Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zulkipli Maulana

NIM : 11836045

Kelas : PI B 2

Makul : Islam dan Budaya Lokal

Dosen Pengampu : H Kartono M.Pd.i

“APOH” PENGOBATAN TRADISIONAL SUKU BUGIS

DI PONTIANAK

Indonesia memiliki bermacam suku dan budaya, demikian pula di Kalimantan Barat yang
menjadi salah satu provinsinya, memiliki etnis yang berbeda-beda antara lain Melayu,
Madura, Sambas dan lain sebagainya. Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia
yang terletak di Pulau Kalimantan, dan beribukotakan Pontianak. Konteks ini saya akan
jelaskan tradisi Pengobatan Bugis di Kalimantan Barat. Tradisi yang dimaksud adalah tradis
Pengobatan “Apoh”.

Masyarakat bugis Kalimantan Barat memiliki suatu keunikan dalam mengobati suatu
penyakit khususnya pada orang yang terkena demam, mereka memiliki ritual yang disebut
dengan “Apoh”.Kegiatan apoh ini merupakan suatu kegiatan yang di percaya oleh
masyarakat Bugis Pontianak sebagai pengusir mahluk halus yang menggangu orang yang
terkena sakit demam, mereka percaya orang yang terkena demam biasanya ada gangguan
dari mahluk halus (keteguran) atau yang biasa kita dengar dengan istilah kesambat, namun
kesambat disini bukan yang dimaksud dengan kerasukan yang membuat orang biasanya tidak
sadarkan diri melainkan hanya menimbulkan demam yang tak kunjung sembuh.

Proses ritual apoh ini biasanya dilakukan pada waktu sore hari atau menjelang magrib ketika
sebelum azan magrib, adapun alat dan bahannya ialah besi tua atau biasanya diganti dengan
kuali, kain sarung ,pisau, dan sapu lidik. Dan adapun bahan bahannya ialah daun sirih,
pinang, kapur, banglai, gambir, bawang merah tunggal yang nanti bahan ini akan dibuat
menjadi semburan obat keteguran, atau yang disebut dengan pengapoh. Pengapoh ini
sebenarnya hampir sama dengan bahan – bahan tradisi menyireh namun ada beberapa bahan
yang tidak ada dalam pembuatan bahan nyireh seperti bawang merah tunggal dan banglai.
Pengapoh ini kemudiah akan dibacakan oleh tabib berupa jampi – jampi yaitu berupa
sholawat Nabi kemudian diteruskan dengan surah al Fatihah, al Ikhlas, al Falaq, an Naas, lalu
do’a – do’a dalam bahasa bugis , adapun do’a tersebut “ a tajanannurung, i tajana Allah ta ala,
u tajana aji bra ele’, a mutamaina’ nurung, i urade’i Allah ta ala, u messuk i aji bra ele’, u
sadda na Nabi ku wala aslamakeng, i sadda na Nabi Adam wala aslamakeng, a sadda na
puangku wala aslamakeng, ututu’ babana Nabi Muhammad.

Setelah proses penjapian bahan pengapoh tadi selesai, tabib akan memanaskan sebuah besi
panas atau kuali tadi, dengan api yang begitu panas. Sambil menunggu besi tersebut panas
tabib akan melumatkan pengapoh dengan mengunyahnya. Setelah besi dirasa sudah cukup
panas maka si pasien akan dibungkus dengan kain sarung yang di ikat bagian atasnya dengan
posisi berdiri mengangkang dan proses ini dilakukan didepan pintu rumah atau diluar rumah,
kemudian besi panas tadi akan diletakan dibawah kangkangan pasien, lalu pengapoh yang di
kunyah tabib tadi akan disemburkan ke besi panas sehingga menimbulkan uap yang berasal
dari bahan pengapoh, adapun tujuan di ikatnya bagian atas kain sarung tadi ialah agar uap
pengapoh tidak keluar dan akan memenuhi kain sarung dan mengelilingi pasien. Saat proses
ini berlangsung tabib akan berdoa meminta perlindungan dari Allah swt dan mengusir
gangguan mahluk halus, lalu menepas sekitar pasien dengan sapu lidik ini dimaksudkan agar
mengusir mahluk halus yang menggangu si pasien. Proses ini biasanya dilanjutkan dengan
penyemburan pengapoh ke dahi si pasien setelah itu baru lah proses Apoh dapat dikatakan
selesai, biasanya ritual ini akan dilakukan selama 3x berjurut dalam setiap magrib, namun
apabila sipasien dirasa sudah sembuh walaupun belum sampai 3x prosesi ritual ini tidak akan
dilanjutkan lagi namun ada sebuah tradisi unik lagi disini yaitu si pasien akan memberikan
ucapan terima kasih yang “harus” kepada tabib yaitu berupa jarum dan uang dari si pasien,
namun uang yang diberikan tidak pernah diberikan patokan nominal kepada si pasien
melaikan hanya sejumlah keikhlasan. jarum yang memiliki sifat tajam dipercayai dapat
mewakili jampi jampian dan do’a si tabib agar dapat mengenai tepat pada sumber penyakit.

Dilihat dari segi prosesi tadi Apoh merupakan sebuah ritual penyembuhan dengan media
bahan – bahan alami dan menggunakan media yang sangat tradisonal, dan bernafaskan ke
islamian, karena penyembuhan tidak hanya di dapat oleh obat dari bahan alami namun
terselip harapan penyembuhan dari Allah swt melalui pembacaan ayat ayat suci dan Do’a dari
sang tabib. Doa tersebut mengandung makna permintaan kesalamatan dan kesembuhan dari
Allah swt dan meminta safaat dari Rasulullah serta para Nabi supaya dihindarkan oleh
gangguan dari mahluk halus/gaib seperti yang saya katakan tadi masyarakat bugis yang masih
percaya atas gangguan gangguan mahluk halus jadi akan salah jika ada orang yang
beranggapan bahwa ritual ini memiliki unsur kesyirikan ataupun pengobatan yang di bantu
oleh mahluk mahluk halus karena memang islam memang sangat membaur kedalam
kebudayaan yang ada di Nusantara sehingga menciptakan sebuah kebudayaan baru dari
akulturasi syariat Islam dan Kebudayaan nusantara khususnya budaya Bugis di Kalimantan
Barat.

Jika dikupas dalam segi medis pengobatan Apoh ini memiliki sedikit keterkaitan dalam
proses pengobatan , demam bukanlah merupakan sebuah penyakit melainkan gejala yang
seringkali menyertai penyakit pada tubuh yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang
tubuh manusia, Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas angka 38 derajat
celsius. Demam merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan infeksi
akibat virus, bakteri, atau parasit. Selain itu, demam juga bisa terjadi pada kondisi
hipertiroidisme, artritis, atau karena penggunaan beberapa jenis obat-obatan, termasuk
antibiotik,dan jika kita kaitkan dengan bahan bahan Apoh tadi terdapat bahan alami yang
merupakan anti bakterial yaitu daun sirih dan bawang merah yang dijadikan bahan semburan
kebesi panas sehingga menciptakan kepulan uap yang memenuhi sekujur pasien ,saya
berasumsi bisa saja memang benar kesembuhan pasien tersebut dapat tercapai walaupun
memang belum ada penelitian yang secara khusus tentang kebenaran penyembuhan demam
menggunakan metode tradisional seperti ini.

Tradisi ini telah dilakukan sejak lama oleh masyarakat bugis di Kalimantan Barat lebih
khusus di desa Wajok tempat saya dilahirkan dan dibesarkan, namun kini hanya beberapa
kalangan orang yang masih mempercayai ritual penyembuhan dengan metode tradisional ini.
Perkembangan zaman dan teknologi memjadi salah satu faktor tersebut, masyarakat sekarang
kini lebih yakin dan mempercayai obat atau penanganan dokter terhadap penyakitnya karna
dianggapnya lebih masuk akal bahkan saya pun termasuk seperti itu. Karena memang pada
zaman kini orang orang lebih meyakini kebenaran yang telah dibuktikan oleh sains melalui
uji peneletian dari pada meyakini hal hal yang telah di turun temuruni oleh leluhur
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai