PARASIT MALARIA
Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat pada
pelayanan kesehatan masyarakat khususnya program pengendalian malaria di
Indonesia. Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna lebih
menyempurnakan edisi selanjutnya.
Kata Pengantar
I. PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Pengertian....................................................................................................................................1
C. Tujuan umum, khusus..............................................................................................................2
D. Sasaran...........................................................................................................................................2
E. Kebijakan......................................................................................................................................2
V. LAMPIRAN.......................................................................................................................................51
Tim Penyusun...........................................................................................................................................57
Daftar Singkatan.....................................................................................................................................58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kesakitan penyakit ini relatif masih cukup tinggi terutama di kawasan
Indonesia bagian timur. Oleh karena itu upaya pengendalian malaria perlu kita
tingkatkan terus antara lain dengan meningkatkan kemampuan, keterampilan
para pelaksananya disemua lini pelayanan kesehatan yang ada fasilitas
laboratoriumnya. Peran tersebut terutama sangat ditentukan oleh tenaga
laboratorium/mikroskopis, karena mikroskopis berada digaris depan pelayanan
kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit).
B. Pengertian
1
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu diagnosis pemeriksaan darah malaria di semua fasilitas
pelayanan kesehatan.
Tujuan Khusus :
- Membuat standar baku pemeriksaan darah malaria secara mikroskopis.
- Membuat petunjuk teknis penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT).
D. Sasaran
E. Kebijakan
2
BAB II
PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA
1. Pada Nyamuk
Siklus Sporogoni
NYAMUK
MANUSIA
Siklus di dalam sel hati
Setelah periode skizogoni,
parasit masuk ke dalam
aliran darah
GAMETOSIT
PELEPASAN
MEROZOIT TROPOZOIT MUDA
(BENTUK CINCIN)
SKIZON
Siklus Eritrositer
DEWASA
TROPOZOIT
LANJUT
SKIZON
MUDA
TROPOZOIT
MATANG
3
2. Pada Manusia
a. Fase Hati
Bila nyamuk Anopheles betina yang infektif menggigit manusia, maka
parasit malaria akan ditularkan ke orang tersebut. Parasit mengikuti
sirkulasi darah dan masuk ke dalam sel hati. Jarak waktu dari mulai
masuknya sporozoit sampai ke sel hati adalah 30 menit. Dalam waktu 7-21
hari parasit akan tumbuh dan berkembang biak, sehingga memenuhi
seluruh sel hati. Selanjutnya sel hati pecah dan parasit masuk ke aliran
darah, menginfeksi sel darah merah. Hal ini berlaku untuk infeksi P.
Falciparum dan P. Malariae. Pada infeksi P. Vivax dan P. Ovale, sejumlah
parasit tetap berada dalam hati dan tidak berkembang biak (dorman).
Parasit yang dorman ini dapat menyebabkan kekambuhan pada pasien
dengan infeksi P. Vivax dan P. Ovale.
4
B. GEJALA KLINIS MALARIA
Pada penderita malaria dapat ditemukan satu atau lebih gejala-gejala klinis
sebagai berikut :
a. Demam tinggi.
b. Sakit kepala.
c. Menggigil.
d. Nyeri di seluruh tubuh.
Pada beberapa kasus dapat disertai gejala lainnya berupa mual, muntah dan
diare.
Tidak mudah dalam menentukan diagnosa malaria pada orang yang pernah
terkena serangan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena tubuh penderita
sudah menyesuaikan dengan penyakit sehingga gejala klinisnya tidak selalu
dapat terlihat. Kondisi demikian dapat juga terjadi pada penderita yang
sebelumnya sudah mengobati dirinya sendiri. Keluhan yang dirasakan mungkin
hanya berupa sedikit demam dan sakit kepala ringan.
C. DIAGNOSA MALARIA
Untuk dapat melihat adanya parasit di dalam darah penderita, perlu dibuat
sediaan darah malaria (SD). Selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan giemsa.
SD ditetesi minyak imersi dan diperiksa di bawah mikroskop menggunakan
lensa objektif 100x. Jika ditemukan parasit pada pemeriksaan, penderita
dinyatakan positif malaria.
5
D. KEGIATAN
1. Pemeriksaan Mikroskopik
ALAT
Mikroskop Binokuler
Mikroskop terdiri dari :
1. Tabung okuler
2. Prisma
3. Pemutar lensa objektif
4. Lensa objektif
5. Meja sediaan
6. Kondensor dan diafragma
7. Cermin
8. Kaki mikroskop atau landasan
9. Lensa okuler
10. Pegangan mikroskop
11. Makrometer
12. Mikrometer
Keterangan Gambar :
1 & 2 : Merupakan tempat prisma dan lensa okuler
3 : Berfungsi untuk
mengatur pembesaran SD yang diinginkan
6
4 : Lensa objektif harus mempunyai pembesaran 10x, 40x dan 100 x.
Lensa tidak boleh dibersihkan dengan alkohol atau aseton. Untuk
pemeriksaan parasit malaria mula-mula digunakan lensa objektif 10x
untuk mencari lapangan pandang. Kemudian untuk pemeriksaan
parasitnya digunakan lensa objektif 100x. Pada pembesaran lensa
100x, digunakan minyak imersi (immersion oil). Setelah itu untuk
memfokuskan lapangan pandang digunakan mikrometer.
5 : Berfungsi untuk menggeser SD ke kiri atau kanan, ke depan atau
belakang pada waktu melakukan pemeriksaan.
6 : Kondensor dan diafragma berfungsi memaksimalkan cahaya yang
jatuh ke lapangan pandang SD yang diperiksa. Bila menggunakan
sumber cahaya listrik bukan dari mikroskop, dapat digunakan filter
biru yang membuat lapangan pandang mikroskop lebih putih
(bukan kuning).
7 : Cermin digunakan untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya
listrik (lampu) atau cahaya matahari ke kondensor. Apabila sumber
cahaya dari lampu, digunakan permukaan cermin yang datar.
Sedangkan untuk sumber cahaya matahari, digunakan cermin
cekung.
8 : Landasan mikroskop harus diletakkan di tempat yang permukaannya
rata dan kuat, misalnya di atas meja. Landasan ini berfungsi untuk
menahan agar mikroskop tidak mudah goyah pada waktu
dilakukan pemeriksaan.
9 : Untuk pemeriksaan SD malaria lensa okuler dapat digunakan
dengan pembesaran 10x.
10 : Digunakan untuk memegang mikroskop bila akan dipindahkan ke
tempat lain (dengan tangan kanan) dan dianjurkan untuk
mengangkat beserta landasannya (dengan tangan kiri).
11 : Makrometer digunakan untuk mencari secara cepat lapangan
pandang besar (LPB)
12 : Mikrometer digunakan untuk mendapatkan gambaran secara lebih
jelas (dengan lensa objektif yang lebih besar).
• Sumber cahaya
Sumber cahaya yang baik merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal. Sumber cahaya dapat
berasal dari cahaya matahari maupun listrik. Sumber cahaya lain dapat
menggunakan baterai atau generator. Cahaya tidak boleh terlalu terang
7
atau terlalu gelap karena dapat mempengaruhi pemeriksaan SD. Jika
memakai sumber cahaya lampu bohlam, maka perlu menggunakan
filter. Sedangkan bila memakai sumber cahaya lampu neon maka tidak
perlu menggunakan filter.
• Pengaturan Cahaya
a) Letakkan SD di meja sediaan mikroskop
b) Atur cahaya dengan menaikkan kondensor dan membuka diafragma.
c) Amati SD melalui okuler dengan menggunakan lensa objektif 10 x.
Putar makrometer untuk memfokuskan lapangan pandang.
Tidak dianjurkan untuk langsung menggunakan lensa objektif 100x
untuk memfokuskan lapangan pandang.
d) Bila lapangan pandang sudah ditemukan/fokus, teteskan minyak
imersi pada lapangan pandang tersebut dan lensa objektif diputar
pada ukuran 100x.
e) Amati lapangan pandang tersebut, bila belum fokus, mikrometer
diputar sehingga lapangan pandang menjadi jelas. Tidak dianjurkan
menggunakan makrometer untuk memfokuskan lapangan pandang.
• Penyimpanan mikroskop
a) Perlindungan terhadap debu dan kotoran
- Harus ditutup dengan kain bersih/cover mikroskop.
- Jika tidak dipakai dalam waktu lama harus dimasukkan dalam
kotak mikroskop dengan posisi lensa objektif 10x.
- Setelah mikroskop digunakan, lensa objektif dan okuler masing-
masing dibersihkan dengan kertas pembersih lensa yang berbeda.
- Untuk membersihkan minyak imersi bisa menggunakan eter
alkohol dengan perbandingan 7 : 3.
8
BAHAN
• Alkohol 70 %, lebih baik lagi jika menggunakan swab alkohol siap pakai.
• Larutan Giemsa
Beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Giemsa stok harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap dan
hindari dari sinar matahari langsung.
9
2. Sebaiknya giemsa stok disimpan dalam botol berwarna gelap berukuran
100 ml. Hal ini untuk menghindari rusaknya giemsa stok karena oksidasi
dan penguapan akibat seringnya membuka tutup botol.
3. Botol giemsa stok yang akan digunakan tidak boleh dikocok atau diaduk
karena endapan/kristal giemsa akan naik ke permukaan larutan dan
dapat menjadi artefak dalam SD yang diwarnai.
4. Pengambilan giemsa stok harus menggunakan pipet yang kering, agar
giemsa stok di botol tidak tercemar dengan air.
5. Sisa larutan giemsa yang telah dicampur dengan larutan buffer bila tidak
digunakan lagi harus dibuang dan dimasukkan kembali ke dalam botol
giemsa stok.
6. Larutan giemsa dibuat segera sebelum digunakan dan tidak boleh
disimpan/digunakan setelah 1 jam.
7. Adapun konsentrasi larutan giemsa yang akan digunakan dapat dilihat
lebih lanjut pada halaman 15.
• Metanol
Digunakan untuk Fiksasi sediaan darah tipis.
10
CARA KERJA
o Untuk bahan
o Untuk bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari.
o Bila menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah
darah yang belum tercampur dengan anti koagulan (darah yang masih
ada dalam spuit). SD harus segera dibuat sebelum darah membeku.
o Bila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat SD
malaria, karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang
dan morfologi dapat berubah.
o Untuk darah yang dimasukkan ke dalam tabung yang berisi anti koagulan,
tabung tersebut harus diisi sampai batas yang sudah ditentukan.
Untuk membuat SD malaria dibuat 2 jenis SD, yaitu sediaan darah tebal
dan sediaan darah tipis.
11
3. Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk menghilangkan kotoran
dan minyak yang menempel pada jari tersebut.
4. Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak terkumpul di ujung jari.
5. Tusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku) secara cepat
dengan menggunakan lancet.
6. Tetes darah pertama yang keluar dibersihkan dengan kapas kering,
untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol.
7. Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil object glass
bersih (pegang object glass di bagian tepinya). Posisi object glass
berada di bawah jari tersebut.
8. Teteskan 1 tetes kecil darah (+ 2μl) di bagian tengah object glass
untuk SD tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil darah (+ 6μl) di bagian
ujung untuk SD tebal.
12
12.Dengan sudut 450 geser object glass tersebut dengan cepat ke arah
yang berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga didapatkan
sediaan hapus (seperti bentuk lidah).
13.Untuk SD tebal, ujung object glass kedua ditempelkan pada ke tiga
tetes darah tebal. Darah dibuat homogen dengan cara memutar
ujung object glass searah jarum jam, sehingga terbentuk bulatan
dengan diameter 1 cm.
13
Kesalahan pada pembuatan sediaan darah
4. Ujung object glass kedua yang bergerigi atau terlalu tajam akan
menyebabkan penyebaran SD tipis tidak rata dan ujungnya tidak
berbentuk lidah.
14
c. Pewarnaan Sediaan Darah
Inti
Membran sel
15
Leukosit terbagi dalam dua kelompok besar yaitu:
1) leukosit multilobul (PMN = polymorphonuclear)
Netrofil
Pada orang sehat jumlahnya mencapai 65% dari total
leukosit. Inti berwarna ungu tua. Granule terlihat jelas
dalam sitoplasma. Pada kasus-kasus malaria dapat
dijumpai pigmen malaria yang merupakan sisa-sisa
parasit yang difagositosis oleh netrofil.
Eosinofil
Pada orang sehat jumlahnya mencapai 1-4% dari total
leukosit. Granule pada sitoplasma berwarna merah dari
zat warna eosin.
Basofil
Merupakan leukosit yang paling jarang, jumlahnya <1%
dari total leukosit. Granule pada sitoplasma kasar dan
berwarna biru atau keunguan.
2) Leukosit non-multilobul
Monosit
Pada orang sehat, jumlahnya mencapai 2-10 % dari
total leukosit. Merupakan leukosit yang ukurannya
paling besar. Diameternya 12-18 μm. Intinya besar,
berbentuk seperti ginjal atau kacang. Dalam sitoplasma
dapat ditemukan sedikit granule yang berwarna merah
muda atau merah. Seperti halnya netrofil, monosit
dapat memfagositosis parasit malaria.
Limfosit
Ada dua tipe limfosit; besar dan kecil. Jumlahnya
mencapai 20-45% dari total leukosit. Inti dari limfosit
besar berbentuk bulat dan berwarna ungu tua pada
pewarnaan SD yang baik. Sitoplasmanya lebar,
berwarna biru jernih dan berisi beberapa granule yang
berwarna keunguan.
Limfosit kecil berukuran sedikit lebih besar dari sel
darah merah (eritrosit) normal. Sitoplasmanya kecil dan
intinya berwarna biru tua sampai kehitaman.
o Trombosit/Platelets
Ukurannya kecil, bentuk tidak beraturan, berwarna merah dan
tidak berinti. Jumlahnya 150 – 400 ribu/μl darah. Jika
pembuatan SD tidak baik, trombosit yang umumnya
berkelompok 5-10 sel tampak menyatu dengan jumlah yang
lebih besar. Pada orang yang belum berpengalaman
seringkali dianggap sebagai parasit malaria.
16
b) Sediaan darah tebal
Pada waktu memeriksa SD tebal dengan lensa objektif 100x dan
okuler 10x akan terlihat : Sisa-sisa sel darah merah, sel darah
putih, trombosit. Pada SD tebal gambaran sel darah putih dan
trombosit menyerupai SD tipis, hanya ukurannya lebih kecil.
E
N
E N
T L M T
M LEKOSIT L
SD Tipis SD Tebal
17
Trofozoit merupakan stadium pertumbuhan, sehingga dapat
ditemukan dalam berbagai ukuran dari kecil sampai besar. Pigmen
merupakan hasil pertumbuhan/metabolisme parasit, warnanya
bervariasi dari kuning pucat sampai coklat kehitaman atau hitam.
o Stadium Skizon
Pada stadium skizon terlihat inti membelah secara aseksual menjadi
2, 4, 8 dan seterusnya secara aseksual tanpa melibatkan sel kelamin
jantan dan betina. Stadium skizon mempunyai beberapa fase mulai
dari parasit dengan inti dua sampai parasit dengan banyak inti yang
masing-masing intinya disertai dengan sitoplasma.
o Stadium Gametosit
Merupakan stadium seksual yang akan menjadi sel kelamin jantan
dan betina, berkembang lebih lanjut di dalam tubuh nyamuk
Anopheles betina.
Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang tergantung
spesies. Warna dari sitoplasma parasit dapat digunakan untuk
membedakan sel kelamin jantan (mikrogametosit) dan sel kelamin
betina (makrogametosit).
18
Kunci untuk Mengidentifikasi Stadium Parasit Malaria pada SD Tipis
1. Apakah dalam sel darah merah ditemukan satu atau lebih titik
kromatin yang berwarna merah dan sitoplasma yang berwarna biru ?
Ya : lanjut ke no. 2
Tidak : yang terlihat bukan parasit
19
7. Apakah parasit yang berpigmen mempunyai inti
satu ? Ya : lanjut ke no. 8
Tidak : lanjut ke no. 9
10. Apakah parasit mempunyai inti yang berjumlah antara 2-32, disertai
pigmen ?
Ya : Ini adalah stadium skizon
20
13.Apakah parasit yang berbentuk bulat, secara keseluruhan berwarna
kemerahan sehingga kromatin tidak terlihat jelas?
Ya : Ini adalah gametosit jantan
Tidak : Lanjut ke no.14
21
22
Trofozoit
Gambaran Kompak
Gambaran uniform Sitoplasma jelas terputus- Sitoplasma sedikit terputus-
(pigmen dengan warna kekuningan
putus putus
ditemukan pada stadium yang lebih lanjut)
Stadium lain yang sering dengan ukuran yang terlihat lebih teratur atau
ditemukan : bervariasi kompak
Gametosit berbentuk
pisang/bulat dengan butir- Stadium lain yang sering
butir pigmen berwarna gelap, Stadium lain yang sering
Stadium lain yang
kadang-kadang disertai “balon ditemukan : Skizon dan ditemukan : Skizon dan
sering ditemukan : Gametosit
merah” (skizon biasanya tidak Gametosit
Skizon dan Gametosit
terlihat kecuali pada infeksi
berat Tampak bayangan merah Tampak bayangan merah
dgn titik Schuffner lebih dgn titik James lebih
halus di bag. tepi SD kasar di bag. tepi SD
Perbedaan Spesies Parasit Malaria berdasarkan Gambaran Sitoplasma Trofozoit pada SD Tebal
23
TROPOZOIT
SKIZON
GAMETOSIT
PLASMODIUM FALCIPARUM
24
TROPOZOIT
SKIZON
GAMETOSIT
PLASMODIUM OVALE
25
TROPOZOIT
SKIZON
GAMETOSIT
PLASMODIUM MALARIE
26
TROPOZOIT
SKIZON
GAMETOSIT
PLASMODIUM VIVAX
27
Trofozoit muda Trofozoit lanjut dan matang
Skizon Gametosit
Plasmodium knowlesi
Sumber : Sung Lee, Cox Singh, dan Singh, Morphological features and differential counts of Plasmodium
knowlesi parasites in naturally acquired human infection, Malaria Journal, 2009
28
Gambaran spesies parasit pada SD tebal
Pada SD tebal tidak terlihat sel darah merah (karena lisis). Walaupun
demikian parasit malaria tetap terlihat, meskipun ukurannya lebih kecil
dibandingkan pada SD tipis.
Parasit malaria harus dicari dengan lebih teliti. Setiap berpindah lapang
pandang, mikrometer digunakan untuk memfokuskan objek yang dilihat.
Pada SD tebal, parasit dapat berada pada lapisan yang berbeda.
Artefak lain dapat berupa kotoran yang berasal dari jari penderita, atau
object glass yang kurang bersih.
29
Gambaran Awan dan bintik kotoran kromatosit Grup Granula Eosinofil Perbandingan ukuran
berasal dari eritrosit yang belum matang yang terlepas Trombosit dan Limfosit
pada anemia berat
ELEMEN DARAH
BAKTERI
SPORA
30
IDENTIFIKASI SPESIES PARASIT MALARIA DALAM SD TEBAL
Stadium Parasit
Spesies
Trofozoit Skizon Gametosit
Biasanya terlihat Trofozoit muda, lanjutdan/atauGametositmatang
Sitoplasma : tidak
teratur atau terputus-
putus.
Stadium lanjut :
kompak, padat, pigmen
halus tersebar.
31
Stadium Parasit
Spesies
Trofozoit Skizon Gametosit
32
Morfologi Plasmodium knowlesi
Parasit
Trofozoit muda (bentuk ring) Bentuk cincin yang kompak dengan sitoplasma yang
padat, terdiri dari satu atau dua inti, dan jarang dengan
tiga inti, bentuk accole, satu atau lebih parasit dalam
satu eritrosit
Sumber : Sung Lee, Cox Singh, dan Singh, Morphological features and differential counts of Plasmodium
knowlesi parasites in naturally acquired human infection, Malaria Journal, 2009
33
E. PEMERIKSAAN RUTIN UNTUK SD MALARIA
1. Pemeriksaan SD Tipis
2. Pemeriksaan SD Tebal
34
1) Bila pada 200 leukosit ditemukan 100 parasit atau lebih, catat
hasilnya per 200 leukosit
2) Bila pada 200 leukosit hanya ditemukan 99 parasit atau kurang,
lanjutkan pemeriksaan sampai menjadi 500 leukosit, catat hasilnya
per 500 leukosit.
3) Jadi jumlah parasit dalam 1 μl darah :
Informasi yang harus dicatat dari pasien yang diperiksa darahnya adalah :
1. Wilayah, Provinsi atau kecamatan dimana pemeriksaan dilakukan
2. Alamat lengkap pasien (jalan, RT/RW, dsb)
3. Nama, umur dan jenis kelamin pasien
4. Kode SD
5. Hasil pemeriksaan ;
a) Tidak ditemukan parasit malaria
b) Ditemukan parasit malaria;
o Spesies parasit malaria
o Stadium parasit malaria
o Jumlah parasit malaria
35
36
BAB III
ADMINISTRASI LABORATORIUM MALARIA
1. Laboratorium Pelayanan
Laboratorium Pelayanan melakukan penegakan diagnosis melalui
pemeriksaan mikroskopik dan RDT malaria, dan merujuk spesimen untuk
pemeriksaan PCR, apabila dengan pemeriksaan mikroskopik sulit
ditentukan spesiesnya karena morfologi yang tidak sesuai dengan spesies
yang sudah dikenali di Indonesia.
37
2. Laboratorium Rujukan Tingkat Kabupaten/Kota
Laboratorium Rujukan Kabupaten/Kota melakukan uji silang pemeriksaan
mikroskopik malaria dan pembinaan teknis terhadap laboratorium
pemeriksaan mikroskopik malaria di wilayah kerjanya. Ditetapkan oleh
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Apabila laboratorium kesehatan
kabupaten/kota melakukan pemantapan mutu eksternal untuk beberapa
kabupaten/kota maka ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan provinsi.
Yang dapat ditetapkan sebagai laboratorium rujukan tingkat kabupaten/kota
adalah :
a. Laboratorium di puskesmas
b. Laboratorium di rumah sakit
c. Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)
d. Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (B/
BTKLPP)
e. Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota
f. Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)/Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi
g. Malaria center
38
C. Asal Sediaan Darah
D. Prioritas Pemeriksaan
E. Kualitas Laboratorium
Kualitas laboratorium dapat dijamin bila kegiatan rutin yang minimal dijalankan
dengan teratur. Kegiatan rutin tersebut adalah :
• Perawatan fasilitas tempat kerja dan peralatannya.
• Pelaporan data yang menggunakan sistem pencatatan yang standar.
• Pelatihan dan penyegaran para mikroskopis untuk menjamin kualitas
standar pengumpulan, pemrosesan dan pemeriksaan SD.
• Supervisi langsung maupun tidak langsung.
39
1. Ketersediaan ruang tempat pemeriksaan.
2. Mikroskop.
Sebaiknya menggunakan mikroskop binokuler. Bagian mikroskop harus
berfungsi dengan baik untuk memperoleh hasil pembacaan yang optimal.
Bila digunakan mikroskop cahaya dianjurkan menggunakan lampu neon 40
watt sebagai sumber cahaya.
3. Kualitas SD.
Pengadaan bahan dan alat yang berkualitas untuk SD malaria. Bila kualitas SD
tidak baik, maka akan sukar menetapkan diagnosa, sehingga kecenderungan
untuk salah menetapkan diagnosa lebih besar. Sebab itu pengadaan alat dan
bahan untuk pembuatan dan pewarnaan SD perlu mendapat perhatian.
4. Pemeriksa.
Pemeriksa harus terampil, tekun bekerja, percaya diri, sabar, penyantun,
tidak mudah emosi, sehingga dapat berkonsentrasi pada waktu melakukan
pemeriksaan SD.
40
BAB IV
RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT)
Test ini berdasarkan deteksi antigen dari parasit malaria yang lisis dalam darah
dengan metoda imunokromatografi. Prinsip uji imunokromatografi adalah cairan akan
bermigrasi pada permukaan membran nitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan
antigen di darah perifer oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat
pewarna atau gold particles pada fase mobile. Antibodi monoklonal kedua/ketiga
diaplikasikan pada strip nitroselulosa sebagai fase immobile. Bila darah penderita
mengandung antigen tertentu, maka kompleks antigen antibodi akan bermigrasi pada
fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan diikat dengan antibodi monoklonal
pada fase “immobile” sehingga terlihat sebagai garis yang berwarna.
Jenis RDT dapat berupa dipstik ataupun strip. Test ini biasanya memerlukan waktu
sekitar 15 menit (untuk jenis tertentu sampai 30 menit).
CARA KERJA
41
secara langsung ke kotak sampel. Pada beberapa jenis kit RDT dapat juga
digunakan darah dengan antikoagulan/plasma.
- Teteskan larutan buffer pada tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan
petunjuk kit RDT. Buffer berisi komponen hemolisis dan antibodi spesifik yang
sudah dilabel dengan Gold koloid.
- Jika darah berisi Antigen Malaria, maka kompleks antigen antibodi akan
terbentuk dan terlihat sebagai garis sesuai dengan jenis antibodi yang ada
pada strip tsb. Sedangkan garis kontrol akan terlihat, walaupun darah tersebut
tidak mengandung antigen Malaria. Hal ini menunjukkan bahwa kit/strip
tersebut masih memenuhi syarat (berfungsi dengan baik)
- Waktu yang diperlukan untuk membaca hasil RDT berkisar antara 15-30 menit.
- Interpretasi hasil sesuai petunjuk pada kit.
42
setelah pengobatan, walaupun secara mikroskopik tidak ditemukan parasit. Hal
ini dapat membuat rancu kita dalam menilai hasil pengobatan.
3. Harga RDT lebih mahal dari pada pemeriksaan mikroskopik.
4. Rapid Test bukan pemeriksaan yang bersifat kuantitatif sehingga tidak dapat
digunakan untuk menilai jumlah parasit.
5. Kit yang ada tidak dapat membedakan infeksi antara P.vivax, P.ovale,
P.malariae. selain itu tidak dapat membedakan antara Mixed P.falciparum
dengan infeksi tunggal P.falciparum saja.
43
Contoh RDT (Paracheck P.f)
beserta Loop untuk mengambil darah
Silicagel
PERIKSA
WARNANYA BIRU
44
a. Jari manis/tengah penderita dibersihkan dengan kapas alkohol 70% (atau
dengan disposible alcohol swab)
BERSIHKAN JARI
DENGAN KAPAS
ALKOHOL
45
c. Tusuk Jari manis/jari tengah dengan lanset steril.
TUSUK JARI
DENGAN LANCET
STERIL.
e. Ambil darah dengan loop/ micro capiler tube yang tersedia. Jumlah darah yang
diambil harus tepat. Pastikan loop terisi penuh oleh darah.
46
SANGAT PENTING
JUMLAH DARAH HARUS TEPAT
PASTIKAN
BAHWA
LOOP
TERISI
PENUH
OLEH
DARAH
47
g. Kemudian teteskan cairan buffer pada kotak buffer. Jumlah tetesan tergantung
jenis RDT ( umumnya 4 – 6 tetes). Posisi botol buffer tegak lurus.
h. Diamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak T (tes)
48
i. Umumnya hasil dibaca setelah menit 15 (maksimal sampai 30 menit ) Baca
hasil tes ditempat yang terang
SETELAH 15’
LATAR BELAKANG
PADA KOTAK
PERIKSA GARIS JENDELA AKAN
KONTROL TERLIHAT BERSIH
DAN JELAS
j. Tulis hasil tes dekat kotak T (Tes/ hasil) dan pada buku laporan tes.
CATAT HASIL
TULIS HASIL TES PADA
KOTAK (T) TES & PADA
BUKU LAPORAN TES
k. Tes tanpa garis kontrol berarti tidak valid, tes harus diulang dengan
menggunakan RDT yang baru.
l. Bila telah melewati 30 menit, hasil tidak boleh dibaca lagi karena sudah tidak
valid
49
Cara membaca hasil tes RDT jenis single (contoh: Paracheck P.f):
• Bila terdapat 1 (satu) garis berwarna pada jendela Tes (T) dan 1 (satu) garis
pada jendela kontrol (C) menunjukkan positif P.falciparum
• Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela Control (C) menunjukkan
kesalahan pada RDT (tes harus diulangi).
• Bila terdapat garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan negatif P.falciparum.
Bila terdapat 2 garis berwarna pada jendela test (T) dan 1 garis pada jendela
kontrol (C) menunjukkan infeksi P.falciparum atau infeksi campur. (HRP-2, pan
LDH, Aldolase)
Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (HRP-2) dan 1 garis pada
jendela C, menunjukkan adanya infeksi falciparum.
Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (pan-LDH/Aldolase) dan 1 garis
pada jendela C, menunjukkan adanya infeksi non falciparum.
Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela C menunjukkan negatif.
Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela C menunjukkan kesalahan
pada RDT (Test harus diulang/invalid).
Pemantapan Mutu RDT bisa dilihat pada buku Petunjuk Teknis Jejaring dan
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
50
V. LAMPIRAN
51
52
1. Formulir Registrasi Laboratorium
53
2. Formulir Uji Silang
54
3. Formulir Rekap Uji Silang Kabupaten/Kota
55
56
5. Bukhari, S.ST
8. Nurasni, SKM
57
DAFTAR SINGKATAN :
1. SD = sediaan darah
2. LPB = lapangan pandang besar
3. pH = tingkat keasaman (asam-basa)
4. PMN = polymorphonuclear
5. µl = mikroliter
6. RDT = Rapid Diagnotic Test
7. PA = Pro Analysis
8. ACD = Active Case Detection
9. PCD = Passive Case Detection
10. KLB = Kejadian Luar Biasa
11. PCR = Polymerase Chain Reaction
58
Produksi :
DIREKTORAT JENDERAL P2P
DIREKTORAT P2PTVZ
SUBDIT MALARIA
2017