Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH TERAPI CLAPPING DAN POSTURAL DRAINASE

TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM PADA PASIEN PPOK


(PENYAKIT PERNAPASAN OBSTRUKSI KRONIK)
DI RUANG MAWAR RSUD DR. R KOESMA
TUBAN

(Influence Of Clapping Therapy And Drainage Postural For Releases


Phlegm On Patients Of Copd (Respiratory Disease Chronic
Obstructive) At Rose Room In Hospital Dr. R Koesma
Tuban)

Suhartono
Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban

ABSTRAK

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), yang juga dikenali sebagai Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD), merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan ireversibel,
terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya. Salah satu penatalaksanaan
pengeluaran sputum non farmakologis yaitu terapi clapping dan postural drainage. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi clapping dan postural drainage terhadap pengenceran
sputum pasien PPOK di ruang Mawar RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Desain yang digunakan adalah
pra-eksperimental “one group pra-post test design”. Sampel dipilih dengan cara accidental sampling.
Responden penelitian ini adalah pasien PPOK sebanyak 19 pasien. Alat ukur yang digunakan adalah
cheklist. Analisis data menggunakan “Uji Mc Nemar” dengan nilai signifikan (α = 0,05).
Menggunakan perangkat SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis menggunakan uji Mc Nemar
menggunakan SPSS versi 16.0 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) = 0,031 dimana 0,031 < 0,05, maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh terapi clapping dan postural drainase terhadap pengeluaran sputum pada pasien PPOK di
Ruang Mawar RSUD R. Koesma Tuban.Diharapkan petugas kesehatan melakukan terapi clapping dan
postural drainase untuk meningkatkan kebutuhan dasar manusia dan untuk head education supaya
pasien bisa melakukan terapi sendiri dirumah.

Kata Kunci: PPOK, Terapi Clapping, Postural Drainase

ABSTRAK

Chronic Obstructive Pulmonary Disease(COPD), which isalso


knownasChronicObstructivePulmonaryDisease(COPD),
aprogressiveairwayobstructionandirreversible, concomitantchronicbronchitis, emphysemaor both.
Onenon-pharmacologic management releases phlegm areclappingandposturaldrainagetherapy. The
purpose ofthis study was toanalyze the influence ofclappingandposturaldrainagetherapyfor releases
phlegm of COPDpatients at Rose Room in Hospital Dr.R.KoesmaTuban. The design used was a pra-
eksperimental “one group pra-post test design”. Samples selected by accidental sampling.
Respondents of this study were patients with COPD were 19 patients. Measuring instruments used is a
checklist. Analysis of the data using the "Mc Nemar test" with significant values (α = 0.05). Using the
SPSS 16.0 for Windows. The results of the analysis using paired-t test using SPSS version 16.0 with a
significance level of α = 0.05 was obtained Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.031 where 0.031 <0.05, then
H0 is rejected so it can be concluded that there are significant influence
ofclappingandposturaldrainagetherapyfor releases phlegm of COPDpatients at Rose Room in
Hospital Dr.R.KoesmaTuban. It is expected that nurses do clapping and postural drainage therapy to
improve basic human needs and for the head of education for the patient to carry out treatment
yourself at home.

