Anda di halaman 1dari 12

1

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

TOPIK
TUGAS INTELIJEN KEAMANAN POLRI
DAN PEMELIHARAAN KAMTIBMAS

JUDUL
OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENGGALANGAN INTELIJEN
GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN AKSI UNJUK RASA DALAM RANGKA
TERPELIHARANYA KEAMANAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Upaya Polri mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif dihadapkan
pada pergeseran nilai-nilai sosial dan norma hukum pada suatu negara akibat globalisasi dan
pembauran nilai sosial dari suatu negara dengan negara lain. Dengan pemahaman yang membabi
buta terhadap globalisasi, terjadi pengkerdilan terhadap peran negara dan akhirnya tata kehidupan
masyarakat, baik ekonomi, sosial dan budaya, akan ditentukan oleh “pasar”. 1 Alih – alih untuk
mewujudkan kamtibmas, Polri justru akan dihadapkan pada situasi kegamangan dalam menangani
banyaknya konflik sosial akibat unjuk rasa, maraknya aksi kejahatan dan serangan balik dari para
pelaku kejahatan yang memandang Polri sebagai lawan karena menghambat aksi mereka dalam
melakukan kejahatan. Kondisi ini mengakibatkan semakin kuatnya hakekat ancaman terhadap
eksistensi Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya. Tugas Polri dalam memelihara keamanan
tidak cukup hanya memenuhi aspek legalitas/yuridis namun juga memerlukan
dukungan/legitimasi dari masyarakat.
Sadar dengan tantangan tugas yang makin berat pada era globalilasi, Polri dihadapkan pada
tantangan perubahan paradigma demokrasi masyarakat di Indonesia yang memandang
kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum sebagai bentuk kebebasan hak yang dapat
digunakan tanpa batas. Pandangan kebebasan yang tanpa batas itu pada kegiatan aksi

1
Kadarmanta, Riri, Satria, catatanuntuk ANTISIPASI DISINTEGRASI NEGERI INI, 2008, PT.FORUM MEDIA UTAMA,
Jakarta.
1
2

penyampaian pendapat dimuka umum /unjuk rasa (unras) disalah artikan sehingga mengakibatkan
ketidak tertiban dan berakhir anarkhis. Ironisnya ketika unjuk rasa tidak tertib dan berakhir
bentrok dengan pengunjuk rasa seringkali masyarakat disuguhkan pada pemberitaan media yang
menempatkan Polri pada posisi yang kurang menguntungkan. Beberapa aksi unjuk rasa anarkhis
yang muncul kepermukaan merupakan bentuk protes sosial atas ketidak adilan dan ketidak
berdayaan masyarakat mengendalikan diri 2 .Kondisi ini mempengaruhi penilaian masyarakat
terhadap kemampuan Polri mewujudkan keamanan dan ketertiban dalam berunjuk rasa.
Penilaian masyarakat atas kemampuan Polri dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban
masyarakat dapat mempengaruhi kondisi dan situasi yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan bagi Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya. Maraknya unjuk rasa yang
terjadi dan disertai dengan perbuatan melanggar hukum adalah gambaran sebuah kondisi yang
tidak menguntungkan bagi Polri dalam upayanya memelihara kamtibmas, melindungi, melayani,
mengayomi dan menegakkan hukum. Guna mengubah kondisi yang tidak menguntungkan
tersebut pembinaan kepada masyarakat belumlah cukup, diperlukan upaya lain melalui
optimalisasi penyelenggaraan penggalangan sebagai suatu usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan
yang dilakukan secara berencana dan terarah oleh organisasi-organisasi khusus untuk membuat,
menciptakan dan atau merubah kondisi dan situasi unjuk rasa yang awalnya tidak tertib di daerah
tertentu dalam waktu tertentu menjadi unjuk rasa yang tertib sesuai dengan kondisi dan situasi
yang diinginkan oleh Polri.

2. Permasalahan

Permasalahan pokok yang di bahas dalam naskah ini adalah bagaimana


mengoptimalkan penyelenggaraan penggalangan sebagai suatu kegiatan operasi
intelijen guna mewujudkan ketertiban aksi unjuk rasa dalam rangka terpeliharanya
keamanan masyarakat.

3. Persoalan
a. Bagaimana kondisi unjuk rasa di Kota M ?
b. Bagaimana metode penggalangan intelijen yang dilakukan ?
c. Bagaimana kemampuan SDM Satuan Intelkam Polres X dalam melakukan
penggalangan intelijen ?

2
A Kadarmanta, Antisipasi Disintegrasi Negeri Ini, Hal 19,2008, PT.FORUM MEDIA UTAMA, Jakarta.
2
3

4. Ruang Lingkup
Penulis membatasi ruang lingkup penulisan ini pada optimalisasi penyelenggaraan
penggalangan intelijen oleh Satuan Intelijen Keamanan Polres X sebagai upaya
mewujudkan ketertiban berunjuk rasa.

BAB II PEMBAHASAN

5. Fakta – Fakta
a. Kondisi aksi unjuk rasa di Kota M
1) Aksi unjuk rasa di Kota M
Penyampaian pendapat dimuka umum di Kota M marak terjadi dan cenderung
meningkat seiring dengan perkembangan demokrasi di Indonsia. Pada tahun 2012
Intensitas unras yang terjadi relatif tinggi, dibawah ini adalah gambaran tingginya
aksi unras tersebut.

Tabel . 1
Aksi unjuk rasa periode TAHUN 2012

AKSI UNRAS
STTP/PEMB
NO BULAN DAMAI ANARKHIS JML RITAHUAN

1 JAN 47 - 47 2
2 FEB 61 - 61 4
3 MAR 214 18 232 13
4 APR 60 - 60 13
5 MEI 75 1 76 5
6 JUN 70 - 70 6
7 JUL 41 - 41 2
8 AGUST 27 - 27 3
9 SEP 76 - 76 5
10 OKT 94 - 94 8
11 NOP 30 - 30 -
12 DES - - - -
JML 671 19 690 61
Sumber : Sat Intelkam Polres M
Gambaran aktifitas unjuk rasa di Kota M pada tabel tersebut diatas dapat dikatakan
”tiada hari tanpa unjuk rasa” sebutan ini menjadi label yang melekat bila kita
mendengar Kota M. Dari tabel tersebut dapat digambarkan selama tahun 2012 rata
setiap hari lebih dari 2 kali unjuk rasa terjadi di Kota M. Adapun aspirasi para
3
4

pengunjuk rasa menuntut beberapa hal sebagaimana digambarkan pada tabel 2


dibawah ini.
Tabel 2
Aspek Tuntutan Pengunjuk Rasa

BULAN

ISSUE /
NO TUNTUTAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JML
1 Bijak Pem 15 27 209 33 35 35 21 5 58 48 - - 486
2 Pendidikn 11 2 1 1 7 3 4 3 3 12 - - 47

3 Tanah 1 3 2 3 5 4 3 3 7 6 - - 37
4 Tenaga 4 1 5 3 6 3 2 - 5 13 - - 42
Kerja
5 Hukum 5 12 5 17 12 16 4 5 0 15 - - 91
6 Korupsi 7 9 9 3 11 9 7 3 3 0 - - 61
7 Politik - 6 1 - - - - - 0 0 - - 7
8 Agama - - - - - - - 8 0 - - 8
Sumber : Sat Intelkam Polres M
Pada tabel tersebut diatas nampak bahwa sebagian besar ± 70 % aksi unjuk rasa
mengkritisi kinerja pemerintahan, kondisi ini berdampak pada unjuk rasa yang
dilakukan mengarah kepada beberapa objek kantor / badan usaha milik
pemerintahan. Hal ini nampak pada data tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3
Sasaran Unjuk Rasa

SASARAN BULAN
NO / JML
LOKASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kant 8 15 20 16 25 23 8 10 7 22 - - 154
Pemerintah
an/ Obvit
2 DPRD Kab 4 6 22 12 5 8 5 - 3 2 - - 67
& Prov
3 Swasta 1 6 12 5 24 4 2 - 6 11 - - 71
4 Tmpt 4 9 26 5 5 5 7 7 1 13 - - 99
keramaian 8
5 Fly over 6 9 33 10 14 8 5 4 1 20 - - 124
5
6 Kampus 24 16 11 12 13 22 14 4 2 26 - - 277
9 7
7 Tmpt - - - - - - - 2 - 0 - - 2
Ibadah
Sumber : Sat Intelkam Polres M

4
5

Dari data tersebut diatas aksi unras ke pemerintahan menduduki peringkat kedua
terbanyak setelah aksi didepan kampus, beberapa aksi unjuk rasa rentan terjadi aksi
anarkhisme berupa pengrusakan, penganiayaan dan pemukulan apabila aspirasi
para pengunjuk rasa tidak direspon.
2) Karakteristik unjuk rasa di Kota M
Aksi penyampaian pendapat dimuka umum dalam bentuk unjuk rasa yang ada di
Kota M memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Aksi dilakukan dengan cara menutup jalan raya yang mengakibatkan
kemacetan panjang dan mengganggu situasi kamtibmas.
b) Pergeseran kelompok aksi ke Obvitnas dilakukan dengan arak-arakan
kendaraan bermotor biasanya R2 tanpa menggunakan kelengkapan standar
berlalulintas (helm dan kaca spion)
c) Para pengunjuk rasa tidak segan-segan melakukan pengrusakan, perlawanan
terhadap pengguna jalan dan objek unjuk rasa yang tidak mengindahkan
keinginan pengunjuk rasa.
d) Aksi dilakukan dengan metode bakar ban, menyandera kendaraan, menyandera
aparat, menutup jalan raya dan mengintimidasi sasaran aksi dengan kata-kata
maupun perbuatan melawan petugas keamanan. Penggerak aksi mempersiapkan
kemungkinan terburuk berupa kelengkapan ” perang ” seperti batu, busur,
paporo (senjata api rakitan) apabila menghadapi tindakan represif dari Polri.
e) Aksi unras dilakukan sebagai bentuk tekanan kepada objek untuk mendapatkan
”perhatian”.

b. Terhadap Metode penggalangan intelijen


1) Penggalangan Intelijen pada prinsipnya dilakukan dalam bentuk operasi Intelijen,
bersifat tertutup, dilaksanakan berencana dan terarah namun pada pelaksanaannya
tidak mendapat dukungan anggaran operasi intelijen dan kurang terarah.
2) Operasi penggalangan yang mempunyai aspek taktis dan strategis belum mampu
mempengaruhi secara psikologis melalui ESTOM (emosi, sikap, tingkah laku,
opini dan motivasi) sasaran perorangan (jendral lapangan, koordinator lapangan)
maupun sasaran kelompok pelaku dan penggerak unjuk rasa.
3) Penggalangan terhadap sasaran perorangan dilakukan dengan tahap pendekatan,
mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan serta pemanfaatan objek
penggalangan yang dilakukan secara terbuka.

5
6

4) Penggalangan terhadap sasaran kelompok dilakukan dengan tahapan sebagai


berikut :
a) Penyusupan, sat intelkam belum mampu melakukan penyusupan kedalam
kelompok sasaran. Sehingga informasi yang didapat melalui sumber ke 2 dari
jaringan yang ada didalam kelompok.
b) Penceraiberaian, perbedaan pendapat antara kelompok yang pro dan kontra
unjuk rasa dijalanan belum mampu diarahkan dan dimanfaatkan oleh unit
penggalangan.
c) Pengingkaran, pengarahan, pengusut kesetiaan, penggeseran dan penggabungan
tidak dapat dilakukan dan kejadiannya didalam kelompok tidak dapat
dimanfaatkan karena tidak dilakukan tahap penyusupan.
5) Minimnya penggunaan taktik penggalangan yang dilakukan yaitu melalui
pemberian hadiah dan pemanfaatan pemikiran para akademisi/kelompok
intelektual.
6) Polres belum memiliki unit penggalangan.

c. Gambaran kemampuan SDM dalam melakukan penggalangan


Untuk membangun dan mengoptimalkan kemampuan penggalangan kemampuan SDM
sangat penting. Kualitas SDM yang dimiliki oleh Polres X dalam melakukan
penggalangan dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Ketrampilan (skill)
a) Lemahnya ketrampilan anggota dalam menguasai teknik penggalangan yaitu :
(1) perang Urat Saraf (PUS) atau Operasi Penggalangan Psikologis:
(2) propaganda melalui penyebaran pernyataan atau gagasan-gagasan;
(3) kampanye berbisik untuk melawan isu negatif;
(4) penyebaran rumor ke dalam lingkungan kelompok masyarakat tertentu
untuk menimbulkan keraguan terhadap loyalitas kelompok;
(5) penggunaan isu;
(6) penggunaan gosip untuk menciptakan pengingkaran kelompok
terhadap integritas pimpinan kelompok;
(7) mempengaruhi pikiran oknum atau kelompok yang menentang penegak
hukum;
(8) memanfaatkan kelemahan atau kerawanan ekonomi untuk
mempengaruhi sasaran;

6
7

(9) melakukan kegiatan untuk menimbulkan ketidakstabilan atau tindakan


melawan aturan atau hukum di kalangan kelompok-kelompok sasaran.
b) Penentuan tema belum diimbangi dengan penggunaan media penyampai pesan
yang tepat. Media penyampai pesan yang digunakan sederhana yaitu melalui
selebaran, spanduk dan media massa.
c) Pelaksanaan penggalangan belum mendapat dukungan anggaran untuk
mendukung kegiatan dan memperoleh peralatan yang dibutuhkan.
d) Belum adanya ketetapan hati yang mantap bagi personil untuk dapat
melakukan penggalangan intelijen.
2) Pengetahuan (Knowledge)
a) Lemahnya kemampuan deteksi dan peringatan dini serta analisis Intelijen
terhadap berbagai fenomena dan peristiwa serta kasus terkait maraknya aksi
unjuk rasa.
b) Pengetahuan tentang sasaran kelompok dan perorangan minim yang kontra
terhadap para pengunjuk rasa minim.
c) Lemahnya pengetahuan anggota tentang kondisi sasaran yang dapat digunakan
sebagai media penekan.
d) Pengetahuan anggota terhadap daya terima masyarakat/lingkungan dan orang-
orang yang dapat mempengaruhi sasaran minim.
e) Pengetahuan tentang metode pengamanan kegiatan penggalangan minim.
3) Sikap perilaku (Attitude)
a) Masih ditemukan perilaku anggota penggalangan yang tidak memperhatikan
faktor keamanan perorangan, kegiatan dan keamanan bahan keterangan dalam
melakukan penyebaran pesan.
b) Rasa takut yang ”berlebihan” dari personil pada saat menjalankan teknik dan
taktik penggalngan.
c) Kurangnya kepekaan dari personil dalam menentukan media yang efektif
menyampaikan pesan kepada sasaran.

6. Analisa
a. Kondisi aksi unjuk rasa di Kota M
Dari data yang diperoleh dikota M marak terjadi unjuk rasa. Jika dilihat dengan
pendekatan teori Psikologi massa, maraknya aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh
sekelompok orang di kota M jika merupakan hakekat ancaman, jika dibiarkan

7
8

eskalasinya dapat meningkat dari potensi gangguan menjadi ambang gangguan dan
menjadi gangguan nyata terhadap obvitnas yang dijadikan sasaran unjuk rasa.
Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental manusia. Massa dapat
diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Oleh karena itu psikologi massa
akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok
massa atau kerumunan (crowd). Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai
3
Perilaku Kolektif (Collective Behavior) . Teori Emergent Norm atau teori
Perkembangan Norma menjelaskan tentang teori penggabungan konvergen. Teori
Convergen mengemukakan bahwa agregat mewakili dengan berbagai
kebutuhan,keinginan dan emosi yang memancing perilaku yang spontan dan yang
sudah terkontrol sebelumnya 4 . Berangkat pada pandangan tersebut aksi unjuk rasa
yang dilakukan oleh sekelompok/kerumunan orang secara psikologis dapat
menggerakkan keinginan dan emosi yang memancing orang-orang dalam kelompok
pengunjuk rasa untuk mendapatkan tujuannya dengan segala cara yang mereka anggap
benar.

b. Metode penggalangan intelijen


Penggalangan intelijen adalah semua usaha, pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan
secara berencana, terarah oleh sarana Intelijen untuk membuat, menciptakan,
mengubah suatu kondisi dalam masyarakat sehingga mencapai keadaan yang
menguntungkan terhadap pelaksanaan tugas pokok Kepolisian Negara Republik
Indonesia5. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa maraknya aksi unjuk rasa
yang berdampak pada kompleksitas hakekat ancaman terhadap keamanan dan
ketertiban masyarakat merupakan kondisi sosial yang tidak menguntungkan bagi Polri
dalam melaksanakan tugas. Masih maraknya aksi unjuk rasa menjadi indikator bahwa
satuan Intelijen Polres M belum mampu secara optimal menyelenggarakan
penggalangan melalui metode operasi penggalangan.

