Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

STUDI DESKRIPTIF STRATEGI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP


PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BENOWO KOTA SURABAYA

Hendrysan Krisna Kurniawan


Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

ABSTRACT
This research uses qualitative research methods with types of descriptive research, so that it can describe about the
strategy of Public Private Partnership to find the solutions to the problem of waste in TPA Benowo, Surabaya. This research uses
theories of Public Private Partnership (PPP), with a focus on the study of the layout of the model of cooperation the Build Operate
Transfer (BOT), the selection the informant, who will use interviews with purposive sampling, because researcher want to some the
parties considered knowing more about partnership established between the two sides. Then to check the validity of research data
used triangulation. Whereas, the dwarf data analysis starts with the reduction of the data, the presentation of the data and make
some conclusions. The result of this study demonstrate the strategy of Public Private Partnership to find solutions to the problems of
processing of waste in TPA Benowo, Kota Surabaya by using the Build Operate Transfer model carried out by Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya with a Landscaper working PT. Sumber Organik run in accordance agreed contract agreement, for 20
years. In the process of its Public Private Partnership begins some obstacle due to the phase of the PPP does not correspond to the
study being used. In the phrase of the PPP does not correspond to the study. In the phrase, Public Private Partnership, the PT. SO
don’t do consultation public, feasibility study and review of risks in advance..

Keywords : Public Private Partnership (PPP), Waste, Build Operate Transfer

Pendahuluan penggunaan lahan di Kota Surabaya pada tahun 2013.


Pembangunan yang ditandai dengan Sebesar 25.706 Ha atau 77,78 % dari luas wilayah
meningkatnya aktivitas manusia dan meningkatnya Kota Surabaya merupakan lahan non-pertanian.
aktivitas ekonomi memicu terjadinya peningkatan Sedangkan 22,22 % sisanya terdiri dari lahan yang
jumlah timbulan sampah. Hal ini menjadi semakin berfungsi sebagai sawah (1.600 Ha atau 4,84 %), lahan
berat dengan hanya dijalankannya paradigma lama kering (915,4 Ha atau 2,77 %), dan badan air (4.762 Ha
pengelolaan yang mengandalkan kegiatan atau 14,41 %). Di Kota Surabaya tidak terdapat lahan
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan, yang perkebunan ataupun hutan.
kesemuanya membutuhkan anggaran yang semakin Dari data diatas dapat di lihat bahwa besaran
besar dari waktu ke waktu, yang bila tidak tersedia jumlah lahan yang digunakan lebih banyak untuk non-
akan menimbulkan banyak masalah operasional seperti pertanian atau bisa kita artikan sebagai lahan yang
sampah yang tidak terangkut, fasilitas yang tidak sudah didirikan bangunan. Hal ini mengakibatkan
memenuhi syarat, cara pengoperasian fasilitas yang regenerasi sampah menjadi semakin sulit dengan
tidak mengikuti ketentuan teknis, dan semakin terbatasnya lahan.
habisnya lahan pembuangan. Pengelolaan sampah yang masih
Secara umum penggunaan lahan di Kota menggunakan paradigma lama (pengumpulan,
Surabaya dikelompokkan menjadi 6 yaitu lahan non- pengangkutan, dan pembuangan akhir) berdampak
pertanian, sawah, lahan kering, perkebunan, hutan, dan buruk. Hal ini karena permasalahan sampah yang
badan air. Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan semakin kompleks, terutama kesulitan mendapat
persentase penggunaan lahan utama di Kota Surabaya tempat pembuangan akhir serta berkembangnya jumlah
pada tahun 2013. dan ragam sampah perkotaan. Penanganan sampah
dengan paradigma baru perlu mengedepankan proses
Lahan non-pertanian mendominasi pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi
sampah). Minimalisasi sampah adalah upaya untuk
mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat
bahaya limbah yang berasal dari proses produksi
dengan reduksi dari sumber dan/atau pemanfaatan
limbah. Keuntungan dari metode ini adalah:
mengurangi ketergantungan terhadap TPA (tempat
pembuangan akhir), meningkatkan efisiensi
pengolahan sampah perkotaan, dan terciptanya peluang
usaha bagi masyarakat. Metode minimalisasi sampah
mencakup tiga usaha dasar yang dikenal dengan 3R,
yaitu reduce (pengurangan), reuse (memakai kembali),
dan recycle (mendaur ulang).

210
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

Selain masih menggunakan paradigma lama Pemerintah perlu mencari alternatif pembiayaan dari
(pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir), sektor swasta baik investor dalam negeri maupun luar
pengelolaan sampah yang umumnya dilakukan saat ini negeri (Isdianto, Bambang : 2011). Olehnya itu yang
adalah menggunakan sistem open dumping menjadi perhatian dan fokus dalam penelitian ini
(penimbunan secara terbuka) serta tidak memenuhi adalah kerjasama pemerintah swasta dalam pengolahan
standar yang memadai. Keterbatasan lahan Tempat sampah. Dimana perusahaan yang berinvestasi di kota
Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kota besar dan Surabaya khusus di TPA Benowo yang menjadi bagian
metropolitan juga berpotensi menimbulkan persoalan dari inisiatif Pemerintah Kota dalam pengolahan
baru. Daerah pinggiran kota masih dianggap sebagai sampah yang volumenya cukup besar.
tempat paling mudah untuk membuang sampah. Melihat fenomena dan kondisi empiris diatas
Sehingga daerah tersebut kehilangan peluang untuk menarik untuk dikaji yaitu kemitraan antara pemerintah
memberdayakan.sampah, memanfaatkannya serta kota Surabaya dengan PT. Sumber Organik dengan
meningkatkan kualitas lingkungannya. Apabila hal ini melihat pelaksanaan kemitraan maka akan diketahui
tidak tertangani dan dikelola dengan baik, peningkatan output kemitraan ini yang dapat memberikan kontribusi
sampah yang terjadi tiap tahun itu bisa memperpendek bagi perbaikan kondisi lingkungan dan memberikan
umur TPA dan membawa dampak pada pencemaran gambaran outcome dari kemitraan ini sehingga manfaat
lingkungan, baik air, tanah, maupun udara. Di samping kemitraan bagi masyarakat sekitar TPA dapat
itu, sampah berpotensi menurunkan kualitas sumber tergambar melalui pelaksanaan kemitraan. Ketertarikan
daya alam, menyebabkan banjir dan konflik sosial, peneliti terletak pada proses kemitraan yang terjalin
serta menimbulkan berbagai macam penyakit. antara Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas
Berdasarkan data pada tahun 2012 dan 2013, Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dengan PT.
volume sampah yang dihasilkan warga Surabaya Sumber Organik.
mencapai 1.100 ton. Namun memasuki tahun 2014, Berdasarkan latar belakang di atas, maka
volume sampah meningkat menjadi sekitar 1.400 ton rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
setiap harinya. Bagaimana tahapan pelaksanaan strategi Public Private
Permasalahan timbul karena umumnya Partnership dalam pengelolaan sampah kota?
pengumpulan sampah di TPS dilakukan secara Berdasarkan latar belakang tersebut di atas,
tercampur, sedangkan pengangkutan sampah baik dari maka tujuan penelitian ini untuk menjelaskan dan
memaparkan fenomena yang menjadi objek penelitian.
Dengan merujuk rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui,
menggambarkan, dan mendapatkan pemahaman
tentang deskripsi tahapan pelaksanaan strategi Public
Private Partnership beserta karakteristik lain
didalamnya yang digunakan dalam mengatasi masalah
pengolahan sampah di TPA Benowo Surabaya.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pengkajian dalam rangka penelitian dan
pengembangan lebih lanjut dalam penerapan ilmu
khususnya ilmu administrasi negara dalam hal
sumber maupun dari TPS ke TPA tidak dilakukan tiap kemitraan, mengenai Kemitraan Pemerintah dengan
hari. Timbunan sampah lebih dari dua hari ini yang Swasta atau Public Private Partnership (PPP).
menimbulkan bau tak sedap, lalat, dan air lindi yang Penelitian ini berusaha untuk memberikan gambaran
dapat meluber ke jalanan. Hal di atas dapat disebabkan secara rinci dan jelas mengenai startegi Public Private
karena letak TPA yang sangat jauh dari TPS. Bahkan Partnership dalam mengatasi masalah pengolahan
di kota – kota besar dimana cukup sulit untuk mencari sampah di TPA Benowo, kemanfaatan yang diperoleh
lahan yang bisa dijadikan TPA, tidak jarang dalam praktek pelaksanaan peningkatan pelayanan
penempatan TPA harus dilakukan di pinggiran kota kebersihan dan pengolahan sampah di TPA Benowo
bahkan luar kota. melalui kemitraan antara Dinas Kebersihan dan
Pelaksanaan pengelolaan persampahan sangat Pertamanan Kota Surabaya sebagai suatu fenomena
dipengaruhi komponen-komponen yang mendukung empiris. Manfaat akademiknya adalah penelitian ini
yaitu aspek teknis, kelembagaan, hukum atau mengkaji Public Private Partnership dengan metode
peraturan, pembiayaan maupun peran serta masyarakat penelitian Kualitatif. Dengan demikian, penelitian ini
(Kodoatie, J. Roberts : 2003). Hal ini menunjukkan diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
bahwa untuk mengatasi permasalahan persampahan ini, baik tentang mekanisme dalam situasi yang berbeda
pemerintah kota tidak bekerja sendiri namun untuk meningkatkan pengetahuan teoritis pada Public
melibatkan swasta dan masyarakat bersama-sama Private Partnership dalam mengaplikasikan serta
mengatasi permalahan tersebut. Membangun menghubungkan kajian teoritis dengan fenomena
infrakstruktur penyediaan layanan publik tersebut empiris yang terjadi di lapangan.
memerlukan pembiayaan yang sangat besar. Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini

211
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

diharapkan dapat memberi informasi kepada pihak- dilakukan oleh sector pemerintah adalah permasalahan
pihak yang berkepentingan mengenai dengan adanya anggaran. Keterbatasan anggaran dikarenakan sumber
kemitraan antara pemerintah dan swasta serta mampu pembiayaannya murni dari publik sedangkan Negara
menjadi contoh pola pengelolaan sampah, mengingat juga memiliki tanggungan yang tidak sedikit seperti
Surabaya telah ditetapkan oleh Kementrian yang telah di jelaskan bahwa sedang gencar- gencarnya
Lingkungan Hidup sebagai Kota Percontohan untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur. Idealnya,
Pengelolaan Sampah Nasional pada 2014. Penelitian pembangunan infrastruktur 70% dibiayai dengan
ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan terhadap APBN sebagai sunk cost dan 30% dapat melibatkan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan khususnya serta swasta agar tidak membebani publik sehingga dalam
jajaran Pemerintah Daerah lainnya diluar Kota hal ini dibutuhkan sumber pembiayaan yang lain juga
Surabaya mengenai pentingnya masalah pengelolaan yakni non konvensional yang merupakan sumber
sampah di TPA. pembiayaan pembangunan daerah yang berasal dari
mekanisme bukan anggaran pemerintah. Sumber
pembiayaan dapat berasal dari pemerintah (public),
Kerangka Konseptual swasta termasuk masyarakat (private), dan pemerintah-
swasta (public - private). Hal ini juga agar dana
Startegi Public Private Partnership pemerintah dapat digunakan untuk pembangunan
Pada dasarnya setiap organisasi memiliki infrastruktur yang lain sehingga mempercepat
strategi-strategi yang dikembangkan untuk mencapai pembangunan infrastruktur yang lain juga.
tujuan organisasi tersebut. Dalam Webter’s New World Public Private Partnership merupakan bentuk
Dictionary, strategi diartikan sebagai trik atau skema perjanjian atau kontrak antara sector publik dan sektor
untuk mencapai suatu maksud (Jusuf, Udaya : 2013). private yang terdiri atas beberapa ketentuan yakni
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat pengurangan/reduksi aktivitas atau
(KBBI), strategi diartikan sebagai rencana yang cermat kepemilikan pemerintah dalam suatu pelayanan atau
untuk mencapai sasaran khusus. Sehingga perlu industry tertentu dikarenakan sektor private (swasta)
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka berpartisipasi dalam penyediaan layanan (service
menyukseskan sebuah strategi yang disusun Hatten dan elivery). Keuntungan yang dapat diperoleh ada
Hatten (Jusuf, Udaya ; 2013), yaitu: hubungan ini adalah inovasi, kemudahan keuangan,
kemampuan teknologi dan pengaturan efisiensi.
1. Strategi harus konsisten dengan lingkungannya; Dengan melibatkan pihak swasta atau investor dalam
2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu eksekusi proyek PPP dapat mengurangi potensi korupsi
strategi; yang dilakukan oleh aparat pemerintah, jaminan harga
3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan pasar yang rendah sehingga memungkinkan
menyatukan semua sumber daya dan tidak diterimanya proyek tersebut oleh masyarakat umum,
mencerai beraikan dengan yang lain. menurunkan biaya pendanaan, mengurangi resiko
4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada kegagalan proyek karena tanggung jawab dimiliki
apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada kedua pihak.
titik-titik yang justru menjadi kelemahannya; Strategi Public Private Partnership menjadi
5. Sumber daya merupakan sesuatu yang kritis; sebuah solusi pembangunan dimana permasalahan
6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang sentral dalam pembangunan di Indonesia salah satunya
tidak terlalu besar; adalah keterbatasan anggaran.
7. Strategi hendaknya disusun dengan berlandaskan
keberhasilan yang telah dicapai Public Private Partnership dalam Pengelolaan
Sampah Perkotaan
Tanda-tanda dari suksesnya strategi terlihat Tujuan utama adanya PPP adalah untuk
dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, mencukupi pembiayaan kebutuhan pendanaan secara
dan terutama dari pihak eksekutif, dari semua berkelanjutan melalui pengerahan dana swasta dalam
pemimpin unit kerja dalam organisasi. Hal ini pula rangka meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi.
yang mendasari munculnya strategi Public Private Salah satu yang dapat dilakukan dengan menggunakan
Partnership dimana strategi ini bertujuan untuk mekanisme Public Private Partnerhsip adalah
mencukupi pembiayaan kebutuhan pendanaan secara Pengelolaan Sampah. Pengelolaan sampah yang selama
berkelanjutan melalui pengerahan dana swasta dalam ini dilakukan oleh sector public dikombinasikan
rangka meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi. dengan sector privat, sehingga dapat meningkatkan
Selain itu adanya KPS karena salah satunya adalah kualitas, dan efisiensi. Berikut adalah konsep
alasan ekonomi, yaitu untuk mengurangi kesenjangan pengolahan sampah yang biasa dilakukan di kota-kota
(disparity) atau ketimpangan (inequity), memacu besar di Indonesia
pertumbuhan (growth) dan produktivitas,
meningkatkan kualitas dan kontinuitas (quality and Konsep Pengelolaan Sampah Kota
continuity) serta mengurangi risiko. Pengelolaan sampah terdiri dari beberapa
Salah satu yang paling besar berdampak proses yang biasanya dimulai dari proses pewadahan
terhadap gagalnya sebuah pembangunan yang sampah, pengumpulan sampah, pemindahan dan
212
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

pengangkutan sampah, pengolahan atau pemrosesan 3. Studi Kelayakan


sampah (bisa dengan daur ulang sampah yang dapat di Merupakan rancangan teknis, komersial dan
daur ulang) hingga akhirnya pada tahapan pembuangan kontraktual proyek yang mamadai untuk
akhir sampah (Azwar, Azrul : 1995). Istilah memfasilitasi tender proyek kepada mitra-mitra
pengelolaan sampah pada dasarnya dimaksudkan pihak swasta. Studi kelayakan akan dilakukan oleh
terhadap sampah yang dikelola yang berguna agar GCA diselesaikan sebelum proyek ditenderkan.
dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap
lingkungan sekitar, kesehatan, estetika lingkungan 4. Tinjauan Resiko
serta memberikan kenyamanan (Sudrajat : 2006) Merupakan pengidentifikasian berbagai resiko
Pengelolaan sampah dapat juga berguna untuk dalam proyek dan hal-hal yang dapat mengurangi
memperbaiki kondisi sumber daya alam yang biasanya risiko dari sebuah proyek yang akan dilaksanakan,
dapat mengalami kerusakan karena banyaknya sampah, dan usulan pengalihan risiko tersebut dilakukan
atau untuk menghemat penggunaan sumber daya alam oleh berbagai pihak kepada PK. Pada umumnya,
apabila sampah yang ada di daur ulang (Sudrajat : tinjauan risiko ini dilakukan dan merupakan
2006). Proses pengelolaan sampah terhadap masing- bagian dari Studi Kelayakan.
masing jenis zat (cair, padat dan gas maupun
radioaktif) biasanya berbeda-beda tergantung dari 5. Bentuk Kerja Sama
setiap wujud zat tersebut. Merupakan tinjauan agar kemitraan KPS di
Pengelolaan sampah juga dapat dibedakan strukturkan untuk mengoptimalkan nilai bagi
antara pengelolaan sampah di perkotaan dan publik dan pada saat yang bersamaan tidak
pengelolaan sampah di daerah pedesaan, berbeda juga mengurangi minat dari mitra swasta. Pada
pengelolaan sampah di suatu negara yang sudah sangat umumnya Bentuk Kerja Sama ini diakukan
maju dengan negara berkembang atau negara sebagai Studi Kelayakan.
tertinggal, serta juga berbeda antara sampah pada
kawasan industri dengan rumah sakit, atau dengan 6. Dukungan Pemerintah
permukiman. Sampah - sampah berbahaya yang Merupakan determinasi atas jumlah dan posisi
biasanya berasal dari kawasan industri atau rumah sakit pemerintah yang dapat dikontribusikan oleh
biasanya di kelola oleh industri atau rumah sakit pemerintah terhadap suatu proyek, dalam suatu
tersebut, sedangkan untuk kawasan permukiman mekanisme, misalnya insentif pajak, pembebasan
biasanya dikelola oleh pemerintah setempat. tanah, dukungan/jaminan bersyarat, pembiayaan
Dari kegiatan pengelolaan sampah tersebut, langsung dan lain-lain. Pada umumnya, Dukungan
sebenarnya memiliki tujuan khusus yaitu agar Pemerintah dilakukan bertujuan untuk mengetahui
membuat sampah yang ada dapat memiliki nilai potensi kelayakannya secara perbankan terhadap
ekonomis serta menjadi suatu benda yang tidak suatu proyek.
berbahaya bagi lingkungan sekitar. Sedangkan untuk
metode pengelolaan sampah sendiri biasanya 7. Pengadaan
tergantung dari beberapa faktor yaitu luasan lahan, Merupakan pengembangan dari paket tender, dan
jenis tanah yang ada, jenis zat dari sampah yang akan proses tender secara keseluruhan yang dimulai
dikelola tersebut serta beberapa faktor lainnya. sebelum proses kualifikasi sampai dengan
penandatanganan kontrak.
Tahapan Pelaksanaan Public Private Partnership
Pengelolaan Sampah Kota 8. Pelaksanaan
Berdasarkan Kementerian Koordinator Bidang Termasuk pendirian Perusahaan Proyek oleh
Perekonomian Indonesia, terdapat beberapa tahapan Sponsor Proyek, pembiayaan, kegiatan konstruksi,
dalam pelaksanaan Public Private Partnership (PPP) pelaksanaan awal dan pengoperasian proyek oleh
atau biasa disebut dengan Kerjasama Pemerintah Badan Usaha.
Swasta (KPS). Beberapa tahapan tersebut sebagai
berikut: 9. Pemantauan
1. Pemilihan Proyek Merupakan pemantauan terhadap kinerja Badan
Merupakan proses dimana Government Usaha oleh GCA sebagaimana diatur dalam
Contracting Agency (GCA) akan mengidentifikasi Perjanjian Kerjasama (PK).
dan memprioritaskan proyek-proyek infrastruktur
KPS yang berpotensi.
Metode Penelitian
2. Konsultasi Publik
Merupakan upaya yang dilakukan oleh GCA untuk Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan saran dari public pada umumnya dan memperoleh gambaran secara rinci bagaimana strategi
calon developers dan pemberi pinjaman untuk public private partnership digunakan dalam mengatasi
membantu pembentukan proyek masalah pengelolaan sampah di TPA Benowo
Surabaya. Oleh karena itu, tipe penelitian yang

213
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

digunakan adalah tipe penelitian deskriptif yaitu suatu pembangunan infrastruktur pengolahan sampah,
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu sanitary landfill, gasifikasi, IPAL, dan PLTSA, 4)
kondisi social tertentu. Dana untuk mewujudkan proyek infrastruktur tersebut
Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan tidak tersedia di APBN/APBD, sehingga bersumber
pertimbangan yang telah dilakukan sebelumnya. Dinas dari investor atau PT. SO, 5) Pihak investor dalam hal
Kebersihan dan Pertamanan dipilih untuk menjadi ini adalah PT. Sumber Organik (SO), 6) Sesuai
subjek dalam penelitian karena Dinas Kebersihan dan kesepakatan, PT. SO diberi hak dan wewenang untuk
Pertamanan Kota Surabaya memiliki wewenang dan mengelola dan memanfaatkan TPA Benowo selama 20
tanggung jawab sepenuhnya mengenai masalah tahun, 7) Pengembalian asset kepada Pemerintah Kota
kebersihan di Kota Surabaya. Komisi C DPRD Kota Surabaya dalam hal ini Dinas Kebersihan dan
Surabaya dipilih untuk menjadi subjek dalam Pertamanan Kota Surabaya dilakukan setelah masa
penelitian karena Komisi C DPRD Kota Surabaya konsesi berakhir yaitu 20 tahun.
membidangi masalah pembangunan yang didalamnya Kerjasama dengan menggunakan model BOT
juga mengawasi pelaksanaan pengolahan sampah di tidak semata-mata hanya melakukan kerjasama seperti
TPA Benowo. TPA Benowo dipilih untuk menjadi biasa. Dalam perjanjian BOT paling tidak didasarkan
subjek penelitian karena merupakan satu-satunya asset atas 3 asas yaitu, Asas kerjasama yang saling
TPA yang dimiliki Pemerintah Kota Surabaya. menguntungkan, Asas kepastian hukum dan Asas
Sedangkan, PT. Sumber Organik merupakan rekanan Musyawarah. Dalam kemitraan antara DKP dengan
dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang sejak PT. SO kerjasama yang terjalin bersifat sejajar,
tahun 2012 bertanggung jawab dalam pengelolaan sehingga harus saling mengutungkan. Kesepakatan
sampah di TPA Benowo, Surabaya.. kontrak dan negoisasi yang sudah disepakati
Penelitian ini menggunakan penelitian ditandangani oleh kedua belah pihak dan disaksikan
kualitatif sehingga tekhnik penentuan informan secara oleh notaries sehingga memiliki kepastian hokum.
purposive sampling (untuk informan kunci). Dimana Asas Musyawarah ditunjukkan dengan adanya
purposive sampling adalah teknik sampling yang komunikasi yang intens antara DKP dengan PT. SO
digunakan peneliti dengan memilki pertimbangan- baik menyelesaikan permasalahan maupun
pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya implementasi kerjasama.
(M. Idrus : 2009). Karena penelitian ini melihat secara Dalam pelaksanaan sebuah kerjasama tidak
langsung proses kemitraan yang dilakukan oleh Dinas dapat dipungkiri akan terdapat kendala yang membuat
Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dengan PT. proses kerjasama berjalan tidak sesuai rencana. Salah
Sumber Organik (SO) oleh sebab itu perlu adanya satu kendala yang dirasakan oleh sector public antara
informan yang benar-benar memahami kemitraan yang lain adalah dengan system BOT tersebut, sector public
dilakukan. telah melepaskan salah satu asset potensial dalam
Pengumpulan data adalah prosedur yang jangka waktu yang lama, melepaskan pengelolaan
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang asset-aset strategis tertentu dan memberikannya kepada
diperlukan. Agar pengumpulan data dan informasi pihak swasta, dalam beberapa hal dan biasanya
berjalan efektif dan efisien dilakukan dengan tiga pemerintah diminta untuk melaksanakan dan
tahapan yaitu wawancara mendalam, observasi dan menyelesaikan tugas yang rumit dan rawan, dan dapat
dokumentasi, atau gabungan dari ketiganya (M. Idrus meningkatkan biaya pengadaan proyek terkait.
:2009). Dalam penelitian ini digunakan teknik Selama perjanjian berlangsung, DKP telah
triangulasi sumber data, yaitu dengan membandingkan melepaskan salah satu asset penting berupa TPA
dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu Benowo kepada pihak PT. SO untuk dikelola selama
informasi yang diperoleh (Lexy, J. Moleong : 2005). 20 tahun. Meskiun setelah jangka waktu masa konsesi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian berakhir, seluruh asset dan fasilitas yang telah
ini meliputi : Reduksi Data, Penyajian Data, Menarik dibangun akan kembali ke DKP, akan tetapi TPA
Kesimpulan atau Verifikasi. (Miles, M. B dan Benowo adalah satu-satunya asset TPA yang dimiliki
Huberman A. M : 1992) oleh Pemkot, sehingga merupakan asset penting. Selain
itu, kendala yang dihadapi oleh DKP adalah berkaitan
dengan perizinan pembangunan power plan yang
Pembahasan sedang dikembangkan oleh PT. SO di TPA Benowo.
Tidak hanya sector public saja yang
Public Private Partnership dalam Pengelolaan menghadapi kendala selama kemitraan berlangsung,
Sampah di TPA Benowo Kota Surabaya akan tetapi sector swasta juga menghadapi kendala
Dalam perjanjian kerjasama menggunakan yang menjadi penghambat dalam waktu pelaksanaan
mekanisme Public Private Partnership khususnya kemitraan tersebut. Kendala yang dihadapi oleh sector
dengan kontrak BOT ini terdapat beberapa unsure swasta antara lain adalah sector swasta telah memasuki
antara lain; 1) Adanya pihak pemegang hak eksklusif, bidang usaha yang lebih mengandung resiko,
dalam hal ini adalah Pemkot Surabaya melalui Dinas memerlukan perhitungan, pertimbngan dan persiapan
kebersihan dan Pertamanan, 2) Hak Eksklusif tanah khusus untuk menerapkan system BOT, menghadapi
yang diwujudkan dengan TPA Benowo, 3) kemungkinan kenyataan bahwa jaminan secara
Mewujudkan fisik bangunan dalam hal ini adalah konvensional tidak akan diberikan, kemungkinan
214
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

perhitungan awal pada kenyataan tidak sesuai dengan cukup besar untuk pembangunan, sehngga dapat
harapan. mengurangi beban biaya dari anggaran DKP serta tidak
Begitu juga PT. Sumber Organik dalam menimbulkan potensi beban hutang bagi Pemkot
pengelolaan sampah di TPA Benowo dengan model khususnya DKP. Dengan dibangunnya infrastruktur
kerjasama BOT tersebut, PT. SO telah masuk kedalam penunjang dalam pengelolaan sampah di TPA Benowo
kegiatan sector public dalam menyediakan asilitas memungkinkan adanya efisiensi pengolahan sampah di
untuk masyarakat dalam bidang pengelolaan sampah. kota Surabaya sehingga mampu meningkatkan
PT. Sumber Organik tidak hanya dituntut untuk kebersihan lingkungan di Kota Surabaya. Selain itu
mengembangkan perusahaannya saja, akan tetapi juga dengan terlibatnya PT. Sumber Organik dalam
dituntut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pengelolaan TPA Benowo memungkinkan adanya
lingkungan yang bersih dan berelanjutan. Hal ini transformasi keahlian yang dimiliki oleh PT. SO antara
menunjukkan bahwa PT. SO juga dituntut sebagai lain dari segi teknis dan operasional pengelolaan
pelayan masyarakat yang sebenarnya merupakan sampah yang ada di TPA Benowo kepada DKP.
tanggung jawab sector public. Kemitraan dengan menggunakan model BOT
Sebelum mengajukan tender, PT. Sumber tidak hanya memberikan manfaat kepada sector public
Organik telah mempersiapkan secara matang segala saja. Akan tetapi perjanjian dengan BOT ini juga
perhitungan, pertimbangan dan persiapan apa saja yang memberikan manfaat kepada sector swsata antara lain
dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan dengan adalah dengan adanya model BOT, memberikan
model BOT tersebut, PT. SO harus dengan teliti kesempatan kepada investor untuk memasuki bidang-
menghitung semua keuntungan ataupun bidang usaha yang semula hanya dikelola oleh
mempersiapkan segala kemungkinan kerugian yang pemerintah, BUMN atau BUMD. Selain itu,
terjadi. Kendala yang dihadapi oleh PT. SO dialami memperluas usaha atau ekspansi ke bidang-bidang
pada awal-awal masa konsesi, mulai dari kecurigaan usaha yang mempunyai prospek bagus dan
pihak DPRD sampai boikot warga yang menolak menguntungkan. Serta dapat memanfaatkan lahan-
keberadaan pihak baru di TPA Benowo. lahan strategis baik yang dimiliki pemerintah atau
Public Private Partnership (PPP) memiliki milik masyarakat.
keuntungan, khususnya dengan menggunakan model Begitu juga dengan PT. Sumber Organik yang
kerjasama BOT memiliki berbagai keuntungan pada bermitra dengan DKP dalam pengelolaan sampah di
masing-masing pihak, oleh sebab itu orang yang TPA Benowo. PT. SO mendapat kesempatan untuk
menangani dalam perjanjian ini harus orang yang mengelola TPA Benowo, dimana hal tersebut
menguasai mengenai mekanisme BOT itu sendiri. merupakan wilayah kegiatan dari DKP Surabaya untuk
Keuntungan pembangunan infrastruktur dengan mengelola sampah di TPA Benowo dengan melakukan
menggunakan kontrak perjanjian BOT bagi sector pembangunan infrastruktur pengelolaan sampah di
public antara lain adalah dapat mengurangi TPA Benowo.
penggunaan dana APBN atau APBD, dengan
menggunakan system BOT akan menguntungkan Strategi Public Private Partnership dalam
secara financial maupun secara administrative, pada Pengelolaan Sampah di TPA Benowo, Kota
masa berakhirnya perjanjian sector public akan Surabaya
mendapatkan bangunan dan fasilitas dari sector swasta, Pelaksanaan strategi Public Private
dengan pembiayaan system BOT tidak menimbulkan Partnership dalam mengatasi masalah pengolahan
beban hutang bagi sector public selain itu dapat sampah di TPA Benowo Kota Surabaya didasarkan
membuka lapangan pekerjaan baru serta mempercepat pada beberapa hal. Strategi yang diterapkan oleh suatu
proses transfer of technology dari sector swasta ke instansi tentunya memiliki dasar dan tingkatan-
public (Wirana Andjar, Panca : 1995). tingkatan tertentu sehingga mampu menjadi suatu
Begitu juga pembangunan infrastruktur kesatuan yang komprehensif dan terpadu untuk
pengelolaan sampah di TPA Benowo Surabaya, mencapai tujuan yang telah ditentukan.
dimana pembangunan tersebut dilakukan dengan Merujuk pada pandangan Dan Schendel dan
menggunakan kontrak kerjasama model BOT. Pemkot
Surabaya melalui DKP yang telah melimpahkan
wewenang kepada PT. SO untuk mengelola sampah di
TPA Benowo. Dengan adanya pembangunan dengan
model BOT tersebut memberikan keuntungan bagi
pembangunan infrastruktur pengelolaan sampah di
TPA Benowo. DKP sama sekali tidak mengeluarkan
dana saat pembangunan infrastruktur pengelolaan
sampah di TPA Benowo tersebut, akan tetapi saat masa
perjanjian berakhir, DKP akan mendapatkan kembali
TPA Benowo beserta fasilitas yang ada.
Dengan adanya perjanjian dengan model BOT
tersebut, DKP tidak perlu mengeluarkan dana yang

215
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

Charles Hofer, Higgins menjelaskan terdapat empat Tahapan Pelaksanaan Public Private Partnership
tingkatan strategi, yang keseluruhannya disebut sebagai Pengelolaan Sampah di TPA Benowo, Kota
Master Strategy (Salusu: 2002). Adapun analisis dan Surabaya
interpretasi teoritik sebagai berikut: Dalam proses pelaksanaan suatu proyek
Berdasarkan observasi dan wawancara yang melalui kemitraan yang terjalin antara Dinas
dilakukan kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dengan PT.
Kota Surabaya, strategi yang dilakukan dalam Sumber Organik harus sesuai dengan prosedur tata cara
pengembangan infrastruktur pengelolaan sampah Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) menurut
melalui kerjasama dengan pihak ketiga termasuk dalam Kemetrian Koordinator Perekonomian Indonesia.
tingkatan Corporate Strategy. Hal ini dikarenakan Dalam proses pelaksanaan KPS tersebut terdapat 9
dasar pelaksanaan pengembangan infrastruktur melalui tahapan yang harus dilalui, yaitu: Pemilihan Proyek,
kemitraan didasarkan kepada visi dan misi serta Konsultasi Publik, Studi Kelayakan, Tinjauan Resiko,
tupoksi dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bentuk Kerjasama, Dukungan Pemerintah, Pengadaan
Surabaya. Dilihat dari kendala pembiayaan yang atau Tender, Pelaksanaan dan Pemantauan.
dialami oleh Pemkot Surabaya membuat strategi yang Kemitraan yang terjalin mengenai
dikembangkan adalah menggandeng pihak ketiga pelaksanaan pengelolaan sampah di TPA Benowo
dalam pengelolaan kebersihan melalui pembangunan tersebut dilatarbelakangi kebutuhan pembangunan
infrastruktur. infrastruktur pengolahan sampah di TPA Benowo
Jadi, strategi yang dikembangkan oleh Dinas sebagai satu-satunya TPA di Kota Surabaya. Akan
Kebersihan dan Pertamanan termasuk kedalam tetapi sumber pendanaan dari APBD tisak
tingkatan Corporate Strategy dikarenakan landasan memungkinkan untuk membiayai secara penuh dalam
dasar pemilihan strategi adalah berdasarkan visi dan pembangunan infrastruktur yang direncanakan.
misi organisasi untuk mengembangkan infrastruktur Sehingga diputuskanlah untuk mengadakan kerjasama
pengolahan kebersihan di Kota Surabaya. Dasar dengan pihak swasta untuk melakukan pengolahan
pemilihan startegi suatu dinas sangat penting kaitannya sampah di TPA Benowo beserta dengan
dalam mengelola manajamen public. Hal ini pengembangan didalamnya. Sehingga pemilihan
dikarenakan, manajemen dalam ranah public dianggap proyek tersebut adalah Kemitraan dalam Pengolahan
kurang fisien dan efektif dalam menangani segala Sampah di TPA Benowo. Setelah adanya pemilihan
kegiatan publik. Maka perlu adanya pendekatan baru proyek tersebut, DKP selaku penanggung jawab
yang memasukkan pendekatan bisnis untuk ikut serta pengelolaan TPA Benowo tidak melakukan konsultasi
dalam kegiatan public. Hal ini dapat dipandang sebagai public, studi kelayakan, tinjauan resiko terutama di
suatu konsep baru yang ingin mengilangkan monopoli lokasi sekitar TPA Benowo, sebelum melakukan tender
pelayanan yang tidak efisien yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh DPRD Kota Surabaya. Sehingga
instansi dan pejabat-pejabat pemerintahan (Thoha, diawal pelaksanaan kemitraan antara DKP dengan PT.
Miftah : 2008). SO sempat mengalami penolakan dari masyarakat
Konsep ini lah yang dilakukan oleh Dinas sekitar TPA. Akan tetapi setelah adanya sosialisasi
Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dalam yang dilakukan, kendala yang terjadi dapat diatasi.
pengelolaan sampah di TPA Benowo melalui sarana Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan
kemitraan dengan pihak swasta. Dalam kemitraan tender yang dilakukan oleh DPRD Kota Surabaya.
antara DKP dengan PT. SO bertujuan agar sector Tender yang dilakukan pada 2011diikuti oleh 4
public dapat menyerap kemampuan yang dimiliki oleh (empat) investor, yaitu PT. Phoenix, PT. Medco, PT.
sector swasta. Seperti halnya istilah reinventing Sumber Organik, dan PT. Imantata. Setelah dilakukan
government menjadi landasan perlu adanya proses tender oleh DPRD Kota Surabaya diputuskan
keterlibatan sector swasta kedalam ranah sector public. PT. Sumber Organik ditetapkan sebagai investor atas
Karena pada dasarnya Reinventing Government dapat persetujuan Walikota Surabaya untuk melakukan
pula dikatakan sebagai upaya menswatakan birokrasi pengolahan sampah di TPA Benowo. Setelah
pemerintah. Dengan adanya kemitraan tersebut, DKP terpilihnya PT. SO sebagai mitra kerjasama DKP,
diharapkan nanti akan dapat meningkatkan kinerja maka dilakukan negosisasi antara DKP dengan PT. SO
khususnya dalam pengelolahan sampah di TPA perihal bentuk perjanjian kerjasama pelaksanaan
Benowo. pengelolaan sampah di TPA Benowo, ketentuan bagi
Masuknya investor kedalam sector public hasil untuk masing-masing pihak serta hak dari
tersebut memunculkan konsep tentang Public Private masing-masing pihak. Setelah adanya kesepakatan
Partnership (PPP). Menurut Klaus Felsinger (2008), antara kedua belah pihak, maka hasil kesepakatan
Public Private Partnership (PPP) merupakan kerangka diwujudkan dalam kontrak perjanjian yang disaksikan
kerja yang melibatkan sector swasta dan pemerintahan oleh notaris, sehingga kemitraan yang terjalin antara
yang memiliki peran masing-masing. Pihak swasta DKP dengan PT. SO memiliki kekuatan hukum.
sebagai investor dengan keahlian teknik, operasional Setelah perjanjian dibuat dan ditandatangani oleh
dan inovasi dalam menjalankan bisnis secara efisien. kedua belah pihak, maka wewenang dan tanggung
Serta peran pemerintah sebagai pembuat peraturan dan jawab pengelolaan sampah di TPA Benowo
kebijakan dalam pembangunan tersebut. dilimpahkan kepada PT. SO selama 20 tahun terhitung

216
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

dari tanggal penandatanganan kontrak perjanjian kerjasama. Bentuk kerjasama dalam kemitraan yang
kerjasama. terjalin antara DKP dengan PT. SO ditetapkan melalui
proses negoisasi kontrak kerjasama, setelah PT. SO
Kesimpulan terpilih sebagai investor yang akan menangani proyek
pengelolaan sampah di TPA Benowo. Seharusnya,
Dari hasil penelitian tentang Public Private sebelum pelaksanaan tender, pihak DKP harus sudah
Partnership (PPP) antara Dinas Kebersihan dan menetapkan bentuk kerjasama seperti apa yang akan
Pertamanan Kota Surabaya dengan PT. Sumber ditawarkan dalam proyek pengelolaan sampah di TPA
Organik dalam pengelolaan sampah di TPA Benowo Benowo.
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Keenam, dukungan pemerintah. Dalam
kemitraan yang terjalin antara Dinas Kebersihan dan
Tahapan Pelaksanaan Strategi Public Private Pertamanan Kota Surabaya dengan PT. Sumber
Partnership dalam Pengolahan Sampah di TPA Organik, dukungan yang diberikan dari pihak
Benowo, Kota Surabaya pemerintahan kepada mitra kerjasama adalah diberinya
Proses penetapan strategi dalam pengelolaan kebebasan mengelola TPA Benowo sepenuhnya, diluar
sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan itu pihak Pemkot Surabaya tidak memberikan jaminan
Pertamanan Kota Surabaya termasuk dalam tingkatan apapun apabila pihak PT. SO mengalami kerugian pada
strategi Corporate Strategy, hal ini dikarenakan dasar saat masa konsesi berlangsung.
pemilihan strategi berlandaskan visi dan misi serta Ketujuh Pengadaan. Pelaksanaan tender dalam
tupoksi DKP, yaitu pengembangan sarana prasarana pengelolaan sampah di TPA Benowo dilakukan oleh
pengolahan kebersihan. Strategi yang dilakukan adalah Pansus yang dibentuk oleh DPRD Kota Surabaya
melakukan kemitraan dengan menggandeng PT. berdasarkan kordinasi dengan Dinas Kebersihan dan
Sumber Organik. Pertamanan Kota Surabaya. Pansus berdasarkan hasil
Proses pelaksanaan kemitraan Dinas tender memutuskan PT. Sumber Organik sebagai
Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dengan PT. investor dalam proyek pengelolaan sampah di TPA
Sumber Organik dapat dilihat melalui 9 (Sembilan) Benowo. Proses tender dilakukan pada tahun 2011
tahapan pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Swasta dengan 4 (empat) calon investor. Setelah diadakannya
(KPS), yaitu pemilihan proyek, konsultasi public, studi proses tender, maka DKP dan PT. SO melakukan
kelayakan, tinjauan resiko, bentuk kerjasama, negoisasi dan pembuatan dokumen kontrak perjanjian
dukungan pemerintah, pengadaan, pelaksanaan dan kerjasama antara DKP dengan PT. SO. Dalam
pemantauan. Pertama, pemilihan proyek. Pelaksanaan negoisasi tersebut dirumuskan mengenai bentuk
kemitraan antara DKP dengan PT. Sumber Organik, kerjasama yaitu dengan menggunakan model Build
awalnya dilatarbelakangi karena adanya desakan untuk Operate Transfer (BOT) selama 20 tahun untuk masa
peningkatan infrastruktur penunjang pengolahan pengelolaan oleh PT. Sumber Organik terhitung sejak
sampah, akan tetapi untuk merealisasikannya tidak 2012. Dalam kesepakatan tersebut disepakati PT.
cukupnya anggaran yang ada di APBD dari Sumber Organik memiliki tanggung jawab atas TPA
pemerintah. Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai Benowo dengan segala infrastruktur yang harus
penanggung jawab dari TPA Benowo tidak memiliki dibangun didalamnya yaitu sanitary landfill, gasifikasi,
cukup anggaran untuk memenuhi kebutuhan diatas, IPAL dan PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga
sehingga perlu adanya kemitraan dari sector swasta Sampah) beserta infrastruktur penunjang lainnya,
untuk mengelola TPA Benowo. berupa kantor dan toilet sesuai dengan nilai investasi
Kedua konsultasi public. Sebelum yang telah disepakati yaitu sebesar 362 Miliar.
diadakannya kerjasama pengolahan sampah di TPA Sedangkan pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Benowo, pihak DKP tidak melakukan konsultasi public memiliki kewajiban memasok sampah ke TPA Benowo
terlebih dahulu. Hal ini cukup berdampak pada awal 1000 ton setiap harinya dan membayar tipping fee
masa konsesi, di TPA Benowo terjadi boikot dari sebesar Rp.119/kg sampah yang dikonversikan menjadi
masyarakat kepada pihak PT. SO. Masyarakat menolak listrik. Setelah adanya kesepakatan tersebut, maka
karena merasa ada pengelola baru yang diyakini akan kesepakatan diantara kedua belah pihak dituangkan
membawa perubahan dan dianggap akan merugikan dalam kontrak perjanjian yang dibuat dan disahkan
masyarakat. oleh notaries. Sehingga kemitraan yang terjalin antara
Ketiga, studi kelayakan. Tahapan ini juga Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya
tidak dilakukan oleh pihak Dinas Kebersihan dan dengan PT. Sumber Organik memiliki kekuatan
Pertamanan Kota Surabaya. Sehingga, sebelum tender hukum.
berlangsung pihak DKP tidak melakukan studi Kedelapan, Pelaksanaan. Dalam pelaksanaan
kelayakan terlebih dahulu. Keempat, tinjauan resiko. kemitraan antara DKP dengan PT. SO di TPA Benowo,
Sebelum diadakannya tender, DKP tidak melakukan setiap pihak melaksanakan peran masing-masing.
tinjauan resiko terhadap rencana pengelolaan sampah Dalam pembangunan infrastruktur dan pengelolaan
di TPA Benowo, yang seharusnya dapat memberikan sampah di TPA Benowo, sepenuhnya dilakukan
gambaran kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan biaya dari sector swasta. Begitu pula dengan
selama kemitraan berlangsung. Kelima, bentuk operasional teknis pengolahan sampah di TPA Benowo

217
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

menjadi tanggung jawab PT. Sumber Organik. Dinas 7. Pengembalian asset kepada Pemerintah Kota
Kebersihan dan Pertamanan dalam proses pelaksanaan Surabaya dalam hal ini Dinas Kebersihan dan
lebih ke urusan administrative, berupa pengurusan izin Pertamanan Kota Surabaya dilakukan setelah masa
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) yang konsesi berakhir yaitu 20 tahun.
sedang dikembangkan di TPA Benowo. Kerjasama dengan menggunakan model BOT
Kesembilan, pemantauan. Pemantauan atau yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
pengawasan saat proses pengolahan sampah di TPA Kota Surabaya juga memenuhi asas-asas yang telah
Benowo beserta pembangunan infrastruktur ditetapkan, antara lain;
penunjangnya menjadi tanggung jawab dari DKP. 1. Asas Kerjasama yang saling menguntungkan,
Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai pemilik ditunjukkan dengan kerjasama yang dilakukan
resmi asset TPA Benowo berperan sebagai pengawas bersifat sejajar sehingga saling menguntungkan
terkait atas pengawasan project pengelolaan sampah di baik dari pihak DKP maupun PT. Sumber Organik.
TPA Benowo yang dilakukan oleh PT. Sumber 2. Asas Kepastian Hukum, ditunjukkan dengan
Organik. adanya penandatanganan kontrak perjanjian dari
Dilihat dari keseluruhan prosedur yang telah kedua belah pihak dan disahkan oleh pihak
ditetapkan oleh Kementrian Koordinator Perekonomian notaries.
Indonesia, maka kemitraan yang terjalin antara DKP 3. Asas musyawarah, ditunjukkan dengan adanya
dan PT. Sumber Organik tidak memenuhi ketentuan komunikasi yang intens antara DKP dengan PT.
yang telah ditetapkan. Namun dari hasil penelitian SO baik menyelesaikan permasalahan maupun
yang dilakukan, kordinasi yang dilakukan dengan baik implementasi kerjasama
oleh DKP dengan PT. SO mampu menutup kekurangan
masing-masing pihak dalam menyelesaiakn setiap Strategi yang dipilih oleh DKP dengan
kendala yang ada dalam kemitraan yang berlangsung. melakukan kemitraan dengan pihak PT. Sumber
Dibuktikan dengan adanya pengakuan dari Kementrian Organik juga memiliki manfaat bagi kedua belah
Lingkungan Hidup dengan diberikannya penghargaan pihak. Manfaat bagi DKP Kota Surabaya:
kepada Surabaya sebagai Kota Percontohan Nasional 1. Penggunaan dana APBD untuk
Pengelolaan Sampah. pembangunan infrastruktur dan pengolahan
sampah berkurang.
Public Private Partnership dalam Pengolahan 2. DKP akan mendapatkan bangunan
Sampah di TPA Benowo, Kota Surabaya beserta seluruh fasilitas yang telah dibangun oleh
Dalam kemitraan antara Dinas Kebersihan dan mitra kerjasama tanpa mengeluarkan anggaran
Pertamanan Kota Surabaya dengan PT. Sumber untuk pembangunan TPA Benowo.
Organik menggunakan model kerjasama Build Operate 3. Mendapat transfer keahlian baru dari
Transfer (BOT). Pengelolaan Sampah di TPA Benowo segi teknik dan operasional dari pihak swasta yang
beserta dengan pembangunan infrastruktur didalamnya sebelumnya kurang dikuasai sector public
dilakukan oleh PT. SO berdasarkan keputusan yang 4. Meningkatkan PAD serta mendapat
disepakati bersama dengan Dinas Kebersihan dan penghargaan sebagai pengakuan dari pihak
Pertamanan Kota Surabaya. dengan masa konsesi eksternal terhadap kinerja pemerintah
selama 20 tahun, PT. SO memiliki wewenang penuh
terhadap pengelolaan sampah di TPA Benowo. Setelah Dikarenakan kerjasama yang dilakukan
masa konsesi berakhir, maka PT. SO berkewajiban bersifat saling menguntungkan, maka pihak PT.
mengembalikan seluruh asset dan pengoperasian yang Sumber Organik juga mendapat manfaat dari adanya
ada di TPA Benowo kepada DKP kembali. kerjasama ini, antara lain;
Dalam perjanjian dengan model BOT ini 1. PT. SO mendapat kesempatan untuk
terdapat beberapa unsure antara lain; mengelola TPA Benowo, dimana hal tersebut ada
1. Adanya pihak pemegang hak eksklusif, dalam hal dalam ranah kegiatan DKP Surabaya.
ini adalah Pemkot Surabaya melalui Dinas 2. Pengelolaan TPA Benowo
kebersihan dan Pertamanan, merupakan bisnis yang strategis karena merupakan
2. Hak Eksklusif tanah yang diwujudkan dengan satu-satunya asset milik pemkot dan merupakan
TPA Benowo, kebutuhan seluruh masyarakat
3. Mewujudkan fisik bangunan dalam hal ini adalah 3. Kinerja PT. SO dalam mengelola
pembangunan infrastruktur pengolahan sampah, sampah di TPA Benowo mendapat pengakuan dari
sanitary landfill, gasifikasi, IPAL, dan PLTSA, pihak eksternal, sehingga meningkatkan nama PT.
4. Dana untuk mewujudkan proyek infrastruktur SO.
tersebut tidak tersedia di APBN/APBD, sehingga
bersumber dari investor atau PT. SO, Disamping menghasikan manfaat yang
5. Pihak investor dalam hal ini adalah PT. Sumber dirasakan oleh kedua belah pihak, selama kerjasama
Organik (SO), berlangsung, tidak lepas dari kendala yang juga dialami
6. Sesuai kesepakatan, PT. SO diberi hak dan oleh kedua belah pihak. Kendala yang dialami oleh
wewenang untuk mengelola dan memanfaatkan pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
TPA Benowo selama 20 tahun, Surabaya, antara lain;
218
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016

1. DKP harus melepas asset strategis dan satu- 4. Penelitian ini melihat Kemitraan dari segi
satunya kepada pihak swasta. pelaksanaan dan model kerjasama yang dilakukan
2. Kultur masyarakat sekitar TPA Benowo yang sulit oleh pemerintah dengan swasta. Oleh sebab itu,
menerima pihak baru, sehingga sempat memboikot untuk penelitian berikutnya dapat membahas
PT. SO diawal-awal masa konsesi sehingga mengena tema yang sama, namun melihat dari
menghambat kinerja DKP. sudut pandang yang lain, misalnya segi budaya,
3. Masalah perizinan pembangunan Pembangkit lingkungan maupun ekonomi.
Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) yang sedang
dikembangkan PT. SO di TPA Benowo Daftar Pustaka

Kendala juga dialami oleh pihak mitra Istianto, Bambang. 2011. Privatisasi dalam model
kerjasama, PT. Sumber Organik selama proses Public Private Partnership, Jakarta. : Mitra
kerjasama berlangsung, antara lain; Wacana Media.
1. PT. SO harus dengan teliti menghitung semua Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu
keuntungan ataupun mempersiapkan segala Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
kemungkinan kerugian yang akan ditanggung. Kuantitatif.Jakarta : Erlangga
Karena tidak adanya jaminan dari Pemkot maupun Jusuf, Udaya, dkk. 2013. Manajemen Stratejik.
DKP. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2. Memasuki ranah public juga menjadi hal baru Klaus Felsinger. 2008. Public-Private Partnership
karena kebutuhan masyarakat harus mendjadi (PPP) Handbook. Asian Development Bank
prioritas sehingga perlu terus menerus Kodoatie J. Robert. 2003. Manajemen dan Rekayasa
berkordinasi kepada DKP apabila mengalami Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
masalah dengan masyarakat, seperti boikot diawal Lexy J. Moleong. 2005. Metodologi Penelitian
masa konsesi. Kualitatif. Bandung :Remaja Rosdakarya.
3. Mendapat kecurigaan dari DPRD diawal-awal Miles, M. B dan Huberman, A. M. 1992 .Analisis Data
masa konsesi mengenai masalah tender. Kualitatif, Penerjemah .Tjetjep Rohendi.
Jakarta : UI Press
Sudradjat. 2006. Mengelola Sampah Kota. Jakarta :
Saran Penebar Swadaya.
Wirana, Andjar Pacha. 1995.Penelitian tentang Aspek
Meskipun dalam pelaksanaan kemitraan Hukum Perjanjian Build Operate Transfer
antara Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota (BOT). Jakarta :Badan Pembinaan Hukum
Surabaya dengan PT. Sumber Organik sudah berjalan Nasional Departemen Kehakiman
dengan baik, namun ada beberapa hal yang masih
harus diperhatikan, antara lain:
1. Untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya, dalam meningkatkan perkembangan
pengelolaan sampah di TPA Benowo melalui
kemitraan dengan sector swasta, maka harus
melakukan tahapan prosedur PPP sesuai dengan
ketentuan yang ada, dengan tujuan untuk
meminimalisir adanya resiko yang kemungkinan
bisa terjadi di kemudian hari.
2. Untuk Pemerintah Kota Surabaya, mengingat
Surabaya sebagai salah satu kota besar dengan
peluang investasi yang sangat besar terutama
dalam bidang infrastruktur dengan menggunakan
model Build Operate Transfer (BOT) perlu
membuat regulasi yang jelas mengenai mekanisme
kerjasama yang akan dilakukan, dengan tujuan
memberikan kepastian kepada pihak investor yang
akan berinvestasi di Surabaya.
3. Untuk PT. Sumber Organik, dirasa perlu untuk
memberikan wadah lebih luas kepada warga
sekitar TPA Benowo, tidak terbatas hanya kepada
warga dengan profesi pemulung di TPA Benowo,
namun lebih kepada pemberdayaan warga sekitar
lokasi TPA Benowo, dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat.

219

Anda mungkin juga menyukai