Anda di halaman 1dari 153

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. ETHICA INDUSTRI FARMASI
KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG
JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA
PERIODE 7 JANUARI – 28 FEBRUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

HERLINA, S.Farm.
1206313186

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. ETHICA INDUSTRI FARMASI
KAWASAN INDSUTRI PULOGADUNG
JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA
PERIODE 7 JANUARI – 28 FEBRUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Apoteker

HERLINA, S.Farm.
1206313186

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013

ii
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh:

Nama :Herlina, S.Farm.


NPM : 1206313186
Program Studi : Apoteker
Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Ethica
Industri Farmasi Kawasan Industri Pulogadung Jl.
Pulogadung No. 6 Jakarta Periode 7 Januari - 28
Februari 2013

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program studi Apoteker, Fakultas Farmasi, universitas
Indonesia

DEWAI\I PENGUJI:
PT. ETI{rcA
Pembimbing I : Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt

Pembimbing II :Dr. Harmita, Apt.

Penguji I : Ar- ilqt"tlk, ry


Penguji II ,
fi 0r fury /*zan;ZtPz,

Penguji III . 2-a. il^-/ 4/i/toe'7,W,&,(

Ditetapkan di :Depok
'" t eart
Tanggal 7aL'

m
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. ETHICA Industri Farmasi.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan
pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Penulis menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi UI.
2. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
UI yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan
di Farmasi
3. Ibu Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt. selaku Quality Assurance Department
Head dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk mengenal Departemen Quality Assurance.
4. Ibu Maryati Wijaya, S.Si., Apt. selaku Quality Control Department Head dan
pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk
mengenal Departemen Quality Control.
5. Ibu Dra. Lily Sutedjo, Apt. selaku Quality Operation Division Head yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal Divisi Quality
Operation.
6. Bayu Riyanto, S.Farm., Apt., sebagai QC Raw Material / Packaging Material
Section Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis selama penulis melaksanakan praktek kerja.
7. Maya Maysarah M., S.Farm., Apt., sebagai QC Half Finished Good Section
Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis selama penulis melaksanakan praktek kerja.
8. Denny Kurniawan sebagai Quality Support Analyst atas kesempatan, bantuan,
dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis selama penulis
melaksanakan praktek kerja.

iv
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
9. Miwa Kristiyani S.E., sebagai Quality Assurance Admin atas bantuan yang
telah diberikan kepada penulis.
10. Seluruh manajer dan karyawan di SOHO Group, khususnya PT. ETHICA
Industri Farmasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kesediaannya
membantu dan memberikan pengarahan selama praktek kerja profesi apoteker
ini.
11. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah
banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman, dan pengetahuan
kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi.
12. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 76 yang telah mendukung dan
bekerja sama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA. Serta sahabat yang
selalu membantu dan mendukung penulis di saat senang dan susah.
13. Keluarga tersayang, terutama papa dan mama atas segala dukungan dan doa
untuk menyelesaikan pendidikan di farmasi sebaik mungkin.
14. Keluarga Mahasiswa Katolik FMIPA UI yang selama lebih dari 4 tahun
menjadi rumah kedua bagi penulis dalam menjalani kehidupan kampus.
Akhir kata, saya berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan
laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan
senang hati segala kritik dan saran demi perbaikan tulisan ini di masa yang akan
datang. Penulis berharap semua yang tertulis di dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dunia farmasi.

Penulis

2013

v
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : Herlina S.Farm
NPM : 1206313186
Program Studi : Profesi Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyutujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Free
Right) atas laporan praktek kerja saya yang berjudul:

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Ethica Industri Farmasi


Kawasan Industri Pulogadung, Jl. Pulogadung No.6 Jakarta Periode 7 Januari
– 28 Februari 2013

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 29 Juni 2013
Yang menyatakan

Herlina S.Farm

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN UMUM ..................................................................... 4


2.1 Industri Farmasi ............................................................................. 4
2.1.1 Pengertian Industri Farmasi ................................................. 4
2.1.2 Persyaratan Usaha Industri Farmasi .................................... 4
2.1.3 Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi ..................... 5
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik .................................................... 7
2.2.1 Manajemen Mutu ................................................................ 7
2.2.2 Personalia ........................................................................... 10
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas ....................................................... 11
2.2.4 Peralatan ............................................................................. 12
2.2.5 Sanitasi dan Higiene ........................................................... 13
2.2.6 Produksi .............................................................................. 14
2.2.7 Pengawasan Mutu ............................................................... 19
2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu .............................................. 20
2.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk,
dan Produk Kembalian ........................................................ 21
2.2.10 Dokumentasi ....................................................................... 24
2.2.11 Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak ........................... 25
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi ...................................................... 26

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS .................................................................. 30


3.1 Sejarah PT. SOHO Group .............................................................. 30
3.1.1 PT. ETHICA Industri Farmasi ............................................ 30
3.1.2 PT. SOHO Industri Pharmasi .............................................. 30
3.1.3 PT. Parit Padang Global ...................................................... 31
3.1.4 PT. SOHO Group ................................................................ 32
3.1.5 PT. Global Harmony Retailindo .......................................... 33
3.1.6 PT. Universal Health Network ............................................ 34
3.2 Visi dan Misi SOHO Group ........................................................... 35
3.2.1 Visi SOHO Group ............................................................... 35
3.2.2 Misi SOHO Group .............................................................. 35
3.2.3 Nilai budaya SOHO Group ................................................. 36
3.3 Struktur Organisasi SOHO Group .................................................. 38
3.3.1 Research and Development (R&D) Division ....................... 38
3.3.2 Quality Operation Division ................................................. 39

vi
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
3.3.3 Production Division ............................................................ 48
3.3.3.1 Produksi Cephalosporin ........................................... 50
3.3.3.2 Produksi Sediaan Steril............................................ 60
3.3.3.3 Produksi Ekstrak ..................................................... 61
3.3.4 Supply Chain (SCM) Division ............................................. 62
3.3.4.1 Supply Planning Department ................................. 62
3.3.4.2 Material Procurement Department ........................ 63
3.3.4.3 Inbound Logistic Department ................................ 64
3.3.4.4 Import Clearance Department ............................... 67
3.3.5 Validation and Documentation Division (VDD) .................. 67
3.3.6 Technical Division .............................................................. 69
3.3.6.1 Departemen Urusan Umum (General Affairs) ........ 69
3.3.6.2 Departemen Teknik (Engineering) ........................ 73
3.3.6.3 Departemen Kesehatan, Keamanan, dan
Lingkungan (Healthy, Safety, and Enviromental
/HSE Department) ................................................. 81
3.4 Lokasi dan Sarana PT. ETHICA Industri Farmasi ........................... 82
3.4.1 Lokasi PT. ETHICA Industri Farmasi .................................. 82
3.4.2 Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. ETHICA
Industri Farmasi .................................................................. 82
3.4.2.1 Desain Pabrik ........................................................ 82
3.4.2.2 Sistem Pengolahan Air .......................................... 83
3.4.2.3 Heating, Ventilating, and Air Conditioning
(HVAC) ................................................................ 83
3.4.2.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ............... 83
3.4.2.5 Pengelolaan dan Pengendalian Hama ..................... 84

BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................... 85


4.1 Manajemen Mutu ........................................................................... 85
4.2 Personalia ....................................................................................... 86
4.3 Bangunan dan Fasilitas ................................................................... 87
4.4 Peralatan ........................................................................................ 88
4.5 Sanitasi dan Higiene ....................................................................... 89
4.6 Produksi ......................................................................................... 90
4.7 Pengawasan Mutu .......................................................................... 92
4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ......................................................... 93
4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan
Kembalian ...................................................................................... 94
4.10Dokumentasi .................................................................................. 96
4.11Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak ...................................... 97
4.12Kualifikasi dan Validasi ................................................................. 97

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 99


5.1 Kesimpulan .................................................................................... 99
5.2 Saran .............................................................................................. 99

DAFTAR ACUAN ..................................................................................... 100


LAMPIRAN ................................................................................................ 101

vii
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo PT. ETHICA Industri Farmasi .................................... 30


Gambar 3.2 Logo PT. SOHO Industri Pharmasi....................................... 31
Gambar 3.3 Logo PT. Parit Padang Global ............................................. 32
Gambar 3.4 Logo PT. SOHO Group ........................................................ 33
Gambar 3.5 Logo PT. Universal Health Network .................................... 35

viii
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. SOHO Group ....................................... 102