Keywords: COPD, Clapping Therapy, Postural Drainage

269
PENDAHULUAN pada pembentukan sputum itu sendiri.
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (price wilson)
(PPOK), yang juga dikenali sebagai Over-ekspansi paru kemudian
Chronic Obstructive Pulmonary terjadi saat udara, yang terjebak dalam
Disease (COPD), merupakan obstruksi ruang udara di sebelah distal jalan
saluran pernafasan yang progresif dan napas yang kolaps, tidak dapat lagi di
ireversibel, terjadi bersamaan bronkitis keluarkan dengan mudah. Jumlah
kronik, emfisema atau kedua-duanya sputum purulen yang sangat banyak
(Snider, 2003) Gangguan klinis yang (kental dan kuning atau hijau) atau
ditandai dengan pembentukan mucus perubahan warna sputum mungkin
yang berlebihan dalam bronkus dan menandakan infeksi bakteri.
termanifestasikan dalam bentuk batuk Sputum yang sangat banyak dapat
kronis dan pembentuk sputum selama menyumbat jalan nafas, sehingga
3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 pasien sesak nafas, Jika sputum terlalu
tahun berturut – turut. kental dan tidak di keluarkan, maka
Orang dewasa normal bisa dapat memperburuk keadaan. Sputum
memproduksi mukus sejumlah 100 ml yang sangat banyak dapat menyumbat
dalam saluran napas setiap hari. Jika jalan nafas, sehingga pasien sesak
produksi sputum berlebihan, proses nafas, Jika sputum terlalu kental untuk
pembersihan mungkin tidak efektif dapat dikluarkan, ada baiknya
lagi sehingga akan tertimbun, perlu mengurangi viskositasnya dengan
dipelajari sumber sputum warna, meningkatkan kandungan airnya
volume dan kensistensinya sputum melalui hidrasi yang adekuat (minum
(arif mutaqin, 2008). air) dan inhalasi larutan yang
Berdasarkan surveyawal yang mengandung aerosol, yang mungkin
dilakukan peneliti pada bulan maret diberikan dengan suatu jenis nebulizer.
2014, diperoleh data dari ruang mawar Metode ini untuk membantu pasien
rumah sakit umum Dr. R. Koesma untuk batuk secara produktif (suzanne
Tuban, terdapat kenaikan yang C.smelzer)
signifikan untuk penyakit PPOK pada Pada penatalaksanaan
tahun 2012 sebanyak 42 kasus, dan pengenceran sputum ada banyak cara
pada tahun 2013 sebanyak 158 kasus. untuk membuat sputum itu encer, ada
Pada pengenceran sputum di ruang cara farmakologi dan nonfarmakologi.
mawar Dr. R. Koesma di dapat 15 dari Salah satu penetalaksanaan non
20 atau 75% pasien PPOK sputumnya farmalogi yaitu terapi clapping dan
belum encer atau masih belum bisa postural drainage.
mengeluarkan sputumnya dan 25% Oleh karena itu penulis ingin
sputumnya encer. mengetahui pengaruh terapi clapping
Sputum adalah sekret yang dan postural drainage terhadap
dikeluarkan dan berasal dari bronchi, pengeluaran sputum pada pasien sesak
bukan bahan yang berasal dari napas obstruksi jalan napas (sputum)
tenggorokan, hidung, ataupun mulut. di ruang mawar RSUD Dr. R. Koesma
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang Tuban.
pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan METODE PENELITIAN
konsistensinya, karena kondisi sputum Penelitian ini termasuk jenis
biasanya memperlihatkan secara penelitian eksperimental dengan
spesifik proses kejadian patologik
270
desain eksperimen semu (quasy dijabarkan dalam tabel 5.1 di bawah
experiment). ini.
Penelitian ini dilakukan dengan
cara memberikan pretest (pengamatan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi
awal) terlebih dahulu sebelum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
diberikan perlakuan, setelah diberikan pada Pasien PPOK di Ruang Mawar
perlakuan, kemudian dilakukan RSUD Dr. R. Koesma Tuban Bulan
kembali posttest (pengamatan akhir) Agustus 2014
(Hidayat, 2007).
Penelitian ini menggunakan N Jenis Frekuen Prosenta
pendekatan penelitian longitudinal. o Kelamin si se (%)
Penelitian yang sering disebut 1 Laki-laki 10 66.7 %
logitudinal study. Penelitian ini 2 Perempu 5 33.3 %
umumnnya membutuhkan waktu yang an
panjang untuk mengetahui faktor Jumlah 15 100 %
resiko atau untuk mengetahui apakah Sumber : Data primer penelititahun
faktor resiko penyakit berefek 2014
terhadap penyakit (hurlley, 2007).
Teknik sampling yang digunakan Dari tabel 5.1 di atas dapat diketahui
dalam penelitian ini adalah accidental bahwa sebagian besar 10 (66.7%)
sampling. Accidental Sampling adalah responden berjenis kelamin laki-laki
mengambil responden sebagai sampel dan hampir sebagian 5 (33.3%)
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja berjenis kelamin perempuan.
yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi
sampel bila orang yang kebetulan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
ditemui cocok sebagai sumber data. pada Pengeluaran Sputum Pasien
Sugiyono (2004) PPOK di Ruang Mawar RSUD Dr. R.
Populasi pada penelitian ini Koesma Tuban Bulan Agustus 2014
adalah seluruh pasien PPOK yang
dirawat di Ruang Mawar RSUD Dr. R. Sputum
Koesma Tuban pada bulan Maret Jenis Sputum Prosentase
No Tidak
tahun 2014 dan diperkirakan sejumlah Kelamin Keluar (%)
Keluar
20 responden. Sampel dalam 1 Laki-laki 6 4 10
penelitian ini adalah sebagian pasien (66.7%)
yang mengalami PPOK di ruang 2 Perempuan 3 2 5
mawar Dr. R. Koesma Tuban 19 (33.3%)
responden. Jumlah 9 6 (40%) 15
(60%) (100%)
HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber : Data primer peneliti, tahun
Data umum responden 2014
Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Dari tabel 5.2 di atas dapat diketahui
Responden dalam penelitian ini bahwa sebagian besar 6 responden
adalah pasien PPOK yang dirawat di berjenis kelamin laki-laki bisa
Ruang Mawar RSUD Dr. R. Koesma mengeluarkan sputum dan hampir
Tuban pada bulan Agustus 2014 sebagian 4 responden tidak bisa
dengan jumlah 15 pasien PPOK dan mengeluarkan sputum. Sedangkan dari

271
5 responden perempuan sebagian Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui
besar 3 responden bisa mengeluarkan bahwa dari 15 responden sebagian
sputum dan sebagian kecil yaitu 2 besar pasien yaitu 6 (40%) responden
responden perempuan tidak bisa yang rawat inap selama ≥ 3 hari dan
mengeluarkan sputum. responden yang rawat inap selama 1
hari yaitu 4 (26.3 %) responden.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Riwayat Merokok Data Khusus
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tabulasi Sebelum Perlakuan Terapi
Responden Berdasarkan Riwayat Clapping dan Postural Drainage
Merokok Pada pasien PPOK di Ruang Tabel 5.5 Distribusi Data
Mawar RSUD Dr. R. Koesma Tuban Pengeluaran Sputum pada pasien
Bulan Agustus 2014 PPOK Sebelum Perlakuan Terapi
Clapping Dan postural drainage di
Kebiasa Ruang Mawar RSUD Dr. R. Koesma
N an Frekuen Prosenta Tuban Bulan Agustus 2014
o Meroko si se (%)
k No Nama Keterangan
1 Merokok 10 66.7 % 1. Tn. S Keluar
2 Tidak 5 33.3 % 2. Tn. D Keluar
Merokok 3. Tn. S Keluar
Jumlah 15 100 % 4. Tn. S Tidak Keluar
Sumber : Data primer peneliti, tahun 5. Tn. R Tidak Keluar
2014 6. Tn. K Keluar
7. Tn. R Tidak Keluar
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui 8. Tn. W Keluar
bahwa dari 15 responden sebagian 9. Tn. S Tidak Keluar
besar merokok yaitu 10 (66.7%) dan 10. Tn. S Keluar
hampir setengahnya yaitu 5 (33.3%) 11. Ny. N Tidak Keluar
responden tidak merokok. 12. Ny. S Tidak Keluar
13. Ny. M Keluar
Distribusi Frekuensi Berdasarkan 14. Ny. N Keluar
Lama Rawat Inap 15. Ny. W Keluar
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Lama Rawat Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa
Inap di Ruang Mawar RSUD Dr. R. dari 15 responden, sebagian besar 9
Koesma Tuban Bulan Agustus 2014 (81.8%) responden mengalami
pengeluaran sputum sebagian kecil 6
Riwaya (18.2%) responden yang tidak
N Frekuen Prosentas mengalami pengeluaran sputum
t
o si e (%) sebelum diberikan terapi clapping dan
PPOK
1 1 hari 4 26.7 % postural drainage.
2 2 hari 5 33.3 %
3 ≥ 3 hari 6 40 % Tabulasi Setelah Perlakuan Terapi
Jumlah 15 100 % Clapping dan Postural Drainage
Sumber : Data primer peneliti, tahun Tabel 5.6 Distribusi Data
2014 Pengeluaran Sputum pada pasien
PPOK Setelah Perlakuan Terapi
Clapping Dan Postural Drainage di
272
Ruang Mawar RSUD Dr. R. Koesma Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa
Tuban Bulan Agustus 2014 dari 15 responden sebelum diberikan
perlakuan terapi clapping dan
posturaldrainase yang bisa
No Nama Keterangan mengeluarkan sputum sebesar 9
1. Tn. S Keluar (60%), sedangkan responden yang
2. Tn. D Keluar tidak bisa mengeluarkan sputum
3. Tn. S Keluar sebesar 6 (40%). Setelah diberikan
4. Tn. S Keluar perlakuan responden yang bisa
5. Tn. R Keluar mengeluarkan sputum sebesar 15
6. Tn. K Keluar (100%).
7. Tn. R Keluar
8. Tn. W Keluar PEMBAHASAN
9. Tn. S Keluar Pembahasan dalam penelitian
10. Tn. S Keluar ada pengaruh terapi clapping dan
11. Ny. N Keluar postural drainase terhadap pengeluaran
12. Ny. S Keluar sputum pada pasien PPOK di RSUD
13. Ny. M Keluar Dr. R Koesma di Tuban.
14. Ny. N Keluar
15. Ny. W Keluar Pengeluaran Sputum Pada Pasien
PPOK
Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa Dari penelitian ini diketahui
dari 15 responden, seluruhnya 15 bahwa terdapat pengeluaran sputum
