Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu
untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan
pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.[1] Majas digunakan dalam penulisan
karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan
lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.
Jenis-jenis majas
Majas perbandingan
Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-
tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala
sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
Alusio: Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan
yang telah terjadi sebelumnya.
Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita
pertama di Indonesia.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang
dimabuk cinta berkorban apa saja.
Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena
mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu
seperti ananta.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih
yang berbau manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama
jenis.
Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi
merek, ciri khas, atau atribut.
Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan
hubungan karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang
membuat Otok kian terkesima.
Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan
diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan
objek.
Totem pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya
sebagian.
Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan
kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan
bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di
depannya.
Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
Eponim: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu
yang ingin diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
Majas sindiran
Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi
kepalamu!
Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan
terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam
atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang
berlainan.
Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang
berlainan.
Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang
penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-
bondong menuju ke TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
Majas pertentangan
Majas Metafora
Majas metafora adalah majas yang mengungkapkan perbandingan dua hal atau obyek yang
tidak sama menjadi paduan persamaan.
Majas Repetisi
Majas repetisi adalah majas menggunakan pengulangan bahasa, frasa, klausa dan kata
yangdibuat sama dalam suatu kalimat yang berguna untuk memberi penegasan.
Majas Sinekdode
Majas sinekdode adalah majas dengan penulisan bahasa yang yang mengungkapkan bagian
dari keseluruhan atau mengungkapkan keseluruhan untuk suatu bagian. Majas ini terbagi
menjadi 2 yaitu sinekdode pars pro toto dan sinekdode totem pro parte.
1) Majas sinekdode pars pro toto adalah majas yang menjelaskan suatu bagian yang mewakili
dari keseluruhan.
Contoh
2) Majas sinokdade totem pro parte adalah majas yang menjelaskan keseluruhan yang
mewakili suatu bagian.
Contoh
Majas Sarkasme
Majas sarkasme adalah majas sindiran dengan kalimat yang kasar. Biasannya majas ini
disampaikan dalam keadaan sangat marah.
Majas Eufemisme
Majas eufemisme adalah majas yang digunakan untuk menggantikan suatu ungkapan kasar
menjadi ungkapan yang lebig halus. Dengan ungkapan halus ini diharapkan yang
menengarkannya menjadi tidak tersinggung.
1) Seorang tuna netra menyebrang jalan ditemani oleh anaknya ( tuna netra = buta)
2) Saya baru tahu kalau Andi adalah tuna rungu ( tuna tungu : tuli )
3) Saya tidak mengerti dengan bahasa isyarat tuna wicara itu. ( tuna wicara : bisu)
4) Di kota itu banyak sekali tuna wisma berkeliaran ( tuna wisma = gelandangan)
5) Banyak orang antri ke beakang gara-gara kebanyakan makan pedas ( belakang = WC)
Majas Epifora
Majas epifora yaitu majas pengulangan kata pada baris terakhir atau kalimat secara urut.
1) Orang hamil akhirnya melahirkan juga, bayi akhirnya tumbuh besar juga, orang dewasa
akhirnya tua juga.
2) Aku mencintai kamu, aku merindukan kamu, aku memuja kamu.
Majas Pleonasme
Majas pleonasme adalah majas yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang sudah jelas
tapi diberikan tambahan kata dengan tujuan untuk mempertegas maksud kalimat tersebut.
1) Naiklah ke atas untuk mendapat jatah uang saku untuk wisata besok
2) Turunlah ke bawah untuk mendapat jatah makan pagi agar hari-harimu selalu kuat
3) Mundurlah ke belakang sebelum dia menendangmu keluar dari rumah ini.
4) Ketika guru itu datang, mendadak kelas kami menjadi sunyi senyap
5) Aku melihat insiden kecelakaan maut itu dengan mata kepalaku sendiri
6) Aku senang sekali pergi ke pasar bunga melihat keanekaragaman jenis tanaman.
7) Hatiku begitu riang gembira mendapat hadiah darimu
8) Suaramu sungguh cetar membahana terdengar dari kamarku
9) Aku sudah ikhlas lahir batin dengan segala ujian ini
10) Senyummu begitu manis mempesona sehinngga membuat jantunggu berdegup kencang.
Majas Paralelism
Majas paralelisme yaitu majas dengan perulangan yang digunakan untuk menegaskan sebuah
makna frasa dalam bahasa puisi.
Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang menjelaskan sesuatu secara berlebihan dibanding
aslinnya. Pembuatan kata yang dilebih-lebihkan ini digunakan untuk menarik perhatian
pembaca.
Contoh Majas Pertentangan
Majas Paradoks
Majas paradioks adalah majas pertentangan yang menjelaskan pertentangan antara
pernyataan dengan realita sesungguhnya. Majas ni sering dinyatakan pada tulisan novel.
Majas Taotologi
Majas tautologi yaitu majas dengan bahasa yang berulang-ulang pada suatu kalimat dengan
tujuan untuk menegaskan makna dari kalimat tersebut.
1) Kau memutuskan segala sesuatu dengan luluh lantah tanpa merundingkanya terlebih
dahulu
2) Di malam yang dingin menggigit ini teasa sepi sunyi tanpamu disisiku
3) Aku akan tetap bersamamu dalam suka duka sepanjang hidupku mampai maut menjemput
4) Melihat dirimu bersamannya membuat hatiku hancur lebur
5) Sedih tawamu adalah bagian dari kehidupanku
Majas Metonimia
Majas metonimia adalah majas yang digunakan untuk menjelaskan suatu kalimat atau kata
yang masih mempunyai hubungan dekat. Biasannya kata yang dipakai adalah merk barang
untuk menggantikan kata yang sudah umum.
Contoh Majas Metonimia
1) Jalan –jalan ke luar negri dengan pesawat Garuda terasa seperti melayang ke awan
2) Kalau kamu belum sepenuhnya sadar, sini aku kasih air aqua
3) Sekarang para remaja bahkan sampai orang tua setelah asyik berfoto selfie atau wifie tak
lupa untuk diupdate ke instagram
4) Dengan memakai kispray setrikaanku jadi lebih wangi dan rapi
5) Menggosok gigi dengan pepsodent membuat gigi lebih putih dan nafas lebih segar
6) Cucilah bajumu dengan bayclean agar lebih putih dan bersih
7) Minumlah baygon kalau kau ingin tamat segera
8) Makan Taro membuatku terasa lebih ringan dari sebelumnya
9) Dengan Natur E kulit wajah dan tubuhku menjadi lebih halus, lembut dan terasa kencang
seperti dulu
10) Sekarang adalah jamannya apapun bisa dicari dari smartphone kecil ini
Majas Ironi
Majas ironi adalah majas yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang bertolak belakang
dengan aslinnya.
Majas Asosiasi
Macam Macam Majas | Sumber : 500px.com
Majas asosiasi adalah majas yang membandingkan dua obyek yang berbeda tetapi
mempunyai kemiripan sifat. Ciri majas ini biasannya menggunakan kata penghubung seperti
laksana, bak, bagai, ibarat, juga.
Contoh Majas Asosiasi :
Majas Antitesis
Majas antitesis adalah majas yang menyatakan dua kata yang memiliki arti berlawanan.
Kedua kata ditampilkan secara urut.
Majas Antonomasia
Majas antonomasia adalah majas yang digunakan untuk menyebut suatu benda atau objek
bukan dengan nama aslinnya tetapi menggunakan sifat dari obyek tersebut. Majas ini sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari guna memvariasikan kalimat agar tidak terkesan
monoton.
Contoh Antonomasia
1) Annisa membeli ‘’ si ratu bunga ‘’ untuk memperindah kebunnya. ( ratu bunga = mawar)
2) Adikku senang sekali ketika melihat ‘’ merpati terbang ‘’ di angkasa. ( merpati terbang =
pesawat)
3) Siapa sangka karena ‘’ si manis diemut’’ itu gigi adikku bisa ompong. ( si manis diemut =
permen)
4) Gak disangka ‘’ si bau menyengat’’ itu enak dibuat lalapan makan bebek goreng. ( si bau
menyengat = pete )
5) Si suara emas itu memang cantik dan baik hati, pantas banyak yang suka. ( si suara emas =
penyanyi )
Majas Simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan dua kata atau objek yang jelas secara
eksplisit mempunyai kesamaan sifat. Ciri majas ini memakai kata penghubung layaknya,
ibarat, bagai, bak, umpamannya. Majas ini sedikit mirip dengan asosiasi tetapi tetap terdapat
perbedaan antara keduannya.
1) Lelaki itu sangat baik dan dermawan ibarat malaikat yang turun dari langit
2) Kata-katamu sangat kasar ibarat pisau yang menusuk jantungku
3) Rio dan Vina ibarat air dan minyak yang tidak dapat dipersatukan
4) Penciuman Rudi sangat tajam ibarat anjing pelacak mayat
5) Es buah ini sangat segar menyembuhkan dahaga ibarat hujan yang membasahi ladang pasir
Majas Litotes
Majas litotes adalah majas yang menjelaskan suatu ungkapan yang direndahkan jika
dibandingkan dengan realita aslinnya. Majas ini mengungkapkan kepada pembacannya
tentang kerendah hatian penulis.