Lampiran 2 Struktur Organisasi Manufacturing PT. SOHO Group ................ 102
Lampiran 3 Struktur Organisasi Quality Operation Division dan
Departemennya .......................................................................... 103
Lampiran 4 Struktur Organisasi Production Division dan Departemennya ..... 105
Lampiran 5 Struktur Organisasi Supply Chain Division dan Departemennya.. 107
Lampiran 6 Struktur Organisasi Technical Division dan Departemennya ....... 109
Lampiran 7 Struktur Organisasi Validation and Documentation
Departement ................................................................................ 112

ix
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan
obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi
pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan
mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Obat
disini meliputi bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Menteri
Kesehatan RI , 2010).
Setiap industri farmasi memiliki kewajiban untuk menghasilkan sediaan
farmasi yang berkualitas, aman, dan efektif. Pengawasan dan pengontrolan
kegiatan pada industri farmasi yang berhubungan dengan dihasilkannya sediaan
farmasi yang sesuai dengan tujuan penggunaannya dilakukan oleh pemerintah dan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), baik ditinjau dari segi perizinan,
produksi, peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan. Pemerintah selalu
mengusahakan tersedianya obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat bagi
masyarakat. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan penerapan CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik) bagi Industri Farmasi serta diharuskannya
penelitian bioavailabilitas dan bioekivalensi untuk beberapa obat yang akan
dipasarkan (BPOM, 2006).
CPOB pertama kali diterbitkan pada tahun 1988, kemudian diikuti dengan
penerbitan petunjuk Petunjuk Operasional Penerapan CPOB pada tahun 1089
untuk memberikan penjelasan dalam penabaran sehingga pedoman ini dapat
diterapkan secara efektif di setiap industri farmasi. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi, pedoman CPOB telah direvisi
sebanyak 2 (dua) kali, yaitu tahun 2001 dan 2006, untuk mengantisipasi era
globalisasi dan harmonisasi di bidang farmasi. CPOB diperbaiki secara

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


2

berkesinambungan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


serta pergeseran paradigma dalam melakukan pengawasan terhadap mutu produk
(BPOM, 2006).
Pemastian mutu mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara
kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu
mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain dan pengembangan
produk. CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan
agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan izin edar dan
spesifikasi produk serta tujuan penggunaannya. CPOB mencakup produksi dan
pengawasan mutu. Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan
dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yan belum diluluskan
tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi
syarat (BPOM, 2006).
Salah satu persyaratan dasar dari CPOB adalah tersedianya sarana yang
diperlukan dalam CPOB, termasuk personil yang terkualifikasi dan terlatih.
Operator pelaku CPOB memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara
benar. Sumber daya manusia sebagai pelaku CPOB dalam industri farmasi
mencakup profesi apoteker. Apoteker dituntut memiliki pengetahuan, wawasan,
keterampilan yang memadai, dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmunya
secara profesional di lapangan yang sebenarnya. Berbagai bidang pekerjaan yang
dapat dijalankan apoteker sehubungan dengan peran dan tanggung jawabnya,
yaitu misalnya di apotek, rumah sakit, lembaga pemerintahan, perguruan tinggi,
lembaga penelitian, laboratorium pengujian mutu, laboratorium klinis,
laboratorium forensik, berbagai jenis industri meliputi industri obat, kosmetik,
jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutrasetikal, makanan sehat, obat veteriner dan
industri vaksin, lembaga informasi obat serta badan asuransi kesehatan.
Pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman calon apoteker
yang komprehensif antara teori dan praktek langsung sangat diperlukan.
Pembekalan ini dapat memberikan gambaran kepada calon apoteker mengenai
tanggung jawabnya di masyarakat, dalam hal ini di industri farmasi. Calon

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


3

apoteker juga dapat memberikan kontribusinya dalam peningkatan kualitas dan


kuantitas produk farmasi dengan penerapan CPOB. Oleh karena itu, Program
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan
PT. ETHICA Industri Farmasi dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA). Pelaksanaan PKPA ini berlangsung dari tanggal 7 Januari 2013
hingga 28 Februari 2013.

1.2 Tujuan
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para
calon apoteker memiliki tujuan, yaitu :
a. Mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan CPOB di
industri farmasi, khususnya di PT. ETHICA Industri Farmasi.
b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam
industri farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi


2.1.1 Pengertian Industri Farmasi
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, usaha industri farmasi wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi
dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
b. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk
dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk
memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2.1.2 Persyaratan Usaha Industri Farmasi


Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas :
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu.
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB. Pemenuhan
persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku
selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai
persyaratan dan tata cara sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan

4 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


5

Obat dan Makanan. Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan
rekomendasi dari kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM).
Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut
berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri
farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan
persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi
wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundang-undangan.
Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat izin usaha industri wajib :
a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan
usahanya yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai
produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam
satu tahun. Laporan industri farmasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
dengan tembusan kepada Kepala Badan. Laporan dapat dilaporkan secara
elektronik.
b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam
serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap
lingkungan hidup akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya.
c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,
bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya dan keselamatan kerja.
d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
berlaku bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk
melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi

2.1.3 Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi


Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan Kepala
Badan POM. Pedoman mengenai pembinaan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pengawasan terhadap industri farmasi
dilakukan oleh Kepala Badan POM. Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga
pengawas dapat melakukan pemeriksaan dengan :

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


6

a. Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan


pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan
obat untuk memeriksa, meneliti dan mengambil contoh segala sesuatu
yang digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan,
dan perdagangan obat dan bahan obat.
b. Membuka dan meneliti kemasan obat dan bahan obat.
c. Memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan
mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan
perdagangan obat dan bahan obat.
d. Mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan
yang digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau
perdagangan obat dan bahan obat.
Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri
Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa :
a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala Badan POM).
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau
bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
khasiat, atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan POM).
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan
POM).
d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala Badan POM).
e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM).
f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM).
Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal :
a. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


7

Farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam
Surat Keputusan.
b. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-
turut 3 (tiga) kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak
benar.
c. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari menteri.
d. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat
yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik


2.2.1 Manajemen Mutu
Manajemen mutu (Quality Management) merupakan suatu upaya yang
dilakukan oleh industri farmasi untuk memastikan bahwa seluruh aspek yang
berkenaan dengan produksi obat memenuhi pedoman yang berlaku, yaitu Cara
Pembuatan Obat yang Baik agar produk obat yang dihasilkannya memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan efikasi secara reprodusibel dan konsisten.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dibentuknya “Kebijakan Mutu” (Quality
Policy) yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari seluruh jajaran di semua
departemen dalam perusahaan, pemasok dan distributor.
Terdapat 2 unsur dasar dari manajemen mutu, yakni tersedianya suatu
sistem (Quality System) yang mencakup seluruh struktur organisasi, prosedur,
proses dan sumber data, serta terdapatnya tindakan sistematis yang dapat
memastikan bahwa produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut sebagai Pemastian
Mutu (Quality Assurance). Secara sederhana, Pemastian Mutu merupakan suatu
sistem yang memastikan bahwa segala aspek yang berhubungan dengan produksi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


8

obat diatur dan dikendalikan serta memenuhi CPOB sehingga mutu obat yang
dihasilkan selalu terjamin.Aspek tersebut bisa secara tunggal atau kolektif
membentuk suatu sistem. Oleh karena itu, sistem Pemastian Mutu yang benar
dalam suatu Industri Farmasi harus dapat memastikan bahwa:
a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persayaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium yang
Baik;
b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan
CPOB diterapkan;
c. Tanggung jawab manajerial diruaikan dengan jelas dalam uraian
jabatan;
d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan
bahan awal dan pengemas yang benar;
e. Dilakukannya pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan-
selama-proses lain, dan validasi;
f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses,
pengemasan, dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan
pengesahan pelulusan untuk distribusi;
g. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian Pemastian Mutu
menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai
dengan persyaratan yang tercantum;
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa produk
disimpan dan didistribusikan secara sedemukian rupa agar mutu tetap
terjaga selama masa edar/simpan obat;
i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu secara berkala;
j. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui;
k. Penyimpangan yang terjadi dilaporkan, diselidiki, dan dicatat;
l. Tersedianya sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak
pada mutu produk;
m. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetuji; dan
n. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi
proses, dan memastikan perbaikan yang berkesinambungan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


