Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat adalah hal yang sangat lumrah
dibicarakan untuk kemajuan dan perubahan bangsa saat ini kedepan, apalagi jika dilihat
dari skill masyarakat indonesia kurang baik sehingga menghambat pertumbuhan
ekonomi itu sendiri, konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian
pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan yang bertumpu
pada masyarakat (community based development).
Pertama-tama perlu dipahami arti dan makna pemberdayaan dan pembangunan
masyarakat, keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang
bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang
bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar meliki kesehatan fisik dan mental,
serta didik dan kuat inovatif, tentunyan memiliki keberdayaan yang tinggi, sedangkan
pembangunan masyarakat adalah suatu hal yang perlu di minit untuk kemampuan
masyarakat itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pembangunan daerah yang bertanggung jawab?
2. Apa itu pembangunan daerah berbasis pemberdayaan masyarakat?
3. Apa itu pemberdayaan masyarakat ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, dan politik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembangunan daerah yang bertanggung jawab.
2. Untuk mengetahui pembangunan daerah berbasis pemberdayaan masyarakat.
3. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, dan
politik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembangunan Daerah yang Bertanggung Jawab


Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku,
baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan
yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial
ekonomi dan aspek lingkungan lainnya sehingga peluang baru untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan. Hal ini dapat
ditempuh dengan cara:
1. Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah.
2. Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah.
3. Menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah (solusi).
4. Melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tesedia.

Tujuan Pembangunan Daerah

1. Mengurangi disparsi atau ketimpangan pembangunan antara daerah dan sub daerah
serta antara warga masyarakat (pemerataan dan keadilan).
2. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan.
3. Menciptakan lapangan kerja.
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah.
5. Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi
generasi sekarang dan generasi berkelanjutan.

Terdapat 3 perencanaan pembangunan daerah yaitu :


1. Pola dasar pembangunan daerah
Pola dasar pembangunan daerah analog dengan pola dasar yang tercantum dalam
GBHN pada tingkat nasional, berisi garis-garis besar kebijaksanaan atau strategi dasar
pembangunan daerah, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
2. Repelita daerah
Repelita daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari pola dasar pembangunan
daerah yang dinyatakan berlaku dengan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah.
3. Rencana tahunan dan anggaran pendapatan pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Rencana tahunan merupakan pedoman penyusunan APBD sedangkan APBD
merupakan tindakan pelaksanaan Repelita daerah, karena itu harus terlihat jelas kaitan

2
atau hubungan antara anggaran dan repelita, seperti juga halnya hubungan antara
GBHN atau pola dasar dengan repelita atau repelita daerah.
Tahap - tahap perencanaan pembangunan daerah MPR menentukan GBHN, GBHN
harus dilaksanakan oleh presiden sebagai mandataris MPR. Untuk merealisasikan dan
melaksanakan tugas ini, presiden bertugas untuk menyusun rencana pembangunan
lima tahun (REPELITA) melalui BAPPENAS.
Untuk merumuskan Repelita dilakukan sebagai berikut :
a) Menghimpun semua rencana dri departemen dan lembaga lainnya untuk ditolak, dicek
dan kemudian disinkronkan.
b) Menghimpun haluan dasar pembangunan dari semua propinsi untuk diteliti, dicek dan
kemudian disinkronkan.
c) Mengumpulkan pendapat-pendapat, saran-saran dari kelompok sosial dan masyarakat,
termasuk perguruan tinggi mengenai rencana atau konsep rencana nasional.
Sebelum menyusun dan merumuskan Repelita, setiap unit operasi baik vertikal
maupun horizontal didalam setiap propinsi harus membuat rancangan sementara
rencana pembangunan, disamping program – program rutin bagi tingkat yang lebih
tinggi. Badan perencana dari organisasi tersebut menerima dan mempelajari usulan
tersebut. Kemudian rencana tersebut dirumuskan dan disinkronisasikan berbentuk
sebagai rencana departemen. Kebijaksanaan dasar propinsi disampaikan kepada
BAPPENAS melalui departemen dalam negeri. Setelah perumusan Repelita nasional
dilaksanakan yang didasarkan pada rencana-rencana departemen dan kebijaksanaan
dasar provinsi.
Peran Pemerintah dalam Pembangunan Daerah. Peranan pemerintah daerah
sangat penting dalam kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal. Peranan
yang diberikan selain dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana
fisik maupun subsidi langsung, yang juga tidak kalah pentingnya adalah pemerintah
daerah juga harus memberikan bimbingan teknis dan non teknis secara terus menerus
kepada masyarakat yang sifatnya mendorong dan memberdayakan masyarakat agar
mereka dapat merencanakan, membangun, dan mengelola sendiri prasarana dan
sarana untuk mendukung upaya percepatan pembangunan di daerah tertinggal serta
melaksanakan secara mandiri kegiatan pendukung lainnya. Daerah juga perlu
mendorong terjadinya koordinasi dan kerjasama antar wilayah yang melibatkan dua
atau lebih wilayah yang berbeda.