(100%) responden mengalami yang berarti pada pasien PPOK setelah
pengeluaran sputum setelah diberikan diberikan perlakuan berupa terapi
terapi clapping dan postural drainage. clapping dan postural drainase. Pada
pre dan post dapat diketahui dari 15
Analisis Pengaruh Terapi Clapping responden, dapat diketahui bahwa
dan Postural Drainage Terhadap sebelum diberikan perlakuan terapi
Pengeluaran Sputum Pada Pasien clapping dan posturaldrainase yang
PPOK di Ruang Mawar RSUD Dr. bisa mengeluarkan sputum sebesar 9
R. Koesma Tuban (60%), sedangkan responden yang
Tabel 5.7 Tabel Silang Pengaruh tidak bisa mengeluarkan sputum
Terapi terapi Clapping Dan Postural sebesar 6 (40%). Setelah diberikan
drainage terhadap pengeluaran sputum perlakuan responden yang bisa
di Ruang Mawar RSUD Dr. R. mengeluarkan sputum sebesar 15
Koesma Tuban Bulan Juni 2014 (100%) atau seluruhnya bisa
mengeluarkan sputum.
Terapi Sputum Postural drainase menggunakan
Clapping posisi spesifik yang memungkinkan
dan Tidak gaya gravitasi untuk membantu dalam
Keluar Total membuang sekresi bronkial. Sekresi
Postural Keluar
Drainase mengalir dari bronkiolus yang terkena
9 6 15 kedalam bronki dan trakea dan
Pre membuangnya dengan membatukkan
(60%) (40%) (100%)
15 0 15 atau penghisapan. Postural drainase
Post digunakan untuk menghilangkan atau
(100%) (0%) (100%)
mencegah obstruksi bronkial yang
disebabkan oleh akumulasi sekresi.
273
Karena pasien biasanya duduk dalam segmen dada yang ditepuk untuk
posisi duduk tegak, sekresi sepertinya mencegah iritasi kulit dan kemerahan
akan menumpuk pada bagianyang akibat kontak langsung. Pasien
lebih rendah dari paru-paru.jika menggunakan pernapasan
postural digunakan, pasien diafragmatik selama prosedur untuk
dibaringkan secara bergantian dalam meningkatkan relaksasi. (Brunner dan
posisi yang berbeda, sehingga gaya Suddarth)
gravitasi membantu untuk Pengaruh dari masing-masing
mengalirkan sekresi dari jalan napas faktor risiko terhadap terjadinya
bronkial yang lebih kecil ke bronki PPOK adalah saling memperkuat dan
yang lebih besar dan trakea. Sekresi faktor merokok dianggap yang paling
kemudian dibuang dengan dominan. Kebiasaan merokok
membatukkan. (Brunner dan merupakan satu-satunya penyebab
Suddarth) terpenting, jauh lebih penting dari
Mengingat kelainan pada paru penyebab lainnya. Penyebab lain
bisa terjadi pada berbagai lokasi maka adalah riwayat terpajan polusi udara
postural drainase dilakukan pada (lingkungan dan tempat kerja),
berbagai posisi disesuaikan dengan hipereaktiviti bronkus, riwayat infeksi
kelainan parunya. Waktu yang terbaik saluran napas bawah berulang,
untuk melakukan postural drainase defisiensi alfa-1 anti tripsin, jenis
yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan kelamin laki-laki dan ras (kulit putih
pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur lebih berisiko). Terapi clapping dan
pada malam hari. Postural drainase postural drainage ini akan
dapat dilakukan untuk mencegah menampakkan hasil jika pasien
terkumpulnya sekret dalam saluran mengikuti prosedur yang ada dan
nafas tetapi juga mempercepat kooperatif dengan perawat.
pengeluaran sekret sehingga tidak
terjadi atelektasis. Pengaruh Terapi Clapping Dan
Latihan postural drainase dapat Postural Drainage Terhadap
diarahkan pada semua segmen paru. Pengeluaran Sputum Pada Pasien
