Anda di halaman 1dari 15

Page | 1

Asuransi
Santri
Sebagai Media Penjamin Tatkala Santri Mengalami Musibah
dan Berlandaskan Prinsip Syari’ah

Progam Studi Ekonomi Syari’ah


“Universitas Islam Darul ‘Ulum Lamongan”
JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”
“KONSEP DAN SISTEM ASURANSI SYARI’AH BAGI SANTRI PONDOK
PESANTREN DI KABUPATEN LAMONGAN” Page | 2
(Inovasi Produk-Produk Perbankan Syariah dan Bisnis Syariah)

Moh. Candra Adi Febrianto (NIM: 14130014)


Chandraarspi@gamail.com
Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Pembimbing:
Ainul Masruroh, SHI,MH.

ABSTRACK
Terjadinya kecelakaa bahkan kematian terhadap santri pondok pesantren tidak lepas
dari semakin tumbuh suburnya pembangunan di zaman sekarang, mulai dari gedung-
gedung bertingkat, jalan raya, dan semakin ramainya transportasi. Ditambah lagi dengan
masih minimnya lahan yang dimiliki pesantren dan semakin banyaknya santri yang
bermukim di pesantren memberikan potensi besar akan terjadinya kecelakaan atau bahkan
kematian pada santri yang sebenarnya tidak pernah diinginkan. Semakin kompleksnya
masalah-masalah yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pada santri di zaman
sekarang, masih belum diimbangi dengan adanya sebuah produk asuransi syari’ah yang di
luncurkan oleh lembaga asuransi untuk memberikan jaminan atau perlindungan bagi santri
pondok pesantren.
Adanya produk asuransi syari’ah bagi santri pesantren ini, bertujuan memberi
perlindungan santri tatkala mengalami resiko terburuk dalam hal kesehatan saat menimba
ilmu dan berstatus sebagai santri. Selain sebagai pemberi jaminan kesehatan, asuransi
syari’ah ini juga diharapkan mampu mempersatukan santri-santri antar pondok pesantren,
membangun ukhuwah islamiyah yang kokoh, ukhuwah watoniyah yang dalam hal ini di
implementasikan dengan adanya konsep ta’awun dan tabarru’. Adanya asuransi syari’ah
bagi santri ini pula dipastikan akan memberi sumbangsih dana yang sangat besar bagi
lembaga asuransi syari’ah yang kemudian akan di investasikan kepada pelaku usaha,
sehingga secara langsung akan mendongkrak dan mempercepat laju pertumbuhan
perekonomian daerah lamongan terlebih Negara Indonesia.
Dasar teori paling kuat adanya asuransi syari’ah bagi santri ini yakni Al-Qur’an
Surat Al-Hasyr [59] ayat 18, Surat Al-Maidah [5] ayat 1 dan 2, Surat An-Nisa’ [4] ayat 4, 9
dan 29, dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Didalam ayat tersebut menjelaskan secara
terang bahwa memikirkan dan mengantisipasi terjadinya resiko dihari mendatang itu
sangat penting, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan hal terburuk sekalipun.
Jika pondok pesantren adalah sumber utama pendidikan agama Islam di Indonesia
dan lembaga keuangan syari’ah adalah pusat moneter Islam, keduanya harus dapat bekerja
sama dalam melindungi aset ummat (santri), sehinga akan terbentuk sebuah sistem saling
menanggung resiko diantara santri pondok pesantren, dan ketika kerja sama ini dapat
dilakukan maka akan memberikan dampak yang besar bagi sosial kemaslahatan maupun
pertumbuhan perekonomian, yang tetap memberikan keuntungan bagi kedua bela pihak,
namun tetap berlandaskan syari’ah agama Islam. Asuransi syari’ah bagi santri pondok
pesantren harus diterapkan mengingat manfaat yang ditimbulkan sangatlah besar.

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”


I. PENDAHULUAN
Page | 3
Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal
bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan
mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks
yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan
keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat
mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku 1. Menurut
catatan dari Howard M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di indonesia,
menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di aceh dan palembang (sumatera), di jawa timur
dan gowa (sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri
untuk belajar.
Melihat fenomena yang terjadi di zaman sekarang, dimana sudah merajalelanya
pembangunan disetiap sudut perkotaan bahkan dipelosok pedesaan, menyebabkan semakin
sempitnya lahan yang ada, sehingga mulai banyak bermunculan bangunan-bangunan
bertingkat. Masalah minimnya lahanpun dirasakan oleh banyak pesantren di Indonesia
sehingga sekarang banyak kita jumpai pesantren yang mempunyai gedung berlantai lebih
dari dua.
Keadaan ini tidak tanpa alasan, karena semakin digemarinya pesantren sebagai
salah satu tempat menimba ilmu, sehingga pertambahan volume santri semakin tahun
semakin banyak, namun tidak diimbangi dengan perluasan wilayah pesantren. Semua ini
karena keterbatasan lahan yang dimiliki pesantren, sehingga memaksa pihak pesantren
untuk membangun banyak gedung bertingkat.
Semakin tinggi bangunan pesantren, semakin banyak masalah yang mulai
bermunculan, mulai dari kasus terjatuhnya santriwati dari gedung, terpelesetnya santri
didalam kamar mandi, dan masih banyak yang lainya. Potensi terjadinya kecelakaan dalam
pesantren semakin besar. Selain didalam pesantren, potensi terjadinya musibah pada santri
juga cukup besar tatkala santri berada diluar pesantren, permasalahan keamanan santri juga
sangat terancam disaat para santri pulang atau liburan dari pesantren. Ancaman kemanan
ini terjadi ketika santri berada di jalan raya dan ketika mengendarai kendaraan bermotor,
banyak kejadian santri mengalami kecelakaan dijalan raya dan sakit parah sehingga perlu
mendapatkan perawatan dirumah sakit.
Asuransi Syari’ah (Ta’min, Takafful atau Tadhammun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syari’ah.2
Memikirkan dan mengantisipasi kejadian dihari mendatang ini sejalan dengan
perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah

1
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S, Jakarta, 1983, hlm.18
2
Fatwah Dewan Syari’ah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”


kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-
Hasyr [59]: 18). Page | 4

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan


dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”(QS. Al-Nisa’ [4]: 9).
Menurut kami perlu adanya sebuah produk asuransi berbasis syari’ah yang
digelontorkan oleh lembaga keungan syari’ah yang diperuntukan sebagai jaminan atau
perlindungan bagi santri pondok pesantren dalam menuntut ilmu, karena santri adalah aset
bangsa yang dikemudian hari akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang handal,
berintegritas, adil dan jujur.
Produk asuransi yang diperuntukan bagi santri harus mempunyai konsep dan
mekanisme sedikit berbeda dengan produk asuransi lainya, yakni dengan menekankan
pada sosial orientied baik bagi pemegang klaim asuransi maupun investasi dan
pemberdayaan usaha oleh lembaga asuransi. Sehingga manfaat yang akan ditimbulkan dari
adanya asuransi syari’ah ini sangat terasa bagi pemegang klaim asuransi dan usaha yang
diberdayakan serta akan memajukan lembaga asuransi syari’ah mengingat uang yang akan
dikelolah oleh lembaga asuransi syari’ah sangatlah besar.
II. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep perlindungan bagi santri di pondok pesantren di kabupaten


lamongan selama ini?
2. Bagaimana Konsep dan Sistem perlindungan terhadap santri dengan Sistem
Asuransi Syari’ah ?

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”


III. PEMBAHASAN
A. Asuransi Syari’ah Page | 5
Asuransi jika dilihat secara syari’ah pada hakikatnya adalah suatu bentuk kegiatan
saling memikul risiko di antara sesama manusia sehingga antara satu dengan lainnya
menjadi penanggung atas risiko yang lainya.3 Saling pikul risiko tersebut dilakukan atas
dasar saling tolong menolong dalam kebaikan, dengan cara masing-masing mengeluarkan
dana derma (tabarru) yang ditunjukkan untuk menanggung risiko tersebut.
Visi dan misi yang diemban dalam pengembangan ekonomi syari’ah umumnya dan
asuransi syari’ah pada khususnya adalah misi aqidah, misi ibadah (ta’awun), misi
ightishodi (ekonomi), misi keumatan (sosial).4
Menurut Fatwah Dewan Syari’ah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001Asuransi
Syari’ah (Ta’min, Takafful atau Tadhammun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-
menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
akad (perikatan) yang sesuai dengan syari’ah.
Az-Zarqa mengatakan, sistem asuransi yang dipahami oleh para ulama hukum
(syari’ah) adalah sebuah sistem ta’awun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi
kerugian peristiwa atau musibah. Tugas ini dibagikan oleh sekelompok tertanggung,
dengan cara memberikan pengganti kepada orang yang tertimpa musibah. Pengganti
tersebut diambil dari kumpulan premi-premi mereka. Mereka (para ulama ahli syari’ah)
mengatakan bahwa dalam penetapan semua hukum yang berkaitan dengan kehidupan
sosial dan ekonomi, Islam bertujuan agar suatu masyarakat hidup berdasarkan atas asas
saling menolong dan menjamin dalam pelaksanaanhak dan kewajiban.
Ada tiga jenis usaha asuransi syari’ah yang wujudnya sesuai dan disamakan dengan
tiga jenis usaha asuransi dalam pasal 3 UU No. 2 Tahun 1992, yaitu Takafful Keluarga
(Asuransi Jiwa), Takafful Umum (Asuransi kerugian), Retakafful (Reasuransi).5 Melihat
pertumbuhanya sampai saat ini menunjukkan betapa besar peluang peluang asuransi
syariah untuk lebih berkembang lagi. Terutama dalam bidang perlindungan jiwa yang
terkhusus pada perlindungan santri.
Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan. Jenis-jenis usaha tersebut meliputi bidang asuransi jiwa, asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan diri dan anuitas, serta mengurus dana pensiun.6
Menurut Doktor Jafril Khalil dalam kaitan Fatwah DSN-MUI beberapa akad yang
terdapat dalm asuransi syari’ah tidak hanya sebatas pada akad Tabarru’ dan Mudharobah,
tetapi ada jenis akad Tijarah lainya seperti Al-Musyarakah (pathnership), Al-Wakalah
(pengangkatan wakil/agen), Al-Wadiah (akad titipan), Asy-Syirkah (berserikat), Al-
Musahamah (kontribusi) dan yang lainya yang diakui dan dibenarkan secara syar’I untuk
digunakan dalam asuransi syari’ah.7

3
Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syari’ah Ditinjau dari Perbandingan dengan Asuransi
Konvensional, PT Gramedia, Jakarta, 2011, hlm.36
4
Muhammad Syakir Syula, Aaij, Fiis, Asuransi Syari’ah, 2004, Gema Insani, Jakarta, 28.
5
Nurul Ichsan, Pengantar Asuransi Syari’ah,, Referensi, Jakarta, 2014, hlm.135
6
Nurul Ichsan, Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi Umum Syari’ah, Jurnal Ekonomi Islam
Volume 7, Nomor 2, September 2016, hlm. 133
7
Jafril Khalil, “Asuransi Syari’ah Dalm Prespektif Ekonomi: Sebuah Tinjauan”, Jurnal Hukum Bisnis,
Volume 22, Nomor 2 Tahun 2003
JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”
B. Gambaran Umum Pondok Pesantren
Page | 6
Menurut data yang kami peroleh melalui wawancara langsung dengan Departemen
Agama Kabupaten Lamongan bidang pondok pesantren (kopontren), ada 297 pondok
pesantren yang tersebar diseluruh wilayah kabupaten lamongan. Kemudian kami memilih
tiga pondok pesantren yang ada di lamongan, yakni Pon.Pes. Sunan Drajat Paciran,
Pon.Pes. Matholi’ul Anwar Karanggeneng dan Pon.Pes. Tarbiyatut Tholabah Paciran
sebagai sampel dari penelitihan yang kami lakukan.
1. Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran
Nama Jumlah Santri Jumlah Jumlah Jumlah
No
Instansi/Lembaga Putra Putri Kecelakaan Sakit Meninggal

