Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Virus influenza merupakan patogen bagi manusia dan dapat bersifat


zoonosis, virus ini beredar sangat luas di seluruh dunia dan mengakibatkan
terjadinya epidemi penyakit saluran napas pada manusia setiap tahun. Angka
konsultasi ke dokter menjadi meningkat di Inggris sebagai akibat adanya wabah
influenza. Saat terjadi epidemi antara tahun 1975-1976 dan antara tahun 1989-
1990 diperkirakan sebanyak 6.200–29.600 orang meninggal dunia akibat penyakit
influenza. Selama periode tahun 1976-1999 tingkat kematian tahunan akibat
pneumonia dan influenza di Amerika Serikat sebanyak 8.097 orang. Sekitar 90%
kematian yang disebabkan influenza terjadi pada orang yang berumur 65 tahun
atau lebih. Selain itu, tingkat kematian yang tinggi juga ditemukan pada anak
yang berumur kurang dari 1 tahun
Virus influenza sendiri adalah virus RNA tunggal negatif bersegmen dan
berselubung, termasuk famili Orthomyxoviridae. Bentuk partikel virus adalah
pleomorfik dengan ukuran 80-120 nm. Selubung (envelope) virus terdiri dari lipid
bilayer, pada permukaannya terdapat tonjolan dua glikoprotein antigen yang
sangat penting, yaitu hemaglutinin (HA) untuk menempelnya virus dan terjadinya
fusi anatara dinding virus dan dinding sel yang diinfeksi, dan neuraminidase (NA)
untuk mencegah terjadinya agregasi virus serta melepaskan virion yang baru
dirakit dari sel yang diinfeksi. Kedua protein ini sangat penting untuk masuk dan
keluar virus dari sel yang diinfeksi sesudah mengalami replikasi di dalam sel.
Selain itu, kedua protein ini juga merupakan antigen yang sangat penting terhadap
respons imun humoral (antibodi). Perubahan antigenik yang lebih luas terjadi
pada HA dibandingkan dengan NA.

1
Pada selubung juga terdapat protein M2 yang mengadakan interaksi dengan
genom sel dan faktor ekspor nuklear untuk membantu merakit virus. Bentuk
tetramerik protein M2 merupakan saluran ion antara bagian dalam virus dan
lingkungan luarnya. Protein M2 memegang peranan yang sangat penting untuk
menjaga agar pH tetap rendah selama terjadi sintesis HA dan virion yang masih
telanjang. Masingmasing gen segmen RNA di-encapsidasi oleh nukleoprotein
(NP)
Gen PB2, PB1, dan PA mengkode protein yang membentuk kompleks
polimerase yang berguna untuk transkripsi, terletak pada setiap ujung masing-
masing segmen gen. Protein non-strutural nuklear eksport (Nuclear Export
Protein, Vaksin Virus Influenza NEP) dan protein non-struktural NS1 yang
dikenal sebagai penekan interferon antagonis banyak ditemukan pada sel yang
terinfeksi dan tidak tergabung dalam struktur virion
Sampai saat ini imunisasi masih merupakan cara yang cukup efektif untuk
mencegah serta mengurangi komplikasi akibat penyakit influenza. Komplikasi
juga dapat dicegah dengan pemberian profilaksis obat antivirus, misalnya
inhibitor M2 (amantadine dan rimantadine) atau inhibitor neuraminidase
(oseltamivir dan zanavir).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Imunisasi
2.1.1 Definisi Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khusunya penyakit yang yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD31) yang
diberikan kepada tidak hanya anak sejak masih bayi hingga remaja tetapi
juga dewasa dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang
sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang system imun
tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi
berguna untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif.
Imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan paling murah (cost-
effective) karena terbukti dapat mencegah dan mengurangi kejadian sakit,
cacat dan kematian akibat penyakit menular.

2.1.2 Tujuan Imunisasi


Imunisasi sangat penting dilakukan karena mempunyai tujuan
yang sangat berpengaruh bagi kesehatan, imunisasi mempunyai tujuan
umum dan tujuan khusus sebagai berikut :

3
1. Tujuan Umum : Menurunkan angka kesakitan, kematian dan
kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I).
2. Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
di seluruh desa/ kelurahan pada tahun 2014.
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal
(insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun)
pada tahun 2013.
c. Eradikasi polio pada tahun 2015.
d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management).

2.1.3 Penyelenggaraan Imunisasi


Penyelenggaraan imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan imunisasi Yang dapat
melaksanakan pelayanan imunisasi adalah pemerintah, swasta, dan
masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak
terkait.

2.2 Infuenza
2.2.1 Definisi Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus
influenza. Penyakit ini sangat menular, umumnya ringan namun dapat
mengakibatkan komplikasi serius. seringkali masyarakat dan dokter memakai
istilah influenza atau flu untuk setiap penyakit infeksisaluran napas dengan gejala

4
demam, rhinitis, nyeri tenggorokan, batuk, nyeri kepala, nyeri otot, apapun virus
penyebabnya. Penyakit dengan gejala yang tidak spesifik tersebut dikenal sebagai
influenza like illness (ILI).

2.2.2 Vaksin Influenza (Hib)


A. Deskripsi vaksin
Vaksin yang digunakan untuk pencegahan terhadap infeksi
haemophilus influenza tipe-b secara simultan
B. Jadwal Pemberian dan Dosis
- Dosis untuk anak usia kurang dari 2 tahun adalah 0,25 ml dan usia
lebih dari 2 tahun adalah 0,5 ml.
- Untuk anak yang pertama kali mendapat vaksin influenza pada usia
≤ 8 tahun, vaksin diberikan 2 dosis dengan selang waktu minimal 4
minggu, kemudian imunisasi diulang setiap tahun.
- Vaksin influenza diberikan secara suntikan intra muskular di otot
deltoid pada orang dewasa dan anak yang lebih besar, sedangkan
untuk bayi diberikan di paha anterolateral.
- Pada anak atau dewasa dengan gangguan imun, diberikan dua (2)
dosis dengan jarak interval minimal 4 minggu, untuk mendapatkan
antibodi yang memuaskan.
- Bila anak usia ≥ 9 tahun cukup diberikan satu kali saja, teratur, setiap
tahun satu kali
C. Tujuan Vaksin Infuenza
 Menjauhkan dari flu
 Meredakan flu jika sudah terkena flu
 Mencegah penyebaran flu ke keluarga dan orang lain
D. Efek Samping Vaksin Influenza

5
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada
lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar
kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas
(rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam
setelah pemberian.
E. Penenangan Efek Samping
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI
atau sari buah).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter
F. Indikasi
a. Semua orang usia ≥ 65 tahun
b. Anak dengan penyakit kronik seperti asma, diabetes, penyakit ginjal
dan kelemahan sistem imun
c. Anak dan dewasa yang menderita penyakit metabolik kronis,
termasuk diabetes, penyakit disfungsi ginjal, hemoglobinopati dan
imunodefisiensi
d. Orang yang bisa menularkan virus influenza ke seseorang yang
berisiko tinggi mendapat komplikasi yang berhubungan dengan
influenza, seperti petugas kesehatan dan petugas di tempat
perawatan dan orang-orang sekitarnya, semua orang yang kontak
serumah, pengasuh anak usia 6–23 bulan, dan orang-orang yang
melayani atau erat dengan orang yang mempunyai risiko tinggi

6
G. Kontra Indikasi
Vaksin ini tidak boleh diberikan pada anak berumur kurang dari 6
bulan, karena pada kelompok umur ini vaksin sering menimbulkan
gejala panas. Pada anak yang berumur kurang dari 12 tahun sebaiknya
diberikan vaksin influenza yang terpisah/subunit. Orang yang
menderita penyakit saluran napas yang ringan dapat diberikan
imunisasi vaksin influenza. Orang yang alergi terhadap protein telor
dapat diimunisasi tetapi harus diberikan secara hati-hati.

