“BRONCHOPNEUMONIA”
1
PENDAHULUAN
Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini
dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan
baik.Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan
anak adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.1
2
Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka
mortalitas pneumonia pada anak balita di Negara berkembang.Faktor risiko
tersebut adalah pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah,
tidak mendapatkan imunisasi, tidak mendapatkan ASI yang adekuat, malnutrisi,
serta tingginya pajanan terhadap polusi udara.1
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernapasan dapat berupa batuk,
kesukaran bernapas, sakit tenggorok, pilek, sakit telinga dan demam.Sehingga
petugas kesehatan perlu mengenal anak-anak yang sakit serius dengan gejala
batuk atau sukar bernapas agar dapat diberikan pengobatan yang sesuai. Oleh
karena itu agar pemberian terapi sesuai, maka pada refleksi kasus kali ini akan
dibahas tentang diagnosis bronkopneumonia pada anak.
3
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. A
Umur : 7 bulan
Jenis kelamin :Laki-Laki
Alamat : Jl. Lasoani
Agama : Islam
Tanggal masuk :17 Juni 2018
ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak Napas
Riwayat penyakit sekarang
Sesak napas di rasakansejak sehari sebelum masuk rumah sakit dan
semakin memberat sejak tadi pagi.Ibu pasien mengeluhkan sesak semakin
memberat ketika pasien setelah batuk
Pasien mengalami batuk sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit,
lendir (+), darah (-). Pasien juga mengalami flu sejak dua hari sebelum masuk
rumah sakit.
Ibu pasien juga mengeluhpasienpanas yang dialami sejak 2 hari yang lalu,
panas naik turun, naik biasanya tidak menentu dan panas turun biasanyasetelah di
berikan obat penurun panas kemudian panas akan naik kembali.Saat demam
pasien tidak ada kejang.
Pasien tidak mengalami mual dan muntah, tidak ada mimisan dan
perdarahan gusi. Buang air besar belum ada selama 1 hari, Buang air kecil lancar.
4
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhanserupa.
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat asma
Riwayat sosial-ekonomi :
Menengah ke atas, tinggal di rumah yang beratapkan seng, dengan dinding
papan dan lantai semen, yang di huni oleh 5 orang anggota keluarga.
Riwayat kebiasaan dan lingkungan :
Ayah merupakan perokok aktif yang sering merokok didalam rumah.Rumah
terletak di pinggir jalan yang berdebu.
Riwayat Kehamilan dan persalinan :
Anak ke-1 dari 3 bersaudara, lahir normal di rumah di tolong oleh bidan,
bayi lahir langsung secara spontan dan menangisdengan usia kehamilan cukup
bulan, dan Berat Badan Lahir : 2900 gram, Panjang Badan Lahir: 47 cm.
Anamnesis Makanan :
ASI diberikandari lahir sampai 4 bulan dan Susu formula diberikan sejak
usia lahir – sekarang.
Riwayat Imunisasi: Imunisasi dasar lengkap sesuai dengan umur
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 6,6 kg
Tinggi badan : 65 cm
Status Gizi (CDC) : Z score (0) – (1) (Gizi Baik)
Tanda vital : Tekanan darah = tidak di ukur
Nadi = 144 x/menit, reguler isi cukup,kuat angkat
Respirasi = 88x/menit
Suhu badan = 37,9 0C
Kulit : tidak sianosis, tidak ikterik, turgor< 2 detik, petekie (-)
5
Kepala : Normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, refleks
kornea kesan normal, refleks cahaya normal, tidak cekung
Hidung : Rhinorrhea (+), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (+)
Mulut : sianosis (-), bibir kering (-)
Tonsil : T1-TI, Hiperemis (-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral (+),retraksi
intercosta (+)
Palpasi:Vocal Fremitus meningkat
Perkusi paru :Redup
Auskultasi :Suara napasbronchovesikuler (+/+), ronchi basah halus (+/+),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis pada SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : Pekak, batas atas pada SIC II parasternal sinistra, batas kiri
jantung pada SIC V midclavicula sinistra dan batas kanan pada
SIC IV parasternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, tidak ada murmur, tidak ada
gallop
Abdomen
Inspeksi :Datar, tidak tampak sikatrik, dan tidak tampak massa.
Auskultasi : Peristaltik usus (+)kesan normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba
6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
18 Juni 2018
Laboratorium :
Darah rutin : - WBC : 14,5 x 103 / mm3range normal : 4,8 – 10,0 x 103 / mm3
- HGB : 12,2 g/dL (normal) range normal : 12 – 18 g/dL
- HCT : 32,9 % range normal : 30 – 47 %
- PLT : 374 x 103 / mm3range normal : 150 – 450 x 103 /mm3
RESUME
Pasien anak laki-laki7 bulanmasuk dengan keluhan sesak napas(+) sejak
sehari sebelum masuk rumah sakit dan memberat sejak tadi pagi . Demam (+)
dialami sejak 2 hari yang lalu, panas naik turun..Batuk (+) dialami sejak 5 hari
yang lalu disertai lendir, flu (+) sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
Ayahmerupakan perokok aktif yang sering merokok didalam rumah dan rumah
terletak di pinggir jalan.
Pemeriksaan fisik didapat keadaan umum compos mentis, tampak
sakitsedang. Pemeriksaan tanda vital didapatkan Nadi144x/menit, reguler, isi dan
kuat angkat,pernapasan88x/menit, reguler,suhu 37,9oC. Pernapasan cuping hidung
(+). Pada pemeriksaan thoraks didapatkan retraksi intercosta (+), vocal fremitus
meningkat, perkusi redup (+), suara napas bronkovesikular (+/+), ronchi basah
halus (+/+).Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan sel darah
putih14,5 x 103 / mm3.
7
- Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit ( IVFD
RL 8 tetes per menit)
Penatalaksanaan Khusus
- Antibiotik ( Injeksi Ampicilin 150 mg/6 jam/ IV )
- Mukolitk dan Ekspektoran
GG 25 mg
CTM 0,7 mg 3 x 1 puyer
- Antipiretik ( Paracetamol syrup 3 X ¾ cth ) {kp}
8
O22 lpm
Injeksi Ampicilin 150 mg/6 jam/IV
Paracetamol syrup 3 x ¾ Cth (KP)
GG 25 mg
CTM 0,7 mg 3x1 pulv
19 Juni 2018
S: panas (+) hari ke lima,batuk berlendir (+),
beringus (+),sesak(+) menurun, muntah (-)
O : Keadaan umum : sakit sedang, kesadaran : kompos mentis
TD :tidak di lakukan suhu : 37,80C
Nadi : 144 x/ menit pernafasan : 66x/menit
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), rhinorrhea (+), epistaksis (-)
Paru
Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris,tidak terlihat adanya massa,
retraksi subcosta (+)
Auskultasi:Suara napasbronchovesikuler (+/+), ronchi basah halus (+/+),
berkurang wheezing (-/-)
Abdomen
Auskultasi : peristaltik usus (+)kesan normal
Palpasi: nyeri tekan epigastrik (-)
A : Bronkopneumonia Berat
P: IVFD RL 8 tetes per menit
O21 lpm
Injeksi Ampicilin 150 mg/6 jam/IV
Paracetamol syrup 3 x ¾ Cth (KP)
GG 25 mg
CTM 0,7 mg 3x1 pulv
9
20 Juni 2018
S : batuk berlendir (+), panas (-) hari ke enam, bebas demam hari pertama , sesak
(-), muntah (-), BAB biasa, BAK lancar
O : Keadaan umum : sakit sedang, kesadaran : kompos mentis
TD :tidak di lakukansuhu : 37,1 0C
Nadi : 148 x/ menitpernafasan : 52 x/menit
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-)
Paru
Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris,tidak terlihat adanya massa,
retraksi subcosta(-)
Auskultasi:Suara napasbronchovesikuler (+/+), ronchi basah halus (+/+)
berkurang, wheezing (-/-)
Abdomen
Auskultasi : peristaltik usus (+)kesan normal
Palpasi: nyeri tekan epigastrik (-)
A : Bronkopneumonia Berat
P: IVFD RL 8 tetes per menit
Injeksi Ampicilin 150 mg/6 jam/IV
Paracetamol syrup 3 x ¾ Cth (KP)
GG 25 mg
CTM 0,7 mg 3x1 pulv
21 Juni 2018
10
S : batuk berlendir (+), panas (-) hari ketujuh bebas demam hari ke 2,sesak (-),
muntah (-), BAB biasa, BAK lancar
O : Keadaan umum : sakit sedang, kesadaran : kompos mentis
TD :tidak dilakukan suhu : 36,8 0C
Nadi : 149x/ menit pernafasan :48 x/menit
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-)
Paru
Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris,tidak terlihat adanya massa,
retraksi subcosta (-)
Auskultasi:Suara napas bronchovesikuler (+/+), ronchi basah halus (+/+)
berkurang, wheezing (-/-)
Abdomen
Auskultasi : peristaltik usus (+)kesan normal
Palpasi: nyeri tekan epigastrik (-)
A : Bronkopneumonia Berat
P:IVFD RL 8 tetes per menit
Injeksi Ampicilin 150 mg/6 jam/IV
Paracetamol syrup 3 x ¾ Cth (KP)
GG 25 mg
CTM 0,7 mg 3x1 pulv
11
DISKUSI
Diagnosis bronkopneumonia didasarkan pada gejala klinis (anamnesis),
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Berdasarkan gejala, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang maka pasien pada kasus ini didiagnosis
bronkopneumonia.
Bronkopneumonia merupakan peradangan parenkim paru dimana
penyebaran daerah infeksi berupa infiltrat yang mengelilingi dan melibatkan
bronkus.Bronkopneumonia merupakan bagian dari pneumonia. Pneumonia adalah
inflamasi yang mengenai parenkim paru. Pneumonia dapat dikalsifikasikan
berdasarkan anatomi, yaitu: pneumonia lobaris, pneumonia interstisial, dan
pneumonia lobularis (bronkopneumonia). 1
Berikut ini adalah daftar etiologi pneumonia pada anak berdasarkan
kelompok umur.1
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Bakteri
Bakteri Anaerob
Bakteri
Streptoccous Group D
E.Coli
Lahir-20 hari Haemophillus Influenzae
Streptoccous Hemolitikus Grup B
Virus
Streptoccous Pneumoniae
Cytomegalovirus
Herpes Simpleks
12
Bakteri
Chlamydia Trachomatis
Bakteri
Streptoccous Pneumoniae
Bordetella Pertussis
3 minggu - 3 bulan Virus
H.Influenza Tipe B
Adenovirus
S. Aureus
Virus Influenza
Virus Paraiinfluenza
Bakteri Bakteri
Adenovirus
Virus
Virus Influenza
Varicella- Zooster
Virus Parainflueza
Rhinovirus
Virus
Bakteri
Adenovirus
Chlamydia Pneumoniae
Epstein-Barr
5 Tahun ke atas Mycoplasma Pneumoniae
Rhinovirus
Streptococus Pneumoniae
Parainfluenza Virus
Influenza Virus
13
Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan
distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan dalam
pneumonia adalah streptococcus pneumoniae, haemophiluz influenza,
staphylococcus aureus, streptokokus grup B.1
14
jaringan.Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin.Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler
paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan
alveolus.1
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah. Pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam. 1
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang terinfeksi dan terjadi fagositosis sisa-
sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai direabsorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.1
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.1
15
Manifestasi klinis
16
Pada kasus ini ditemukan trias pneumonia/bronkopneumonia pada pasien
umur 7 bulan dengan keluhan sesak napas, batuk, dan demam. Keluhan batuk
sudah dialami sejak 5 hari yang sebelum masuk rumah sakit..Batuk disertai
dengan lendir berwarna putih,flu (+), serta sesak napas (+) sejak 1 hari
SMRS.Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan nafas cepat yaitu 88x/menit
dansuhu 37,9oC. Terlihat adanya pernapasan cuping hidung dan adanya rhinorea,
pemeriksaan thoraks didapatkan adanya retraksi intercostalnamun tidak
ditemukan sianosis dan pasien masih dapat minum. Ditemukan pula suara napas
tambahan yaitu ronkhi basah halus pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan adanya leukositosis. Maka berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan fisik, pasien ini termasuk bronkopneumonia berat.
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak
dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Selain itu keluhan
meliputi menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia, dan kadang-kadang keluhan
gastrointestinal seperti muntah dan diare. Secara klinis ditemukan gejala
respiratori seperti takipnea, retraksi subkosta (chest indrawing), napas cuping
hidung, ronki, dan sianosis. Penyakit ini sering ditemukan bersamaan dengan
konjungtivitis, otitis media, faringitis, dan laringitis. Ronki hanya ditemukan bila
ada infiltrat alveolar. Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia
yang bermakna. Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia
lobus kanan bawah yang menimbulkan iritasi diafragma. Nyeri abdomen dapat
menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai apendisitis. Abdomen
mengalami distensi akibat dilatasi lambung yang disebabkan oleh aerofagi atau
ileus paralitik.1
Gambaran foto rontgen thoraks pneumonia pada anak dapat meliputi
gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat ringan
pada satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa lesi
17
pneumonia pada anak terbanyak berada di paru kanan, terutama di lobus atas. Bila
ditemukan di paru kiri, dan terbanyak di lobus bawah, maka hal itu merupakan
prediktor pejalanan penyakit yang lebih berat dengan risiko terjadinya pleuritis.
Gambaran foto thoraks dapat membantu mengarahkan kecenderungan etiologi
pneumonia. Penebalan peribronkial, infiltrat intersisial merata, dan hiperinflasi
cenderung terlihat pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar berupa konsolidasi
segmen atau lobar, bronkopneumonia, dan air bronchogram sangat mungkin
disebabkan oleh bakteri. Pada pneumonia Stafilokokus sering ditemukan abses-
abses kecil dan pneumatokel dengan berbagai ukuran.1 Pemeriksaan foto thorax
pada pasien tidak dilakukan.
Menurut Bredley et al, (2011) diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5
gejala5:
1. Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada
2. Panas badan
3. Ronki basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrar difus
5. Leukositos ( pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak
terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus.
1. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik dan ekspektoran
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis
18
(di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat
dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena
tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu dalam penanganan
pneumonia, antibiotik dipilih berdasarkan pengalaman empiris, yaitu bila tidak
ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut
kelompok usia. Umumnya pemilihan antibiotik empiris didasarkan pada
kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan
klinis pasien serta faktor epidemiologis.1,8
Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bulan -5 tahun):
a. Beta laktam amoksisillin
b. Amoksisillin - asam klavulanat
c. Golongan sefalosporin
d. Kotrimoksazol
e. Makrolid (eritromisin)
Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan
adalah antibiotik beta-laktam dengan/atau tanoa klavulanat; pada kasus yang lebih
berat diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid baru
intravena, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau
keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan.
Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia
tanpa komplikasi.1
Pada pneumonia rawat inap, berbagai RS di Indonesia memberikan
antibiotik beta-laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan dengan
kloramfenikol. Feyzullah dkk. melaporkan hasil perbandingan pemberian
antibiotik pada anak dengan pneumonia berat berusia 2-24 bulan. Antibiotik yang
dibandingkan adalah gabungan penisilin G intravena (25.000 U/kgBB setiap 4
jam) dan kloramfenikol (15 mg/kgBB setiap 6 jam), dan seftriakson intravena (50
mg/kgBB setiap 12 jam). Keduanya diberikan selama 10 hari, dan ternyata
memiliki efektivitas yang sama.1
19
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah
komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.1
Bronkopneumonia pada kasus ini memiliki prognosis yang baik bila
didiagnosis dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas lebih tinggi didapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi–protein dan datang terlambat
untuk pengobatan.3,5
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak,
Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
21
22