Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TEORI HUKUM/KELAS A REGULE

Pandangan tokoh Teori Sociological Jurisprudence mengenai hukum yang baik dalam

masyarakat

DISUSUN OLEH:

MARIA MARGARETTA SITOMPUL,SH


117005012/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Hukum dan masyarat merupakan dua aspek yang tidak terpisahkan. Dimana

ada masyarakat disitu ada hukum. Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah zoon

politicon, artinya bahwa manusia pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul

dengan sesamanya. Jadi manusia adalah makluk yang suka bermasyarakat. Untuk

mencapai hidup teratur, aman dan terjamin hak-hak masyarakat maka diperlukan

hukum.1 Menurut paham positivisme bahwa, hukum adalah suatu perintah dari

mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau memegang kedaulatan. Hukum

dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap, dan bersipat closed logical system.2

Aliran positivisme hukum yaitu the pure law teori memandang bahwa konsep

penerapan hukum harus bersih dari anasir-anasir non yuridis seperti sosiologis, politis,

historis dan etika. Peraturan hukum selalu merupakan hukum positif (tertulis).3 Dari

unsur sosiologis berarti bahwa ajaran Hans Kelsen tidak memberikan tempat bagi

hukum kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Sedangkan dari

unsur etis konsepsi hukum Hans Kelsen tidak memberi tempat bagi berlakunya hukum

alam. Etika memberikan suatu penilaian tentang baik buruknya suatu perbuatan.4

1
C.S.T. Kansil,1979, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka,
hal. 1 dan 31
2
Saifullah, 2007, Refleksi Sosiologi Hukum, Bandung, PT Refika Aditama, hal. 64
3
Bismar Nasution, dkk, Bahan Kuliah Teori Hukum Kelas Paralel A dan B, Program Studi Ilmu Hukum
(Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara), tampa tahun dan halaman
4
Lili Rasjidi, dkk,2001, Dasar-Dasar Filsapat dan Teori Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hal. 61
Keberlakukan hukum ditengah masyarakat bukan lagi ditujukan untuk

mencapai keadilan semata tetapi kepastian hukum.5Apabila hukum bersih dari faktor-

faktor non yuridis maka hukum itu tidak lain bersifat statis tidak melihat kenyataan

hukum dalam masyarakat. Padahal di dalam masyarakat kemungkinan ada perbedaan

antara law in book and law in practek. Hal ini tentu menjadi suatu problema dalam

penerapan hukum dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan pandangan Thomas

Hobbes6 yang menyatakan bahwa apabila hukum dicitrakan sebagai perintah maka

penguasa dapat dicitrakan sebagai perampok /penyamun yang memaksa korbanya

untuk menuruti perintahnya.

Hukum merupakan prodak sejarah sehinggga ketika zama berubah dapat

menimbulkan bahwa nilai-nilai yang diperjuangkan oleh hukum sudah tidak sesuai lagi

dengan zamannya. Teori sociological jurisprudence7 mengarahkan pandangannya pada

kenyataan dari pada kedudukan dan fungsi hukum dalam masyarakat. Kenyataan

hukum pada dasarnya adalah kemauan publik, jadi tidak sekedar hukum dalam

pengetian law in book.

Teori Sociological Jurisprudence berpendapat bahwa hukum yang baik

haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Teori ini

memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan hukum yang hidup. Tokoh aliran

ini terkenal di antaranya adalah Eugen Ehrlich (1862-1922) seorang ahli hukum dan

sosiolog dari Austria, berpendapat bahwa persoalan-persoalan tentang hukum, pada

saat ini, tidak lagi merupakan persoalan tentang legalitas formal, tentang penafsiran

pasal-pasal peraturan perundang-undangan secara semestinya, melainkan bergerak ke

arah penggunaan hukum sebagai sarana untuk turut membentuk tata kehidupan yang

55
Bismar Nasution, tampa halaman
6
Mahmul Siregar, Bahan Kuliah Teori Hukum, Program Studi Ilmu Hukum (Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara)
7
Bismar Nasution, tampa tahun dan halaman
baru tersebut atau sesuai dengan kondisi saat itu. Dengan kata lain, hukum positif baru

akan berlaku secara efektif apabila berisikan atau selaras dengan hukum yang hidup

dalam masyarakat.8

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diangkat dalam makalah sociological

jurisprudence ini yaitu:

1) Bagaimana pandangan tokoh sociological jurisprudence mengenai hukum

baik yang berlaku dalam masyarakat?

