Anda di halaman 1dari 9

PEMEROLEHAN BAHASA NONO ANAK USIA 2 TAHUN DITINJAU DARI SEGI

FONOLOGI

Rifqi Setia Putra

Universitas Negeri Jakarta

E-mail: rifqi.sp25@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi perkembangan pemerolehan bahasa
ditinjau dari aspek fonologi (vokal dan konsonan) pada anak usia dua tahun khususnya
menyangkut pemerolehan bahasa pada aspek fonologi Nono di dalam kehidupan
keluarganya. Penelitian ini dilakukan pada satu keluarga yang mempunyai latar belakang
kehidupan ekonomi yang memadai. Metode Penelitian menggunakan metode deskriptif
kualitatif, dengan teknik menyimak video Nono di media sosial Youtube. Dan instagram
Hasil penelitian menunjukkan pemerolehan bahasa Nono umur dua tahun sudah baik, ia
sudah bisa menguasai fonem-fonem bunyi vokal dan konsonan, peroses subtitusi peluncuran
sering terjadi pada Nono.

Kata Kunci: pemerolehan bahasa, fonologi, bunyi vokal, bunyi konsonan

PENDAHULUAN
Bahasa sebagai alat komunikasi sangat berpengaruh vital dalam perkembangan sebuah
peradaban, diperadaban yang sudah maju bahasa juga berfungsi untuk mengekspresikan diri,
mengeksplorasi, mempersuasi, dan entertainmen. Sebagai alat interaksi sosial, bahasa ini
bersifat universal bagi manusia. Artinya,disetiap bahasa yang ada di dunia ini pasti
mempunnyai sebuah ciri yang sama dengan bahasa lainnya. Kesamaan ciri ciri yang ada
disetiap bahasa yang membuat bahasa itu disebut universal.

Manusia dan bahasa adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipishkan, karena manusia adalah
mahluk sosial yang saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Manusia dalam
hidupnya tentu terus melakukan pembelajaran dalam bidang apapun baik dalam sains,
ataupun bahasa. Semakin banyak manusia mempelajari ilmu maka semakin banyak
pembendaharaan kata yang dia punya. Begitu juga dengan anak anak seiring bertumbuh
otaknya maka semakin banyak juga pemerolehan bahasa yang dia dapat semakin banyak
pembendaharaan kata yang dia punya. Pemerolehan bahasa pada anak umur 2-5 tahun adalah
thap yang krusial bagi kemampuan berbahasa seorang anak tersbut.

Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak
seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya
(Chaer, 2002:67). Jadi, pemerolehan bahasa pada anak terjadi saat anak mendengar bunyi-
bunyi yang berasal dari lingkungan tempat ia tinggal. Alur pemerolehan bahasa menurut teori
kesemestaan kognitif Jean Piaget (1952) pada usia 2-7 tahun, anak mulai merepresentasikan
kecerdasan. Pada tahap ini, anak mampu untuk membentuk representasi dari suatu benda.

Pada pemerolehan bahasa pertama anak terdapat dua proses yang dilalui, yaitu proses
kompetensi dan proses performasi. Kompetensi adalah proses penguasaan bahasa yang
berlangsung secara tidak disadari. Anak secara tidak sadar melakukan dan melatih
kemampuan mengamati kalimat-kalimat yang anak dengar, sedangkan proses penerbitan
melibatkan kemampuan mengeluarkan kalimat sendiri (Chaer, 2002:167). Jadi terdapat dua
kemampuan linguistik, yaitu kemampuan memahami dan bisa membuat kalimat sendiri yang
dalam linguistik transformatif generatif disebut perlakuan, atau pelaksanaan bahasa, atau
performasi. Pemerolehan bahasa ini lazim dibagi menjadi pemerolehan semantik,
pemerolehan sintaksis, dan pemerolehan fonologi.

Dalam ilmu linguistik fonologi sebagai salah satu aspek yang terdapat didalamnya yang
mempelajari mengenai fonem serta bunyi-bunyi yang diucapkan anak sejak umur satu tahun
yang akan dilihat sebagai bagian dari pemerolehan bahasa. Menurut Ingram dalam
pemerolehan fonologi setiap individu mempunyai variasi, yaitu: 1) variasi performance yang
timbul berdasarkan keturunan, 2) variasi lingkungan yang disebabkan oleh perbedaan dalam
input pada anak yang berbeda, 3) variasi linguistik yang timbul dari sejumlah pilihan yang
berbeda pada peranti pemerolehan bahasa yang menyediakan pemerolehan terutama jenis
struktur (Ingram, 1987:420).

Menurut Dardjowidjoyo (2000: 29) urutan pemerolehan bunyi konsonan umur 2 tahun
sebagai berikut;

Pemerolehan bunyi berdasarkan urutannya. Dalam bunyi vokal anak mudah memperoleh
lebih awal dibanding dengan vokal-vokal lainnya, demikian pula halnya dengan konsonan
yaitu konsonan hambat lebih dahulu diperoleh dibandingkan dengan konsonan frikatif lalu
frikatif diperoleh lebih awal dibanding dengan afrikat. Implikasi lain menurut urutan tersebut
bahwadalam pemerolehan fonologi anak, anak tersebut belum mampu menguasai afrikat atau
frikatif sebelum anak tersebut menguasai konsonan hambat.

Pemerolehan bahasa pada anak umur dua tahun biasanya sudah mencapai pengucapan dua
kata. Anak sudah mulai bias mengucapkan dua kata yang saling berhubungan yang tujukan
ke lawan tuturnya. Seperti dia merasa lapar dan mengucapkan “mama makan” tuturan anak
tersebut menggambarkan bahwa si anak lapar dan meminta makanan kepada mamanya.
Ucapan dua kata tersebut terkadang banyak menghilangkan bagian gramatikal dalam
pembicaraannya. Setelah dilakukan penelitian mengenai pemerolehan bahasa pada anak usia
2 tahun dalam artikel ini, peneliti mencoba untuk menjabarkan hasil pemerolehan bahasa
anak pada usia 2 tahun dengan aspek fonologi.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik yang
digunakan dengan menyimak video tersebut. Dalam video ini anak yang diminta ibunya
untuk mengkuti perkataan ibunya untuk menambah pembedahaan kata si anak melalui media
sosial Youtube, video tersebut di unduh dan ditranskrip ke dalam data. Data tersebut dari satu
video di Youtube chanel Lucu lucu family yang berjudul “kumpulan video kocak baby nono”
yang di unggah pad tanggal 11 Oktober 2018 dan di Instagram @levino_yulian. Dari kegiatan
itulah semua data dideskripsikan sesuai dengan data yang didapatkan. Data penelitian berupa
bunyi-bunyi ujaran Nono saat sedang belajar mengucapkan kata. Ada dua bagian dalam
menganalisis data,pertama, data dianalisis untuk mengetahui unsurunsur fonologi (vokal dan
konsonan) yang muncul pada pemerolehan fonologi anak umur 2 tahun. Kedua, setelah
menganalisis kemudia di diskripsikan berdasarkan data yang disajikan sehingga mengetahui
pemerolehan fonologi anak yang diteliti. Objek pada penelitian ini ialah seorang anak berusia
2 tahun yang bernama Levino Yuliantara saat video tersebut dipublikasikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh peneliti adalah sata berupa ujaran anak usia 2 tahun, dengan identitas
sebagai berikut;

Nama : Levino Yuliantara

TTL : Batam 5 Oktober 2015


Umur : 3 tahun

Alamat : Batam, Indonesia

Vokal [a] [i] [u] [o] [ɛ] [ә]


putri unga motol(Mot Delman=de meati(Mela
Kakaura(Sakura
mayu (Bunga) or) yman ti)
)
(Putri tuyip Lombok= Sepeda= embang
aender
malu) (Tulip) ombok teida kol
(Lavender)
Pari= Kangkun pesawat (Kembang
mawal(Mawar)
payi g=kungk ibang(Pesa kol)
matayi(Matahar)
ung wat
kameiya(Kameli
Ubu terbang)
a)
jalar=
Kapal= apal
ubi alal
Bajaj= baday
Menuju=
Papua= papula
mendudu
Sawi hijau= awi
ijau
Pacar= pacal
Konso [b] Bajaj= baday
nan [c] Pacar= pacal
[d] Delman=deyman
[g] Kangkung=kungkung
[j] Sawi hijau= awi ijau
[k] Kangkung=kungkung
[l] embang kol (Kembang kol)
[m] mawal(Mawar)
[n] Delman=deyman
[p] Papua= papula
[r] aender (Lavender)
[s] pesawat ibang(Pesawat terbang)
[t] tuyip (Tulip)
[w] Sawi hijau= awi ijau
[y] matayi(Matahar) Bajaj= baday

Pada tabel di atas dalam usia dua tahun Nono hampir menguasai semua fonem vokal
meskipun masih ada yang belum sempurna. Selain bunyi vokal yang dikuasainya, Bebel juga
bisa menghasilkan bunyi konsonan seperti tabel di bawah ini;

Tabel Konsonan Bebel

Titik Cara Artikulasi Bilabial Alveolar Alveolar Velar Glotal


Palatal
Hambat P T (k)
B D (g)
Friaktif (s)
Nasal M N O
Getar R
Lateral L
Semivokal w Y
Dari tabel di atas bunyi konsonan belum terlihat semua, terkadang terdapat kata-kata yang
bunyi konsonan di awal kata tidak terucap, selain itu ada juga bunyi konsonan yang diganti
dengan konsonan lain. Konsonan hambat bilabial /p/ sudah muncul pada kata [tuyip] {tulip
} ketika ibunya memberikan makanan tersebut dan Nono meniru ucapan ibunya.

Selain itu terdapat konsonan hambat bilabial /b/ sudah muncul pada kata [baday] {bajaj} saat
Nono meniru kata-kata dari ibunya. Bunyi hambat alveolar yaitu [t] sudah muncul di depan
kata [tuyip] {tulip} Dari adanya bunyi [tuyip] menandakan Nono melakukan kembali proses
subsitusi peluncuran, yaitu bunyi likuida [l] ditukar dengan bunci luncuran [y].
Pada bunyi konsonan hambat alveolar [d] sudah muncul pada kata [deyman] {delman},
kegiatan ini saat Nono mengikuti perkataan ibunnya. Bunyi yang dikeluarkan Nono kembali
terjadi proses subsitusi peluncuran. Bunyi hambat velar /g/, /k/, terdengar pada kata
[kungkung] {kangkung} saat Nono mengikuti perkataan ibunya. Selain itu pada kata
[kungkung] {kangkung} terdapat bunyi nasal velar /ŋ/,

Bunyi nasal bilabial [m] sudah muncul seperti [mawal]{mawar}. Bunyi nasal alveolar [n]
sudah muncul jika berada di akhir kata seperti pada kata [deyman]ketika mengikuti perkataan
ibunya.

Konsonan frikatif [s] sudah muncul walaupun baru pada awal kata seperti [pesawat]. Nono
berbicara di depan kamera untuk mengikuti perkataan ibunya. Bunyi getar [r] sudah terdengar
saat Nono membunyikan kata [aender]{lavender]. Bunyi lateral [l] terdengar saat Nono
membunyikan kata [kembang kol] . Bunyi semivokal alveopalatal [y] banyak terdengar
[baday][bajaj], [tuyip][tulip], [deyman][delman]. Bunyi [y] banyak terdengar akibat Nono
sulit membunyikan bunyi [l] yang berada di tengah kata. Bunyi semivokal bilabial [w] sudah
terdengar walaupun jika berada pada tengah kata seperti pada [sawi].

Menurut Jacobson (2000;21) yang mengatakan bahwa dengan adanya persamaan dalam
suatu bunyi-bunyi bahasa tertentu itu sesuai dengan bagian-bagian pemerolehan bahasanya.
Anak memperoleh bunyi-bunyi itu melalui suatu cara yang konsisten dan pemerolehan
bunyi pun berjalan serasi dengan kodrat bunyi itu sendiri. Bunyi-bunyi konsonan tersebut
sudah mulai muncul pada anak umur 2, Bunyi nasal bilabial [m] muncul pada semua posisi
baik di awal, tengah, maupun di akhir kata. Begitu pula bunyi nasal alveolar [n] sudah
kedengaran walaupun berada di tengah dan di ]akhir kata, Bunyi nasal velar [ sudah mulai
kedengaran pada beberapa kata apabila berada di tengah dan akhir kata. Semivokal
alveopalatal [y] dan bunyi semivokal bilabial [w] sudah mulai kedengaran apabila berada di
tengah kata dan jumlahnya masih sedikit. Hal ini dapat terjadi karena pemerolehan leksikon
yang mengandung kedua bunyi konsonan tersebut masih sangat terbatas untuk anak yang
baru berusia dua tahun dua bulan karena pemerolehan fonologi sangat berkaitan dengan
pemerolehan leksikon.

KESIMPULAN

Setelah menganalisis pemerolehan bahasa Nono dari segi fonologi, dapat disimpulkan bahwa
pemerolehan bahasa Nono berkaitan dengan pemerolehan leksikon dan adanya proses
penyerderhanaan umum yang melibatkan semua kelas bunyi. Dari hasil data yang diperoleh
pemerolehan bahasa Nono berasal dari peniruan bunyi dari ibunya.

Pemerolehan bahasa pertama Nono bahasa Indonesia sudah baik, Nono sudah bisa
menghasilkan kata-kata yang sempurna dan ada juga yang tidak sempurna.
Ketidaksempurnaan bunyi dari Nono biasanya terjadi proses subsitusi,penukaran satu
segmen oleh segmen lain yaitu adanya proses peluncuran. Bebel sering sekali bunyi likuida
[l] ditukar dengan bunyi luncuran [y], dan lebih sering saat bunyi tersebut di tengah kata.

Pemerolehan bahasa anak 2 tahun yang lahir dan tumbuh secara normal serta dalam keadaan
sempurna. Pengaruh keluraga juga sangat penting untuk melatih kebahasaan anak dan
pembendahraan kata si anak kondisi ini membuat anak lebih pintar saat menirukan bunyi dari
lingkungannya, serta pemerolehan fonologi yang sudah baik penempatan huruf konsonan dan
vokalnya.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta

Ingram, David. 1989. First Language Acquisition Method, Description, and explanation..
Cambridge University Press

Dardjowidjoyo, Soenjono. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai