Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN MEKANISME

PELEPASAN BEBAN PADA PT. PERTAMINA RU VI


BALONGAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 pada
Jurusan Teknik Elektro
Universitas Islam Sultan Agung

OLEH
RAIHAN FAKHRI JOZI
30601501745

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
1. Judul Tugas Akhir
“Analisis Kestabilan Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada PT.
PERTAMINA RU VI Balongan”

2. LATAR BELAKANG MASALAH


Perkembangan sistem tenaga listrik baik pada beban maupun generator akan
menimbulkan masalah-masalah baru yang menyangkut tentang masalah
kestabilan sistem. Dalam suatu sistem atau plant yang besar, lebih dari dua
generator yang bekerja secara bersamaan, kerugian besar mungkin dapat terjadi
jika kontinuitas daya tidak stabil[1]. Suatu sistem akan mencapai kestabilan ketika
daya mekanik pada penggerak utama generator (prime mover) seimbang dengan
daya elektris yang disalurkan ke beban. Kestabilan sistem tenaga listrik
dikategorikan menjadi tiga, yaitu kestabilan frekuensi, sudut rotor, dan
tegangan[2].
Pada saat terjadi perubahan di suatu sistem, seperti pada generator outage,
motor starting, dan gangguan hubung singkat. Jika gangguan yang terjadi bernilai
besar dan terjadi secara tiba-tiba dan dalam waktu cepat maka masalah kestabilan
transien dalam suatu sistem kelistrikan harus diperhatikan[3]. Jika gangguan tidak
dihilangkan dalam kurung waktu tertentu, maka hal ini akan menyebabkan
generator kehilangan sinkronisasi dengan sistem[3]. Batasan maksimal waktu
tersebut tergantung pada plant yang digunakan, tidak ada standarisasi secara
umum. Jadi dapat disimpulakan bahwa parameter utama dalam kestabilan suatu
sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut[3]:
1. Ukuran dari gangguan.
2. Rentang waktu saat gangguan berlangsung.
3. Perameter sistem yang paling berpengaruh.
4. Pemodelan yang tepat dan analisis gangguan yang spesifik.
Pada kasus tertentu dibutuhkan suatu rancangan dari mekanisme pelepasan
beban tertentu saat terjadi gangguan yang berkaitan dengan kestabilan transien.
Hal ini bertujuan untuk membuat sistem kembali stabil dan gangguan-gangguan
tersebut tidak merusak peralatan-peralatan yang ada di sistem.
Gangguan Transien dapat mempengaruhi stabilitas dari suatu sistem tenaga
listrik khususnya pada industri-industri besar, sehingga dibutuhkan studi lebih
lanjut untuk menganalisinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan
mengangkat judul tugas akhir yaitu analis kestabilan transien dan perancangan
pelepasan beban pada PT. PERTAMINA RU VI Balongan.

3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat dijabarkan perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pola operasi pada sistem kelistrikan di PT. PERTAMINA RU VI
Balongan setelah penambahan beban dan generator?
2. Bagaimana respon frekuensi dan tegangan serta sudut rotor saat terjadi
gangguan?
3. Bagaimana merancang pola mekanisme load shedding yang handal pada PT.
PERTAMINA RU VI Balongan?

4. BATASAN MASALAH
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan
mendalam maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat
perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi batasan masalah
sebagai berikut :
1. Analisa kestabilan difokuskan pada kestabilan tegangan, frekuensi, dan sudut
rotor.
2. Analisa kestabilan hanya mencakup wilayah industri PT. PERTAMINA RU
VI Balongan.
3. Analisa penanganan gangguan sampai pada mekanisme (Load Shedding
tahap 5).
4. Metode yang digunakan dalam analisa kestabilan tegangan dan frekuensi ini
menggunakan metode Newton Rapshon.
5. Rencana gangguan yang di simulasikan dalam tugas akhir ini berkaitan
dengan gangguan Short Circuit dan Generator Outage.
6. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software ETAP (Electrical and
Transient Analysis Program) 12.6
7. Simulasi dilakukan dengan memilih Circuit Breaker yang ditripkan.
8. Simulasi dilakukan dengan memilih bus yang akan diberi gangguan.

5. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana pola operasi sistem kelistrikan di PT. Pertamina RU
VI Balongan setelah penambahan beban dan generator.
2. Melakukan simulasi dan analisa transien respon frekuensi, tegangan, serta
respon sudut rotor.
3. Mendapatkan pola mekanisme pelepasan beban (Load shedding) yang handal
agar sistem kelistrikan dapat mempertahankan kestabilannya pada saat terjadi
gangguan.

6. TINJAUAN PUSTAKA
6.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik merupakan sistem yang bersifat dinamis. Parameter
tegangan, aliran daya, dan kuat arus dapat berubah-ubah sesuai kondisi
komponen-komponen ketenaga listrikannya. Komponen sistem tenaga listrik
terdiri atas lima sub sistem utama, yaitu : pusat pembangkitan, transmisi, gardu
induk, jaringan distribusi, dan beban.[1]

Pada pusat pembangkit terdapat generator dan transformator penaik


tegangan. Generator berfungsi untuk mengubah energi mekanis yang dihasilkan
pada poros turbin menjadi energi listrik yang dimana pada umumnya generator
membangkitkan daya listrik bertegangan rata-rata 11 kV hingga 25 kV. Melalui
transformator penaik tegangan, energi listrik dinaikkan menjadi antara 66 kV
hingga 500 kV atau lebih. Pada saluran transmisi, tegangan dinaikan dengan
tujuan mengurangi jumlah arus yang melewati saluran transmisi sehingga dapat
memperkecil kebutuhan luas penampang penghantar yang digunakan. Dengan
demikian saluran transmisi bertegangan tinggi akan membawa aliran arus yang
rendah dan dapat mengurangi rugi-rugi transmisi.[1]
Gambar 1. Gambaran luas infrastruktur listrik

Tegangan tinggi yang dikirim melewati saluran transmisi akan menuju pusat-
pusat beban yang kemudian tegangan tersebut akan diturunkan lagi menuju pusat-
pusat beban yang kemudian tegangan tersebut akan diturunkan lagi melalui
transformator penurun tegangan yang ada pada gardu induk menjadi tegangan
menengah yaitu 20 kV dan terakhir tegangan akan diturunkan lagi pada jaringan
distribusi melalui gardu tiang trafo menjadi tegangan rendah 220/380 V.[1]