2)

8
R. Otje Salman, 1993, Beberapa Aspek Sosiologi Hukum, Cet. 1, Bandung: Alumni, hal. 3-4
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pandangan tokoh sociological jurisprudence mengenai hukum baik yang

berlaku dalam masyarakat.

Pendasar teori sociological jurisprudence adalah Roscoe Pound,

Eugen Erlich, Benyamin Cardozo dan lain-lain.9 Salah satu tokoh teori

sociological jurisprudencial adalah Erlich yang menyatakan bahwa hukum timbul

dari suatu proses naturalisasi belaka. Semua gejala dunia termasuk hukum di dekati

seperti benda-benda alam dan hubungan antara gejala-gejala tersebut dianggap

alamiah juga. Jadi hukum merupakan kenyataan karena berasal dari kenyataan

dalam masyarakat. Jadi menurut Erlich bahwa hukum yang baik adalah hukum

yang pembentukannya seseuai dengan kenyataan hukum.10Kenyataan hukum pada

dasarnya adalah kemauan publik, jadi tidak sekedar hukum dalam pengertian law in

books.

Sociological jurisprudence menunjukkan bahwa adanya kompromi

antara hukum tertulis sebagai kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya

kepastian hukum (positivisme hukum) dan living law sebagai wujud penghargaan

terhadap pentingnya peranan masyarakat dalam pembangunan pembentukan hukum

dan orientasi hukum.11

Teori Eerlich mengambil masyarakat sebagai ide dasar pembentuk

hukum yang menyatakan bahwa semua hukum positif berakar dalam suatu hukum

fundamental masyarakat. Hukum fundamental mengandung arti sebagai apa yang


9
Lili Rasjidi, Op.Cit, hal. 66
10
Ibid, hal. 66
11
Bismar Nasution, tampa halaman
menguasai seluruh hidup bersama. Maka solidaritas sosial merupakan hukum

fundamental masyarakat.

Teori socialogical jurisprudence berpegang kepada pendapat pentingnya

baik akal maupun pengalaman. Pandangan ini berasal dari roscoe poud. Hanya

hukum yang sanggung menghadapi ujian akal dari hidup terus. Hukum adalah

pengalaman yang diatur dan dikembangkan oleh akal, yang dimumumkan dengan

wibawa oleh badan-badan yang membuat UU dalam masyarakat yang berorganisasi

politik dan dibantu oleh kekuasaan masyarakat.12 Hukum yang baik adalah hukum

yang hidup sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. 13

Parson salah seorang yang tergolong dalam aliran sociological

jurisprudence modren dengan mengembangkan pendekatan multi displin dalam arti

luas studi hukum. pendekatan multinasional ini untuk menghindari mendapat hasil

yang bias dalam menggunakan teori ilmu-ilmu sosial dalam melihat segi-segi

hukum baik dalam proses pembuatannya maupun penerapannya. Hal ini dilakukan

untuk menjawab pertanyaan hukum yang bagaimana yang dapat dipatuhi oleh

masyarakatnya, dengan mencari dasar untuk mengakomdasikan di satu pihak

adanya kehendak masyarakat dan pihak lain menjaga kepastian hukum.

Hukum yang diterima masyarakat adalah hukum yang dirasakan adil

oleh masyarakat yang bersangkutan. Karena itu hukum harus merupakan hasil

konsensus masyarakat tertentu. Menurut Roscoe Pound tugas utama hukum adalah

social engineering dengan mengadakan rumusan-rumusan dan penggolongan-

penggolongan tentnag kepentingan-kepentingan masyarakat. Menurut pound

mengadakan imbangan antara kepentingan tersebut akan menghasilkan kemajuan

hukum.

12
Lili Rasjidi, Op.Cit, hal. 67
13
Ibid, hal. 66
Kepentingan yang dilindungi oleh hukum yang dikmaksud Roscoe

Pound yaitu:

1. Kepentingan umum (public interest). Kepentingan umum terdiri atas

kepentingan negara sebagai badan hukum dalam menjalankan tugas

untuk memelihara kepribadian dan hakekat negara.

2. Individu interest. Kepentingan interest ini dibagi menjadi dua yaitu

kepentingan dalam hubungan rumah tanggga dan kepentingan

mengenai harta benda

3. Interests of personality. Kepentingan ini dibagi beberapa macam

yaitu, kepentingan perlindungan intergitas badaniah

4. Kehendak bebas

5. Reputasi

6. Keadaan pribadi perorangan

7. Kebebasan untuk memih dan mengeluarkan pendapat.

Disisi lain Eugen Ehrlich menyatakan hukum yang dibuat, harus sesuai

dengan hukum yang hidup didalam masyarakat. Itulah sebuah pernyataan yang

dikatakan Eugen Ehrlich. Kalimat singkat yang mempunyai makna dalam. Hakim

sebagai salah satu dari aparat penegak hukum, dalam membuat keputusan harus

mempertimbangkan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat, seperti

tercantum dalam pasal 5 Undang-Undang nonor 48 tahun 2009 perubahan atas

Undang-Undang nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu : Hakim


dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum

dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.14

Menurut Ehrlich dalam bukunya yang berjudul “grendlegung der

sociological rechts (1913)”¸ mengatakan bahwa masyarakat adalah ide umum yang

dapat digunakan untuk menandakan semua hubungan sosial, yakni keluarga, desa,

lembaga-lembaga sosial, negara, bangsa, sistem ekonomi maupun sistem hukum

dan sebagainya. Ehrlich memandang semua hukum sebagai hukum sosial, tetapi

dalam arti bahwa semua hubungan hukum ditandai oleh faktor-faktor sosial

ekonomis. Sistem ekonomis yang digunakan dalam produksi, distribusi, dan

konsumsi bersifat menentukan bagi keperluan hukum.15

Teori Ehrlich yang mengambil masyarakat sebagai ide dasar

pembentukan hukum mengatakan bahwa semua hukum positif berakar dalam suatu

hukum fundamental masyarakat. Hukum fundamental adalah apa yang menguasai

seluruh hidup bersama. Hidup bersama pada masyarakat modern dikuasai oleh

solidaritas sosial. Solidaritas sosial merupakan hukum fundamental masyarakat

sekarang.

Penemuan hukum lebih menggunakan pandangan Mazhab historis yang

dipelopori oleh Carl Von Sevigny yaitu Hakim perlu juga memperhatikan

kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat, karena setiap bangsa itu

memiliki jiwa bangsanya masing-masing (Volkgeist) yang berbeda untuk setiap

tempat. Hukum precedent dinegara-negara Anglo Saxon adalah hasil penemuan

hukum yang otonom sepanjang pembentukan peraturan dan penerapan peraturan

dilakukan oleh hakim berdasarkan hati nuraninya tetapi juga sekaligus bersifat

14
Theo Huijbers, 2001, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, hal.
213

15
Ibid, hal. 20
heteronom karena Hakim terikat kepada keputusan-keputusan terdahulu (faktor-

faktor diluar diri hakim). Sedangkan hukum kontinental seperti di Indonesia

mengenal penemuan hukum yang heteronom sepanjang Hakim terikat kepada

Undang-undang. Tetapi penemuan hukum Hakim tersebut mempunyai unsur-unsur

otonom yang kuat disebabkan Hakim harus menjelaskan atau melengkapi Undang-

undang menurut pendangannya sendiri.

Hukum positif yang baik dan karenanya efektif, adalah hukum positif yang

sesuai dengan living law yang sebagai inner order dari masyarakat mencerminkan nilai-

nilai yang hidup didalamnya. Anjuran E. Ehrlich ini memberikan semangat bagi sistem

hukum di Indonesia, agar hukum positif yang berlaku di Indonesia tetap efektif dalam

menghadapi perubahan dan perkembangan dinamika masyarakat haruslah menjadi

hukum yang hidup di masyarakat dengan menggali, mengikuti dan memahami nilai-

nilai hukum yang hidup di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai