (imminently life-threatening) warna kuning, Kategori 3 (Potentially LifeThreatening) wana kuning, kategori 4 (Potentially serious) dan category 5 (Less Urgent). Pada kategori 1 asesmen awal dan penanganan harus dilakukan segera, Kategori 2 asessment awal dan penanganan harus dilakukan dalam 10 menit, kategori 3 asessment awal dan penanganan harus dimulai dalam waktu 30 menit, Kategori 4 assessment awal dan penanganan harus dilakukan dalam waktu 60 menit dan kategori 5 assessment awal dan penanganan dapat dimulai dalam waktu 120 menit. Terdapat beberapa hal khusus saat pasien dilakukan triage, diantaranya adalah jika ditemukan pasien: 1. Pediatrik : Standar untuk kategorisasi yang sama harus digunakan di IGD dan harus ditriase sesuai dengan urgensi kinis yang objektf. 2. Trauma; keracunan : Kategori triase harus tetap dialokasikan sesuai tingkat urgensi Kinis yang ojektif, minimal pada kategori kuning, atau lebih berat bila kondisi hemodinamik menunjukkan kondisi lebih berat. 3. Gangguan perilaku : Pasien yang datang dengan masalah mental dan angguan perilaku harus ditriase sesuai dengan urgensi klinis dan situasional. Bila ada masalah fisik dan perilaku ada bersamaan, kategor' triase lebih berat yang dipakai. v7 4, Pasien usia tua dan anak-anak, harus mendapat perhatikan khusus terutama bila ada keluhan nyeri 5. Pasien dengan keluhan nyeri dada minimal harus diberikan kategori 2 6. Pasien dengan riwayat mengalami kekerasan harus di prioritaskan. Setelah dilakukan skrining pasien dilakukan pengkajian awal, pemeriksaan laboratorium, radiologi, konsultasi dan tindakan medis. Pasien yang akan direncanakan untuk tindakan segera baik bedah ataupun tindakan kateterisasi namun tertunda, maka petugas mengisi formulir penundaan dan alasan pasien tersebut ditunda. Penundaan tindakan medik dllingkungan RSUP Sanglah dapat terjadi pada keadaan seperti: = Kondisi kesehatan pasien/klien yang belum memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan dan atau tindakan medik, = Situasi ruang perawatan yang berkaitan dengan rencana rawat pasca tindakan medik ~ Kondisi peralatan yang digunakan dalam proses pemeriksaan dan atau tindakan medik = Masalah administratif yang menjadi persyaratan untuk dilakukannya pemeriksaan dan atau tindakan medik. Dalam waktu 6 jam setelah pasien datang ke IGD harus diputuskan apakah akan irawat, dipulangkan atau dirujuk. Periode ini dipantau sebagai disposition time. Pasien yang sudah diputuskan rawat inap diamprahkan tempat di Instalasi admission. Instalasi admission ditargetkan mampu menyiapkan 100 % tempat tidur untuk pasien yang memerlukan rawat inap. Jika pasien sudah mendapatkan tempat di rawat inap pasien dipindahkan dengan diantar oleh petugas yang sesuai gradasi transportasi pasien. Waktu antara dokter memutuskan pasien boleh pindah ke rawat dengan waktu pasien keluar dari IGD dipantau sebagai indicator mutu yaitu boarding time. Maksimal waktu boarding time adalah 2 jam. Pasien yang masin memerlukan observasi dan monitoring dipindahkan ke ruang medical surgical. Kriteria masuk ruang medical surgical meliputi : 1. Vital Sign a. Nadi <60 atau < 120 kali/ menit b. Tekanan darah sistolik 2 80 mmHg atau tanpa penurunan 20 mmHg dari tekanan darah sistolik biasa. c. Mean arterial pressure 50-150 mmhg 4d. Laju Respirasi < 35 kali / menit 2. Nilai Laboratorium a. Kadar natrium serum < 120 b. Kadar kalium > 3.0 mEq atau < 6.5 mEq 18 PaQ2 > 80 mmHg pada oksigen ruangan PH 7.35 -7.45 paCO2 < 50 mmHg Serum Glucose > 200 mg / dl yang memerlukan regulasi cepat. 3. ELEKTROCARDIOGRAPHI rama sinus atau arhytmia tanpa gangguan hemodinamik. 4, PEMERIKSAAN FISIK ‘a. Pupil isokor dengan ukuran normal b. Kesadaran kompos mentis dengan GCS >8 . Produksi urine 0.5 — toc /kg 5. RADIOLOG! Perdarahan cerebral, contusion atau perdarahan subarachoid dengan penurunan status mental. Untuk menjaga Kontinuitas pelayanan, saat pasien dipindahkan dari IGD ke unit Perawatan lain atau ruang tindakan maka petugas melakukan handover dan mengisi formulir transfer antau unit atau ruang tindakan yang diberi tanda tangan dan nama jelas. Sebelum Pasien dipindahkan sudah dipastikan bahwa pasien sudah terrecord dalam sistem informasi rumah sakit ( SIRS ) sebagai bahan informasi bagi pelayanan penunjang lainnya. Jika pasien berada di ruang IGD yang sudah dilakukan pemeriksaan, observasi dan sudah diputuskan untuk dirawat atau dipindahkan ke unit rawat yang akan dituju, namun kondisi unit yang dituju belum dapat menerima atau belum tersedia tempat tidur maka pasien dapat dipindahkan keruang transit di bakung timur dengan kapasitas maksimal 23 TT. Tujuan adanya ruang transit adalah untuk menjaga kelancaran alur pasien dan memberikan waktu kepada unit perawatan dan unit penunjang lain untuk mempersiapkan tempat dan erlengkapan yang dibutuhkan oleh pasien, sehingga kesinambungan pelayanan kesehatan setiap pasien dapat terjaga. Dalam waktu 3 x 24 jam pasien harus dipindahkan ke ruang rawat definitif, Kriteria masuk ruang transit meliputi : + Semua pasien dewasa kecuali kasus tropis, psikiatri, dan stroke fase akut. + Pasien yang tidak mempunyai indikasimasuk intensive, MS dan ruang ratna. + Pasien dengan GCS 2 8 dan vital sign stabil di rawat di ruang transit bakung timur. Dan bila GCS < 8 dan vital sign tidak stabil maka di rawat diruang |GD Pasien dari rawat inap dapat keluar dari rumah sakit dalam keadaan meninggal, pulang 19 atau rujuk. Dokter harus memutuskan pasien diperbolehkan pulang keluar sebelum jam 11.00, periode ini di pantau sebagai indicator mutu. Jika pasien yang diperbolehkan pulang masih menunggu pembayaran, penjemputan dan pengurusan administrasi lainnya , pasien dipindahkan ke after care. Pelayanan ruangan affer care mulai pk 09.00 Wita sampai pk 19.00 Wita. Jika pasien meninggal dan pulang paska observasi di IGD maka pasien dibuatkan resume medik pasien pulang. Jika pasien direncanakan dilakukan rujuk dikarenakan kondisi dan kebutuhan pelayanan pasien, maka petugas membuat surat rujukan 2 rangkap, dimana rangkap pertama akan diberikan kepada RS yang dityju dan rangkap kedua dimasukkan kedalam berkas rekam medik pasien. Faktor Menyebabkan Kondisi IGD Overcrowding Berdasarkan salah satu literatur didapatkan penyebab kepadatan atau Overcrowdiing di IGD dibagi menjadi 3 faktor, diantaranya faktor input, faktor proses dan faktor output. Penyebab faktor input merupakan faktor yang disebabkan oleh jumlah pasien yang datang ke IGD yang dikarenakan adanya pasien masuk dengan label hijau yang merupakan prioritas 4 dan 5 (tidak gawat dan tidak darurat) dimana pasien merasa harus mendapat pelayanan gawat darurat namun setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya pasien tersebut sama sekali tidak memerlukan tindakan gawat darurat. Faktor proses merupakan semua bentuk bottleneck yang terjadi di IGD dimana penyebab utamanya adalah inadekuat jumlah staf medik dan keperawatan IGD dengan jumlah pasien yang datang ke IGD. Faktor output merupakan bottlenecks dari sistem lainnya yang mempengaruhi keadaan di IGD, yaitu adanya pasien yang mengalami penundaan perawatan dikarena penuhnya rang perawatan, jumlah TT cadangan yang kurang adekuat. Di RSUP Sanglah, overcrowding pada umumnya karena pasien yang datang ke IGD atau pasien yang dikirim dari RS lain melebihi kapasitas tempat tidur pada suatu waktu tertentu, lamanya pemeriksaan di IGD, lamanya keputusan dokter IGD, terlambatnya pemindahan pasien ke ruangan perawatan yang dimaksud, sulitnya merujuk pasien dari RSUP Sanglah ke RS lain, penuhnya tempat tidur di ruangan terutama ruang intensive care dan HCU Medikal, terlambatnya visitasi dokter dan keputusan untuk memindahkan pasien, pasien yang ‘sudah dipulangkan tetapi tidak bisa keluar ruangan karena tidak ada keluarga yang menjemput atau mengurus pemulangan, terlambatnya pembuatan resume perawatan. 20 Efek Kondisi IGD Overcrowding Berdasarkan literatur didapatkan beberapa penyebab dari adanya overcroding di IGD dengan kemungkinan terburuk adalah kematian pasien dikarekan human error yang dilakukan petugas pemberi asuhan. Menurunnya kualitas pelayanan dimana proses transfer pasien baik keunit perawatan lain atau keluar RS menjadi terunda serta penundaan tatalaksana yang menjadi standar sesuai kebutuhan pasien. Gangguan akses pasien sehingga banyak pasien yang akan berpindah ke Rumah sakit lain dengan pelayanan yang lebin nyaman dan cepat serta adanya pengalihan dari ambulan untuk melakukan rujukan pasien keluar rumah sakit. Salah satu efek dari kepadatan atau Overcrowding adalah meningkatnya biaya yang akan dikeluarkan pasien ataupun asuransi yang menjamin pasien, hal ini tidak diharapkan karena Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) membayar pasien berdasarkan tarif INA-CBG's sesuai severitas dan kelas pasien saja. Di RSUP Sanglah evercrowding di IGD juga akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien dan keluarga, kecemasan keluarga, tingginya tingkat keletihan petugas sehingga tidak konsentrasi penuh dan menyebabkan bahaya kepada pasien. ‘Overcrowding di ruangan juga dapat menyebabkan perlunya penambahan petugas perawatan, tidak optimainya pelayanan dan bahkan dapat menyebabkan penundaan pada tindakan elektif. EFISIENS! DARI PELAYANAN NON KLINIS YANG MENDUKUNG PERAWATAN Untuk melakukan efisiensi pelaynan nonklinis yang mendukung perawatan dan pengobatan pasien perlu dilakukan aktivasi beberapa sistem ‘Sistem yang Diaktifkan Tugas Koordinasi TInformasi mengenal _Keadaan Overcrowding disampaikan oleh kepala ruangan / ketua Tim ke MOD. Pengaktifan penanganan Overerowding dilakukan oleh Direktur Medik dan Keperawatan. Keamanan Petugas keamanan ditugaskan oleh Pimpinan Sekurit untuk menjaga lingkungan IGD, baik terhadap pasien beserta harta benda yang diibawanya, mengatur antrian pasien yang masuk, mencegah keluarga untuk masuk ruang tindakan, menjaga keamanan barang-barang/ peralatan medis yang dipergunakan di luar ruangan RS. 21 Rekam Medik Tnstalasi Rekam Medik memfasilitas! pendaftaran pasien yang masuk IGD tanpa pengantar, sehingga petugas yang mendatangi pasien yang sedang ditatalaksana. Instalasi Rekam Medik membuat status RM semua pasien yang masuk. Untuk pasien yang perlu dirawat, maka bila ruangan penuh maka Rekam Medik berkomunikasi dengan SIRS sehingga memungkinkan merawat pasien di ruang tambahan (di lobi, atau selasar ruangan rawat). ‘Sistem Informasi RS ‘Wemfasilitasi Kemungkinan perawatan pasien tanpa alokasi tempat tidur, atau tempat tidur tambahan di lobi atau selasar ruang rawat. ‘SPGDT ‘Secara aktif menghubungi RS lain sekitar RSUP Sanglah dan RS lain yang bekerjasama, untuk merujuk pasien yang tidak dapat dilayani di RSUP Sanglah karena masalah non kardiovaskular atau dengan masalah kardiovaskular yang dapat ditransfer. ‘Sistem Perjanjian Perjanjian untuk pasien yang akan dirawat secara elektif ditunda bila tidak memungkinkan tersedianya fasilitas perawatan. Customer Service Secara aki membantu pasien dan keluarga dalam hal identifixasi dan penjaminan pembiayaan, serta membantu menjelaskan kondisi overcrowding bagi pasien atau keluarga terdampak. Transportasi Pemberdayagunaan seluruh fasiitas ambulan yang tersedia, diantaranya; 1, Ambulan RSUP Sanglah 2. Ambulan BPBD 3, Mobil operasional RS (untuk pasien yang stabil) 4, Ambulans swasta/ organisasi sosial/instansi/ yayasan. Rumah Sakit rujukan Pasien dapat dirujuk ke beberapa rumah sakit sesuai dengan kebutuhannya, diantaranya: 1, RS Prima medika 2. RS BROS 3. RS Kasih Ibu 4, Rumah sakit pemerintah 2 Pasien dirujuk, bila: 4. Bukan kasus yang sesuai dengan Visi dan misi RSUP Sanglah Ruang intensif sudah penuh ‘Alat bantu hidup sudah tidak tersedia (Ventilator) Atas permintaan pasien ‘Altematif Ruang Perawatan Intensif (ICUHCU) Ruang RR IGD (maksimal 77) Rujuk ke rumah sakit iain Cadangan SDM seperti pada kondisi overload IGD ‘Altematif Ruang Rawat HCU Medikal Ruang RR IGD (maksimal 7 TT) ‘Cadangan SDM seperti pada kondisi overload IGD peep slaen ‘Alternatif Ruang Rawat Pasien dirawat diruang perawatan sesuai dengan ruangan yang tersedia, termasuk ruang VIP RSUP sanglah (tidak bersdasarkan kelas pilihan pasien) 2. Mobilisasi SMF dan PPDS untuk reevaluasi kasus pasien yang dirawat. PEMBERIAN PELAYANAN KEPAD PASIEN DI RUANG RAWAT YANG DITITIPKAN Keseluruhan asuhan perawatan yang diberikan kepada pasien yang belum bisa masuk ruangan rawat inap oieh Karena ruangan masih penuh. Pelayanan yang dimaksudkan di ruang transit ini adalah pelayanan rawat inap yang meliputi; pemeriksaan/follow up olen DPJP, pemberian obat- bat, makanan sesuai diet, personal hygene, dan pelayanan lainnya sesuai dengan plan of care dari DPJP. Prosedur 4. DPJP meneniukan pasien untuk rawat inap. 2. DPJP memberikan penjelasan kepada pasien dani atau keluarga tentang rencana perawatan (Plan of Care) dan ditulis pada rekam medik. 3. Pasien keluarga mengurus rawat inap dengan membawa form rawat inap ke bagian admission. 4, Petugas admission mengucapkan salam kepada pasien! keluarga yang datang ke bagian admission. 23 2 Petugas admission memberikan penjelasan bahwa kondisi ruang rawat inap sedang penuh sehingga pasien sementara akan dirawat di ruang transit, 6. Pasien/ keluarga diberikan penjelasan tentang tata tertib berkunjung, jadwal visite dokter, dan hal-hal lain terkait dengan kondisi ruang transit. 7. Bila pasien keluarga teiah menyetujui, maka pasien / keluarga menandatangani general consent. 8. Petugas admission melakukan pendaftaran rawat inap sesuai dengan SPO yang berlaku. 9. Petugas admission akan mengusahakan ruang rawat inap di RSUP mSanglah dan di rumah sakit lain jejaring bila paling lambat dalam waktu 3x24 jam belum ada ruang rawat inap yang kosong. 40. Kepala ruangan Transit melakukan koordinasi agar DPJP melakukan te di ruang Transit. AKSES KE PELAYANAN PENUNJANG Pasien yang dirawat / dittipkan sementara mempunyai akses pelayanan yang sama terhadap pelaynan penunjang. Pelaynan penunjang tersebut dapat berupa pelayanan sosial , dukungan spiritual, dan agama . Untuk mendapatkan pelayanan kerohanian pasien atau keluarga dapat menyampaikan kle ptugas ruangan, Petugas ruangan akan menyampaikan ke admission petugas admission akan menghubungi rohaniawan. Pelayanan kerohanian hanya sampai jam 21.00 WITA 24 Lampiran Kegiatan seperti biasa Kegiatan seperti biasa Pencetus : 8-10 pasien menunggu tempat di rawat SOP alur pasien PHASE 2: Berat Penangung jawab bidang pelayanan dan Bidang keperawatan Pencetus : lebih dari 10-20 SOP alur pasien i Koordinasi keBidang pelayanan dan pasien menunggu tempat di kepearwatan Pencetus : lebih dari 20-30 pasien menunggu tempat di rawat inap Ruang resussitasi penuh SOP overcrowded PHASE 4: (Aktifkan tim eskalasi rumah sakit) Pencetus: lebih dari30 pasien | SOP internal disaster menunggu tempat di rawat Definisi + Tidak terdapat MRS di IGD yang tidak mendapatkan tempat dirawat inap © Fungsi area a. Tempat di area fast track masin tersedia b. Jumiah pasien category 3 di area medik : 4 cc, Jumlah pasien category 3 di area bedah : 7 4d. Jumiah pasien category 3 di area anak : 13 e. Ruang resusitasi masih tersedia Tindakan: * Pelayanan berjalan seperti biasa Staf tambahan : tidak perlu * Pelayanan menggunakan sumber daya yang ada Fasilitas tambahan : + Fasilitas tambahan tidak diperlukan 27 Definisi © Kriteria aktivasi awal terpenuhi * Terdapat 8-10 pasien MRS di IGD yang belum mendapatkan tempat dirawat inap + Fungsi area ( 50 % kapasiats UGD Terisi) a. b. e. Tempat di area fast track masin tersedia Jumlah pasien category 3 di area medik : 4 Jumlah pasien category 3 di area bedah : 7 Jumlah pasien category 3 di area anak: 13 Ruang resusitasi masih tersedia ‘© Kondisi ini terjadi sepanjang hari lebih dari 6 jam Tindakan : «MOD dan Ketua Tim mendiskusikan perlunya pengaktifan phase 1 © MOD: mendiskusikan dengan koordinator pelayan IGD tentang pengaktifan phase 1 melalui telepon * Ka Tim: melakukan koordinasi ke kepala ruangan saat jam kerja + Ka Tim: melakukan koordinasi ke pengamat keperawatan dan Instalasi admission diluar jam kerja Staf tambaha idak diperlukan 28 PHASE 2: Berat * Kriteria aktivasi awal terpenuhi « Terdapat 10 - 20 pasien MRS di IGD ‘© Fungsi area (75% kapasitas UGD terpenuhi) a. Tempat di area fast track masih tersedia b. Jumlah pasien category 3 di area anak : 6 c. Jumlah pasien category 3 di area bedah : 11 d, Jumlah pasien category 3 di area Medik : 21 e. Ruang resusitasi masih tersedia + Kondisi ini terjadi sepanjang hari Tindakan + MOD dan Ketua Tim mendiskusikan perlunya pengaktifan phase 2 ‘© MOD: mendiskusikan dengan koordinator pelayan IGD tentang pengaktifan melalui telepon + Ka Tim: meminta perawat tambahan ke kepala ruangan saat jam kerja. Kepala ruangan koordinasi ke koordinator keperawatan dan ke bidang keperawatan + Ka Tim: meminta perawat tambahan ke pengamat keperawatan diluar jam kerja. Pengamat keperawatan koordinasi ke bidang keperawatan «Ka Tim : koordinasi ke bagian admission ‘© Staff tambahan 29 Definisi + Kriteria aktivasi awal terpenuhi + Terdapat lebih 20 pasien MRS di UGD * Fungsi area Medik, anak dan bedah an fast track terganggu dan semua fasilitas sudah digunakan secara maksimal + Ruang resusitasi tidak tersedia Tindakan © MOD dan Ketua Tim mendiskusikan perlunya pengaktifan phase 3 * MOD: mendiskusikan dengan koordinator pelayan IGD tentang pengaktifan melalui telepon perlunya keputusan segera untuk mencegah aktivasi phase 4 © MOD : meminta bidang pelayanan medis untuk berdiskusi dengan MOD dan Ka Tim tentang pemecahan masalah «Ka Tim menghubungi kepala ruangan dan bidang keperawatan untuk hadir membantu. © Mengaktifkan SOP overcrowded © Direktur membantu memfasilitasi pembukaan area keperwatan baru ‘© Direktur memfasilitasi rumah sakit lain untuk membatasi rujukan © Ka Tim: memindahkan pasien ke area koridor. Tambahan Tenaga Ka Tim : meminta perawat tambahan ke kepala ruangan saat jam kerja. Kepala ruangan koordinasi ke coordinator keperawatan dan ke bidang keperawatan. «Ka Tim: meminta perawat tambahan ke pengamat keperawatan diluar jam kerja. ‘+ Pengamat keperawatan koordinasi ke bidang keperawatan 30 PHASE 4: (Aktifkan tim eskalasi rumah sakit) Definisi * Kriteria aktivasi awal terpenuhi ‘+ Terdapat lebih dari 20 pasien MRS di IGD + Fungsi area Medik, anak dan bedah an fast track terganggu dan semua fasiltas sudah digunakan secara maksimal. ‘+ Ruang resusitasi tidak tersedia ‘+ Kondisi ini terjadi sepanjang hari Tindakan. * MOD dan Ketua Tim mendiskusikan perlunya pengaktifan phase 4 * MOD: mendiskusikan dengan koordinator pelayan IGD tentang pengaktifan melalui telepon perlunya keputusan segera untuk mencegah aktivasi phase 4 © Bahwa telah terjadi kondisi serius yang mengancam keselamatan pasien walaupun pase 1-3 telah diaktifkan. © IGD tidak dapat berfungsi secara effective dan effisien © Sebagai akibatnya pasien di tempat di brancard ambulance dibawah pengawasan petugas yang mengantar. ‘+ MOD: meminta direktur untuk mengaktifkan internal disaster + Tambahan staff © Dalam jam kerja : semua perawat non clinic dan consultant membantu di IGD © Diluar jam kerja : semua consultan dan perawat manager di hubungi oleh pihak rumah sakit untuk membantu * _Mengaktifkan SOP internal aster plan 31 Par enn ‘Tindakan yan: kan hase 4 ‘Semua pasien harus ditriage MOD dan Ka tim berada di area ambulance untuk membantu melakukan triage Dalam jam kerja bidang kepeerwatan dan bidang pelayanan medik harus berada di |GD Diluar jam kerja konsultan dan perawat coordinator di harapkan hadir ‘Semua pasien yang perlu resusitasi di lakukan tindakan di |GD Pasien yang datang dengan ambulance tapi dengan kondisi baik di bawa ke ruang tunggu. Pasien yang datang dengan ambulance tetapi dalam kondisi tidak aman dipindahkan ke ruang tunggu ditempatkan di dalam ambulance. Petugas ambulance melakukan observasi, jika terjadi perubahan kondisi dapat melapor ke MOD untuk evaluasi. 32 5. Petugas admission memberikan penjelasan bahwa kondisi ruang rawat inap sedang penuh sehingga pasien sementara akan dirawat di ruang transit. 6. Pasien/ keluarga diberikan penjelasan tentang tata tertib berkunjung, jadwal visite dokter, dan hal-hal lain terkait dengan kondisi ruang transit. 7. Bila pasien keluarga teiah menyetujui, maka pasien / keluarga menandatangani general consent 8. Petugas admission melakukan pendaftaran rawat inap sesuai dengan SPO yang bertaku, 9. Petugas admission akan mengusahakan ruang rawat inap di RSUP mSanglah dan di rumah sakit lain jejaring bila paling lambat dalam waktu 3x24 jam belum ada ruang rawat inap yang kosong. 10. Kepala ruangan Transit melakukan koordinasi agar DPJP melakukan visite di ruang Transit. AKSES KE PELAYANAN PENUNJANG Pasien yang dirawat / dititipkan sementara mempunyai akses pelayanan yang sama terhadap pelaynan penunjang. Pelaynan penunjang tersebut dapat berupa pelayanan sosial , dukungan spiritual, dan agama . Untuk mendapatkan pelayanan kerohanian pasien atau keluarga dapat menyampaikan kle ptugas ruangan, Petugas ruangan akan menyampaikan ke admission petugas admission akan menghubungi rohaniawan. Pelayanan kerohanian hanya sampai jam 21.00 WITA 24 BABV PENUTUP Panduan untuk mengatur flow pasien di rumah sakit merupakan hal yang sangat penting. Unsur — unsur yang terdapat di dalam panduan flow pasien tidak hanya meliputi alur pasien tetapi juga penyiapan fasilitas, pemetaan ketersediaan tempat tidur dan pemetaan tenaga medis dan non yang diperlukan. Pembuatan sebuah panduan pasien flow merupakan sebuah proses me yang komplek yang harus melibatkan banyak komponen DITETAPKAN DI: DENPASAR. PADATANGGAL _: 30 JANUARI2019 25

Anda mungkin juga menyukai