TOPIK
TUGAS INTELIJEN KEAMANAN POLRI
DAN PEMELIHARAAN KAMTIBMAS
JUDUL
OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENGGALANGAN INTELIJEN
GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN AKSI UNJUK RASA DALAM RANGKA
TERPELIHARANYA KEAMANAN MASYARAKAT
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Upaya Polri mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif dihadapkan
pada pergeseran nilai-nilai sosial dan norma hukum pada suatu negara akibat globalisasi dan
pembauran nilai sosial dari suatu negara dengan negara lain. Dengan pemahaman yang membabi
buta terhadap globalisasi, terjadi pengkerdilan terhadap peran negara dan akhirnya tata kehidupan
masyarakat, baik ekonomi, sosial dan budaya, akan ditentukan oleh “pasar”. 1 Alih – alih untuk
mewujudkan kamtibmas, Polri justru akan dihadapkan pada situasi kegamangan dalam menangani
banyaknya konflik sosial akibat unjuk rasa, maraknya aksi kejahatan dan serangan balik dari para
pelaku kejahatan yang memandang Polri sebagai lawan karena menghambat aksi mereka dalam
melakukan kejahatan. Kondisi ini mengakibatkan semakin kuatnya hakekat ancaman terhadap
eksistensi Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya. Tugas Polri dalam memelihara keamanan
tidak cukup hanya memenuhi aspek legalitas/yuridis namun juga memerlukan
dukungan/legitimasi dari masyarakat.
Sadar dengan tantangan tugas yang makin berat pada era globalilasi, Polri dihadapkan pada
tantangan perubahan paradigma demokrasi masyarakat di Indonesia yang memandang
kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum sebagai bentuk kebebasan hak yang dapat
digunakan tanpa batas. Pandangan kebebasan yang tanpa batas itu pada kegiatan aksi
1
Kadarmanta, Riri, Satria, catatanuntuk ANTISIPASI DISINTEGRASI NEGERI INI, 2008, PT.FORUM MEDIA UTAMA,
Jakarta.
1
2
penyampaian pendapat dimuka umum /unjuk rasa (unras) disalah artikan sehingga mengakibatkan
ketidak tertiban dan berakhir anarkhis. Ironisnya ketika unjuk rasa tidak tertib dan berakhir
bentrok dengan pengunjuk rasa seringkali masyarakat disuguhkan pada pemberitaan media yang
menempatkan Polri pada posisi yang kurang menguntungkan. Beberapa aksi unjuk rasa anarkhis
yang muncul kepermukaan merupakan bentuk protes sosial atas ketidak adilan dan ketidak
berdayaan masyarakat mengendalikan diri 2 .Kondisi ini mempengaruhi penilaian masyarakat
terhadap kemampuan Polri mewujudkan keamanan dan ketertiban dalam berunjuk rasa.
Penilaian masyarakat atas kemampuan Polri dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban
masyarakat dapat mempengaruhi kondisi dan situasi yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan bagi Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya. Maraknya unjuk rasa yang
terjadi dan disertai dengan perbuatan melanggar hukum adalah gambaran sebuah kondisi yang
tidak menguntungkan bagi Polri dalam upayanya memelihara kamtibmas, melindungi, melayani,
mengayomi dan menegakkan hukum. Guna mengubah kondisi yang tidak menguntungkan
tersebut pembinaan kepada masyarakat belumlah cukup, diperlukan upaya lain melalui
optimalisasi penyelenggaraan penggalangan sebagai suatu usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan
yang dilakukan secara berencana dan terarah oleh organisasi-organisasi khusus untuk membuat,
menciptakan dan atau merubah kondisi dan situasi unjuk rasa yang awalnya tidak tertib di daerah
tertentu dalam waktu tertentu menjadi unjuk rasa yang tertib sesuai dengan kondisi dan situasi
yang diinginkan oleh Polri.
2. Permasalahan
3. Persoalan
a. Bagaimana kondisi unjuk rasa di Kota M ?
b. Bagaimana metode penggalangan intelijen yang dilakukan ?
c. Bagaimana kemampuan SDM Satuan Intelkam Polres X dalam melakukan
penggalangan intelijen ?
2
A Kadarmanta, Antisipasi Disintegrasi Negeri Ini, Hal 19,2008, PT.FORUM MEDIA UTAMA, Jakarta.
2
3
4. Ruang Lingkup
Penulis membatasi ruang lingkup penulisan ini pada optimalisasi penyelenggaraan
penggalangan intelijen oleh Satuan Intelijen Keamanan Polres X sebagai upaya
mewujudkan ketertiban berunjuk rasa.
BAB II PEMBAHASAN
5. Fakta – Fakta
a. Kondisi aksi unjuk rasa di Kota M
1) Aksi unjuk rasa di Kota M
Penyampaian pendapat dimuka umum di Kota M marak terjadi dan cenderung
meningkat seiring dengan perkembangan demokrasi di Indonsia. Pada tahun 2012
Intensitas unras yang terjadi relatif tinggi, dibawah ini adalah gambaran tingginya
aksi unras tersebut.
Tabel . 1
Aksi unjuk rasa periode TAHUN 2012
AKSI UNRAS
STTP/PEMB
NO BULAN DAMAI ANARKHIS JML RITAHUAN
1 JAN 47 - 47 2
2 FEB 61 - 61 4
3 MAR 214 18 232 13
4 APR 60 - 60 13
5 MEI 75 1 76 5
6 JUN 70 - 70 6
7 JUL 41 - 41 2
8 AGUST 27 - 27 3
9 SEP 76 - 76 5
10 OKT 94 - 94 8
11 NOP 30 - 30 -
12 DES - - - -
JML 671 19 690 61
Sumber : Sat Intelkam Polres M
Gambaran aktifitas unjuk rasa di Kota M pada tabel tersebut diatas dapat dikatakan
”tiada hari tanpa unjuk rasa” sebutan ini menjadi label yang melekat bila kita
mendengar Kota M. Dari tabel tersebut dapat digambarkan selama tahun 2012 rata
setiap hari lebih dari 2 kali unjuk rasa terjadi di Kota M. Adapun aspirasi para
3
4
BULAN
ISSUE /
NO TUNTUTAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JML
1 Bijak Pem 15 27 209 33 35 35 21 5 58 48 - - 486
2 Pendidikn 11 2 1 1 7 3 4 3 3 12 - - 47
3 Tanah 1 3 2 3 5 4 3 3 7 6 - - 37
4 Tenaga 4 1 5 3 6 3 2 - 5 13 - - 42
Kerja
5 Hukum 5 12 5 17 12 16 4 5 0 15 - - 91
6 Korupsi 7 9 9 3 11 9 7 3 3 0 - - 61
7 Politik - 6 1 - - - - - 0 0 - - 7
8 Agama - - - - - - - 8 0 - - 8
Sumber : Sat Intelkam Polres M
Pada tabel tersebut diatas nampak bahwa sebagian besar ± 70 % aksi unjuk rasa
mengkritisi kinerja pemerintahan, kondisi ini berdampak pada unjuk rasa yang
dilakukan mengarah kepada beberapa objek kantor / badan usaha milik
pemerintahan. Hal ini nampak pada data tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3
Sasaran Unjuk Rasa
SASARAN BULAN
NO / JML
LOKASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kant 8 15 20 16 25 23 8 10 7 22 - - 154
Pemerintah
an/ Obvit
2 DPRD Kab 4 6 22 12 5 8 5 - 3 2 - - 67
& Prov
3 Swasta 1 6 12 5 24 4 2 - 6 11 - - 71
4 Tmpt 4 9 26 5 5 5 7 7 1 13 - - 99
keramaian 8
5 Fly over 6 9 33 10 14 8 5 4 1 20 - - 124
5
6 Kampus 24 16 11 12 13 22 14 4 2 26 - - 277
9 7
7 Tmpt - - - - - - - 2 - 0 - - 2
Ibadah
Sumber : Sat Intelkam Polres M
4
5
Dari data tersebut diatas aksi unras ke pemerintahan menduduki peringkat kedua
terbanyak setelah aksi didepan kampus, beberapa aksi unjuk rasa rentan terjadi aksi
anarkhisme berupa pengrusakan, penganiayaan dan pemukulan apabila aspirasi
para pengunjuk rasa tidak direspon.
2) Karakteristik unjuk rasa di Kota M
Aksi penyampaian pendapat dimuka umum dalam bentuk unjuk rasa yang ada di
Kota M memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Aksi dilakukan dengan cara menutup jalan raya yang mengakibatkan
kemacetan panjang dan mengganggu situasi kamtibmas.
b) Pergeseran kelompok aksi ke Obvitnas dilakukan dengan arak-arakan
kendaraan bermotor biasanya R2 tanpa menggunakan kelengkapan standar
berlalulintas (helm dan kaca spion)
c) Para pengunjuk rasa tidak segan-segan melakukan pengrusakan, perlawanan
terhadap pengguna jalan dan objek unjuk rasa yang tidak mengindahkan
keinginan pengunjuk rasa.
d) Aksi dilakukan dengan metode bakar ban, menyandera kendaraan, menyandera
aparat, menutup jalan raya dan mengintimidasi sasaran aksi dengan kata-kata
maupun perbuatan melawan petugas keamanan. Penggerak aksi mempersiapkan
kemungkinan terburuk berupa kelengkapan ” perang ” seperti batu, busur,
paporo (senjata api rakitan) apabila menghadapi tindakan represif dari Polri.
e) Aksi unras dilakukan sebagai bentuk tekanan kepada objek untuk mendapatkan
”perhatian”.
5
6
6
7
6. Analisa
a. Kondisi aksi unjuk rasa di Kota M
Dari data yang diperoleh dikota M marak terjadi unjuk rasa. Jika dilihat dengan
pendekatan teori Psikologi massa, maraknya aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh
sekelompok orang di kota M jika merupakan hakekat ancaman, jika dibiarkan
7
8
eskalasinya dapat meningkat dari potensi gangguan menjadi ambang gangguan dan
menjadi gangguan nyata terhadap obvitnas yang dijadikan sasaran unjuk rasa.
Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental manusia. Massa dapat
diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Oleh karena itu psikologi massa
akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok
massa atau kerumunan (crowd). Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai
3
Perilaku Kolektif (Collective Behavior) . Teori Emergent Norm atau teori
Perkembangan Norma menjelaskan tentang teori penggabungan konvergen. Teori
Convergen mengemukakan bahwa agregat mewakili dengan berbagai
kebutuhan,keinginan dan emosi yang memancing perilaku yang spontan dan yang
sudah terkontrol sebelumnya 4 . Berangkat pada pandangan tersebut aksi unjuk rasa
yang dilakukan oleh sekelompok/kerumunan orang secara psikologis dapat
menggerakkan keinginan dan emosi yang memancing orang-orang dalam kelompok
pengunjuk rasa untuk mendapatkan tujuannya dengan segala cara yang mereka anggap
benar.
3
Tri Gezar Langitantyo, Teori Psikologi Massa dalam Kasus Amuk Massa,
http://langitantyo.blogspot.com/2012/06/teori-psikologi-massa-dalam-kasus-amuk.html/30 September 2013,
Pkl.21.02 Wib.
4
Handout Psi.Kelompok, Teori Perilaku Kolektif, http://mimi-psikelompok.blogspot.com/2010/11/teori-perilaku-
kolektif.html/ 30 September 2013, Pkl.21.30 Wib.
5
Peraturan Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri No.3 Tahun 2013 Tentang Penggalangan Intelijen.
8
9
9
10
10
11
8. Kesimpulan
Dalam hal mewujudkan unjuk rasa yang tertib, penyelenggaraan penggalangan intelijen
perlu dioptimalkan. Melalui penggalangan diharapkan mampu membuat, menciptakan,
mengubah suatu kondisi dalam masyarakat sehingga mencapai keadaan yang
menguntungkan terhadap pelaksanaan tugas pokok Polri memelihara Kamtibmas.
Dalam pelaksanaannya optimalisasi penyelenggaraan intelijen masih mengalami persoalan
yaitu :
11
12
a. Masih maraknya unjuk rasa menjadi salah satu indikator bahwa pelaksanaan
penggalangan dengan sasaran perorangan dan kelompok yang sering melakukan unjuk
rasa belum optimal. Hal itu disebabkan karena masih banyaknya kelompok pengunjuk
rasa, karakteristik pengunjuk rasa yang keras, dan lemahnya pembinaan kepada para
pengunjuk rasa. Upaya yang dilakukan adalah melakukan pendataan dan pemetaan
sasaran perorangan maupun kelompok pengunjuk rasa, membina dan menguji jaringan
informasi, melakukan operasi penggalangan, mengoptimalkan profesionalisme penegak
hukum, dan bekerjasama dengan pengemban tugas intelijen negara lainnya..
b. Metode penggalangan yang dilakukan belum terencana dan terarah dengan baik,
penggalangan dengan sasaran orang dilaksanakan secara terbuka, kemampuan penyusupan
belum ada, taktik penggalangan yang minim. Upaya yang dilakukan adalah memperkuat
basis data tentang sasaran penggalangan, membentuk unit penggalangan, mengalokasikan
anggaran penggalangan, mempertajam dan membina jaringan informasi.
c. Kemampuan SDM melakukan penggalangan, kemampuan SDM Sat Intelkam Polres X
dalam melakukan penggalangan terhadap orang maupun kelompok pengunjuk rasa belum
optimal, hal itu disebabkan kurangnya keterampilan, pengetahuan dan kemampuan
memecahkan masalah. Upaya yang dilakukan adalah memberikan kursus, pelatihan
tentang teknik dan taktik penggalangan serta memanfaatkan media massa, dan pengaruh
orang dalam mempengaruhi, menggerakkan dan mengendalikan sasaran.
9. Rekomendasi
12