P.P Sunan Drajat


1 3095 3121 6 148 4
Paciran

Dari data diatas total santri/wati pondok pesantren sunan drajat berjumlah 6216.
Mayoritas bangunan pesantren permanen berlantai 2 (dua) 3 (tiga) dan 4 (empat) terdiri
dari asrama, lembaga pendidikan formal, dan masjid, tempat bermukim para santri
(asrama) rata-rata berlantai 2, 3 dan 4. Bangunan sudah dilengkapi dengan pagar sebagai
sarana pelindung, dan 2 klinik pondok dilengkapi dengan tenaga medis sebagai usaha
penanganan pertama ketika santri mengalami sakit atau musibah.
Usaha pondok dalam meminimalisir terjadinya musibah pada santri sebenarnya
sudah dilakukan, namun tak bisa dipungkiri dari data diatas terjadi kecelakaan pada 6
santri selama satu tahun terakhir, jumlah santri yang sakit sehingga harus dirawat inap
mencapai 148 santri, dalam kurun waktu satu tahun terakhir, dan jumlah santri yang
meninggal dunia sebanyak 4 santri dalam waktu 3 tahun terakhir.
2. Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar Simo
Nama Jumlah Santri Jumlah Jumlah Jumlah
No
Instansi/Lembaga Putra Putri Kecelakaan Sakit Meninggal

P.P Matholi’ul Anwar


1 250 500 4 4 1
Simo Karanggeneng

Jumlah keseluruhan santri/wati pondok pesantren Matholi’ul Anwar Simo,


sebanyak 750. Bangunan pesantren permanen yang terdiri dari asrama santri/wati dan
lembaga pendidikan formal dan mushollah yang berlantai 1, 2 dan 3. Bangunan tersebut
sudah dilengkapi dengan pagar pelindung namun dalam pondok belum ada klinik
pengobatan. Pesantren ini berada dipinggir jalan raya yang menghubungkan kecamatan
sukodadi-paciran.
Dari data diatas jumlah kecelakaan pada santri sebanyak 4, dan santri yang
mengalami sakit sehingga harus dirawat inab sebanyak 4 santri, dan santri yang meninggal
1 santri. Data ini kami dapatkan dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, karena belum adanya
klinik dalam pondok, maka kelengkapan data santri yang mengalami musibah masih
terbatas.

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”


3. Pondok Pesantren Tarbiyatuth Tolabah Paciran
Page | 7
Nama Jumlah Santri Jumlah Jumlah Jumlah
No
Instansi/Lembaga Putra Putri Kecelakaan Sakit Meninggal

P.P Tarbiyatut
1 Tholabah Kranji 472 720 3 87 4
Paciran

Jumlah keseluruhan santri/wati pondok pesantren Tarbiyatuth Tholabah sebanyak


1192. Bangunan pesantren berbentuk permanen terdiri dari asrama, lembaga pendidikan
formal, dan mushollah. Bangunan sudah dilengkapi dengan pagar pelindung dan sudah ada
1 klinik pondok dengan tenaga medis yang terlatih. Dari data diatas jumlah kecelakaan
sebanyak 3 santri, jumlah santri yang mengalami sakit sehingga membutuhkan perawatan
inap 87 santri dalam waktu 1 tahun terakhir, dan jumlah santri yang meninggal sebanyak 4
santri dalm waktu 3 tahun terakhir.
Melihat data diatas sebenarnya penting adanya konsep asuransi syari’ah bagi santri
pondok pesantren ini dapat diterapkan. Mengingat firman Allah SWT dalam Al-Qur’an
sebagai berikut:

“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-
Hasyr [59]: 18).8
Ayat ini menunjukan bahwa ummat muslim harus juga memperhatikan apa yang
telah dibuat untuk masa depan. Ini sejalan dengan adanya asuransi syari’ah, sebagai sarana
untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk tentang kesehatan dihari mendatang. Hal ini
juga diperkuat dengan hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang
lain.” (Hadis Nabi riwayat Ibnu Majahdari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu
‘Abbas, dan Malik dari Yahya).
Dalam kaidah fiqih juga disebutkan,

“Segala mudharat harus dihindarkan sedapat mungkin.”

8
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL No: 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi
Syari’ah, Hal. 01

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”


Hal ini menunjukan bahwa adanya asuransi syari’ah sangat penting sebagai langkah
mengantisipasi adanya kemungkinan hal terburuk yang bisa menimpa kaum muslim. Page | 8
Disamping memiliki tujuan yang bersifat sosial orientied juga mengandung profit orientied
yang sangat besar sebagai langkah memajukan perekonomian suatu daerah terlebih bangsa
Indonesia.

C. Konsep Asuransi Syariah Bagi Santri


1. Landasan Hukum
a. Al-Qur’an Surat Al-Hasyr [59] ayat 18
b. Al-Qur’an Surat Al-Maidah [5] ayat 1 dan 2
c. Al-Qur’an Surat An-Nisa’ [4] ayat 4, 9 dan 29
d. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003
tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Peraturan inilah yang menjadi dasar untuk mendirikan asuransi syari’ah
sebagaimana ketentuan dalam Pasal 3 yang menyebutkan bahwa: “Setiap pihak
dapat melakukan usaha asuransi atau reasuransi berdasarkan prinsip
syari’ah….” Ketentuan yang berkaitan dengan asuransi syari’ah tercantum dalam
pasal 3-4 mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh izin usaha perusahaan
asuransi dan perusahaan reasuransi.
e. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003
tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
f. Keputusan Direktur Jendral Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000
tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syari’ah.
g. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL No: 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang
Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
h. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL No: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang
Akad Tabarru’ Pada Asuransi Syari’ah
i. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL No: 51/DSN-MUI/III/2006 Tentang
Akad Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi Syariah
Menurut Agus Edi Sumanto, Sekertaris Jendral Asosiasi Asuransi Syariah
Indonesia, payung hukum asuransi syariah masih sangat minim idealnya, mesti ada
Undang-Undang yang secara khusus mengatur asuransi syariah.9
2. Konsep Ta’awun
Asuransi syari’ah adalah asuransi yang bertumpu pada konsep tolong-menolong
dalam kebaikan dan ketaqwaan dan perlindungan.10 Asuransi syari’ah menerapkan ta’awun
(tolong menolong) sebagai filosofi dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Konsep ta’awun menurut Murad Muhammad Ali dalam kitabnya yang berjudul Al-
Ta’awuniyyah fi Al-Islam, ta’awun bisa diartikan dengan bertemunya setiap individu yang
memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda, untuk bekerja sama saling membahu
mencapai tujuan yang ingin diwujudkan bersama. Sebuah sistem ekonomi yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup, sistem sosial yang dibentuk untuk menyebarkan ilmu
diantara orang yang bergabung, dan masyarakat pada umumnya, saling mempersaudarakan
satu sama lainya dan berkorban demi kepentingan bersama

9
Hidayat Gunadi, “Payung Hukum Sebatas SK”, dalam Gatra, 24 Oktober 2007, hlm. 30
10
Muhammad Syakir Syula, Aaij, Fiis, Asuransi Syari’ah, 2004, Gema Insani, Jakarta, 322.

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”


Hal ini didasari pada Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Page | 9

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. al-Maidah[5]: 2).11
Konsep ta’awun ini diperkuat pula dengan hadits Nabi Muhammad SAW sebagai
berikut:

“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat, dan Allah senantiasa menolong hamba-
Nya selama ia (suka) menolong saudaranya”(HR. Muslim dari AbuHurairah).12

“Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuahbangunan, satu bagian
menguatkan bagian yang lain” (HRMuslim dari Abu Musa al-Asy’ari)
3. Konsep Tabarru’
Akad tabarru’ yaitu akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu peserta
kepada dana tabarru’ yang merupakan milik peserta secara kolektif untuk tujuan tolong
menolong di antara para peserta berupa santunan.13
Akad tabarru’ adalah derma kebajikan atau iuran kebajikan yang telah diniatkan
oleh peserta untuk dana tolong menolong apabila ada peserta yang terkena musibah.
Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil.
Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan
(tabarru’ berasal dari kata birr dalam Bahasa Arab, yang artinya kebaikan). Dalam akad
tabarru’ ini juga tidak diperbolehkan mengambil laba atau keuntungan sedikitpun. Jika
ingin mengambil laba maka yang digubnakan adalah akad tijaroh, bukan akad tabarru’14
Hal ini didasari pada Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 380.
12
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL No: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Tabarru’ Pada
Asuransi Syari’ah, Hal. 03
13
Evelyn Dellarosa, “Kajian Komparatif Produk Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvensional Serta
Kesesuaian Antara Ketentuan Asuransi Syariah Dengan Penerapanya” Jurnal Ekonomi Islam, Brawijaya,
hlm.11
14
Khoiril Anwar, “Asuransi Syari’ah Halal dan Maslahat” Solo, Tiga Serangkai, 2007
JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”
Page | 10

“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil) harta orang lain
secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara
kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (QS.Al-Nisa’ [4]: 29).