3
B. Pembangunan Daerah yang Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan berbasis pemberdayaan menurut Riant Nugroho (2001:379) adalah
”pembangunan dengan konsep inti bahwa pembangunan itu sebaiknya dilakukan sendiri
oleh rakyat. Caranya adalah memberi kekuatan pada rakyat bukan cara kasihan, namun
melihat kekuatannya itu dan dikembangkan kompetensinya untuk membangun dirinya
sendiri”.
Pembangunan berbasis pemberdayaan dalam pengertian lain disebut juga
pembangunan berakarkan kerakyatan, sedangkan inti dari pembangunan kerakyatan
adalah strategi pemberdayaan masyarakat, seperti yang dijelaskan oleh Kartasasmita
(1996:141) bahwa ”upaya yang di lakukan harus diarahkan pada akar persoalannya, yaitu
peningkatan kemampuan rakyat. Bagian dalam masyarakat yang harus ditingkatkan
kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamisasikan potensinya, dengan kata
lain memberdayakannya”. Diharapkan dengan adanya kebijakan pembangunan yang
berakar kerakyatan ini potensi yang dimiliki masyarakat akan berkembang dan
meningkat produktifitasnya. Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya dapat
mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai dalam pembangunan.
Peningkatan peran dan terangkatnya potensi masyarakat selain menumbuhkan dan
menghasilkan secara materiil saja, akan tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri,
dan harga dirinya. Seperti yang dikemukakan oleh Moeljarto dalam Tjahya Supriatna
(1997:114) ”Partisipasi menimbulkan harga diri atau kesempatan pribadi untuk dapat
turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat”.
Pengertian lain tentang pembangunan berbasis sumberdaya lokal adalah
pembangunan partisipatif, seperti yang disampaikan Sumodiningrat (1999:223) ”model
pembangunan partisipatif mengutamakan pembangunan yang dikelola langsung oleh
masyarakat lokal, khususnya di pedesaan, dalam wadah musyawarah pembangunan di
tingkat kecamatan (atau dalam suatu area cluster). Model pembangunan partisipatif
menekankan upaya pengembangan masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat”.
Pembangunan berbasis sumber daya lokal dan pemberdayaan dalam prakteknya
menempatkan titik pangkal pembangunan pada ”level bawah” bukan pada ”level atas”,
kemudian pada penerapannya bervariasi sesuai potensi dan karakteristik daerah masing-
masing, Pendekatan pemberdayaan yang berpusat pada manusia (people centered
development) ini kemudian melandasi wawasan pengelolaan sumberdaya lokal
(community-based resources management), yang merupakan mekanisme perencanaan
people centered development yang menekankan pada teknologi pembelajaran sosial

4
(social learning) dan strategi perumusan proyek. Adapun tujuan yang ingin dicapai
adalah untuk meningkatkan ke mampuan masyarakat dalam mengaktualisasikan dirinya
(empowerment) dalam kaitan ini, Moeljarto (1999) dalam Ary Wahyono (2001:9)
terdapat pokok-pokok pikiran yang menjadi ciri-ciri pembangunan berbasis
pemberdayaan adalah:
1. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dibuat di
tingkat lokal oleh warga masyarakat yang diakui perannya sebagai partisipan dalam
proses pengambilan keputusan
2. Fokus utama pengelolaan sumberdaya lokal adalah memperkuat kemampuan rakyat
miskin dalam mengarahkan dan mengatasi aset-aset yang ada dalam masyarakat
setempat.
3. Toleransi yang besar terhadap adanya variasi, dan karenanya mengakui makna pilihan
nilai inividual dan mengakui prose pengambilan keputusan yang desentralistis.
4. Didalam mencapai tujuan yang ditentukan, menggunakan teknik social learning,
dimana individu-individu berinteraksi satu sama lain menembus batas-batas
organisatori dengan mengacu pada kesadaran kritis masing-masing.
5. Budaya kelembagaannya ditandai oleh adanya organisasi yang otonom dan mandiri
yang saling berinteraksi memberikan umpan balik untuk mengoreksi pada setiap
jenjang organisasi.
6. Adanya jaringan koalisi dan komunikasi antara pelaku dan organisasai lokal yang
mencakup kelompok-kelompok penerima manfaat, Lembaga Swadaya Masyarakat,
dan pemerintah daerah.
Partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pembangunan berbasis pemberdayaan
sangat dibutuhkan karena merupakan syarat utama yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan pembangunan baik fisik maupun non fisik. Peran serta masyarakat
diwujudkan dalam bentuk partisipasi baik individu, kelompok maupun lewat organisasi
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan tertentu. Tetapi selama ini kebanyakan orang masih
beranggapan bahwa partisipasi hanya ditujukan dengan tindakan fisik saja, padahal
sebenarnya partisipasi juga mencakup sikap mental dan sikap emosional.

Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat


Prinsip pemberdayaan ditekankan akan adanya pola kesinambungan antara program
yang dijalankan dengan hasil yang didapat. Nantinya akan terlihat perubahan dalam
wujud indikator-indikator yang bisa dinilai dan dievaluasi untuk pengembangan

5
pemberdayaan selanjutnya. Pola pemetaan dalam kebutuhan masyarakat diperlukan
sebagai acuan untuk tindak apa yang bisa dilakukan dalam proses pemberdayaan ini.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan
objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya
pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan
masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut:
a) Proses Pemberdayaan Masyarakat yang Terarah
Ini berhubungan dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang harus
dilakukan dengan program yang simultan dan jelas antara input, pemberdayaan, dan
output. Masyarakat menjadi bagian dari pemberdayaan dengan pelibatan langsung
untuk ikut serta memikirkan bagaimana kelanjutan dan hasil yang diharapkan.
Masyarakat bukan sebagai objek semata, mereka adalah bagian terintegrasi yang
harus mendapatkan dampak langsung dari program pemberdayaan. Ini menuntut
adanya pola terarah dengan program-program dan rumusan pelaksanaan di lapangan
yang mengarah pada aspek kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Adanya pelibatan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan,
yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan
serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan keberdayaan
(empowering) masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan,
mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.
Dengan demikian, ada proses pembelajaran manajemen dari masyarakat sendiri.
Nantinya akan didapatkan simpul-simpul jaringan pemberdayaan yang timbul dari
faktor internal.
b) Adanya Konsep Pendekatan Kelompok dalam Pemberdayaan
Masyakat adalah bagian dari struktur paguyuban yang notabene tidak bisa
dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini, kerja sama di antara
mereka amat diperlukan demi membangun konsolidasi baik di dalam masyarakat itu
sendiri maupun para pemangku kepentingan (stakeholder). Konsep pendekatan
kelompok sangat diperlukan agar masyarakat dapat saling berbagai dalam upaya
memahami dan menjalani. Selain itu, itu kemitraan usaha antara kelompok tersebut
dengan kelompok yang lebih maju harus terus-menerus dibina dan dipelihara secara
saling menguntungkan dan memajukan.
Dalam upaya ini diperlukan perencanaan berjangka, serta pengerahan sumber
daya yang tersedia dan pengembangan potensi yang ada secara nasional, yang

6
mencakup seluruh masyarakat. Selanjutnya, perlu dilibatkan semua lapisan
masyarakat, baik pemerintah maupun dunia usaha dan lembaga sosial dan
kemasyarakatan, serta tokoh-tokoh dan individu-individu yang mempunyai
kemampuan untuk membantu.
Perubahan yang diharapkan juga tidak selalu harus terjadi secara cepat dan
bersamaan dalam langkah yang sama. Kemajuan dapat dicapai secara bertahap,
langkah demi langkah, mungkin kemajuan-kemajuan kecil, juga tidak selalu merata.
Pada satu sektor dengan sektor lainnya dapat berbeda percepatannya, demikian pula
antara satu wilayah dengan wilayah lain, atau suatu kondisi dengan kondisi lainnya.
Dalam pendekatan ini, maka desentralisasi dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan teramat penting. Tingkat pengambilan keputusan haruslah didekatkan
sedekat mungkin kepada masyarakat.

Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Upaya pemberdayaan masyarakat merupakan jalan yang panjang dan penuh tantangan
baik internal maupun eksternal. Hanya dengan komitmen yang kuat dan keberpihakan
terhadap rakyat yang tulus serta upaya yang sungguh-sungguh pemberdayaan masyarakat
dapat dikembangkan.
Pemberdayaan masyarakat membutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah,
legislatif, para pelaku ekonomi, rakyat, lembaga-lembaga pendidikan serta organisasi-
organisasi non pemerintah. Cara kerja yang langsung berhubungan dengan masyarakat
dilapis bawah memberikan peluang yang luas untuk menggerakkan dan melancarkan
proses belajar masyarakat dalam membangun kehidupannya melalui kerja-kerja konkrit
dan melalui uji coba-uji coba dalam skala mikro, kecil dan menengah. Dalam kaitan ini
fasilitator pemberdayaan masayarakat memiliki peran penting dan strategis. Fasilitator
bukanlah pekerja ansih yang bekerja dengan model “tukang” tetapi mereka adalah aktivis
yang bekerja penuh komitmen dan kreativitas serta memiliki semangat tinggi membantu
masyarakat belajar membebasakan dirinya dari segala bentuk dominasi yang memiskinan
dan dan membodohkan.
Tugas utama fasilitator pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan
pembelajaran bagi masyarakat lokal untuk membangun tingkat kemandirian dalam
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Bersamaan dengan itu, membangun
kesadaran kritis masyarakat terhadap berbagai format ekonomi-politik yang berlangsung
secara mapan dibarengi dengan memperkuat kemampuan masyarakat untuk

7
berdialog sehingga mempunyai kapasitas transaksional dan diharapkan bisa mengambil
posisi tawar yang kuat dengan kekuatan lain. Upaya-upaya itu harus disertai dengan
menggalang kemampuan untuk membetuk aliansi strategis dengan kekuatan-kekuatan lain
agar mampu mempengaruhi perubahan-perubahan kebijakan yang lebih menguntungkan
bagi kehidupan mereka.
Berdasar uraian tersebut, maka upaya pemberdayaan masyarakat haruslah melibatkan
beberapa dan strategi sebagai berikut:
a) Memulai dengan tindakan mikro
Proses pembelajaran rakyat harus dimulai dengan tindakan mikro, namun
memiliki konteks makro dan global. Dialog mikro – makro harus terus menerus
menjadi bagian pembelajaran masyarakat agar berbagai pengalaman mikro dapat
menjadi policy input dan policy reform sebagai unsur utama pemberdayaan sehingga
memiliki dampak yang lebih luas.
b) Membangun kembali kelembagaan rakyat
Peran serta masyarakat menjadi keniscayaan bagi semua upaya pemberdayaan
masyarakat. Peran serta masyarakat secara teknis membutuhkan munculnya
kelembagaan sosial, ekonomi dan budaya yang benar-benar diciptakan oleh
masyarakat sendiri.
c) Pengembangan kesadaran rakyat
Karena peristiwa ekonomi juga merupakan peristiwa politik atau lebih dikenal
politik ekonomi, maka tindakan yang hanya ber-orientasi memberikan bantuan teknis
jelas tidak memadai. Yang diperlukan adalah tindakan politik yang berasis pada
kesadaran rakyat untuk membebaskan diri dari belenggu kekuatan-kekuatan ekonomi
dan politik yang menghambat proses demokratisasi ekonomi. Pendidikan alternatif
dan kritis merupakan pendekatan yang sangat penting sebagai upaya membangun
kesadaran rakyat.
d) Redistribusi sumberdaya ekonomi merupakan syarat pokok pemberdayaan rakyat.
Redistribusi aset bukanlah sejenis hibah. Tapi merupakan ikutsertaan dalam
pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya ekonomi nasional serta
pendayagunaannya dengan segala resiko dan keuntungan yang akan dihadapi.
e) Menerapkan model pembangunan berkelanjutan.
Sudah tidak jamannya lagi mempertentangkan pendekatan ekonomi dan
lingkungan. Memperpanjang perdebatan masalah ini akan memperpanjang deretan
kerusakan sumberdaya lingkungan yang mengancam terhadap proses pembangunan

