Anda di halaman 1dari 16

GOOD LABORATORY PRACTICE dan SUMBER KECELAKAAN KERJA

di LABORATORIUM

Tugas terstruktur ini guna memenuhi tugas mata kuliah


K3(Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Dosen Pengampu : SY.Didik Widianto,SKM M.Kes

Oleh:
1. Rizki Abita
2. Dewi Arum Yulianti (P1337434115068)

PROGRAM ANALIS KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi
yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi
tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia
internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global
karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja
yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga
kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis
sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya
fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara
yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja
Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku
sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika
kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai
faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.
Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan
dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu
komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam
kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB II
ISI
A. Pengertian GLP
Good Laboratory Practices (GLP) adalah aturan-aturan, prosedur-prosedur dan
praktik di laboratorium yang cukup untuk menjamin mutu dan intensitas data analitik
yang dikeluarkan oleh laboratorium tersebut.GLP merupakan prinsip-prinsip yang
menyediakan kerangka kerja dalam laboratorium yang direncanakan, dilakukan,
dipantau, direkam, dilaporkan dan diarsipkan.
B. Perkembangan GLP
GLP pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 di Selandia Baru dan
Denmark, kemudian di Amerika Serikat pada tahun 1978 dalam menanggapi skandal
industry Bio Test Labs. Beberapa tahun kemudian diikuti oleh organisasi untuk kerja
sama ekonomi dan pembangunan (OECD). Industri Bio Test Labs ( IBT ) adalah
kasus yang paling terkenal , dimana ribuan tes keamanan untuk produsen kimia palsu
mengklaim telah dilakukan sehingga penyidik polisi tidak bisa mengumpulkan data-
data palsu yang telah mereka lakukan. Isu-isu ini mengakibatkan oenerbitan FDA
yang diusulkan pada GLP pada tahun 1976 dengan pembentukan peraturan final pada
26 juni 1979 (21 CFR 58). Badan Perlindungan lingkungan (EPA) juga mengalami
masalah yang sama sehingga terbit peraturan GLP dalam dua bagian terpisah (40 CFR
160 dan 40 CFR 792 pada tahun 1983. Setelah keputusan C (97), 186/akhir dari
Dewan OECD, data yang dihasilkan dalam pengujian bahan kimia di satu negara
anggota OECD, sesuai dengan pedoman uji OECD dan prinsip-prinsip GLP diterima
di semua negara anggota OECD lainnya. OECD: EMV/MC/CHEM (98) 17 bagian
dua
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi organisasi, personel, penanganan sampel, metode dan
prosedur pengujian, pencatatan dan pelaporan data, serta keamanan laboratorium.
1. Organisasi Laboratorium
Struktur organisasi harus jelas dan mampu membuat laboratorium
menjadi efisien serta menunjang tercapainya tujuan untuk memproduksi
data analisa yang bermutu dan akhirnya mempengaruhi jaminan mutu
analisa. Pembagian laboratorium menjadi sub unit harus demikian rupa
sehingga terdapat pembagian tugas yang merata dan sesuai dengan jenis
pekerjaan, alokasi tanggung jawab yang tepat, tidak menghambat
hubungan antar unit dalam melakukan pengujian terhadap kontrol yang
sama.
Laboratorium harus mempunyai system dokumentasi yang tertib dan
mampu termasuk terhadap catatan kualifikasi, pelatihan, pengalaman, serta
uraian tugas dari personel.
2. Personel
Kualifikasi personel harus dalam bidang pengujian yang bersangkutan
serta mampu melaksanakan tugas yang tertulis dalam uraian tugas yang
tertulis dalam uraian tugas dengan pendidikan yang sesuai dengan
tugasnya. Kualitas dapat dicerminkan oleh pendidikan terakhirnya yang
dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya adaptasi dalam bekerja di
laboratorium. Tetapi latar belakang terletak mutlak, untuk dapat bekerja
dengan baik di dalam sebuah laboratorium.
Oleh karena itu pendidikan tambahan atau pelatihan akan sangat
membantu meningkatkan kualifikasi personel.Di samping kualifikasi
jumlah personel yang memadai akan berperan dalam memberikan jaminan
mutu analisa. Sebuah laboratorium yang sangat sibuk, tetapi didukung oleh
beberapa analisa, maka analis akan bekerja dengan tergesa-gesa dan
mungkin akan memberikan hasil analisa yang kurang teliti, sebaiknya
dengan jumlah analis yang berlebihan dalam laboratorium yang kurang
sibuk akan membuat laboratorium tidak efisien.
Laboratorium harus mempunyai program pelatihan dan personel harus