9

Salah satu bagian dari pemastian mutu adalah penerapan CPOB di suatu
industri farmasi, yang berfungsi untuk memastikan bahwa obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya, yang dipersyaratkan dalam izin edar, dan spesifikasi
produk. Persyaratan dasar dari CPOB mencakup aspek:
a. Proses produksi dan titik kritisnya;
b. Sarana produksi (personel; bangunan; peralatan; bahan, wadah, dan
label; prosedur dan instruksi, serta tempat penyimpanan dan
transportasi);
c. Sistem dokumentasi dan catatan pembuatan;
d. Sistem penyimpanan dan distribusi;
e. Sistem penarikan kembali; serta
f. Penanganan terhadap keluhan produk yang telah beredar.
Salah satu bagian dari CPOB adalah Pengawasan Mutu (Quality
Assurance). Bagian ini berhubungan dengan pengambilan sampel, penentuan
spesifikasi, dan pengujian sampel. Selain itu, bagian ini memastikan bahwa
melalui pengujian tersebut, bahan yang belum diluluskan tidak akan digunakan
dalam proses produksi, serta produk yang belum dinilai mutunya dan dinyatakan
memenuhi syarat tidak akan diluluskan untuk dijual atau dipasok.
Pengawasan mutu juga memiliki tanggung jawab atas validitas prosedur
pengawasan mutu yang diterapkan, terjaminnya mutu baku pembanding,
kebenaran label wadah bahan dan produk, dan pemantauan stabilitas zat aktif dan
produk jadi. Selain itu, pemastian mutu juga turut ambil bagian dalam investigasi
keluhan yang terkait dengan mutu proudk, serta kegiatan pemantauan lingkungan.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu adalah
melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review). Kegiatan ini
dilakukan untuk menilai konsistensi proses produksi dan kesesuaian terhadap
spesifikasi bahan dan produk jadi, melihat tren, dan mengidentifikasikan
perbaikan yang diperlukan. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala,
biasanya setiap tahun. Aspek yang dibahas dalam pengkajian mutu produk
hendaknya meliputi kajian terhadap bahan awal dan bahan kemas; hasil IPC dan
pengujian terhadap obat jadi; bets-bets uang tidak memenuhi spesifikasi;

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


10

penyimpangan dan ketidaksesuaian; perubahan yang dilakukan; variasi yang


diajukan; hasil pemantauan stabilitas; obat kembalian, keluhan, dan penarikan
obat; tindakan perbaikan; komitmen pasca pemasaran; status kualifikasi peralatan
dan sarana; dan kesepakatan teknis.

2.2.2 Personalia
Industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Hal
ini karena sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan
dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang
berkaitan dengan pekerjaan. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang
berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus
memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada
posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis.
Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai
tingkat kualifikasi yang memadai.
Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Masing-masing kepala bagian
Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki
tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan
mutu.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan
atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan),
dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


11

dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area


penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi. Pelatihan
hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas


Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,
kontruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya
kekeliruan, pencemaran silang (cross contamination), penumpukan debu atau
kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Syarat-syarat
bangunan dan fasilitas dalam CPOB antara lain:
a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,
tanah dan air serta dari kegiatan industri yang berdekatan.
b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikontruksi, dilengkapi dan dirawat
dnegan tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh
cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga,
burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain.
c. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta
fasilitas hendaklah dibersihkan dan diinfeksi (bila perlu) sesuai prosedur
tertulis yang rinci.
d. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area
penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah
dirawat dalam kondisi bersih dan rapi.
e. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya
personil yang tidak berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan
area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi
personil yang tidak bekerja di area tersebut.
f. Permukaan dinding, antai dan langit-langit bagian dalam ruagan di mana
terdapat bahan bakudan bahan pengemas primer,produk antara atau
produk ruahan yang terapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


12

dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat serta memungkinkan


pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif
g. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap
air permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan
efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di
area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
h. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah teroisah dari area produksi.
Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotope hendaklah
dipisahkan satu dengan yang lain.

2.2.4 Peralatan
Seluruh peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah
didesain dan dikonstruksi, dipasang dan ditempatkan, serta dirawat dengan tepat
dan baik agar mutu obat yang dihasilkan melalui alat tersebut selalu terjamin.
Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda nomor identitas yang jelas yang akan
dicantumkan dalam perintah produksi dan catatan bets. Penggunaan suatu
peralatan utama, serta perawatannya, harus dicatatn dalam buku log alat yang
menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor bets produk.
Peralatan harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya, yakni
bagian yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau
absortif yang dapat memengaruhi mutu produk; serta bagian yang diperlukan
untuk pengoperasian alat khusus seperti pelumas atau pendingin tidak boleh
bersentuhan dengan produk. Peralatan juga harus didesain sedemikian rupa agar
mudah dibersihkan. Peralatan yang digunakan pada bahan yang mudah terbakar,
atau ditempatkan di area di mana digunakan bahan yang mudah terbakar,
hendaklah dilengkapi dengan pelengkapan eletris yang kedap eksplosi serta
dibumikan dengan benar. Pada peralatan yang digunakan untuk menimbang,
mengukur, memeriksa, dan/atau mencatat, hendaklah ketepatannya selalu
diperiksa dan dikalibrasi.
Peralatan harus dipasang dan ditempatkan sedemikian rupa untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang atau campur baur
produk serta diberi jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan. Secara

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


13

berkala, peralatan harus dirawat menggunakan prosedur tertulis untuk mencegah


malfungsi atau pencemaran. Jika peralatan tersebut rusak, hendaknya peralatan
tersebut dikeluarkan dari area produksi. Kegiatan perbaikan dan perawatan
hendaknya tidak menimbulkan risiko terhadap mutu produk.

2.2.5 Sanitasi dan Higiene


Ruang lingkup sanitasi dan higienes meliputi personil, bangunan, peralatan
dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat
merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber kontaminasi potensial hendaklah
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higienes yang menyeluruh dan
terpadu, serta program tersebut senantiasa dievaluasi secara berkala untuk
menjamin efektifitasnya. Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi
dilaksanakan oleh tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi
produk yang berasal dari personil.
Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Pakaian
pelindung yang digunakan personil harus bersih dan sesuai dengan tugasnya
termasuk penutup rambut untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran
dan untuk keamanan personil. Program higiene hendaklah mencakup prosedur
yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan pakaian pelindung personil.
Sentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan
produk antara dan poduk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan
yang bersentuhan dengan produk hendaklah dihindari. Poster diperlukan untuk
memberikan instruksi supaya menggunakan sarana mencuci tangan dan mencuci
tangannya sebelum memasuki area produksi. Merokok, makan, minum,
mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk
merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu.
Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Bangunan yang
digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan
tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Sarana yang harus tersedia adalah
toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya
mudah diakses dari area pembuatan dan sarana penyimpanan pakaian pribadi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


14

maupun miliki pribadinya. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk dan


hendaknya dikumpulkan dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat
yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan secara berkala.
Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh
mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses
atau produk jadi sehingga perlu ada prosedur tertulis dalam pemakaian zat-zat
tersebut. Prosedur tertulis tersebut menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi
serta menguraikan jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus
digunakan.
Peralatan yang telah digunakan juga harus dibersihkan baik bagian luar
maupun dalam dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa
untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah
dihilangkan. Pembersihan dan penyimpanan alat serta bahan pembersih
dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan. Prosedur
tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan
dalam pembuatan obat sebaiknya dibuat, divalidasi, dan ditaati. Prosedur ini
dirancang agar pencemaran peralatan oleh agen pembersih atau sanitasi dapat
dicegah. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan,
jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta
metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin digunakan
untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Desinfektan dan deterjen
sebaiknya dipantau terhadap pencemaran mikroba.

2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Penanganan bahan dan produk
jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan,
penanaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi, dilakukan sesuai
dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Bagian yang diterima

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


15

dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera
setelah diterima atau diolah sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau
distribusi. Bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya
dengan pemesanan.Wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana perlu diberi
penandaan dengan tanda yang sesuai. Produk antara dan produk ruahan yang
diterima juga ditangani seperti penerimaan bahan awal.
Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada
kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur agar ada pemisahan
antar bets dan memudahkan rotasi stok. Pengolahan produk yang berbeda
hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang yang
sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.
Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain. Bila bekerja dengan bahan atau
produk kering, dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta
penyebarannya. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan,
peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah
diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan,
dan nomor bets.
Bila terjadi penyimpangan maka harus ada persetujuan tertulis dari Kepala
bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan
Mutu.Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hanya untuk personil yang
berwenang. Pembuatan produk non-obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan
dengan peralatan khusus untuk produksi obat. Bahan awal yang digunakan harus
berasal dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan.
Semua penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan tersisa harus dicatat dan
semua bahan awal harus memenuhi spesifikasi sebelum diluluskan. Pada tiap
penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum,
keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan
dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Wadah tempat
sampel bahan awal diambil hendaknya diberi identifikasi. Sampel tersebut
kemudian diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi dan selama pengujian bahan
awal dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


16

bagian Pengawasan Mutu. Bahan yang mengalami sensitif panas hendaklah


disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat, begitu
juga pada bahan yang sensitif lembab. Semua bahan awal yang ditolak diberi
penandaan dan yang diterima diserahkan untuk produksi oleh personil yang
berwenang.
Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan terdapat langkah
untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin,
dan bahwa proses yang telah diterapkam dengan menggunakan bahan dan
peralatan yang ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan
hendaklah disertai dengan tindakan validasi ulang. Validasi kritis terhadap proses
dan prosedur secara rutin dilakukan untuk memastikan proses atau prosedur
tersebut tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya
debu, gas, uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tiap tahap
proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan
pencemaran lain. Pencemaran silang dapat dihindari dengan tindakan pengaturan
yang tepat, misalnya produksi di dalam gedung terpisah (untuk produk seperti
penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup,dan sediaan yang
mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah), tersedia
ruang penyangga dan penghisap udara, memakai pakaian pelindung yang sesuai,
melaksanakan prosedur pembersihan, dan prosedur lain yang digunakan untuk
memperkecil risiko pencemaran.
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus
produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.
Pengendalian pengeluaran bahan dan produk untuk produksi, dari gudang, area
penyerahan, atau antar bagian produksi sangat penting. Hanya bahan awal,
pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh
Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan. Bahan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


17

awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa
ulang kebenarannya.
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan harus diperiksa sebelum
digunakan. Kegiatan pembuatan produk yan berbeda tidak boleh dilakukan
bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecialu tidak ada risiki
teradinya campur baur atau pencemaran silang. Kodisi lingkungan di area
pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat
yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Semua peralatan yang dipakai
juga harus diperiksa sebelum digunakan. Batas waktu dan kondisi penyimpanan
produk dalam pross hendaknya ditetapkan.
Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang
terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus
hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta pengunaan sarana dan
peralatan. Sistem penghisap udara harus dipasang dengan letak lubang
pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari produk atau
proses lain. Perhatian khsuus juga diberikan untuk melindungi produk terhadap
pencemaran serpihan logam atau gelas.
Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan
bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang
sama seperti terhadap bahan awal. Bahan pengemas primer, bahan pengemas
cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolete harus
dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat. Pengemasan berfungsi membagi dan
mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan dilaksanakan di
bawah pengendalian ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk
akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas, dan
bahan cetak lain harus diperiksa dan diverivikasi kebenarannya.
Untuk memastikan keseragamaan bets, dilakukanlah pengujian atau
pemeriksaan selama proses dengan metode yang telah disetujui. Pemantauan ini
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja produksi. Prosedur
yang diterapkan harus menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi
pengambilan sampel (hendaknya pada awal, tengan dan akhir proses), jumlah

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


18

sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa, dan batas penerimaan tiap
spesifikasi. Hasil pengujian akan menjadi bagian dari catatan bets.
Jika suatu bahan atau produk tidak memenuhi persyaratan dan dinyatakan
ditolak, maka barang tersebut hendaklah disimpan secara terpisah dan diberi
penandaan yang jelas. Barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemasoknya,
diolah ulang, atau dimusnahkan sesuai dengan persetujuan kepada bagian
Pemastian Mutu. Syarat dilakukannya pengolahan ulang terhadap suatu bets
adalah kepastian bahwa mutu akhir produk tidak terpengaruh dan proses
dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain pengolahan
ulang, suatu bets juga dapat mengalami pemulihan ulang, yaitu penggabungan ke
dalam bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat.
Seluruh produk jadi hanya dapat dipasarkan setelah mendapatkan
persetujuan pelulusan oleh kepala Pengawasan Mutu. Selama menunggu
keputusan tersebut, produk jadi diberikan status karantina dan diletakkan dalam
tempat yang terpisah (area karantina). Produk akhir yang akan diluluskan
hendaknya memenuhi kriteria dalam aspek spesifikasi dan persyaratan mutu,
sampel pertinggal yang jumlahnya mencukupi untuk pengujian di masa
mendatang, pengemasan dan penandaan yang menenuhi syarat, dan rekonsiliasi
bahan kemasnya diterima. Setelah keputusan pelulusan diberikan, produk jadi
tersebut hendaklah dipindahkan ke gudang produk jadi dan pemasukan bets
dicatat di kartu stok. Selanjutnya, pendistribusian barang harus memenuhi konsep
first-in-first-out (FIFO).
Semua bahan dan produk yang terlibat dalam proses produksi disimpan
secara rapi dan teratur pada kondisi lingkungan yang sesuai berdasarkan uji
stabilitas. Kegiatan pergudangan ini hendaklah terpisah dari kegiatan lain.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian pergudangan adalah penerimaan bahan
awal, bahan kemas, dan produk jadi, serta penyerahan ke bagian produksi atau
distributor. Bahan awal dan bahan kemas hanya dapat diterima oleh bagian
penerimaan jika telah sesuai terhadap persyaratan. Jika bahan tersebut ditolak,
hendaknya disimpan terpisah dengan bahan yang diterima. Dalam pendistribusian
bahan awal dan bahan kemas, hendaklah mengikuti prinsip FIFO dan FEFO.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