1. Kelainan Gastrointestinal danNutrisi


 Refleks menghisap dan menelan yang buruk terutama sebelum
34 minggu
 Mortilitas usus yang menurun
 Pengosongan lambung tertunda
 Pencernaan dan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak kurang
 Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi
dalam tubuh

2. Imaturitas Hati
 Konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu
 Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K

7
3. Imaturitas Ginjal
 Akumulasi asam anorganik dan asidosis metabolik
 Ketidakseimbangan elektrolit , misalnya hiponatremia atau
hipernatremia , hiperkalemia atau glikouria ginjal
4. Imaturitas Imunologis
Resiko infeksi tinggi akibat :
 Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama
trimester ketiga
 Fagositosis terganggu
 Penurunan faktor komplemen
5. Kelainan Neurologis
 Refleks menelan dan menghisap yang imatur
 Penurunan mortilitas usus
 Apnea dan bradikardia berulang
 Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
 Pengaturan perfusi cerebral yang buruk
 Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE)
 Retinopati prematuritas
 Kejang
 Hipotonia
6. Kelainan Kardiovaskular
 Patent ductusarterious (PDA)
 Hipotensi atau hipertensi
7. Kelainan Hematologis
 Anemia (onset dini atau lanjut)
 Hiperbilirubinemia
 Disseminated intravascular coagulation (DIC)
 Haemorrhagic disease of the newborn (HDN)
8. Metabolisme

8
 Hipokalsemia
 Hipoglikemia atau hiperglikemia

2.4 Penatalaksanaan BBLSR

Pada saat lahir, cara yang diperlukan untuk membersihkan jalan nafas,
memulai pernafasan, merawat tali pusat dan mata, dan memberikan vitamin K
pada bayi imatur adalah sama seperti bayi-bayi dengan berat badan dan maturitas
normal. Perawatan khusus diperlukan untuk mempertahankan jalan nafas dan
menghindari kemungkinana aspirasi isi lambung. Pertimbangan tambahan adalah
perlunya perawatan incubator, dan pemantauan frekuensi jantung dan
pernafasan, perlunya penambahan oksigen dan perlunya perhatian khusus dalam
merinci pemberian makan3
Semua bayi berat lahir sangat rendah harus dikirim ke perawatan khusus atau
unit neonatal, dan berikan oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika
terdapat salah satu tanda hipoksemia5
2.4.1 Suhu
Lakukanlah perawatan kulit ke kulit diantara kedua payudara ibu
atau beri pakaian diruangan yang hangat atau dalam humidicrib jika
bisa menggunaknannya. Pertahankan suhu inti tubuh 36,5-37,5 dengan
kaki tetap hangat dan berawarna kemerahan.5
2.4.2 Cairan dan Pemberian Minum
- Jika mungkin berikan cairan IV 60 ml/kg/hari selama hari
pertama kehidupan, sebaiknya gunakan paediatric (100 mL)
intravenous burette: dengan 60 tetes = 1 mL sehingga 1 tetes per
menit = 1 mL per jam. Jika bayi sehat dan aktif, beri 2-4 mL ASI
perah setiap 2 jam melalui pipa lambung tergantung berat badan bayi.
Tingkat cairan yang diberikan selama 3-5 hari pertama
Hari 1 : 60 ml/kg/hari
Hari 2 : 90 ml/kg/hari

