Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya terbentang sangat luas
dimulai dari Sabang sampai dengan Merauke. Kondisi Indonesia sebagai Negara
Kepulauan ini terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki keragaman pola pikir,
seni, agama, pengetahuan, bahasa serta tradisi budaya lokal dengan karakteristik yang
unik dan berbeda. Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah suku
Minangkabau yang terdapat di daerah Sumatera Barat. Ada banyak literatur yang
membahas mengenai Budaya Minangkabau di Sumatera Barat yang dapat kita temukan,
baik dalam pandangan pribumi maupun dari perspektif orang asing.1
Islam yang bersifat universal dan merupakan fenomenal urban yang terus
berkembang, pada akhirnya bisa diterima oleh setiap lapisan masyarakat. Suatu budaya
pada hakikatnya bukanlah seperangkat pola perilaku yang bersifat statik, melainkan suatu
dialog yang terpatri dan hidup dalam masyarakat sebagai referensi bersama yang lahir
dari peristiwa-peristiwa kreatif. Ketika Islam datang dan secara lambat laun diterima oleh
masyarakat, terjadi sintesis (konsesus) antara adat dan agama. Ungkapan Minang
mengatakan “syarak basintak naiak, adat basintak turun”. Bukti lain dari sintesis adat
dan Islam yang terjalin menjadi satu dapat kita lihat dalam doktrin sosial masyarakat
Minangkabau (Falsafah Alam Minangkabau) yang dikenal dengan ungkapan”Adat
Basandi Syarak, Syara Basandi Kitabullah- Syarak Mangato, Adat Mamakai.”2
Masyarakat Minangkabau dikenal intens berinteraksi dengan berbagai kebudayaan di
Nusantara. Hal ini tak terlepas dari budaya merantau yang dianut oleh masyarakat
Minangkabau. Interaksi ini yang membawa sedikit banyak perubahan pada perilaku
keseharian dan pandangan hidup masyarakat Minangkabau. Terlepas dari ketidakpastian
kapan Islam pertama kali masuk ke ranah Minangkabau, ajaran dan pemikiran Islamlah
yang paling dominan dalam perubahan itu. Masyarakat Minangkabau dikenal sangat
fanatik dengan adat istiadat dan tradisi yang ada di lingkungannya, setelah terjadi sintesis

1
. Mestika Zed, “Islam dan Budaya Lokal Minangkabau Modern: Genealogi Islam Radikal di
Nusantara”, dalam http://jhonisamual.blogspot.co.id//2015/15/05/islam-dan-budaya-lokalminangkabau (01
Juni 2019).
2
. Ibid,,

1
antara ajaran Islam dan tradisi lokal, maka lahirlah falsafah kearifan lokal Minangkabau
yang berbunyi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.3
Nagari di Minangkabau selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan terendah dalam
wilayah Republik Idonesia juga merupakan basis penanaman dan pelestarian nilai-nilai
adat dan syarak. Kepemimpinan Nagari tidak hanya dilaksanakan oleh Wali Nagari dan
perangkat-peangkatnya sebagai pimpinan formal tapi juga oleh forum Tigo Tungku
Sajarangan (Niniak Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai) ditambah dengan unsur-
unsur Bundo Kanduang sebagai pimpinan sosial. Masing-masing unsur harus saling
bekerjasama dan bahu membahu sesuai fungsinya untuk mewujudkan cita-cita menuju
kehidupan masyarakat Nagari yang makmur, sejahtera, aman, damai dan sentosa. Fungsi-
fungsi tersebut akan dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila masing-masing unsur
memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai adat dan syari’at Islam seperti
tertuang dalam ungkapan “Adat Basandi Syarak- Syarak Basandi Kitabullah.4
Begitu juga halnya di Nagari Koto Baru yang masih kental dengan adat istiadanya dan
tetap mempertahankan konsep ataupun pedomannya yaitu “ Adat basandi Syara’, Syara’
basandi kitabullah”. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan mengulas
tentang Inplementasi filosofi “ Adat basandi syara’, Syara’ basandi kitabullah” di Nagari
Koto baru. Dengan melakukan wawancara kepada Forum Tigo Tungku Sajarangan
(Niniak Mamak, Alim Ulama, dan Cadiak Pandai).