diberi pelatihan secara periodik untuk meningkatkan kemampuan
pengujian. Kualifikasi, pengalaman, serta pelatihan tiap personel harus
didokumentasikan. Kesehatan personel harus dimonitor sesuai dengan
peraturan yang ada dan bila ada personel yang kondisi kesehatannya tidak
baik tidak boleh bekerja dalam lingkungan yang dapat menambah
buruknya kesehatan.
3. Peralatan atau fasilitas
a) Umum
Laboratorium harus dilengkapi dengan jenis peralatan yang
dibutuhkan sesuai dengan ruang lingkup aktifitas pengujian. Untuk
menjamin keabsahan pada waktu digunakan, peralatan harus
dipelihara dan dikalibrasi secara berkala.
Peralatan ditempatkan pada tempat yang sesuai untuk masing-
masing peralatan. Setiap peralatan dengan petunjuk penggunaan
alat dan buku catatan pemakaian. Setiap peralatan harus
mempunyai tanggung jawab.
Semua peralatan harus dipelihara dengan baik dan prosedur
pemeliharaan harus didokumentasikan. Semua jenis alat harus
dilengkapi dengan rekaman yang mencakup:
1) Nama peralatan
2) Nama pabrik, identitas jenis dan nomor seri
3) Tanggal penerimaan dan tanggal mulai digunakan
4) Letaknya pada saat ini
5) Kondisi saat diterima
6) Buku instruksi data perusahaan pembuat alat
7) Tanggal hasil kalibrasi
8) Pemeliharaan secara rinci tanggal dan rencana
pemeliharaan yang akan datang
9) Sejarah tentang kerusakan/reparasi
b) Media atau reagensia
Bahan media/reagen yang diperlukan dalam suatu laboratorium
kebutuhan sperti pada metode yang digunakan dan sebaiknya
berasal dari pabrik yang telah dikenal reputasinya dengan ukuran
kemasan yang sesuai untuk penggunaan di laboratorium.
Catatan pengadaan bahan-bahan tersebut sebaiknya ada dan cara
pengadaaanya diusahakan sedemikian ruopa agar dapat
memperlancar dan tidak sampai kehabisan bahan. Pada waktu
diterima harus diperiksa seutuhnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan dan
penyimpanan bahan kimia dan reagensia antara lain:
1) Tempat penyimpanan
2) Label/tanda yang tertempel pada tombol reagensia/media
3) Etiket
Media dan reagensia ditempatkan di gudang atau lemari yang
sesuai untuk menjaga agar bahan media tersebut tidak rusak dan
mudah dicari serta tidak mudah tercemar. Pada penyimpanan juga
harus memperhatikan tanda peringatan, tanda bahaya, termasuk
toksisitasnya, sifat mudah terbakat stabilitasnya terhadap panas,
udara, cahaya, serta reaktifitasnya terhadap zat kimia lain.
Pereaksi/media yang sudah dibuat di laboratorium harus diberi
etiket yang jelas berisi informasi antara lain: nama pereaksi, kadar,
tanggal pembuatan, serta tanda bahaya bila ada. Prosedur
penanganan, penyimpanan media/reagensia pereaksi dan
pembuangan limbah, ditulis dan didokumentasi.
D. Pedoman Umum GLP
a. Tidak boleh makan minum, merokok di laboratorium
b. Dilarang memasukkan jari ke dalam mulut
c. Dilarang bekerja sendiri di laboratorium.
d. Semua bahan yang ada di lab harus dianggap infeksius atau toksis
e. Gunakan APD, gunakan lemari kabinet keamanan laboratorium.
f. Cuci tangan sebelum dan sesudah
g. Dilarang membuang sampah infeksius disembarang tempat
h. Tidak dibenarkan memipet dengan mulut dan menghirup
i. Gunakan jarum semprit dengan hati-hati
E. Dasar Pemilihan Peralatan Laboratorium
a. Kebutuhan
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan
yang meliputi jenis pemeriksaan,jenis spesimen,volume spesimen dan jumlah
pemeriksaan.
b. Fasilitas yang Tersedia
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan fasilitas
yang tersedia seperti luasnya ruangan,tingkat kelmbapan dan suhu ruangan.
c. Tenaga yang ada
Perlu dipertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi tertentu yang
dapat mengoperasikan alat yang akan dibeli.
d. Reagen yang Dibutuhkan
Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen di pasaran dan kontinuitas distribusi
dari pemasok.Selain itu sistem reagen perlu dipertimbangkan pula,apakah
system tertutup atau terbuka.Pada umumnya sistem tertutup harganya lebih
mahal dibandingkan dengan sistem terbuka.
e. Sistem Alat
Perlu mempertimbangkan antara lain:
 Alat tersebut mudah dioperasikan
 Alat memerlukan perawatan khusus
 Alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya setiap
minggu atau hanya setiap bulan.
f. Pemasok
Pemasok harus memiliki syarat sebagai berikut:
1. Memiliki reputasi yang baik
2. Meberikan fasilitas uji fungsi
3. Menyediakan petunjuk operasional alat
4. Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat,
pemeliharaan dan perbaikan sederhana.
5. Mendaftarkan peralatan ke Kementrian Kesehatan
g. Nilai Ekonomi
Dalam memilih alat perlu diperimbangkan analysis cost-benefit,yaitu seberapa
besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan,termasuk di
dalamnya operasi alat.
h. Terdaftar di Kementrian Kesehatan
Peralatan yang akan dibeli harus suadah terdaftar di kementrian kesehatan dan
mendapatkan izin beredar.

F. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan pada Pemakaian Alat


a. Persyaratan kecukupan peralatan
b. Persyaratan kemampuan alat
c. Log alat
d. Persyaratan pengoperasian alat
e. Jaminan keamanan kerja alat
f. Penanganan terhadap alat yang rusak
g. Pemindahan alat
G. Pemecahan Masalah (Troubleshooting) Kerusakan Alat
Pemecahan masalah adalah suatu proses/kegiatan untuk mencari penyebab
terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan dan memilih cara penanganan yang
benar untuk mengatasinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan:
a. Tetaplah tenang dan bepikirlah dengan jernih.
b. Jika penanganan sederhana gagal,mintalah bantuan supevisor/atasan atau
hubungi agen untuk menyakan masalah tersebut.
c. Tempelkan label untuk memberi informasi bahwa alat rusak.
d. Catatlah semua tindakan/upaya perbaikan pada catatan khusus.
H. Bahan yang Ada di Laboratoriun
a. Reagen
Zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi,mengukur,memeriksa dan menghasilkan zat lain.
Menurut Cara Pembuatannya:
1) Reagen Jadi (komersial)
Reagen yang dibuat oleh pabrik.
2) Reagen Buatan Sendiri
b. Media
Suatu bahan yang terdri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan untuk
menumbuhkan mikroba.
Berdasarkan susunan kimianya,terbagi menjadi:
1) Media Anorganik:media yang tersusun dari bahan-bahan
anorganik,misalnya:silika gel.
2) Media Organik:media yang tersusun dari bahan-bahan organik.
3) Media Sintetis:media buatan dengan ramuan tertentu,baik ready for
use maupun ramuan sendiri.
4) Media Non Sintetis:media alamiah,misalnya:media wortel,media
kentang.

I. Spesimen
Spesimen yang berasal dari manusia dapat berupa:
a) Darah
b) Urine
c) Feses
d) Dahak
e) Sperma

Persiapan pasien saat pengambilan spesimen:


a) Pasien harus berpuasa selama 8-12 jam sebelum diambil darah.
b) Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00-09.00.
c) Menghindari obat-obatan sebelum spesimen diambil.
d) Menghindari aktifitas fisik/olahraga sebelum spesimen diambil.
J. Pengambilan Spesimen
1.Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
 Bersih
 Kering
 Tidak mengandung bahan kimia
 Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen.
2. Wadah
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
 Terbuat dari kaca atau plastik
 Tidak bocor atau tidak merembas
 Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
 Besar wadah harus disesuaikan dengan volume spesimen
 Bersih
 Kering
 Tidak mengandung bahan kimia.
K. Pengertian Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan
sampai kepada yang paling berat.
L. Pengertian Laboratorium
Laboratorium adalah sarana yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran,
penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang digunakan untuk penentuan formula
obat yang akan dibuat. Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang
melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan perorangan dan masyarakat.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja dalam laboratorium adalah kejadian
yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi di dalam laboratorium yang
menyebabkan kerugian material dan penderitaan pada praktikan maupun masyarakat.

M. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :


a. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien
b. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu
sendiri.
N. Sumber Terjadinya Kecelakaan Kerja di Laboratorium
a) Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan
proses- proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan labolatorium.
b) Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya
pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan laboratorium.
c) Kurangnya bimbingan terhadap mahasiswa yang sedang melakukan kegitan
labolatorium.
d) Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
perlindungan kegiatan labolatorium.
e) Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya
harus ditaati.
f) Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
O. Contoh Kecelakaan yang Terjadi di Laboratorium :
a) Terpeleset, biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di
laboratorium.
Akibatnya:
 Ringan:memar
 Berat:fraktura,dislokasi,memar otak,dll.
Pencegahannya :
 Pakai sepatu anti slip,jangan memakai sepatu dengan hak tinggi.
 Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin)
atau tidak rata konstruksinya.
b) Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat.

Akibatnya:

 Cedera punggung

Pencegahannya :

 Beban jangan terlalu berat


 Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
 Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tetapi
pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok.
 Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan
terhambat.
c) Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya.

Akibatnya :

 Tertusuk jarum suntik


 Tertular virus HIV,Hepatitis B,dll.
Pencegahannya :
 Gunakan alat suntik sekali pakai.
 Jangan menutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah
dipakai tetapi langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan.
 Bekerja dibawah pencahayaan yang cukup.

d) Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia) bahan desinfektan yang


mungkin mudah menyala dan beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur
bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibatnya :
 Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai
berat bahkan kematian
 Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahannya :
 Konstruksi bangunan yang tahan api
 Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar.
 Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
 Sistem tanda kebakaran :
*Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya
dengan segera.
*Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda
secara otomatis.

Untuk dapat menerapkan K3 yang baik, fasilitas laboratorium harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut ini:

1. Harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai agar sirkulasi udara berjalan lancar.
2. Harus mempunyai alat pemadam kebakaran terhadap bahan kimia yang berbahaya
yang dipakai.
3. Meja yang digunakan harus diberi bibir untuk menahan tumpahan larutan yang mudah
terbakar, korosif dan melindungi tempat yang aman dari bahaya kebakaran.
4. Menyediakan dua buah jalan keluar untuk keluar dari kebakaran dan terpisah sejauh
mungkin.
5. Tempat penyimpanan di laboratorium di desain untuk mengurangi sekecil mungkin
risiko oleh bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
6. Harus tersedianya alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

Langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di laboratorium


1. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah
digunakan, setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh:
(hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik
seperti etanol, aseton, kloroform, dan dietil eter dikumpulkan di dalam
laboratorium secara terpisah dan dilakukan destilasi.
2. Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan
yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisa
bahan kimia. Selain menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi
limbah yang dihasilkan.
3. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini
dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-
bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak
pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung
asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang.
Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun
seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih
dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
4. Dengan pembakaran terbuka.
Metoda pembakaran terbuka dapat diterapkan untuk bahan-bahan organik
yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan- bahan
organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman
penduduk.
5. Pembakaran dalam insenerator.
Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan
toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-
senyawa yang bersifat toksik.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Good Laboratory Practice bertujuan agar petugas, masyarakat dan lingkungan laboratorium
kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik
dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan sebagai lembaga
yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi pembentukan
berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di laboratorium kesehatan serta
menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan K3
tersebut. Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola
laboratorium kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian
pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3
ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai
subyek dari upaya mulia ini.

B. Saran

Good Laboratory Practice sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan kecelakaan

kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara

olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh

tenaga kesehatan saja tetapi oleh seluruh masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA
http://analismuslim.blogspot.co.id/2011/11/sumber-kecelakaan-kerja-di-

laboratorium.htmlhttp://analismuslim.blogspot.com

http://www.academia.edu/8901496/kecelakaan_kerjadi_laboratorium_dan_tindakan_pencega
hannya

http://ardibudianto11.blogspot.co.id/2014/05/good-laboratory-practice-glp.html

http://arummeta.blogspot.co.id/2014/05/glp.html

http://fennyasrin.blogspot.co.id/2014/05/glp-good-laboratory-practice.html

17

Anda mungkin juga menyukai