Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Invaginasi ialah suatu keadaan, sebagian usus masuk ke dalam usus berikutnya. Biasanya
bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. Bagian usus yang masuk disebut
intussusceptum dan bagian yang menerima intussuscepturn dinamakan intussuscipiens . Oleh
karena itu, invaginasi disebut juga intussusception. Pemberian nama invaginasi\ bergantung
hubungan antara intussusceptum dan intussuscipiens, misalnya ileo-ileal menunjukkan
invaginasi hanya melibatkan ileum saja. Ileo-colica berarti ileum sebagai intussusceptum dan
colon sebagai intussuscipiens. Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileo colica, colo-colica
dan appendical- colica. Ileo-colica yang paling banyak ditemukan (75%), ileoileo colica 15%,
lain-lain 10%, paling jarang tipe appendicalcolica1. Invaginasi sering dijumpai pada umur 3
bulan - 2 tahun, paling banyak 5 - 9 bulan, Prevalensi penyakit diperkirakan 1-2 penderita di
antara 1000 kelahiran hidup. Anak lelaki lebih banyak daripada perempuan, 3 : 1 Pada umur 5-9
bulan sebagian besar belum diketahui penyebabnya. Penderita biasanya bayi sehat, menetek, gizi
baik dan dalam pertumbuhan optimal. Ada yang menghubungkan terjadinya invaginasi karena
gangguan peristaltik, 10% didahului oleh pemberian makanan padat dan diare. Diare dan
invaginasi dihubungkan dengan infeksi virus, karena pada pemeriksaan tinja dan kelenjar limfa
mesenterium, terdapat adenovirus bersama-sama invaginasi. Invaginasi pada umur 2 tahun ke
atas, biasanya bersama-sama divertikel Meckel, polip, hemangioma dan limfosarkoma. Infeksi
parasit sering juga menyertai invaginasi anak besar1.
Gejala klasik yang paling umum (85%) dari invaginasi adalah nyeri perut yang sifatnya
muncul secara tiba‐tiba, kolik, intermiten, berlangsung hanya selama beberapa menit,. Pada 15%
bayi dan anak tidak menunjukkan gejala nyeri yang jelas. Tidak ditemukannya nyeri perut tetapi
disertai dengan muntah, kembung, dan perdarahan perektal akan menyebabkan tertundanya
diagnosis (51 jam) hampir dua kali lipat dari waktu rata‐rata dalam penegakkan diagnosis
invaginasi. Ravitch menyatakan bahwa didapatkannya nyeri perut lebih umum pada anak yang
berusia di atas 2 tahun. Tetapi tidak didapatkannya nyeri perut tidak akan mengesampingkan
invaginasi. Gejala awal lain yang sering dikeluhkan yaitu muntah. Kerusakan usus berupa
nekrosis hingga perforasi usus dapat terjadi antara hari ke 2 – 5 dengan puncaknya pada hari ke 3
setelah gejala klinis terjadi.Hal tersebut akan memperberat gejala obstruksi yang dtimbulkan oleh
invaginasi dan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas1,2.
Pada sejumlah penelitian menunjukkan angka reduktibilitas yang sangat tinggi untuk
invaginasi inisial dan rekuren, masing‐masing mencapai angka 90% dan 95% tanpa adanya
perforasi. Tingginya angka ini karena beberapa faktor seperti: waktu antara munculnya tanda dan
gejala rekurensi dan saat tiba di umah sakit tergolong singkat rata‐rata 8 jam. Hal ini
dimungkinkan karena tingginya tingkat kepedulian orang tua pasien. Semakin dini diagnosis
ditegakkan semakin besar kemungkinan berhasilnya reduksi3.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Intussusception adalah masuknya salah satu bagian ke bagian yang lain atau invaginatio dari
salah satu bagian usus kedalam lumen dan bergabung dengan bagian tersebut. Biasanya bagian
proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. Bagian usus yang masuk (menginvaginasi)
disebut intussusceptum dan bagian yang menerima intussusceptum (diinvaginasi) disebut
intussuscipiens. Sinonim dari intussusception adalah telescoping usus dan invaginasi usus.
Intussusception diklasifikasikan berdasarkan lokasi dari traktus alimentary yaitu: ileoocolic,
cecocolic, enteroenteric, duodenogastric, dan gastroesophageal4.

2.2 Etiologi

Intussusception merupakan salah satu penyebab spesifik dari obstruksi usus. Obstruksi usus
disebabkan oleh adanya objek dalam lumen, intramural thickening atau stenosis dan tekanan
extramural. Penyebab yang spesifik yang lain antara lain : benda asing, volvulus. torsio usus,
terkurungnya usus besar karena hernia (termasuk semua tipe hernia abdominal, hernia
diafragmatika), adhesi (post trauma atau post operasi), abses, granuloma atau hematoma,
malformasi congenital (stenosis atau atresia) dan neoplasia usus. Obstruksi bisa terjadi proksimal
atau distal. Obstruksi proximal dan komplit, biasanya akut dan menunjukkan gejala klinis yang
berat seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan shock. Dapat juga memicu muntah yang
tetap, kurangnya sekresi lambung (asam hidroklorat) serta alkalosis metabolis sedangkan
obstruksi distal disebabkan oleh beberapa tingkatan asidosis metabolis. Obstruksi distal dan tidak
komplit biasanya dengan gejala klinis yang kurang jelas5,
2.3 Jenis Invaginasi

Jenis invaginasi dapat dibagi menurut lokasinya pada bagian usus mana yang terlibat,
pada ileum dikenal sebagai jenis ileo ileal.

Pada kolon dikenal dengan jenis colo colica dan sekitar ileo caecal disebut ileocaecal,
jenis – jenis yang disebutkan di atas dikenal dengan invaginasi tunggal dimana dindingnya
terdiri dari tiga lapisan. Jika dijumpai dindingnya terdiri dari lima lapisan, hal ini sering pada
keadaan yang lebih lanjut disebut jenis invaginasi ganda, sebagai contoh adalah jenis – jenis
ileo – ileo colica atau colo colica5.

2.4 Patofisiologi

Intussusception traktus gastrointestinal dapat terjadi dimana saja, walaupun intussusception


ileocolic dan jejunojejunal adalah yang paling umum terjadi. Intussusception sering berhubungan
dengan enteritis (yang disebabkan oleh parasitisme, infeksi virus atau bakteri, perubahan diet,
benda asing dan massa) atau penyakit sistemik walaupun penyebab intussusception pada
umumnya tidak diketahui. Intussusception juga dilaporkan setelah adanya perubahan lingkungan
dan operasi. Intussusception karena operasi berhubungan dengan ileus, adhesi atau malfungsi
anastomose. Iritasi intestinal menghasilkan hipermotilitas yang kemungkinan disebabkan salah
satu lop intestinal yang berinvaginasi ke yang lain. Arah dari intussusception dapat dari
proksimal menuju distal atau disebut “vice versa”. Intussusception lebih umum pada bagian usus
proksimal dan intussusception pada bagian distal (seperti yang terjadi pada intussusception pada
arah peristaltik normal). Intussusception dapat terjadi pada lebih dari salah satu bagian atau
kadang-kadang dobel (dua invaginasi pada tempat yang sama). Peristaltik balik mungkin
meningkatkan panjang usus yang dipengaruhi oleh intussusception. Jumlah mesenterika yang
tersedia membatasi pergerakan intestinal dan tingkatan vaskularisasi3.
Pada awalnya Invaginasi menyebabkan obstruksi intestinal parsial yang mungkin
berkembang menjadi obstruksi komplit. Pembuluh darah menempel pada kolaps intussusception
karena tekanan intra lumen yang meningkat dan pembuluh darah tersebut mungkin avulse.
Dindingnya menjadi edematous, iskemia dan turgid. Ekstravasasi darah kedalam lumen dan
fissura serosa. Adanya fibrin menandakan lapisan-lapisan intestinal menyatu dan kemungkinan
terjadi peritonitis terlokalisasi sebagaimana terjadinya nekrosis pada dinding. Kadangkala
devitalisasi usus terjadi karena adanya kontaminasi dari ruang abdomen. Intussusception
mungkin terjadi sebagai kejadian agonal (seperti temuan-temuan incidential dan bukan penyebab
kematian). Intussusception agonal dapat dikembalikan dengan mudah dan berhubungan dengan
inflamasi minimal, dinding usus tidak edematous dan tidak terbentuk lapisan-lapisan fibrin dari
usus yang menyatu5.
Kontraksi yang kuat pada bagian bawah menyebabkan invaginasi dari bagian tersebut ke
bagian yang berdekatan yang kontraksinya lemah. Regio dari traktus gastrointestinal yang
menderita akan mengalami perubahan diameter anatomi (contoh :ileocolic atau gastroesophageal
junction) yang akan mengalami resiko tinggi. Intussusseptio baik pada obstruksi partial atau
komplit dari traktus gastrointestinal dapat mengakibatkan hypovolemia dan dehidrasi. Vascular
merupakan yang terutama, khususnya pada intussusceptum. Hubungannya dapat berubah dari
obstruksi lympatic dan vena menjadi obstruksi arteri yang mengakibatkan nekrosa yang banyak.
Terjadinya kerusakan pada pelindung mukosa mengakibatkan absorpsi bakteri atau endotoxin
dan akhirnya terjadilah shock2,5.
2.5 Gejala Klinis

Secara klasik perjalanan suatu invaginasi memperlihatkan gambaran sebagai berikut:


Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba – tiba
menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti kejang
dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam beberapa menit.
Diluar serangan, anak / bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi
proses invaginasi. Serangan nyeri perut datangnya berulang – ulang dengan jarak waktu 15 –
20 menit, lama serangan 2 – 3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti
dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung, sesudah beberapa kali
serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar serangan si penderita terlihat
lelah dan lesu dan tertidur sampai datang serangan kembali. Proses invaginasi pada mulanya
belum terjadi gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses
biasa, kemudian feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi hanya berupa
darah segar bercampur lendir tanpa feses. Karena sumbatan belum total, perut belum
kembung dan tidak tegang, dengan demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat
invaginasi sebagai suatu massa tumor berbentuk bujur di dalam perut di bagian kanan atas,
kanan bawah, atas tengah atau kiri bawah5,6.

Tumor lebih mudah teraba pada waktu terdapat peristaltik, sedangkan pada perut bagian
kanan bawah teraba kosong yang disebut “dance’s sign” ini akibat caecum dan kolon naik ke
atas, ikut proses invaginasi5.

Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan gangguan venous
return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta laserasi mukosa usus, ini
memperlihatkan gejala berak darah dan lendir, tanda ini baru dijumpai sesudah 6 – 8 jam
serangan sakit yang pertama kali, kadang – kadang sesudah 12 jam. Berak darah lendir ini
bervariasi jumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat melakukan
colok dubur5.

Sesudah 18 – 24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya tersumbat partial
berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang semakin bertambah, sehingga
pasien dijumpai dengan tanda – tanda obstruksi, seperti perut kembung dengan gambaran
peristaltik usus yang jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi5,6.

Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan defekasi hanya
berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan dijumpai muntah feses,
dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya aliran pembuluh darah arteri, pada
segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis usus, ganggren, perforasi, peritonitis umum,
shock dan kematian5,6.

Pemeriksaan colok dubur didapati:

 Anus sphincter melemah, mungkin invaginat dapat diraba berupa massa seperti portio
 Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir.
Perlu perhatian bahwa untuk penderita malnutrisi gejala – gejala invaginasi tidak khas,
tanda- tanda obstruksi usus berhari – hari baru timbul. Pada penderita ini tidak jelas tanda
adanya sakit berat, defekasi tidak ada darah, invaginasi dapat mengalami prolaps melewati
anus, hal ini mungkin disebabkan pada pasien malnutrisi tonus yang melemah, sehingga
obstruksi tidak cepat timbul.
Suatu keadaan disebut dengan invaginasi atipikal, bila kasus itu gagal dibuat diagnosa
yang tepat oleh seorang ahli bedah, meskipun keadaan ini kebanyakan terjadi karena
ketidaktahuan dokter dibandingkan dengan gejala tidak lazim pada penderita6,7.
2.6 Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosa invaginasi didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik,


laboratorium dan radiologi.

Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi adalah suatu trias gejala yang terdiri dari :

 Nyeri perut yang datangnya secara tiba – tiba, nyeri bersifat serang –serangan., nyeri
menghilang selama 10 – 20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru.
 Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas
tengah, kiri bawah atau kiri atas.
 Buang air besar campur darah dan lender
Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya tumor, oleh
karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada gejala trias invaginasi.
Mengingat invaginasi sering terjadi pada anak berumur di bawah satu tahun, sedangkan penyakit
disentri umumnya terjadi pada anak – anak yang mulai berjalan dan mulai bermain sendiri maka
apabila ada pasien datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat kolik sehingga
anak menjadi rewel sepanjang hari / malam, ada muntah, buang air besar campur darah dan
lendir maka pikirkanlah kemungkinan invaginasi7.
2.6.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah leukosit ( leukositosis
>10.000/mm3. ) Penemuan laboratorium yang abnormal termasuk dehidrasi, leukogram stress,
anemia dan abnormalitas asam basa dan elektrolit. Intussusception kronik dapat menyebabkan
hypoalbuminemia karena rendahnya protein dari kongesti mukosa. Dengan pemeriksaan feses
suatu waktu dapat ditemukan adanya infestasi parasit7.
Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan adalah lekogram yaitu dengan melihat adanya
perubahan mulai dari leukopenia yang disebabkan oleh adanya gangguan karena virus sampai
leukocytosis yang disebabkan karena adanya gangguan pada usus besar atau peritonitis,
hematokrit mengalami perubahan yang signifikan jika terjadi hemoragi gastrointestinal dan
dehidrasi yang tinggi. Abnormalitas elektrolit juga dapat diperiksa diantaranya hyponatremia,
hypochloremia dan hypokalemia7.
2.6.2 Pemeriksaan Radiologi
foto polos abdomen : didapatkan distribusi udara didalam usus tidak merata, usus
terdesak ke kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda – tanda obstruksi usus dengan gambaran “air
fluid level”. Dapat terlihat “ free air “ bilah terjadi perforasi. Barium enema : dikerjakan untuk
tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila gejala – gejala klinik meragukan,
pada barium enema akan tampak gambaran cupping, coiled spring appearance8.

USG membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign atau
doughnut sign pada potongan melintang invaginasi yang menunjukkan lapisan konsentris dari
usus. Halo hipoechoic dihasilkan oleh mesenterium dan dinding yang oedem dari intussuscipien.
Hiperechoic di sentral dihasilkan oleh permukaan mukosa, submukosa, dan serosa dari
intususceptum. Sedangkan gambaran berupa pseudo kidney sign atau sandwich sign pada
potongan longitudinal invaginasi menunjukkan gambaran hiperechoic pada pusat yang
diasumsikan sebagai bentuk tubular yang bersambung dengan lumen usus dan ditutupi pada
masing-masing sisi oleh intussusescpien yang hipoechoic. Cairan intraperitoneal jarang
ditemukan. Color Doppler sonografi dapat mendetksi lebih awal iskemia. Keterbatasan paling
besar dari USG adalah adanya udara dalam usus yang mencegah transmisi dari sinar. Dengan
meningkatnya pengetahuan, para ahli radiologi percaya USG digunakan untuk diagnosis dan
meningkirkan diagnosis invaginasi. Positif palsu dihasilkan karena feces yang prominen, Chron’s
disease pada ileum terminal, volvulus, dan lain-lain9.
2.7 Diagnosa Banding
a. Gastro – enteritis, bila diikuti dengan invaginasi dapat ditandai jika dijumpai perubahan
rasa sakit, muntah dan perdarahan.
b. Divertikulum Meckel, dengan perdarahan, biasanya tidak ada rasa nyeri.
c. Disentri amoeba, disini diare mengandung lendir dan darah, serta adanya obstipasi, bila
disentri berat disertai adanya nyeri di perut, tenesmus dan demam.
d. Enterokolitis, tidak dijumpai adanya nyeri di perut yang hebat.
e. Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali dan pada
colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit perianal, sedangkan pada
invaginasi didapati adanya celah5.
2.8 Penatalaksanaan
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan diberikan,
jika pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari serangan pertama maka akan
memberikan prognosis yang lebih baik.
Penatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dahulu
mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :
1. Reduksi dengan barium enema
2. Reduksi dengan operasi
Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita : dipuasakan, resusitasi cairan,
dekompressi dengan pemasangan pipa lambung. Bila sudah dijumpai tanda gangguan pasase
usus dan hasil pemeriksaan laboratorium dijumpai peninggian dari jumlah leukosit maka saat ini
antibiotika berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol dapat diberikan (1mg/
kgBB) untuk menghilangkan rasa sakit.
1. Reduksi Dengan Barium Enema
Telah disebutkan pada bab terdahulu bahwa barium enema berfungsi dalam diagnostik dan
terapi. Barium enema dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti :
 Adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada foto abdomen
 Dijumpai tanda – tanda peritonitis
 Gejala invaginasi sudah lewat dari 24 jam
 Dijumpai tanda – tanda dehidrasi berat.
 Usia penderita diatas 2 tahun
Hasil reduksi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak menangis atau gelisah
karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif sangat membantu10.