9
Hari 3 : 120 ml/kg/hari
Kemudian ditingkatkan sampai 150 ml/kg/hari
- Bayi sangat kecil yang ditempatkan dibawah pemancar panas atau
terapi sinar memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan
volume biasa , berikan cairan 1,2-1,5 kali lebih banyak.
- Jika mungkin periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga
pemberian minum enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami
apneu, latergi atau kejang. Bayi mungkin memerlukan larutan glukosa
10%
- Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari
ke-1 pada bayi yang lebih matur mungkin hari ke-1). Pemberian
minum dimulai jika perut tidak distensi dan lembut, terdapat bising
usus, telah keluar mekonium dan tidak terdapat apneu.
- Jika toleransi minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari
- Pemberian susu dimulai dengan 2-4 ml setiap 1-2 jam melalui
pipa lambung, beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan
cangkir atau sendok atau pipert steril. Gunakan hanya ASI jika
mungkin, jika volume 2-4 ml dapat diterima tanpa muntah, distensi
perut atau retensi lambung lebih dari setengah yang diminum, volume
dapat ditingkatkan 1-2 ml perminum setiap hari. Kurangi atau hentikan
minum jika terdapat tanda tanda toleransi yang buruk.
- Jika target minum dapat dicapai dalam 5-7 hari pertama , tetesan
IV dapat dilepaskan untuk menghindari infeksi
- Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan
hingga 150-180 ml/kg/hari (minum 19-23 ml setiap 3 jam untuk bayi 1
kg dan 28-34 ml untuk bayi 1,5 kg). Setelah bayi tumbuh hitung
kembali volume minum berdasarkan berat badan terakhir.5
2.4.3 Antibiotika dan Sepsis

10
Jika terdapat satu tanda bahaya atau tanda lain infeksi bakteri
berat mulailah pemberian antibiotik. Salah satu faktor resiko sepsis
adalah berat bayi lahir rendah atau sangat rendah.5
2.4.4 Apneu
Amati bayi secara ketat terhadap periode apneu dan bila perlu
brangsang pernafasan bayi dengan mengusap dada atau punggung, jika
gagal lakukan resusitasi dengan balon atau sungkup
- Jika bayi mengalami episode apnea lebih dari sekali dan atau
membutuhkan resusitasi berikan sitrat kafein atau aminofilin.
- Kafein lebih dipilih jika tersedia, dosis awal sitrat kafein adalah
20 mg/kg oral atau IV (berikan secara lambat dalam 30 menit.
Dosis rumatan sesuai anjuran
- Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg
secara oral atau IV selama 15-30 menit. Dosis rumatan sesuai
anjuran
- Jika monitor apneu tersedia maka alat ini harus digunakan.5

2.5 Manajemen Pemulangan Bayi

Sebelum dipulangkan dari rumah sakit bayi harus mempunyai tiga komponen
fisiolgis yang meliputi3:

1. Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dengan baju yang tertutup pada


ranjang terbuka dengan suhu kamar
2. Kemampuan mengkoordinasikan menghisap, menelan minuman dan bernafas
sementara menelan minuman yang cukup
3. Kemampuan bertumbuh dalam kecepatan yang dapat diterima. Kemampuan
biasanya dapat dicapai oleh sebagian besar bayi premature dengan usia
gestasional 34-36 minggu

11
Sebelum bayi dipulangkan kerumah, bayi harus menunjukkan kondisi berikut
meskipun sudah mengikuti perawatan metode kangguru :

1. Klinis stabil. Suhu 36,5-37,5 , respirasi normal, sadar baik, pengisian kapiler
kurang dari 2 detik
2. Dapat mencerna minuman yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang.
3. Tidak terdapat tanda bahaya atau tanda infeksi berat
4. Berat badan bertambah hanya dengan ASI
5. Keluarganya dapat memberikan perawatan yang cukup. Pekerja sosial telah
mengunjungi keluarga itu dan memastikan kestabilan emosi mereka,
kestabilan orang tua sebagai pasangan, tidak adanya penyalahgunaan obat
atau alcohol dan ketergantungan terhadap rokok.
6. Pemberian obat yang dibutuhkan bayi harus sesuai petunjuk dokter
7. Latih ibu untuk merawat bayinya. Misalnya perawatan metode kangguru

Konseling pada saat dipulangkan

1. Pemberian ASI eksklusif


2. Menjaga bayi tetap hangat
3. Tanda bahaya untuk mencari pertolongan

Timbang berat badan , nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu
hingga berat badan mencapai 2500 gram

2.6 Pemantauan Jangka Panjang pada BBLSR


Pemantauan jangka panjang adalah identifikasi dini gangguan
pertumbuhan, gangguan perkembangan, konseling orang tua,identifikasi dan
penanganan komplikasi medis, umpan balik untuk neonatologist, dokter anak,
dokter kandungan dan dokter bedah3

12
Menyediakan pelayanan langsung pada orang tua dan keluarga dengan
demikian bagi keluarga lebih mudah mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan bayinya, serta dapat mencari tahu cara perkembangannya3
Secara umum pemantauan BBLSR dan resiko tinggi adalah 4-5 kali dalam
satu tahun pertama, kemudian agak jarang setelah lewat satu tahu. Seyogyanya
setelah umur 12 bulan, kunjungan berikutnya pada umur 18 bulan , karena ada
beberapa problem yang baru tampak pada awal pelajaran sekolah, seperti
gangguan kognitif, kemudian 2,5 tahun dan 4,5 tahun3
Perawatan yang lama di NICU akan berdampak pada Tubuh Kembang bayi
selanjutnya. Untuk itu diperlukan pemantauan atau pemeriksaan tindak lanjut
Parameter yang dibutuhkan dalam pemeriksaan tindak lanjut :
1. Pertumbuhan
Parameter pertumbuhan harus dimonitor pada setiap kunjungan meliputi
panjang badan, berat badan, dan lingkar kepala. Perkembangan kepala
yang jelek merupakan indikator awal dari keterlambatan perkembangan
atau kecatatan.3
2. Tekanan Darah
Pengukuran tekanan drah hendaknya dilakukan terhadap semua BBL
secara periodic

Tabel 2.6 Harga normal tekanan darah bayi aterm (mmHg)


Pria Wanita
Usia Sistolik Diastolic sistolik Diastolic
1 hari 67±7 37±7 68±8 38±7
4 hari 76±8 44±9 75±8 45±8
1 bulan 84±10 46±9 82±9 46±10
3 bulan 92±11 55±10 89±11 56±10
6 bulan 96±9 58±10 92±10 56±10

13
Tabel 2.6.1 Harga normal tekanan darah bayi prematur (mmHg)
BB (gram) Sistolik Diastolik
501-705 50-62 26-36
751-1000 48-59 23-36
1001-1250 49-61 26-35
1251-1500 46-56 23-33
1501-1750 46-58 23-33
1751-2000 48-61 24-35

3. Gangguan pernafasan
1. BBLSR yang karena suatu sebab terpaksa pulang dengan umur
kehamilan belum genap 34 bulan, kemungkinan terjadi apneu sangat
mungkin dan sering. Bayi baru lahir membutuhkan monitor dirumah
untuk memantau apneu, sedangkan mereka yang mendapat teofilnin
sebagai terapi apneu membutuhkan follow-up ketat dengan perhatian
khusus kemungkinan memerlukan resusitasin. Saat kapan
menghentikan monitor masih diperdebatkan, nnamun biasanya
ditentukan oleh keluarga dan dokter3
2. Penyakit paru kronis , BBL dengan penyakit paru kronis
membutuhkan terapi spesialistis dan pemantauan medis. Keputusan
penghentian oksigen atau untuki menurunkan dosisnya secara
perlahan harus diputuskan beradasrkan pengamatan pulse oxymeter
selama masa tidur, bangun , makan dan criteria klinis (pertumbuhan
dan ketahanan terhadap latihan)3
4. Pendengaran
Pendengaran sangat penting dalam menguasai suatu bahasa, sehingga
sangat penting untuk mengetrahui terjadinya gangguan pendengaran

14
sedini mungkin. Semua BBL terutam resiko tinggi harus diperiksa akan
adanya gangguan pendengaran ini dengan menggunakan brainstem
auditory evoked potensials atau transient otoacoustic emissions. Tes ini
dapat mengidentifikasi bayi dengan resiko tinggi untuk terjadinya
gangguan pendengaran yang membutuhkan follow-up audiologi yang
cermat. Evaluasi harus dilakukan pada usia 6-9 bulan untuk
menyingkirkan kemungkinan kelainan pendengaran.
Bayi yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya kelainan
pendengaran dan harus dimonitor secar ketat adalah BBL dengan riwayat
keluarga gangguan pendengaran pada masa anak, infeksi pendengaran
congenital (misalnya TORCH) , malformasi kepala ataun leher
congenital , berat lahitr < 1500 gram, hiperbilirubinemia yang
membutuhkan transfuse tukar, meningitis bacterial atau asfiksia perinatal
berat atau mereka yang terpapar terhadap obat yang toksik terhadap
telinga ( missal : furosemide , gentamycin, vancomycin).3
5. Penglihatan
Ganguan penglihatan yang paling sering dijumpai adalah
Retinopathy of Prematurity (ROP) yang merupakan penyakit pada retina
bayi premature. Pemeriksaan ofthalmoskopi harus indirek harus
dilakukan pada usia 5-7 minggu oleh seorang oftalmologi pediatric
terhadap3 :
1. Semua BKB yang terpapar oksigen dngan berat <15000-1800
gram , atau lahir pada usia kehamilan <30-35 minggu
2. BBL dengan berat <1300 gram atau 30 minggu kehamilan
membutuhkan pemeriksaan tanpa melihat ada riwayat paparan
oksigen atau tidak dan pemeriksaan ini harus rutin dilakukan tiap
2 minggu ( atau setiap minggu bila penyakit berkembang secara
aktif) sampai retina bervaskularisasi penuh)
3. BBL dengan infeksi congenital dan asfiksia

15
Semua bayi baru lahir dengan resiko tinggi harus dilakukan
pemeriksaan ketajaman penglihatan sampai usia 1-5 tahun.
6. Bahasa dan kemampuan motorik
Setiap BBL harus dicatat riwayat perkembangan berbahasa dan
kemampuan motoriknya dan dibandinghkan dengan kemampuan normal
sesuai usia. BBL dengan keterlambatan menetap, disasosiasi atau
penyimpangan harus ditanggapi secara hati-hati oleh dokter anak bagian
tumbuh kembang.3
Kelainan yang bisa ditimbulkan antara lain: delayed atau
keterlambatan pencapaian tahapan pertumbuhan yang terlambat,
dissociation adalah keterlambatan pada suatu area perkembangan bila
dibandingkan area lain dan dapat membantu mendiagnosa
ketidakmampuan, deviance adalah pencapaian tahapan pertumbuhan
diluar urutan yang normal.3
7. Perkembangan neurologi
Pemeriksaan perkembangan saraf pada pada BBLSR atau BBL resiko
tinggi harus meliputi pemeriksiaan berikut3
a) Postur
b) Tonus otot pada ekstremitas
c) Tonus otot aksial ( leher dan badan )
d) Refleks tendon dalam
e) Refleks patologis
f) Refleks primitive
g) Reaksi postural
8. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif , perkembangan dan perhatian mata adalah
predictor yang bagus untuk kecerdasan dan dapat membantun
mengidentifikasi anak dengan kelainan kognitif. Evaluasi kognitif
mungkin sulit pada byi baru lahir. Anak dengan resiko tinggi harus

16
menjalani psikologi pada usia 1-3 tahun dan sebelum mulai bersekolah
karena adanya resiko gangguan belajar. Penelitian mengungkapkan
bahwa bayi yang dilahirkan dengan berat sangat rendah, pada usia 10
tahun kemampuan akademiknya rendah dibandingkan lahir dengan berat
cukup, tetapi hal ini lebih dipengaruhi faktor keluarga. Jadi untuk
menentukan ada tidaknya gangguan dimasa datang, tidak semata mata
tergantung pada masa perinatal dan prematuritas tetapi lingkungan dan
keluarga ikut menentukan3

2.7 Prognosis

Perawatan intensif telah memperpanjang kehidupan sebenarnya, pada masa-


masa tersebut BBLSR dapat meninggal akibat komplikasi penyakit perinatal. Pada
umumnya, semakin hebat prematuritasnya dan semakin rendahnya berat badan lahir
bayi, semakin besar pula kemungkinan timbulnya defisit intelektual dan neurologis.2,4
Berat badan telah digunakan sebagai indikator yang kuat atas resiko kematian
neonates. Ketahanan hidup pada minggu ke-22 kehamilan mendekati 0%, ketahanan
hidup bertambah semakin bertambahnya umur kehamilan sampai mendekati 15%
pada minggu ke-23, 56% pada minggu ke-24 dan 79% pada minggu ke-25. Penyakit
spesifik neonates seperti pneumonia berat, perdarahan intraventrikel derajat IV, dan
hiplasia paru juga turut memberikan hasil yang jelek.2,4.

17
BAB III

KESIMPULAN

Bayi BBLSR didefenisikan sebagai bayi dengan berat lahir <1500 gram , secara
garis besar BBLSR diakibatkan oleh prematuritas atau lebih akibat pertumbuhan
janin intrauterine yang terhambat.
Bayi BBLSR yang diakibatkan prematuritas membutuhkan dukungan nutrisi
yang khusus karena derajat imaturitasnya tinggi, laju pertumbuhan yang cepat , dan
dapat timbul komplikasi medik yang bermakna.
Bayi BBLSR akibat pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat memiliki
masalah pada malnutrisi atau pada hipoksia yang terus-menerus, serupa halnya
dengan beberapa kelahiran preterm.
Masalah BBLSR meliputi gangguan pada masalah adaptasi system organ seperti
system pernafasan, kardiovaskular , hematologi, saluran pencernaan , susunan saraf
pusat , metabolic endokrin , ginjal dan infeksi .
Penatalaksanaan BBLSR meliputi pengaturan suhu, pemberian cairan dan minum
, antibiotika , dan penatalaksanaan apneu
BBLSR dapat dipulangkan jika: tidak terdapat tanda bahaya atau tanda infeksi
berat , berat badan bertambah hanya dengan ASI, suhu tubuh bertahan pada kisaran
normal, ibu yakin mampu merawatnya
Bayi BBLSR harus mendapat pemantauan jangka panjang, parameter yang
dibutuhkan dalam pemeriksaan tindak lanjut adalah: pertumbuhan , tekanan darah,
kelainan pernafasan, pendengaran , penglihatan , bahasa dan kemampuan motorik,
perkembangan neurologi dan perkembangan kognitif .

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Richard E, Kliegman, Robert M, Arvin, Ann M.2000. Ilmu


Kesehatan Anak Nelson ed.15. Volume 1. Jakarta:EGC
2. Elisabeth Synnove dkk. Targeted Program for Provision of Mother`s
Milk to VLBW Infants. 2014. American Academy of Pediatrics
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Buku ajar neonatologi. Edisi
pertama. Jakarta : badan penerbit IDAI
4. Tjekyan Suryadi RM (2010). Faktor Resiko dan Prognosis Berat
Badan Lahir Rendan (BBLR) dan Berat Badan Lahir Sangat Rendah
(BBLSR) dan Kejadian Lahir Mati di Kota Palembang Tahun 2010.
Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
5. World Health Organization.2009. Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta :
WHO Indonesia

19

Anda mungkin juga menyukai