Majas Alusio
Majas alusio yaitu majas yang mempunyai gaya bahasa yang memakai kata-kata dimasa lalu
untuk menjelaskan suatu kejadian. Kata-kata masa lalu yang biasa dipakai pada majas ini
seperti berupa tokoh, legenda, kejadian, cerita.
Contoh Majas Alusio
1) Ceritamu dengan Santi mengingatkanku pada cerita bawang merah dan bawang putih
2) Walaupun miskin jangan sampai kau seperti malin kundang pada ibunnya
3) Jika kau jatuh cinta ada orang salah nasibmu akan seperti cerita gunung tangkuban perahu
4) Walaupun nilai rupiah semakin menurun, jangan sampai seperti kejadian tahun 90 an.
5) Semoga saja ini hanya getaran biasa tidak seperti tsunami di Aceh dulu.
Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa
Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti
"petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda
dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa).
Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b[1] dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b,
atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga
pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak terdapat nama penulis.
Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris
pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan
maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang
merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian
sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan
talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).
Struktur pantun
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama
untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun
merupakan sastra lisan. Pola rima dan irama pada pantun secara eksplisit menegaskan sifat
kelisanan pantun pada budaya Melayu dulu.
Pantun memiliki dua pokok struktur utama, yaitu sampiran dan isi. Sampiran biasanya adalah
2 larik (baris ketika dituliskan) yang umumnya berisi hal-hal yang bersifat umum. Jantung
pantun berada pada dua larik terakhir yang dikenal sebagai isi pantun. Pesan-pesan pada
pantun melekat pada kedua larik terakhir.
Aturan umum berlaku pada pantun, seperti halnya puisi lama. Misalnya, satu larik pantun
biasanya terdiri atas 6-12 kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku dan bersifat kaku. Pola
rima umum yang berlaku pada pantun adalah a-b-a-b dan a-a-a-a. Meski demikian, kerap
diketemukan pula pola pantun yang berpola a-a-b-b.
JENIS-JENIS PANTUN
Pantun Adat
Pantun Agama
Pantun Budi
Pantun Jenaka
Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar,
terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh
keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka
diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:
Jalan-jalan ke rawa-rawa,
Jika capai duduk di pohon palem,
Geli hati menahan tawa,
Melihat katak memakai helm.
Pantun Kepahlawanan
Pantun Kias
Pantun Nasihat
Berakit-rakit ke hulu,
Berenang-renang ke tepian,
Bersakit-sakit dahulu,
Bersenang-senang kemudian.
Pantun Perpisahan
Pantun Teka-teki
Pantun Lucu
Homograf adalah adalah kata-kata yang ejaannya sama, tetapi lafal dan maknanya berbeda.
Misalnya, kata apel pada apel siaga dan kata apel pada apel merah. Kata apel yang pertama
bermakna ‘wajib hadir dalam suatu upacara resmi (bersifat kemiliteran) untuk diketahui hadir
tidaknya atau untuk mendengar amanat’ dan kata apel yang kedua bermakna ‘buah pohon
apel’. Dalam bahasa Indonesia, lafal huruf e pada umumnya menjadi pembeda pada kata-kata
yang berhomograf, seperti yang terlihat dalam contoh berikut.
teras /tèras/ ‘tanah atau lantai yang agak ketinggian di depan rumah’
teras /têras/ ‘intisari; isi yang terutama; sesuatu yang terbaik; sesuatu yang terpenting’
seret /sèrèt/ ‘hela, tarik maju (barang yang dihela bergeser di tanah atau di air)’
seret /sêrêt/ ‘tidak lancar; tersendat-sendat’
per /pè/ ‘pegas’
per /pêr/ ‘tiap-tiap’
belok /bèlok/ ‘berkelok; berlekuk; bengkok’
belok /bêlok/ ‘besar dan lebar (tt mata)’
mental /mèntal/ ‘berhubungan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan
atau tenaga’
mental /mêntal/ ‘terlempar kembali; berbalik arah’
tahu /tau/ ‘mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dsb)’
tahu /tahu/ ‘makanan dari kedelai putih yang digiling halus-halus, direbus, dan dicetak’
Sementara itu, homofon adalah kata-kata yang sama lafalnya sama, tetapi ejaan dan
maknanya berbeda. Misalnya, kata bank dan bang atau tank dan tang. Lafal untuk
unsur nkpada bank dan tank setara dengan unsur ng pada bang dan tang. Kedua pasang kata
itu pun maknanya berbeda. Kata bank bermakna ‘badan usaha di bidang keuangan yang
menarik dan mengeluarkan uang dalam masyakarat, terutama memberikan kredit dan jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang’, sedangkan bang bermakna ‘abang; kakak
(laki-laki)’. Sementara itu, kata tank bermakna ‘mobil berlapis baja yang beroda-gigi yang
bergerak (berputar) di atas roda rantai yang melingkari roda-roda giginya, dilengkapi dengan
senjata berat dan dapat digerakkan berputar ke arah sasaran’, sedangkan tangbermakna ‘alat
untuk menjepit (mencabut, memotong) paku dsb’. Berikut adalah beberapa contoh kata yang
berhomofon.
sanksi ‘tanggungan (tindakan, hukuman, dsb) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau
menaati ketentuan’
sangsi ‘bimbang; ragu-ragu’
massa ‘sejumlah besar benda (zat dsb) yang dikumpulkan (disatukan) menjadi satu (atau
kesatuan)’
masa ‘waktu; ketika; saat’
blog ‘catatan harian atau jurnal pribadi di internet yang dapat diakses oleh siapa saja’
blok ‘deretan beberapa buah rumah yang tidak terpisah-pisah’
syarat ‘janji sebagai tuntutan atau permintaan yang harus dipenuhi’
sarat ‘penuh dan berat (karena berisi muatan atau karena banyak buahnya dsb)’
balig ‘cukup umur; akil balig’
balik ‘sisi sebelah belakang dari yang kita lihat’
Sinonim
Sinonim adalah kata – kata yang memiliki bentuk yang berbeda, seperti tulisan maupun
pelafalan, tetapi kata – kata tersebut memiliki makna yang mirip atau sama. Sinonim sering
sekali disebut dengan persamaan kata atau padanan kata. Nah, berikut ini adalah contoh –
contoh kalimat yang bersinonim dan daftar kata – kata umum beserta dengan sinonimnya.
Melihat = Menonton
Aku melihat pertunjukan wayang bersama ibu kemarin malam.
Aku menonton pertunjukan wayang bersama ibu kemarin malam.
Gembira = Senang
Hari ini Shinta terlihat gembira.
Hari ini Shinta terlihat senang.
Dahaga = Haus
Setelah bekerja keras, aku sangat haus hingga menghabiskan air putih sebanyak delapan gelas.
Setelah bekerja keras, aku sangat dahaga hingga menghabiskan air putih sebanyak delapan
gelas.
Berjumpa = bertemu
Kemarin malam aku berjumpa dengan Shinta di pasar malam.
Kemarin malam aku bertemu dengan Shinta di pasar malam.
Antonim
Antonim adalah kata – kata yang maknanya saling berlawanan satu sama lain. Antonim sering
sekali disebut dengan lawan kata. Nah, berikut ini adalah contoh – contoh kalimat yang
berantonim dan daftar kata – kata umum beserta dengan lawan katanya.
Gelap = Terang
Ruangan ini sangat gelap.
Ruangan ini sangat terang.
Jauh = dekat
Jarak dari rumahku ke rumah Shinta sangat jauh.
Jarak dari rumahku ke rumah Shinta sangat dekat.
Lapar = kenyang
Aku sangat lapar hingga mampu menghabiskan nasi sebanyak 3 piring.
Aku sangat kenyang setelah menghabiskan nasi sebanyak 3 piring.
Datang = Pergi
Setelah menemui diriku, Adi datang ke tempat Danang.
Setelah pergi ke tempat diriku, Andi datang ke tempat Danang.
Mengembalikan = Meminjam
Aku mengembalikan barang yang telah aku pinjam dari Budi.
Aku meminjam barang yang dimiliki oleh Budi.
Menjual = Membeli
Ayah menjual sepeda motornya yang sudah lama dia pakai.
Ayah membeli sepeda motor baru setelah mendapatkan rejeki.
Berikut ini adalah daftar kata – kata umum beserta dengan lawan katanya:
Berlari = Jalan
Kosong = Penuh
Indah Jelek
Bodoh = pandai
Kurus = gemuk
Mateng = Mentah
Panas = dingin
banjir = kemarau
Baik = jahat
Dermawan = kikir
Dorong = tarik
Angkat = jatuhkan
Kotor = bersih
Sepi = ramai
Meminta = memberi
Mendatangi = menghindari
Menjauhi = mendekati
Menambahkan = mengurangi
Menggali = mengubur
Menang = kalah
Maju = mundur
Datang = pergi
Sedih = senang
Banyak = sedikit
Tarik = ulur
Gelar = Gulung
Menangis = tertawa
Diam = Berisik
Baru = lama
Tua = muda
Wanita = pria
Rapih = berantakan
Alami = buatan