“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu
menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama
hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang
besar”. (QS. al-Nisa’[4]: 2).
Pendapat tentang diperbolehkan adanya dana tabarru’ ini juga dikemukakan oleh
para ulama’

“Sejumlah dana (premi) yang diberikan oleh peserta asuransi adalah tabarru’ (amal
kebajikan) dari pesertakepada (melalui) perusahaan yang digunakan untukmembantu
peserta yang memerlukan berdasarkan ketentuanyang telah disepakati; dan perusahaan
memberikannya(kepada peserta) sebagai tabarru’ atau hibah murni tanpa imbalan”. 15

Konsep yang sesuai dengan syari’ah ini pula yang menjadikan asuransi syari’ah
tidak hanya hadir di Negarayang berpenduduk mayoritas muslim melainkan juga di
Negara-Negara yang berpenduduk non muslim. Hingga kini diseluruh dunia sudah ada
sekitar 45 (empat puluh lima) asuransi syari’ah, misalnya di Singapura, Swiss, Amerika
Serikat, Jeneva, Bahamas dan lain-lain.16
D. Sistem Asuransi Syari’ah Bagi Santri
Selama terakhir beberapa tahun asuransi semakin diakui sebagai komponen penting
dalam strategi pengentasan kemiskinan. Rumah tangga miskin menghadapi kesulitan
dalam menghasilkan pendapatan rutin dan substansial menabung untuk masa depan dan
sangat rentan terhadap kemerosotan ekonomi, politik, dan fisik.17 Untuk bagaimana sistem
15
Wahbah Al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah al- Mu’ashirah, Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002 hlm. 287.
16
Hidayat Gunadi, dkk, “Gairah Takafful Bebas Ideologi”, dalam Gatra, 24 Oktober 2007, hlm. 28
17
Waheed Akhter, Tajammal Hussain, (2012) “Takāful Standards and Customer Perceptions Affecting
Takāful Practices In Pakistan: A Survey", International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management, Vol. 5 Issue: 3 pp.229-240.
JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”
asuransi syari’ah bagi santri ini dapat diterapkan, akan kami berikan penjelasan sebagai
berikut: Page | 11
1. Lembaga asuransi syari’ah berperan sebagai pemegang amanah (mudharib) dalam
mengelolah dana yang terkumpul dari peserta. Sedangkan pesantren berperan
sebagai penampung dana dari peserta (santri) dalam bentuk iuran atau kontribusi
yang kemudian diamanahkan oleh pihak pesantren kepada pihak lembaga asuransi
syariah. Dana yang terkumpul tadi merupakan milik peserta (shohibul mal).
2. Akad yang akan ditawarkan adalah akad tabarru’ dan akad ijarah (mudharabah,
wakalah, wadiah, syirkah dan sebagainya).
3. Dalam pengelolaan saving akan terjadi pemisahan dana, yaitu antara dana tabarru’
(derma) dan dana peserta sehingga tidak mengenal dana hangus. Sedangkan untuk
term insurance dan general Insurance semuanya bersifat tabarru`.
4. Asuransi syari’ah menerapkan prinsip Sharing of risk, dimana terjadi saling
menanggung antara satu peserta dengan peserta lain (ta’awun).
5. Lembaga asuransi syari’ah dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundang-
undangan, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
Bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang.
6. Unsur premi dalam asuransi syari’ah, iuran atau kontribusi terdiri dari unsur
tabarru` dan tabungan (yang tidak mengandung unsur riba).
7. Sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru`, dimana peserta saling
menanggung satu sama lainnya. Jika salah satu peserta mendapat musibah, maka
peserta lainnya ikut menanggung bersama resiko tersebut.
Model sekema Sistem asuransi syariah bagi santri akan kami jabarkan sebagai berikut:
Keuntungan dibagi antara
investor dan lembaga
Dana Keseluruhan asuransi sesuai perjanjian
(Saving, Tabarru’, bisa 60%-40% dengan akad
Dana Sosial mudhorobah atau
Perusahaan musyarokah atau
Asuransi) menggunakan akad
murobahah.

PONDOK PESANTREN

DANA
TABARRU’

25%

DANA
SAVING
PERUSAHAAN
DANA ASURANSI SYARI’AH
TERKUMPUL 75%
Investasi

Unsur-unsur premi pada asuransi syariah terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan
(untuk asuransi jiwa). Selain itu, sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening
tabarru’, yaitu rekening dana tolong-menolong bagi seluruh peserta, yang sejak awal
sudah diakadkan dengan ikhlas oleh setiap peserta untuk keperluan saudara-saudaranya
yang meninggal dunia atau tertimpa musibah materi seperti, kebakaran, gempa, banjir dan
lain-lain. Pengajuan klaim asuransi jika terjadi musibah berat dapat dilakukan satu kali

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”


dalam kurun waktu tiga tahun, sedangkan untuk klaim yang biasa dapat dilakukan dua kali
dalam kurun waktu tiga tahun. Kriteria musibah yang dapat mengajukan klaim asuransi Page | 12
sebagai berikut:

Kriteria Musibah Yang Bisa


Mengajukan Klaim Asuransi

Meninggal Dunia, Kecelakaan Yang


Menyebabkan Oprasi, Sakit berat Yang Sakit, Patah Tulang Ringan, Luka
Menyebabkan Rawat Inab, Mendapat Sobek
Santunan Dana Rp. 2.000.000 Jika Mendapat Uang Saving + Dana
Membayar Premi Rp. 200.000 Dan Tabarru' Yang Totalnya Sebesar Premi
Mendapat Santunan Rp. 1.000.000 Jika Yang Dia Bayarkan
Membayar Premi Rp. 100.000 Pertahun

Contoh mekanisme asuransi syariah bagi santri pondok pesantren dalam praktik sebagai
berikut:
Santri membayar premi satu tahun sekali sebesar Rp. 200.000 selama tiga tahun,
dikumpulkan melalui pondok pesantren, kemudian pondok pesantren berakad dengan
lembaga asuransi syariah, dengan disepakati dana tabarru’ yang di ikhlaskan untuk saling
memikul antara santri sebesar 25% dari dana pokok dan dana saving dititipkan kepada
lembaga asuransi syariah menggunakan akad wadi’ah yadu dhomanah, sehingga lembaga
asuransi syariah diperbolehkan menggunakan atau memanfaatkan dana tersebut untuk
kegiatan investasi. Dana Rp. 50.000 menjadi dana tabarru’ dan Rp. 150.000 menjadi
saving. Kemudian lembaga asuransi syariah menginvestasikan dana saving yang terkumpul
menggunakan akad mudhorobah, musyarokah atau murobahah, dan ketika mendapat
keuntungan dari investasi tersebut dibagi dengan investor sesuai kesepakatan awal.
Keuntungan yang didapatkan oleh lembaga asuransi dari hasil kerjasama tadi 20% harus
disisihkan sebagai dana sosial (derma), dan sisanya 80% sebagai keuntungan lembaga
asuransi.
Ketika seorang santri mengalami musibah maka pondok pesantren berhak
mengkonfirmasikan kepada lembaga asuransi syariah untuk dapat mencairkan dana
asuransi sesuai dengan kriteria musibah diatas. Dana 2 juta atau 1 juta didapatkan dari
dana saving pemegang premi ditambah dana tabarru’ dan dana sosial lembaga asuransi
syari’ah.
Dari data jumlah santri/wati pondok pesantren diatas, total keseluruhan santri/wati
ketiga pesantren sebanyak 8158 santri, jika dilihat dari segi dampak ekonomi yang dapat
ditimbulkan, contoh jika ketiga pondok pesantren diatas mengasuransikan santrinya kepada
pihak lembaga asuransi syari’ah sebesar Rp. 200.000 per santri selama tiga tahun, maka
uang yang akan dapat dikelolah pihak asuransi syariah sebesar Rp. 1.631.600.000, ini
menunjukan sangat besarnya potensi pemberdayaan perekonomian yang bisa diciptakan
jika asuransi santri pesantren ini dapat diterapkan. Dengan besar dana yang dapat dikelolah
lembaga keuangan syari’ah, maka akan semakin besar pula investasi yang dapat dilakukan
untuk ikut serta membangun perekonomian negara.

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”


Dana Terkumpul Selama Satu Tahun
Page | 13
Total Seluruh Santri 3
No. Pesantren (8158) Dalam Jumlah Seluruh Dana Jumlah Dana Tabarru’
Waktu 1 Tahun

1 Premi Rp. 200.000 Rp. 1.631.600.000 Rp. 407.900.000

2 Premi Rp. 100.000 Rp. 815.800.000 Rp. 203.950.000

Dana Terkumpul Selama Tiga Tahun

Total Seluruh Santri 3


No. Pesantren (8158) Dalam Jumlah Seluruh Dana Jumlah Dana Tabarru’
Waktu 3 Tahun

1 Premi Rp. 200.000 Rp. 4.894.800.000 Rp. 1.223.700.000

2 Premi Rp. 100.000 Rp. 2.447.400.000 Rp. 611.850.000

Dana Yang Dapat Di Investasikan

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”


IV. KESIMPULAN
Page | 14
Dari data yang tertera diatas, dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa semakin
padatnya populasi santri disuatu pesantren dan tanpa diimbangi dengan perluasan lahan
akan memaksa adanya pembangunan gedung-gedung bertingkat. Akibatnya potensi
terjadinya kecelakaan dan bahkan kematian santri di pesantren semakin tinggi. Disamping
itu, masalah kesehatan santri di pesantrenpun perlu adanya sebuah perhatian khusus.
Kami ingin menawarkan gagasan kami kepada lembaga asuransi syari’ah untuk
memberikan sebuah produk asuransi syari’ah terbaru dengan santri sebagai pihak yang
menerima jaminan atau perlindungan. Mengingat sangat pentingnya asuransi untuk santri
ini dapat diterapkan. Dengan konsep sebagaimana yang tertera diatas, akan terbentuk
sebuah sistem yang sangat kuat bagi generasi muda ummat islam baik dalam sosial
maupun perekonomian. Dengan filosofi Ta’awun yang dijadikan sebagai prinsip dan
diimplementasikan melalui dana tabarru’ dalam menjalankan asuransi syari’ah, akan
semakin mempererat hubungan emosional antara ummat islam, terutama antar santri
pondok pesantren.
Jika dilihat dari segi ekonomi, adanya asuransi syari’ah untuk santri ini dapat
memberikan sumbangan dana yang cukup besar bagi lembaga asuransi syari’ah sehingga
dapat mendongkrak perekonomian daerah Kabupaten Lamongan terlebih berkontribusi
pada Negara melalui investasi-investasi.

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”


V. DAFTAR PUSTAKA
Page | 15
Hariyadi Agus, Filosofi Dan Pengantar Asuransi Mikro Syariah, Surabaya, 2015.
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S,
Jakarta, 1983
Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syari’ah Ditinjau dari Perbandingan
dengan Asuransi Konvensional, PT Gramedia, Jakarta, 2011
Ichsan Nurul, Pengantar Asuransi Syari’ah,, Referensi, Jakarta, 2014
Waheed Akhter, Tajammal Hussain, (2012) “Takāful Standards and Customer Perceptions
Affecting Takāful Practices In Pakistan: A Survey", International Journal of Islamic and
Middle Eastern Finance and Management, Vol. 5 Issue: 3 pp.229-240.
Ichsan Nurul, Peluang Dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi Umum Syari’ah, Jurnal
Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September 2016
Jafril Khalil, “Asuransi Syari’ah Dalm Prespektif Ekonomi: Sebuah Tinjauan”, Jurnal
Hukum Bisnis, Volume 22, Nomor 2 Tahun 2003
Ali A. Hasymi, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2004
Muhammad Syakir Syula, Aaij, Fiis, Asuransi Syari’ah, 2004, Gema Insani, Jakarta, 322.
Dellarosa Evelyn, “Kajian Komparatif Produk Asuransi Syariah Dan Asuransi
Konvensional Serta Kesesuaian Antara Ketentuan Asuransi Syariah Dengan
Penerapanya” Jurnal Ekonomi Islam, Brawijaya.
Anwar Khoiril, “Asuransi Syari’ah Halal dan Maslahat” Solo, Tiga Serangkai, 2007
Wahbah Al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah al- Mu’ashirah, Dimasyq: Dar al-Fikr,
2002
Gunadi Hidayat, dkk, “Gairah Takafful Bebas Ideologi”, dalam Gatra, 24 Oktober 2007
Gunadi, Hidayat, “Payung Hukum Sebatas SK”, dalam Gatra, 24 Oktober 2007
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 380.

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL No: 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman


Umum Asuransi Syari’ah
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL No: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad
Tabarru’ Pada Asuransi Syari’ah
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL No: 51/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad
Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi Syariah

JURNAL EKONOMI SYARI’AH “UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM”

Anda mungkin juga menyukai