6.2 Sistem yang Terisolir dan Interkoneksi


Sistem yang digunakan di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
yaitu sistem pembangkit tenaga listrik terisolir. Sistem Pembangkit Terisolir
merupakan sistem yang hanya mempunyai sebuah pusat listrik dan tidak ada
interkoneksi antara pusat listrik serta tidak ada hubungan dengan jaringan umum
(Interkoneksi PLN). Interkoneksi merupakan sistem yang terdiri dari beberapa
pembangkit dan gardu induk yang saling berhubungan.[2]
6.3 Kestabilan Sistem Tenaga Listrik
Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harus
dipenuhi yaitu sistem harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus
dengan standar besaran untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang
berlaku dan harus segera kembali normal bila sistem terkena gangguan.[3]
Untuk jaringan yang sangat komplek dimana beberapa pembangkit saling
terkoneksi satu sama lain maka keluaran daya elektris berupa besaran seperti
tegangan dan frekuensi haruslah diperhatikan agar tidak ada pembangkit yang
kelebihan beban dan pembangkit yang lain bebannya kecil.[3]
Sistem tenaga listrik mempunyai variasi beban yang sangat dinamis dimana
setiap detik akan berubah-ubah, dengan adanya perubahan ini pasokan daya listrik
tetap dan harus dipasok dengan besaran daya yang sesuai, bila pada saat
tertentuterjadi lonjakan atau penurunan beban yang tidak terduga maka perubahan
ini sudah dapat dikategorikan ke dalam gangguan pada sistem tenaga listrik yakni
kondisi tidak seimbang antara pasokan listrik dan permintaan energi listrik akibat
adanya gangguan baik pada pembangkit ataupun pada sistem transmisi sehingga
mengakibatkan kerja dari pembangkit yang lain menjadi lebih berat. Untuk itu
diperlukan satu penelaahan kestabilan agar pembangkit yang terganggu tidak
terlepas dari sistem.[2]
Analisis kestabilan biasanya digolongkan kedalam tiga jenis, tergantung pada
sifat dan besarnya gangguan yaitu :
1. Kestabilan Keadaan Tetap (Steady State Stability)
Kestabilan keadaan tetap adalah: “Kemampuan sistem tenaga listrik
untuk menerima gangguan kecil yang bersifat gradual, yang terjadi
disekitar titik keseimbangan pada kondisi tetap”. Kestabilan ini
tergantung pada karakteristik komponen yang terdapat pada sistem
tenaga listrik antara lain: pembangkit, beban, jaringan transmisi, dan
control sistem itu sendiri. Model pembangkit yang digunakan adalah
pembangkit yang sederhana (sumber tegangan konstan) karena hanya
menyangkut gangguan kecil disekitar titik keseimbangan.
2. Kestabilan Dinamis (Dynamic Stability)
Kestabilan dinamis adalah: ”Kemampuan sistem tenaga listrik untuk
kembali ke titik keseimbangan setelah timbul gangguan yang relatif
kecil secara tiba-tiba dalam waktu yang lama”. Analisa kekestabilan
dinamis lebih komplek karena juga memasukkan komponen kontrol
otomatis dalam perhitungannya.
3. Kestabilan Peralihan (Transient Stability)
Kekestabilan peralihan adalah: ”Kemampuan sistem untuk mencapai
titik keseimbangan/sinkronisasi setelah mengalami gangguan yang besar
sehingga sistem kehilangan kestabilan karena gangguan terjadi diatas
kemampuan sistem”. Analisis kestabilan peralihan merupakan analisis
yang utama untuk menelaah perilaku sistem daya misalnya gangguan
yang berupa:
a. Perubahan beban yang mendadak karena terputusnya unit
pembangkit.
b. Perubahan pada jaringan transmisi misalnya gangguan hubung
singkat atau pemutusan saklar (switching).[4]
Sistem daya listrik masa kini jauh lebih luas, ditambah interkoneksi antar
sistem yang rumit dan melibatkan beratus-ratus mesin yang secara dinamis saling
mempengaruhi melalui perantara jala-jala tegangan ekstra tinggi, mesin-mesin ini
mempunyai sistem penguatan yang berhubungan.[5]
Kisaran masalah yang dianalisis banyak menyangkut gangguan yang besar
dan tidak lagi memungkinkan menggunakan proses kelinearan. Masalah
kestabilan peralihan dapat lebih lanjut dibagi kedalam ”Kestabilan ayunan
pertama (first swing) dan ayunan majemuk (multi swing).[5]
Kestabilan ayunan pertama didasarkan pada model generator yang cukup
sederhana tanpa memasukkan sistem pengaturannya, biasanya periode waktu
yang diselidiki adalah detik pertama setelah timbulnya gangguan pada sistem.
Bila pada sistem, mesin dijumpai tetap berada dalam keadaan serempak sebelum
berakhirnya detik pertama, ini dikatagorikan sistem masih stabil.[5]
Kestabilan sistem tenaga listrik diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal di
bawah ini :
a. Sifat alami dari ketidakstabilan yang dihasilkan terkait dengan
parameter sistem utama dimana ketidakstabilan bisa diamati.
b. Ukuran gangguan dianggap menunjukkan metode perhitungan dan
prediksi ketidakstabilan yang paling sesuai.
c. Divais, proses, dan rentang waktu yang harus diambil untuk menjadi
pertimbangan dalam menentukan kestabilan[1]

Gambar 2. Klasisfikasi kestabilan Sistem Tenaga

6.4 Pengaturan Frekuensi


Saat ada perubahan beban, terjadi perubahan torsi elektrik pada generator
secara instan. Hal ini menyebabkan perbedaan antara torsi mekanik dan torsi
elektrik yang menyebabkan perbedaan kecepatan. Daya aktif mempunyai
hubungan erat dengan nominal frekuensi pada sistem. Penyediaan daya aktif
sistem harus sesuai dengan kebutuhan daya aktif agar frekuensi tetap dalam batas
yang diizinkan. Penyesuain daya aktif ini dilakukan dengan mengatur kopel
mekanis untuk memutar generator, yang tidak lain merupakan pengaturan
pemberian bahan bakar turbin. Pengaturan pemberian bahan bakar ini dilakukan
oleh governor. Governor akan menambah kapasitas bahan bakar ketika frekuensi
turun dari nominalnya dan mengurangi kapasitas ketika frekuensi naik dari
nominalnya.[6]

Gambar 3. Blok Diagram Konsep Dasar Speed Governing


dengan:
Tm = Torsi mekanik
Pm = Power Mekanik
Te = Torsi Elektik
Pe = Power Elektrik
PL = Load Power
Mode operasi speed governor dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Mode droop
b) Mode isochronous

6.5 Pelepasan Beban (Load Shedding)


Jika terjadi gangguan pada sistem yang menyebabkan besarnya suplai daya
yang dihasilkan oleh pembangkit tidak mencukupi kebutuhan beban misalnya
karena adanya pembangkit yang lepas (trip), maka untuk mencegah terjadinya
ketidakstabilan sistem perlu dilakukan pelepasan beban (load shedding). Keadaan
yang kritis pada sistem dapat dideteksi melalui frekuensi sistem yang menurun
dengan cepat. Hal ini diilustrasikan pada gambar 4.

Gambar 4. Perubahan frekuensi fungsi waktu dengan adanya pelepasan beban


Pada saat t=tA, ada unit pembangkit yang lepas sehingga frekuensi menurun
dengan tajam. Penurunan frekuensi sistem ini bisa melalui garis 1, garis 2 atau
garis 3 bergantung pada besarnya kapasitas pembangkit yang lepas dibandingkan
dengan kebutuhan beban yang ada. Semakin besar daya yang yang hilang maka
akan semakin cepat frekuensi menurun. Kecepatan menurunnya frekuensi sistem
juga bergantung pada inersia sistem. Semakin besar nilai inersia, makin kokoh
sistemnya dan makin lambat turunnya frekuensi.[4] Berikut adalah penjelasan
mengenai gambar 4 :
a. Dimisalkan penurunan frekuensi terjadi pada garis 2, dari garis 2
frekuensi turun secara drastis. Ketika frekuensi mencapai FB maka akan
dilakukan Load Shedding tahap 1 (titik B). Dengan adanya Load
Shedding tahap 1 membuat penurunan frekuensi turun secara melambat.
b. Ketika terjadi penurunan frekuensi hingga FC maka akan dilakukan Load
Shedding tahap 2 (titik C). Dengan adanya Load Shedding tahap 2
frekuensi sistem menjadi naik. Namun kenaikan frekuensi masih terlalu
lambat sehingga untuk mencapai frekuensi normal membutuhkan waktu
yang lama.
c. Ketika frekuensi mencapai frekeunsi FB perlu dilakukan Load Shedding
tahap 3(titik D). Dengan adanya Load Shedding tahap 3 untuk mencapai
frekuensi normal dapat dilakukan sedikit lebih cepat namun kecepatannya
kenaikan masih terlau lambat untuk mencapai frekuensi normal.
d. Sehingga ketika mencapai frekuensi FE dilakukan Load Shedding tahap 4
(titik E). Dengan adanya Load Shedding tahap 4 membuat frekuensi
sistem menjadi stabil.
e. Namun kestabilan frekuensi sistem masih dibawah standar yang ada
sehingga ketika t=tF dilakukan Load Shedding tahap 5 (titik F). Akibat
Load Shedding tahap 5 membuat frekuensi sistem kembali ke frekuensi
normal.
6.6 Tinjauan Pustaka Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Frietz Andrew Rotinsulu pada tahun 2015
berjudul “Analisa Stabilitas Transient STL Minahasa Menggunakan Metode
Kriteria Luas Sama” telah membahas tentang diperlukan suatu analisis sistem
tenaga listrik untuk menentukan apakah sistem tersebut stabil atau tidak jika
terjadi gangguan.

Penelitian yang dilakukan oleh Andi M. Nur Putra, Arfita Yuana Dewi pada
tahun 2013 berjudul “ Studi Analisa Kestabilan Tegangan Sistem 150 Kv
Berdasarkan Perubahan Tegangan (Aplikasi PT. PLN Batam) “ bahwa Jatuh
tegangan merupakan merupakan salah satu bentuk dari ketidakstabilan sistem
dalam melakukan penyaluran energi listrik ke konsumen. Jatuhnya tegangan ini
bisa disebabkan oleh terjadinya perubahan beban aktif maupun reaktif secara tiba-
tiba, pasokan daya yang tidak memadai maupun gangguan yang terjadi pada
sistem itu sendiri seperti misalnya lepasnya salah satu saluran transmisi atau
pembangkit.

