BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian HIV/AIDS
salah satu virus dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel
sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh. Pada awal tahun 1980, para
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. HIV
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa ) atau aliran darah, dengan
cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan
vagina, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
7
8
Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala
yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 paling banyak ditemukan di daerah Barat,
Eropa, Asia dan Afrika Tengah, Selatan dan Timur, sedangkan HIV-2
ke dalam tubuh penderita (sel hospes), maka RNA virus diubah menjadi
virus.
system kekebalan tubuh. Selain limfosit T4, virus juga dapat menginfeksi
sel monosit dan makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrite folikuler
pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks
uteri dan sel-sel microglia otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit
sebagai virus endogen serta dapat berada pada tubuh binatang untuk
infeksi virus eksogen yang ditularkan secara vertikal pada orang ke orang.
helper.
Retrovirus.
menyebabkan leukimia.
Human T-cell leukimia/ Lympotropik virus (HTLV) serotipe I,II, dan III.
spesifiknya terhadap limfosit T4, tipe efek sitopatik yang spesifik pada
(9.200 pasang basa) dengan 3 gen utama (gag, vol, dan rev) serta
beberapa gen tambahan (LTR, tat, rev vif, vpu dan nef).
Tropisma: spesifik, selektif tinggi dari HIV terhadap sel limfosit T-helper
kekebalan seluler. Serta Sitopatologi: HIV pada biakan sel limfosit berupa
3. Patafisiologi
melumpuhkan sistem imun, dan kadang juga masuk ke sel otak, sehingga
Infeksi terjadi karena, virus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel
darah putih (limfosit). Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel
13
yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembang biak dan pada akhirnya
reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar.
kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel
14
CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar
partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah
melawan HIV dan infeksi lain ini tidak banyak membantu dalam melawan
lipid yang dilapisi oleh protein matriks dan ditempeli oleh tonjolan
glikoprotein (gp) 120 dan gp41. Membran ini mengelilingi inti protein
enzim virus. Awalnya terjadi perlekatan antara gp120 dan reseptor sel
atau CXCR4). Setelah itu terjadi penyatuan pori yang dimediasi oleh gp41.
RNA oleh enzim reverse transkriptase (RT) yang dibawa oleh virus. Ini
acak didalam genom sel pejamu. Virus yang terintegrasi diketahui sebagai
infeksius yang keluar dari permukaan sel dan bersatu dengan membran sel
grup hamr semua infeksi adalah grup M) dan 10 subtipe (grup B dominan
serebrospinal dan air susu ibu. Dalam konsentrasi yang lebih kecil, virus
juga terdapat pada air mata, air kemih dan air ludah (Sandina, 2011).
terkontaminasi.
2. Suntikan atau infus darah yang terkontaminasi. Hal ini sering terjadi
3. Pemindahan virus dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya sebelum atau
HIV tidak ditularkan melalui kontak biasa atau kontak dekat yang
pernah dilaporkan kasus penularan HIV melalui melalui batuk atau bersin
1. Fase 1
Usia 1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan
melakukan tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum
2. Fase 2
Usia infeksi: 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini
gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri).
3. Fase 3
4. Fase 4
Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah
kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul
1. Penderita dewasa
Stadium 1
1) Asimtomatis 2) PGL
Stadium 2
jamur kuku).
Stadium 3
2) Diare kronis yang tidak jelas sebabnya selama lebih dari 1 bulan.
3) Deman lama yang tidak jelas sebabnya selama lebih dari 1 bulan
6) TB paru
performance scale 3: tidak bangun dari tempat tidur < 50% sehari
Stadium 4
3) Toksoplasmosis otak
4) Kriptokokosis ekstrapulmonar
histoplasmosis)
12) TB ekstrapulmonar.
13) Limfoma.
2. Penderita anak-anak
Stadium 1
1) Asimtomatis.
2) PGL
Stadium 2
Stadium 3
1) Infeksi oportunistik
karena AIDS.
2) Kegagalan tumbuh
yang berat.
3) Ensofalopati progresif.
4) Keganasan.
spektrum yang lebar, mulai dari ifeksi tanpa gejala (asimtomatik) pada
stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium yang
rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.
HIV/AIDS
1. Pengetahuan
dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan
2013)
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
22
tetapi masih dalam suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Azwar,
2013).
2. Perilaku
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni perilaku (behavior causes) dan
kegiatan, tindakan atau aktifitas seseorang yang diketahui oleh orang lain
atau yang tidak dapat diketahui oleh pihak luar. Frued adalah orang
jelas terilihat atau disadari oleh orang yang bersangkutan (Robin, 2011).
dua:
respons terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain
(dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk
apabila respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari
sikap (attitude).
bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut
24
praktek (practice) yang diamati orang lain dati luar atau “observabel
behavior”.
pengetahuan
aktivitas dari manusia itu sendiri. Dan pendapat diatas disimpulkan bahwa
perilaku (aktivitas) yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya,
a. Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri
manusia dan yang tidak secara langsung dapat terlihat orang lain. (tanpa
dengan baik serta dapat menganjurkan pada orang lain untuk berbuat
serupa.
3. Sumber Penularan
serebrospinal dan air susu ibu. Dalam konsentrasi yang lebih kecil, virus
juga terdapat pada air mata, air kemih dan air ludah (Sandina, 2011).
terkontaminasi.
2. Suntikan atau infus darah yang terkontaminasi. Hal ini sering terjadi
3. Pemindahan virus dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya sebelum atau
HIV tidak ditularkan melalui kontak biasa atau kontak dekat yang
pernah dilaporkan kasus penularan HIV melalui melalui batuk atau bersin