8
itu sendiri. Yang harus diwujudkan adalah setiap peristiwa pembangunan harus
mampu secara terus menerus mengkonservasi daya dukung lingkungan. Dengan
demikian daya dukung lingkungan akan dapat dipertahankan untuk mendukung
pembangunan.
f) Kontrol kebijakan dan advokasi.
Upaya menciptakan sistem ekonomi modern dan meninggalkan sistem
ekonomi primitif (primitive capitalisme) haruslah didukung oleh berbagai kebijakan
politik yang memadai oleh pemerintah. Agar kebijakan pemerintah benar-benar
mendukung terhadap upaya pemberdayaan rakyat maka kekuasaan pemerintahan
harus dikontrol. Setiap kebijakan yang bertentangan dengan upaya pemberdayaan
rakyat haruslah diadvokasi. Untuk ini sangatlah penting munculnya kelompok
penekan yang melakukan peran kontrol terhadap kebijakan.
g) Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah).
Ini merupakan upaya untuk menggeret gerbong ekonomi agar ekonomi rakyat
kembali bergerak. Yang dimaksud produk strategis (unggulan) di sini tidak hanya
produksi yang ada di masyarakat laku di pasaran, tetapi juga unggul dalam hal bahan
baku dan teknis produksinya, serta memiliki keterkaitan sektoral yang tinggi.
h) Mengganti pendekatan kewilayahan administratif dengan pendekatan kawasan.
Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin didasarkan atas kewilayahan
administratif. Pendekatan kewilayahan administratif adalah pendekatan
birokrasi/kekuasaan. Pendekatan kawasan berarti lebih menekankan pada kesamaan
dan perbedaan potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan tertentu. Dengan pendekatan
ini akan memungkinkan terjadinya pemberdayaan masayarakat dalam skala besar
disamping keragaman model yang didasarkan atas keunggulan antara kawasan satu
dengan lainnya. Lebih lanjut akan memungkinkan terjadinya kerjasama antar kawasan
yang lebih produktif.
i) Mengembangkan penguasaan pengetahuan taknis.
Perlu dipahami bersama bahwa desakan modernisasi telah menggusur ilmu
pengetahuan dan teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan rakyat pada imput
luar serta hilangnya kepercayaan diri yang sangat serius. Pendidikan alternatif yang
mampu mengembalikan kepercayaan diri rakyat serta dapat menggerakkan proses
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan mereka sangat penting untuk dikembangkan.

9
j) Membangun jaringan ekonomi strategis
Jaringan ekonomi strategis akan berfungsi untuk mengembangkan kerjasama
dalam mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki kelompok ekonomi satu
dengan lainnya baik dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi dan permodalan.
Disamping itu jaringan strategis juga akan berfungsi sebagai media pembelajaran
rakyat dalam berbagai aspek dan advokasi.

C. Pemberdayaan Masyarakat ditinjau dari Aspek Ekonomi, Sosial dan Politik


Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat kita dalam yang dalam kondisi sekarang masih belum mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan dengan kata lain
pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat, hingga
muncul perubahan yang lebih efektif dan efisien.
Meskipun pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata sebuah konsep ekonomi,
dari sudut pandang kita pemberdayaan secara implisit mengandung arti menegakkan
demokrasi ekonomi dimana kegiatan ekonomi berlangsung dari rakyat oleh rakyat dan
untuk rakyat. Konsep ini menyangkut penguasan teknologi, pemilikan modal, dan akses
ke pasar dan kedalam sumber-sumber informasi, serta keterampilan manajemen. Agar
demokrasi ekonomi dapat berjalan, maka aspirasi masyarakat tertampung harus
diterjemahkan menjadi rumusan-rumusan yang nyata. Untuk merumuska kenyataan
tersebut negara mempunyai birokrasi. Birokrasi ini harus dapat berjalan efektif, artinya
mampu melaksanakan dan menjabarkanrumusan-rumusan kebijakan publik (Public
Policies) dengan baik untuk mencapai tujuan yang di kehendaki.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap pendekatan dan strategi pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan kuat
dengan dimana masyarakat menjadi subjek penggerak. Pencapaian suatu program
pemberdayaan merupakan hasil interaksi elemen-elemen pemberdayaan sebagai strategi
pemberdayaan yang diterapkan. Upaya dan strategi pemberdayaan merupakan suatu
pendulum antara paradigma evolusi dan paradigma revolusi, namun tidak berarti bahwa
setiap paradigma akan muncul secara mutlak. Kedua paradigma tersebut merupakan suatu
gradasi dengan proporsi yang sesuai dengan kebutuhan pemberdayaan.
Implikasi kebijakan pembahasan fungsi dan peran masyarakat dalam
penyusunan kebijakan pemberdayaan masyarakat adalah bahwa kebijakan pemberdayaan
masyarakat hendaknya mencakup seluruh elemen yang terdapat dalam setiap
kelompok masyarakat. Konsekuensinya penerapan kebijakan pemberdayaan memerlukan
strategi pendekatan yang mampu memfasilitasi aspirasi sosial budaya dan aspirasi teknis
masyarakat setempat. Penerapan pendekatan dan strategi pemberdayaan masyarakt
hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://myblogkaum.blogspot.co.id/2009/02/pembangunan-berbasis-pemberdayaan.html

http://caecarioz.blogspot.co.id/2012/06/otonomi-daerah-pembangunan-daerah.html

12

Anda mungkin juga menyukai