Maherianto (2010) dengan judul “Studi stabilitas transien multimesin pada


sistem tenaga listrik”. Penelitian ini menganalisa bagaimana pengaruh gangguan
tiga fasa simetris terhadap perilaku unit pembangkit (generator) saat kondisi
peralihan dalam menentukan waktu kritis pemutus (Critical clearing time)
gangguan tersebut.

Pujo Santoso (2014) dengan judul “Analisa kestabilan transien penerapan


distributed generaration pada sistem kelistrikan wilayah Bengkulu”. Penelitian ini
membahas mengenai dampak pemasangan distributed generation terhadap rugi–
rugi daya membahas tentang bagaimana penempatan DG pada bus sistem
distribusi, sehingga memberi dampak penurunan rugi-rugi daya listrik pada
system kelistrikan wilayah Bengkulu.
7. METODELOGI PENELITIAN
Pada penulisan tugas akhir ini akan digunakan metodologi sebagai berikut:
1. Studi literatur
Tahap ini meliputi pengumpulan teori-teori dasar yang digunakan dalam
tugas akhir ini. Teori akan diambil dari jurnal yang telah dipublikasikan,
materi kuliah dan dari Internet.
2. Pengambilan Data
Pada tahap ini dilakukan proses pengambilan data pada PT.
PERTAMINA RU VI Balongan. Adapun data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah : single line diagram sistem jaringan transmisi
industri terkait, data bus, data saluran transmisi, data trafo, data beban.
3. Perhitungan dan Perancangan Software
Pada tahap ini dilakukan perhitungan dan perumusan data yang sudah
diambil dengan menggunakan software, yang mana akan digunakan
untuk menghitung dan menganalisa data tersebut adalah ETAP
(Electrical and Transient Analysis Program) 12.6
4. Hasil dan Analisa
Pada tahap ini akan membahas tentang analisa hasil dari simulasi di
PSAT akan dicari perubahan yang terjadi untuk mencari solusi pada
penelitian yang dilakukan. Dan hasil yang diperoleh dari tahap ini akan
digunakan untuk membuat kesimpulan.
5. Penulisan Laporan Tugas Akhir
Setelah pengambilan data, perhitungan dan perancangan software sudah
dilakukan tahap selanjutnya adalah pembuatan laporan tugas akhir yang
final.
8. DESKRIPSI TUGAS AKHIR
8.1 Flow Chart Analisa Kestabilan Transien

Start

Pemodelan
Penelitan

Menentuka tidak
n Data

Menentukan
Stack Bus

Studi Kasus

Menjalankan
Simulasi
Analisis
Transien

Ya

Output
Analisis
Kestabilan
Transien

Selesai

Gambar 5. Flowchart Analisa Kestabilan Transien


9. JADWAL KEGIATAN

NO KEGIATAN BULAN

1 2 3 4

1 Persiapan

-Mengajukan Judul

-Pemaparan Proposal

2 Pengambilan Data

3 Laporan Bab 1 dan


Bab 2

4 Laporan Bab 3

5 Laporan Bab 4

6 Laporan Bab 5

7 Seminar, Sidang dan


Ujian Tugas Akhir

8 Selesai `
DAFTAR PUSTAKA

[1] C. C., Transmisi Daya Listrik. Yogyakarta: ANDI, 2013.


[2] D. Marsudi, OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006.
[3] D. Marsudi, Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta: Erlangga, 2005.
[4] P. Kundur, Power System Stability and Control, vol. 1. New York: McGraw-
Hill.inc, 1994.
[5] C. C., Teori Singkat Teknik Elektro Disertai Contoh Soal dan Penyelesainnya.
Yogyakarta: ANDI, 2013.
[6] P. Kundur et al., “Definition and classification of power system stability
IEEE/CIGRE joint task force on stability terms and definitions,” IEEE
Transactions on Power Systems, vol. 19, no. 3, pp. 1387–1401, Aug. 2004.

Anda mungkin juga menyukai