Kateter yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi dengan plester,
melalui kateter bubur barium dialirkan dari kontainer yang terletak 3 kaki di atas meja
penderita dan aliran bubur barium dideteksi dengan alat floroskopi sampai meniskus
intussusepsi dapat diidentifikasi dan dibuat foto. Meniskus sering dijumpai pada kolon
transversum dan bagian proksimal kolon descendens. Bila kolom bubur barium bergerak
maju menandai proses reduksi sedang berlanjut, tetapi bila kolom bubur barium berhenti
dapat diulangi 2 – 3 kali dengan jarak waktu 3 – 5 menit. Reduksi dinyatakan gagal bila
tekanan barium dipertahankan selama 10 – 15 menit tetapi tidak dijumpai kemajuan. Antara
percobaan reduksi pertama, kedua dan ketiga, bubur barium dievakuasi terlebih dahulu.
Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila10 :

 Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai massa feses
dan udara.

 Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian usus halus,
jadi adanya refluks ke dalam ileum.

 Hilangnya massa tumor di abdomen.

 Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta norit test
positif.

Penderita perlu dirawat inap selama 2 – 3 hari karena sering dijumpai kekambuhan selama 36
jam pertama.Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada beberapa hal antara lain, waktu sejak
timbulnya gejala pertama, penyebab invaginasi, jenis invaginasi dan teknis pelaksanaannya10.

2. Reduksi Dengan Tindakan Operasi

2.1 Memperbaiki keadaan umum

Tindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan tindakan operasi sebelum
terlebih dahulu keadaan umum pasien diperbaiki6.
Pasien baru boleh dioperasi apabila sudah yakin bahwa perfusi jaringan telah baik, hal ini
di tandai apabila produksi urine sekitar 0,5 – 1 cc/kg BB/jam. Nadi kurang dari 120x/menit,
pernafasan tidak melebihi 40x/menit, akral yang tadinya dingin dan lembab telah berubah
menjadi hangat dan kering, turgor kulit mulai membaik dan temperature badan tidak lebih dari
38o C. Biasanya perfusi jaringan akan baik apabila setengah dari perhitungan dehidrasi telah
masuk, sisanya dapat diberikan sambil operasi berjalan dan pasca bedah6,7.
Yang dilakukan dalam usaha memperbaiki keadaan umum adalah :
 Pemberian cairan dan elektrolit untuk rehidrasi (resusitasi).
 Tindakan dekompresi abdomen dengan pemasangan sonde lambung.
 Pemberian antibiotika dan sedatif.
Suatu kesalahan besar apabila buru – buru melakukan operasi karena takut usus menjadi
nekrosis padahal perfusi jaringan masih buruk. Harus diingat bahwa obat anestesi dan stress
operasi akan memperberat keadaan umum penderita serta perfusi jaringan yang belum baik akan
menyebabkan bertumpuknya hasil metabolik di jaringan yang seharusnya dibuang lewat ginjal
dan pernafasan, begitu pula perfusi jaringan yang belum baik akan mengakibatkan oksigenasi
jaringan akan buruk pula. Bila dipaksakan kelainan – kelainan itu akan irreversible7.
2.2 Tindakan untuk mereposisi usus
Tindakan selama operaasi tergantung kepada penemuan keadaan usus, reposisi manual
dengan cara “milking” dilakukan dengan halus dan sabar, juga bergantung pada keterampilan
dan pengalaman operator. Insisi operasi untuk tindakan ini dilakukan secara transversal
(melintang), pada anak – anak dibawah umur 2 tahun dianjurkan insisi transversal
supraumbilikal oleh karena letaknya relatif lebih tinggi.
Ada juga yang menganjurkan insisi transversal infraumbilikal dengan alasan lebih mudah
untuk eksplorasi malrotasi usus, mereduksi invaginasi dan tindakan apendektomi bila
dibutuhkan. Tidak ada batasan yang tegas kapan kita harus berhenti mencoba reposisi manual
itu. Reseksi usus dilakukan apabila : pada kasus yang tidak berhasil direduksi dengan cara
manual, bila viabilitas usus diragukan atauditemukan kelainan patologis sebagai penyebab
invaginasi. Setelah usus direseksi dilakukan anastomosis ”end to end”, apabila hal ini
memungkinkan, bila tidak mungkin maka dilakukan “exteriorisasi” atau enterostomi7.
2.9 Perawatan Pasca Operasi
Pada kasus tanpa reseksi Nasogastric tube berguna sebagai dekompresi pada saluran cerna
selama 1 – 2 hari dan penderita tetap dengan infus. Setelah oedem dari intestine menghilang,
pasase dan peristaltik akan segera terdengar. Kembalinya fungsi intestine ditandai dengan
menghilangnya cairan kehijauan dari nasogastric tube. Abdomen menjadi lunak, tidak distensi.
Dapat juga didapati peningkatan suhu tubuh pasca operasi yang akan turun secara perlahan.
Antibiotika dapat diberikan satu kali pemberian pada kasus dengan reduksi. Pada kasus dengan
reseksi perawatan menjadi lebih lama5.

2.10 Prognosis
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan diberikan,
jika pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari serangan pertama maka akan
memberikan prognosis yang lebih baik2.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Invaginasi adalah suatu keadaan gawat darurat akut dimana suatu segmen usus masuk
kedalam lumen usus bagian distalnya sehingga menimbulkan gejala obstruksi kemudian
strangulasi usus.
Invaginasi paling sering ditemukan pada umur 5—9 bulan.Tipe ileo-colica yang
palingbanyak (75%). Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan
hasil X-ray. Foto polos perut selain untuk diagnosis juga berperan dalam menentukan
pengobatan.Sebagian besar invaginasi dapat disembuhkan dengan reposisi barium, hanya pada
kasus-kasus lanjut dilakukan operasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulyaningrum, Peny. 2010. Prevalensi Penyakit Invaginasi pada Anak di


Rumah Sakit UmumP u s a t H a j i A d a m M a l i k M e d a n d e n g a n R u m a h
Sakit Umum Dokter Pirngadi Medan P e r i o d e 2 0 0 6 – 2 0 0 9
2. Ravitch MM and McCune RM. Intussusception in Infants and Children. J Pediatr. 1950;
37:153—72
3. Saing H. Common Surgical Paeddiatrics Emergencies. Medical Progress 1985; 12:25—8.
4. Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta
Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI, Jakarta
5. S k r i p s i . http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24306/3/ Chapter%20II.pdf
World Health Organization (WHO). 2002. Acute intussuseption in
infants and children.
6. Kempe CH, Silver HK and OBrien D. Current Pediatrics Diagnosis and Treatment, 4th
ed. London: Balliere, Tindal Cassel 1976; pp 206—7.
7. Dunphy JE, Way LW. Intussusception. Current Surgical Diagnosis and Treatment, 3th
ed. 1977. p. 1044. Ein SH. Leading point in childhood intussusception J. Pediatr. Surg.
1976; 11: 209–11.
8. Merine et al. 1987. Enteroenteric Intussusception: CT Findings in Nine Patients.
American Roentgen Ray Society : volume 148. Pp : 1129-113
9. Margaret L et al. 2007. Adult Intussusception: A Radiological Approach. Kuwait Medical
Journal volume 39 (3): 271-274.
10. Setiawan I, Theyeb A, Kartona D. Intussusepsi, Penanganan reduksi dengan enema
barium. Ropanasuri 1986; 15(4): 177-82.

Anda mungkin juga menyukai