3
. I. H. Dt. Rajo Penghulu, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau (Bandung: Remaja
Karya, 1984), ix.
4
. Ahmad Kosasih, Upaya penerapan nilai-nilai adat dan syarak dalam penyelenggaraan pemerintah
Nagari, (dalam Jurnal UPT MKU, Universitas Negeri Padang) h, 107.

2
BAB II
STUDI LAPANGAN
A. Profil Nagari

Koto Baru merupakan salah satu Nagari yang terdapat dalam kecamatan Baso,
Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat.

Jumlah Penduduk : 1.735 Jiwa


Kepadatan : 953 Jiwa/km
Luas : 1, 82 km
Kode Pos : 26192
Wali Nagari : Zuhdi, S. Sos

Nagari Koto Baru terdiri atas tiga Jorong yaitu ;

-Jorong Kampung Ampek

-Jorong Kasiak Jalan Kapakan

-Jorong Tigo Surau5

Nagari Koto Baru ini bisa di tempuh sekitar dua puluh lima menit dari pusat kota
Bukittinggi. masyarakat Nagari Koto Baru terkenal ramah dan santun dengan bahasa
sehari-harinya yaitu bahasa Minang, kehidupan sosial masyarakat masih sangat kuat
dan sangat kental dengan adat salingka Nagarinya, bisa kita lihat ketika ada yang
Baralek misalnya, tolong menolong itu masih menjadi sesuatu yang tidak bisa di
tinggalkan bagi masyarakat ini, adapaun pekerjaan sehari-hari masyarakat di Nagari
Koto Baru ini kebanyakan adalah menjadi Petani, kemudian, Wiraswasta, Pegawai
Negri Spil dll.

B. Pandangan Niniak Mamak

Adat Basandi Syara’, Sara’ Basandi Kitabullah merupakan sebuah konsep ataupun
pedoman adat bagi orang Minangkabau, adapun maknanya ialah, Sandi itu berarti
pondasi, maksudnya pondasi adat adalah agama, "Syarak mangato Adat mamakai".
Konsep ini masih tetap dipakai dalam penerapan adat di Nagari ini, jika ada yang
menyalahi konsep ini berarti dia bukan lagi adat Nagari kita, walaupun misalnya ada

5
https://id.wikipedia.org/wiki/Koto_Baru,_Baso,_Agam. Di akses tgl 1 Juni 2019.

3
yang melakukan, contohnya ada orang yang datang menyirih, adat di Nagari kita itu
hanya sampai waktu Magrib, tiba-tiba ada orang luar yang datang menyirih di jam
20;00 dan masih tetap diterima oleh keluarganya, namun itu tidak dikategrikan
termasuk dalam adat karena disitu juga tidak hadir Niniak Mamak Misalnya, jika
dihadiri Niniak Mamak dan yang lainnya baru itu termasuk katergori adat, jika seperti
yang tadi itu hanya sebatas menghargai tamu dan pribadi keluarga. Secara umum
konsep adat tersebut masih tetap dipakai di Nagari kita ini, walaupun memang
perubahan adat itu sudah cukup banyak, namun itu hanya lebih kepada teknis
pelaksanaan namun pada hakikatnya tetap mengikuti pedoman Adat Basandi Syara’,
Syra’ Basandi Kitabullah tersebut. Dalam pelaksanaan adat tersebut memang sering
kewajiban itu menjadi tertunda namun itu tidak sampai melanggar, kenapa, karena
kita tidak sampai meninggalkan Sholat misalnya, tapi kalau kita mininggalkan Shalat
itu baru melannngar, nabi sendiri kan memberikan rentang waktu, Cuma kita tidak
dapat afdal shalat diawal waktu tapi keawjiban tetap terlaksanakan.

Masalah harta warisan di Minangkabau menurut saya itu tidak melanggar hukum
adat dan agama, karena pusaka itu tidak diwariskan, tidak dibagi, dalam Al- Qur’an
itu kan “bagilah”, tapi bagi kita harta waris itu tidak dibagi namun diperuntukkan
untuk anak cucu, memang yang mengelola itu perempuan namun laki-laki juga tetap
memiliki hak disitu. Kenapa harta itu tidak dibagi, karena jika dibagi mereka memiliki
hak untuk menjual, tapi kalo di wariskan seperti kita disini tidak ada hak menjual
kecuali dengan 3 syarat yaitu: 1) Rumah Gadang katirihan. 2) Malu managih dalam
kampung. 3) Mayit tabuju dalam rumah.

Masalah garis keturunan kenapa dari ibu, sebenarnya tidak, kita di Minang ini
tetap mengikuti garis keturunan bapak, tapi kenapa masuk ke suku ibu? suku itu
hanya seumpama sebuah organisasi, kita boleh saja mau ikut yang mana, mau ikut
Jambak, Pili, Sikumbang dll, namun bagi kita itu namanya suku, itu boleh dan tidak
menyalahi. Namun garis keturunan itu tetap dari ayah, misalnya siapa yang pergi ke
Makkah pasti namanya bin nya itu ke ayah bukan ibu, itu kalo urusan agama, tapi
kalau urusan adat kita ikut ibu.

C. Pandangan Alim Ulam

Berbicara tentang Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah denga


penerapannya di Nagari ini masih sesuai, Cuma di Koto Baru ini ada namanya adat

4
Salingka Nagari, ada adat yang di pakai di Nagari kita ini, tidak dipakai di Nagari
Lain, ada juga adat orang itu yang tidak dipakai di Koto Baru. Contohnya makan
Bajamba (makan bersama) itu belum tentu ada di kampung lain tidak seluruhnya
mengadakan itu dan di Koto Baru ini masih dipakai. Waktu Baralek ada yang siap
Magrib samapi malam, kalau di Koto Baru kalau jam laki-laki sesudah zuhur, sesudah
azar bagi perempuan, inilah salah satu contoh perbedaan adat Salingka Nagari, kalau
konsep adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah masi tepat dan dipaki semuanya
di Koto Baru ini.

Memang dalam penerapan adat sudah banyak perobahan antar adat yang lama
dengan yang sekarangdi Nagari ini, sesuai dengan perkembangan zaman tentunya
banyak perobahan, contohnya adat yang dulu, Manyabik itu menantu di undang,
sekarang menantu itu sendiri gak mau tau sama kita jadi itu kan bentuk peroban di
adat kita, ya karena memang adat itu juga termasuk kesepakatan pemangku adat jadi
sangat memungkinkan perobahan itu ada. Masalah perbedaan adat antar Nagari ketika
kita mempunyai urusan adat dengan Nagari alain maka kita mengikuti adat Nagari
dimana kita berada, Cuma kita juga masih bisa bahkan seharusnya tetap menjalankan
adat dari Nagari kita, contonya mengantar menantu di adat Kita samapi waktu Magrib
yang boleh, di Nagari lain boleh sampai malam, kita cukub bilang saja sama mereka
bahwa adat di Nagari kami hanya boleh samapai Magrib dan itu tidak ada masalah
dan biasa juga dilakukan hal yang demikian.

Kesimpulannya menurut saya Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah


masih tetap terpaki di Nagari ini, walaun memang perubahan adat itu selalu adat, dan
memang itu sesuai dengan kesepakatan pemangku adat, namun secara umum masih
tetap sesuai dengan pedoman adat kita tersebut, tidak ada yang melanggar. Perbedaan
adat antar Nagari itu memang jelas ada karena ia dibuat sesuai dengan kesepakatan
pemangku adat di Nagari masing-masing.

D. Pandangan Cadiak Pandai

Pertama perlu kita dudukkan mana yang adat Minangkabau secara umum dan
mana yang disebut sengan adat Salingka Nagari, adat yang Minangkabau yang
dipakai secar umum, contohnya masalah harta waris, garis keturunan adat. Yang adat

5
Salingka Nagari yaitu khus adat yang berlaku di Nagari tesebut, bisa jadi adat ini
berlaku di Nagari kita belum tentu dipakai di Nagari lain, contohnya baralek di Nagari
kita dari siap Zuhur samapai Magrib, di Nagari sebelah dari Magrib samapai jam 12
malam, di Nagari kita tidak boleh menjual tanah ke orang luar Nagari kecuali atas
nama orang Nagari atau atas nama anak, istri, di Nagari lain boleh-boleh saja.

Masalah adat basandi syara’ syara’ basandi kita bullah, secara makna sudah di
jelaskan oleh Datuk Mamat bahwa Sandi itu adalah pondasi, sedangkan pondasi adat
itu adalah agama. Menurut saya di Nagari kita ini adat basandi syara’ syara’ basandi
kitabullah ini ada yang masih tetap terpakai ada yang tidak, contohnya baralek tetap
berlangsung sedangkan waktu Shalat sudah masuk masih maradaik juga di dalam
rumah akhirnya Salat terlambat, disitulah menurut saya letak kelalaiannya, kalau yang
sebenarnya sungguh walaupun apa saja yang merintang yang kewajiban di dahulukan,
misalnya Tahlilan sesudah Magrib, tapi karena adat masih ada pepatah petitih jadi
terlambat Shalat Isya, namun ada juga yang berpaham adat ya adat, masuk waktu
Shalat dia berdiri, tapi itu hanya sebagian kecil bukan secara keseluruhan.

Kalau yang sebenarnya walaupun kita sedang melangsungkan adat, ketika waktu
masuk yang adat ini harus dihentikan dan mendahulukan yang wajib, tapi
kenyataannya di kita lihat bukan begitu, yang adat tetap berlanjut walaupun waktu
Shalat sudah masuk, dahulu memang sudah pernah diterapkan namun tenyata adat
tidak jalan setelah orang Shalat ia langsung pulang, sehingga membuat tuan rumahnya
jadi kecewa karena terkadang mereka belum mencicipi makanan yang sudah
disediakan, disitulah letak masalahnya, jadi pada kesimpulannya menurut saya ada
yang masih terpakai ada yang tidak lagi.

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Adat Basandi Syara’, Sara’ Basandi Kitabullah merupakan sebuah konsep ataupun
pedoman adat bagi orang Minangkabau yang bermakna, Sandi itu berarti pondasi, maksudnya
pondasi adat adalah agama, "Syarak mangato Adat mamakai". Konsep ini masih tetap dipakai
dalam penerapan adat di Minangkabau begitu juga terkhusus di Nagari ini, jika ada yang
menyalahi konsep ini berarti dia bukan lagi adat Minangkabau dan Nagari kita, Secara umum
konsep adat tersebut masih tetap dipakai di Nagari kita ini, walaupun memang perubahan
adat itu sudah cukup banyak, karena adat itu merupakan kesepakatan pemangku adat di satu
Nagari, namun itu hanya lebih kepada teknis pelaksanaan namun pada hakikatnya tetap
mengikuti pedoman Adat Basandi Syara’, Syra’ Basandi Kitabullah tersebut.

Namun demikian ada juga tokoh adat yang mengatakan bahwa Adat Basandi Syara’,
Sara’ Basandi Kitabullah tersebut ada yang masih terpakai dan ada yang sudah melanggar
sebagaimana di jelaskan oleh Sutan Muncak Sati diatas, menurut dia ada semacam
pelanggaran karena sering terjadi bahwa adat itu lebih diutamakan dari pada kewajiban,
sehingga melanggar nilai-nilai konsep adat itu sendiri, berbeda dengan pandangan Ye Datuk
Mamat, menurutnya kensep adat tersebut masih terpakai seutuhnya, walaupun ada
kecenderungan terkadang mendahulukan adat namun katanya kewajiban itu tetap di
laksanakan bukan di tinggalkan, katanya kwajiban itu ada rentang waktunya seperti Shalat
misalnya, hanya saja kita tidak adapat afdalnya saja sedang kewajiban tetap tertunaikan,
sehingga nilai-nilai konsep adat tersebut belum bisa di kategorikan melannnggar. Bahkan
beliau juga menjelaskan bahwa adat-adat yang sering dianggap oleh orang di luar orang
minang melanggar agama sebenarnya tidak melanggar, seperti masalah harta waris, garis
keturunan, sebagimana di jelaskannya di atas, menurutnya anggapan tersebut terjadi karena
mereka belum memahami bagaimana masalah adat di Minagkabu itu sendiri, bahkan yang
pribumi Minagkabau pun banyak sekarang yang tidak memahami lagi tentang adat-adat yang
sudah lama ada, inilah yang menyebabkan kesalah pahaman tersebut, tapi pada prinsipnya itu
semua masih sesuai dengan Syariat Islam.

7
Datuk Mamat ( Niniak Mamak)

H. Syaf/Iyek Putuh (Alim Ulama)

Sutan Muncak Sati (Cadiak Pandai)

Anda mungkin juga menyukai