3
Tri Gezar Langitantyo, Teori Psikologi Massa dalam Kasus Amuk Massa,
http://langitantyo.blogspot.com/2012/06/teori-psikologi-massa-dalam-kasus-amuk.html/30 September 2013,
Pkl.21.02 Wib.
4
Handout Psi.Kelompok, Teori Perilaku Kolektif, http://mimi-psikelompok.blogspot.com/2010/11/teori-perilaku-
kolektif.html/ 30 September 2013, Pkl.21.30 Wib.
5
Peraturan Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri No.3 Tahun 2013 Tentang Penggalangan Intelijen.
8
9

c. Kemampuan SDM melakukan penggalangan


Upaya Satuan Intelkam Polres X dalam melakukan penggalangan perlu melibatkan
SDM yang profesional, terampil dan ahli dalam melakukan teknik dan taktik
penggalangan. Keberhasilan dalam melakukan penggalangan sangat dipengaruhi oleh
profesionalisme personil yang terlibat penggalangan. Veitzhal Rivai dan Ella Jauvani
(Manajemen SDM untuk Perusahaan, Hal 289) mengatakan, seseorang dapat disebut
sebagai profesional apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Memiliki knowledge yang diperlukan oleh profesinya.
2) Memiliki skill yang diperlukan
3) Dapat memecahkan masalah dalam pekerjaannya secara ilmiah, logis dan
sistematis.
Berangkat dari pengertian tersebut kemampuan sumberdaya manusia (personil) Sat
Intelkam Polres X dalam melakukan penggalangan memerlukan pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan memecahkan masalah secara ilmiah dan logis dalam
rangka membuat, menciptakan, mengubah suatu kondisi dalam masyarakat
sehingga mencapai keadaan yang menguntungkan terhadap pelaksanaan tugas
pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia.

7. Upaya Pemecahan Masalah


a. Terhadap kondisi unjuk rasa
1) Menekan jumlah aksi unjuk rasa dengan memanfaatkan peran serta masyarakat agar
dapat memberikan kondisi yang baik bagi Polres X dalam memelihara kamtibmas
2) Melakukan pengumpulan bahan keterangan terkait dengan kelompok pengunjuk
rasa, struktur kelompok, orang yang berpengaruh, sumberdaya aksi unjuk rasa untuk
mengetahui kemampuan, kelemahan, kemungkinan cara bertindak dan niat
pengunjuk rasa.
3) Membina jaringan informasi yang telah terbentuk dan menguji kesetiaan jaringan
untuk memastikan loyalitas jaringan, hal ini untuk menghindari adanya pemanfaatan
jaringan oleh pihak lawan untuk mendapat keuntungan dari maraknya aksi unjuk
rasa.
4) Melakukan operasi penggalangan terhadap sasaran perorangan dan kelompok untuk
mengurangi maraknya aksi unjuk rasa dan memastikan aksi unjuk rasa yang
dilakukan berjalan dengan tertib sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

9
10

5) Memanfaatkan kewenangan Polri dalam melakukan penegakkan hukum sebagai


media penekan bagi para pengunjuk rasa yang melakukan perbuatan melawan
hukum.
6) Membangun kerjasama dengan pengemban tugas intelijen negara lainnya dalam
mengantisipasi perkembangan lingstra yang dapat mempengaruhi sikap kritis
masyarakat terhadap perangkat penyelenggara negara.

b. Terhadap metode penggalangan


1) Mengalokasikan dukungan penggunaan anggaran operasi penggalangan pada DIPA
yang diambil dari anggaran dukungan operasional.
2) Memperkuat asupan informasi terhadap unit penggalangan tentang kondisi
psikologis sasaran sebelum melakukan penggalangan sehingga ESTOM (emosi,
sikap, tingkah laku, opini dan motivasi) sasaran dapat dipengaruhi.
3) Melakukan pelatihan secara bertahap dengan sasaran nyata untuk mendapatkan
personil yang memiliki kemampuan menyusup pada sasaran penggalangan. Hal ini
penting mengingat keberhasilan dalam melakukan penyusupan sangat
mempengaruhi tahapan penggalangan berikutnya.
4) Memanfaatkan kewenangan penegakkan hukum yang dimiliki oleh Polri dan
lembaga lainnya sebagai taktik untuk mempengaruhi objek penggalangan.
5) Membentuk unit penggalangan secara terstruktur di Satuan Intelkam Polres X.

c. Terhadap kemampuan SDM dalam melakukan penggalangan


1) Ketrampilan (skill)
a) Memberikan kursus dan pelatihan kepada personil satuan intelijen dalam
rangka meningkatkan penguasaan teknik penggalangan.
b) Melatih kepekaan anggota untuk dapat memberikan penilaian terhadap
ESTOM objek sasaran agar media penyampaian pesan yang digunakan sesuai
dengan tema penggalangan dalam rangka mewujudkan unjuk rasa yang tertib.
c) Melibatkan media massa untuk mendorong masyarakat luas mengetahui
dampak positif apabila aksi unjuk rasa dapat berjalan dengan tertib dan tidak
menggangu kamtibmas.
d) Mengalokasikan dan mencukupi dukungan anggaran / rencana kebutuhan
operasi penggalangan melalui penggunaan dana dukungan operasional.

10
11

e) Membuat format dan pelatihan penggalangan dengan sasaran nyata guna


meningkatkan ”jam terbang”
2) Pengetahuan (Knowledge)
a) Memberikan pelatihan dan kursus penyelidikan intelijen terhadap personil unit
penggalangan guna meningkatkan kemampuan deteksi dan peringatan dini
serta analisis Intelijen terhadap berbagai fenomena dan peristiwa serta kasus
terkait maraknya aksi unjuk rasa.
b) Melatih kemampuan pencatatan terhadap semua informasi penting tentang
sasaran kelompok dan perorangan yang kontra terhadap para pengunjuk rasa
minim.
c) Menugaskan personil yang bertugas menginfentarisir dan membuat profile
lengkap sasaran dan kondisinya yang dapat digunakan sebagai media
penekan.Misalnya perilaku/kebiasaan sasaran yang menyimpang
d) Menempatkan personil dengan kemampuan analisa di Unit penggalangan untuk
mengetahui daya terima masyarakat/lingkungan dan orang-orang yang dapat
mempengaruhi sasaran.
e) Membekali personil dengan pengetahuan pengamanan orang, kegiatan dan
bahan keterangan.
3) Sikap perilaku (Attitude)
a) Merencanakan metode pengamanan untuk menjamin kerahasiaan operasi
penggalangan.
b) Mempersiapkan personel yang profesional dan dilatih khusus untuk tugas
penggalangan.
c) Meningkatkan kemampuan personil melakukan penggalangan melalui
pelatihan dengan sasaran nyata.

BAB III PENUTUP

8. Kesimpulan
Dalam hal mewujudkan unjuk rasa yang tertib, penyelenggaraan penggalangan intelijen
perlu dioptimalkan. Melalui penggalangan diharapkan mampu membuat, menciptakan,
mengubah suatu kondisi dalam masyarakat sehingga mencapai keadaan yang
menguntungkan terhadap pelaksanaan tugas pokok Polri memelihara Kamtibmas.
Dalam pelaksanaannya optimalisasi penyelenggaraan intelijen masih mengalami persoalan
yaitu :
11
12

a. Masih maraknya unjuk rasa menjadi salah satu indikator bahwa pelaksanaan
penggalangan dengan sasaran perorangan dan kelompok yang sering melakukan unjuk
rasa belum optimal. Hal itu disebabkan karena masih banyaknya kelompok pengunjuk
rasa, karakteristik pengunjuk rasa yang keras, dan lemahnya pembinaan kepada para
pengunjuk rasa. Upaya yang dilakukan adalah melakukan pendataan dan pemetaan
sasaran perorangan maupun kelompok pengunjuk rasa, membina dan menguji jaringan
informasi, melakukan operasi penggalangan, mengoptimalkan profesionalisme penegak
hukum, dan bekerjasama dengan pengemban tugas intelijen negara lainnya..
b. Metode penggalangan yang dilakukan belum terencana dan terarah dengan baik,
penggalangan dengan sasaran orang dilaksanakan secara terbuka, kemampuan penyusupan
belum ada, taktik penggalangan yang minim. Upaya yang dilakukan adalah memperkuat
basis data tentang sasaran penggalangan, membentuk unit penggalangan, mengalokasikan
anggaran penggalangan, mempertajam dan membina jaringan informasi.
c. Kemampuan SDM melakukan penggalangan, kemampuan SDM Sat Intelkam Polres X
dalam melakukan penggalangan terhadap orang maupun kelompok pengunjuk rasa belum
optimal, hal itu disebabkan kurangnya keterampilan, pengetahuan dan kemampuan
memecahkan masalah. Upaya yang dilakukan adalah memberikan kursus, pelatihan
tentang teknik dan taktik penggalangan serta memanfaatkan media massa, dan pengaruh
orang dalam mempengaruhi, menggerakkan dan mengendalikan sasaran.

9. Rekomendasi

Memberikan rekomendasi kepada Kapolda melalui Dir Intelkam untuk memformalkan


struktur unit penggalangan serta mengalokasikan anggaran penggalangan kedalam DIPA
pada tahun anggaran yang akan datang.

12

Anda mungkin juga menyukai