Bronki lobus yang lebih rendah dan PPOK di Ruang Mawar RSUD R.
lobus tengah mengalir lebih efektif Koesma Tuban
jika kepala lebih rendah, bronki lobus Dapat diketahui bahwa dari 15
yang atas lebih efektif bila kepala responden sebelum diberikan
tegak. Postural drainase akan lebih perlakuan terapi clapping dan
efektif jika dilakukan bersamaan posturaldrainase yang bisa
dengan clapping atau perkusi. mengeluarkan sputum sebesar 9
(Brunner dan Suddarth) (60%), sedangkan responden yang
Clapping atau perkusi dilakukan tidak bisa mengeluarkan sputum
dengan membentuk mangkuk pada sebesar 6 (40%). Setelah diberikan
telapak tangan dan dengan ringan perlakuan, seluruh responden 15
ditepukkan pada dinding dada dalam (100%) bisa mengeluarkan sputum.
gerakan berirama di atas segmen paru Perkusi atau clapping adalah
yang akan dialirkan. Pergelangan penepukan pada daerah dimana sekret
tangan secara bergantian fleksi dan terakumulasi (dada dan punggung)
ekstensi sehingga dada dipukul atau dengan tangan yang dibentuk
ditepuk dalam cara yang tidak menyerupai mangkuk, tepukan tangan
menimbulkan nyeri. Pakaian halus secara berirama dan sistematis dari
atau handuk dapat diletakkan di atas
274
arah atas menuju kebawah.( Perry – (merangkat mental), sikap yang pasif,
Potter,1999) posisi yang nyaman, lingkungan yang
Postural drainase merupakan tenang, serta posisi yang kurang rileks.
cara klasik untuk mengeluarkan secret Hasil penelitian tentang
dari paru dengan mempergunakan pengaruh terapi clapping dan postural
gaya berat (gravitasi) dari secret. drainase yang diberikan kepada pasien
Pembersihan dengan cara ini dicapai PPOK diruang mawar RSUD Dr. R
dengan melakukan salah satu atau Koema, terbukti dapat mengeluarkan
lebih dari 11 posisi tubuh yang sputum. Penelitian tersebut
berbeda. Setiap posisi mengalirkan menunjukkan bahwa pengeluaran
secret dari pohon trakheobronkhial ke sputum dapat ditangani dengan cara
dalam trachea. Batuk penghisapan nonfarmakologis.
kemudian dapat membuang secret dari
trachea. Pada penderita dengan Keterbatasan Pengambilan Data
produksi sputum yang banyak drainase Keadaan Pasien
postural lebih efektif bila disertai Keterbatasan pengambilan data
dengan perkusi dan vibrasi dada. ( ini adalah waktu penelitian yang
Perry – Potter,1999) kurang, jumlah responden sedikit.
Dalam penelitian ini, peneliti
memberikan terapi clapping dan Variabel perancu
postural drainase kepada pasien Pada penelitian ini, banyak
PPOK, dengan cara mendatangi variabel-variabel perancu tidak dapat
langsung ke pasien. Sebelum dikontrol oleh peneliti, sehingga
melakukan terapi clapping dan peneliti merasa banyaknya faktor yang
postural drainase, kita harus menyebabkan pengeluaran sputum
melakukan auskultasi tempat sputum tidak maksimal, dari terapi clapping
berada, atau tempat menumpuknya dan postural drainase atau dari
sputum. Terapi clapping dan postural variabel perancu seperti obat yang
drainase dilakukan dengan cara biasa dikosumsi.
menepuk nempuk dinding dada dan
menentukan posisi sesuai dengan SIMPULAN
tempat sputum berada. Dari hasil penelitian ini dapat
Keefektifan terapi terapi disimpulkan bahwa:
clapping dan postural drainase ini, Dapat diketahui bahwa hampir
dapat dilaksanakan pada pasien PPOK seluruhnya pasien PPOK tidak bisa
sebelumnya belum dilakukan tindakan mengeluarkan sputum sebelum
keperawatan, namun dengan kegiatan diberikan perlakuan terapi clapping
yang hanya dilakukan 1 kali tersebut, dan postural drainase yaitu 10 (91%)
Terapi clapping dan postural drainase responden.
merupakan tehnik yang sederhana dan Setelah diberikan terapi clapping
mudah. dan postural drainase, hampir semua
Terapi clapping dan postural pasien dapat mengeluarkan sputum
drainase tidak seluruhnya dapat yaitu 9 (81.8%) responden.
memberika perubahan, hal ini Terdapat pengaruh terapi clapping
disebabkan beberapa faktor merokok dan postural drainase terhadap
yang tidak dapat dikurangi, pasien pengeluaran sputum pada pasien
yang tidak kooperatif, tidak mengikuti PPOK di ruang mawar RSUD Dr. R.
prosedur terapi yang telah diberikan Koesma Tuban tahun 2014.
dengan baik, faktor perangkat mental
275
DAFTAR PUSTAKA gangguansistempernafasan.
1) American Thoracic Society. Jakarta; salembamedika.
1995 StandartFor The Diagnosis 12) Nowak, 2004.
And Care of Patient With Konsepteoriemfisema
COPD. American Journal Of (online,(http://widiasatika5.blogs
Respiratory and Critical Care pot.com) diakses 01 Januari
Medicine 152 (5, pt 2): S77- 2010
S121. 13) Nursalam. 2001.
2) Barbara, Kozierdkk. 2011. Buku Konsepdanpenerapanmetodologi
Ajar Fundamental penelitianilmukeperawatanJakart
KeperawatanKonsep, Proses a ;SalembaMedika.
danPraktik.Edisi 7. Jakarta: 14) Nursalam. 2001.
PenerbitBukukedokteran EGC PendekatanpraktismetodologiRis
3) Barron, 1993. etKeperawatan. Jakarta
LaporanPendahuluanObstruksiK :SagungSeto.
ronik (PPOK) (online) 15) Nursalam. 2009.
(http:imannueldwinugroho.blogs KonsepdanPenerapanMetodolog
pot) diakses 05 juni 2012 iPenelitianIlmuKeperawatan.
4) Chang, Ester. 2010. Jakarta: SalembaMedika
PatofisiologiAlikasiPadaPraktik 16) Perry – Potter,
Keperawatan, Jakarta ;EGC BukuSakuKeterampilandanProse
5) Cherniack, 1983. durDasar.Edisi
KlasifikasiJenisEmfisema(online 3.EGC.1999.Jakarta.
, 17) Prince, Sylvia Adreson. 1995.
(http://fourseasonnews.blogspot. Patofisiologi;EGC
com) diakses 3 Mei 2012 18) Rab, Tabran. 1996.
6) Danim, Sudarwan. 2003. Ilmupenyakitparu. Jakarta;
RisetKeperawatanSejarah&Meto hipokrates
dologi. Jakarta: 19) Setiawan, Nugraha. 2009.
PenerbitBukuKedokteran EGC PengolahandanAnalisa Data,
7) Dorland, 2012. Sputum. (online),
http://en.wikipedia.org/wiki.sput (http://pustaka.unpad.ac.id)
um diakses 16 Maret 2014.
8) Gandasoebrata, R. 2004. 20) Sninder, 2003.
PenuntunLaboratoriumKlinik. Laporanpendahuluanobstruksikr
Jakarta: PT.Dian Rakyat. onik (PPOK )(online)
Afiyahhidayati.wordpress.com/2 http://lpkeperawatan.blogspot.co
009/…/askep-fisioterapi- mdiaksesJanuari 2014
dada/diakses 16 Maret 2014. 21) Soebrata, Ganda. 1984.
9) Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Penuntunlaboratoriumklinik.jaka
RisetKeperawatandanTehnikPen rta; Dian rakyat
ulisanIlmiah. Jakarta: 22) Suparyanto. 2011.
SalembaMedika DesainPenelitianPraEksperimen.
10) Manurung, santa. 2000. (online), (http://dr-
Asuhankeperawatanpadapasiend suparyanto.blogspot.com)
engangangguansistempernafasan diakses 16 Maret 2014.
.jakarta ;salembamedika. 23) Thambayong. 2000.
11) Mutaqin, Arif. 2008. Patofisiologiuntukkeperawatan,
Asuhankeperawatankliendengan Jakarta ; EGC
276
24) Wilson, prince. 2011.
http://en.wikipedia.org/wiki

277

Anda mungkin juga menyukai