Anda di halaman 1dari 1

Epidemiologi

Secara umum epidemiologi bibir sumbing bervariasi sesuai dengan jumlah populasi sampel,
metodologi penelitian dan klasifikasi klinis yang digunakan. Berdasarkan data International
Perinatal Database of Typical Oral Clefts (IPDTOC) pada tahun 2000-2005 ditemukan penderita
bibir sumbing sebesar 9.92/10.000 kelahiran, dengan penderita labioschisis sebesar 3.28/10.000
kelahiran dan labiopalatoschisis sebesar 6.64/10.000 kelahiran.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20507242). WHO melaporkan pada tahun 2003 tercatat
kejadian labiopalatoschisis sebesar 3.4-22.9/10.000 kelahiran dan 1.3-25.3/10.000 kelahiran pada
palatoschisis. (www.who.int/genomics/anomalies/en/CFA-RegistryMeeting-2001.pdf )

Peningkatan resiko bibir sumbing bertambah seiring dengan meningkatnya usia maternal dan
adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit bawaan yang sama. Faktor ras juga
mempengaruhi angka kejadian bibir sumbing di seluruh dunia sehingga ditemukan angka
kejadian yang bervariasi di setiap negara. CDC memperkirakan kejadian labioschisis (dengan
atau tanpa palatoschisis) di Amerika Serikat sebesar 4.440 setiap tahunnya dan sebesar 2.650
untuk palatoschisis. Penyakit bibir sumbing merupakan jenis cacat lahir yang paling sering
terjadi di Amerika Serikat. (https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/cleftlip.html ). Kejadian
bibir sumbing terendah ditemukan di Afrika, yaitu sebesar 1.93/10.000 kelahiran.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20507242) . Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013,
kejadian bibir sumbing di Indonesia sebesar 0.08% dari total 51.865 sampel anak berusia 24-59
bulan, yaitu sebesar 41.492 anak ditemukan menderita bibir sumbing di Indonesia.
(www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf ).

Studi epidemiologi juga menemukan bahwa kejadian labioschisis (dengan atau tanpa
palatoschsis) dua kali lebih besar pada perempuan dibandingkan pada pria sedangkan pada
palatoschisis lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pria, yaitu perempuan sebesar
0.93/10.000 kelahiran. Hormon seks perempuan berperan penting dalam proses terjadinya
palatoschisis yang menyebabkan perempuan lebih rentan mengalami palatoschisis.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4771933/#B91 &
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24607185 )

Anda mungkin juga menyukai