19

Bahan dan obat hendaknya diangkut dengan cara tertentu sehingga tidak merusak
keutuhan dan kondisinya tetap terjaga; seperti diletakkan dalam kondisi suhu yang
terpantau dan di dalam wadar yang memberikan perlindungan yang cukup.
Pengiriman dan pengangkutan sendiri hendaknya dilaksanakan setelah ada order
pengiriman dan kegiatan tersebut didokumentasikan dalam catatan penyimpanan
yang mencakup tanggal pengiriman, nama dan alamat pelangga, uraian produk,
dan kondisi pengangkutan dan penyimpanan

2.2.7 Pengawasan Mutu


Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk
menyatakan bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya. Bagian pengawasan mutu haruslah berdiri sendiri
(independen) dari bagian lainnya, terutama bagian produksi, agar kegiatan yang
dilakukan selalu bersifat objektif dan memberikan hasil yang memuaskan.
Kegiatan yang dilakukan oleh bagian Pengawasan Mutu harus menerapkan Cara
Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik. Pedoman ini mencakup 7 aspek
yaitu bangunan dan fasilitas, personil, peralatan, pereaksi dan media perbenihan,
baku pembenihan, spesifikasi dan prosedur pengujian, serta catatan analisis.
Menurut Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik, laboratorium yang
digunakan untuk pengujian harus terpisah secara fisik dari ruang produksi, dan
laboratorium biologi, mikrobiologi, dan kimia hendaknya terpisah satu dari yang
lain. Ruangan yang berisi instrument juga harus terpisah sehingga dapat
memberikan perlindungan terhadap interfensi elektris, getaran, atau kelembaban.
Peralatan, instrument, dan perangkat lunak yang dilakukan dalam kegiatan
pengujian hendaklah dikualifikasi/divalidasi, dirawat dan dikalibrasi dalam jangka
waktu yang sesuai dan dilakukan sebelum instrumen tersebut digunakan untuk
pengujian. Pereaksi dan media yang digunakan dalam kegiatan pengujian
hendaklah memiliki label yang berisi identitas yang lengkap, termasuk waktu
daluwarsa. Media yang akan digunakan hendaklah telah melalui uji kontol positif
dan negatif. Baku pembanding dapat diperoleh dari komisi farmakope yang diakui
atau menstandarisasi bahan baku terhadap baku pembanding primer atau sekunder
(disebut sebagai baku kerja).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


20

Prosedur pengujian yang diterapkan dalam kegiatan di laboratorium


hendaklah divalidasi terlebih dahulu dan sesuai dengan metode yang telah
disetujui pada saat pemberian izin edar. Setiap kegiatan pengujian juga hendaknya
didokumentasikan dengan baik dalam catatan analisis yang mencakup nama dan
nomor bets, nama analis, metode, semua data, perhitungan, spesifikasi, hasil, dll.
Kegiatan yang dilakukan oleh bagian pengawasan mutu mencakup semua
kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, yaitu pengambilan sampel dan
aktivitas pemeriksaan dan pengujian. Pengujian tersebut dilakukan terhadap bahan
awal, produk antara, produk ruahan, produk jadi. Selain itu, bagian pengawasan
mutu juga melakukan uji stabilitas, pemantauan lingkungan, pengujian dalam
rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui
spesifikasi bahan, dan menyusun dan memperbaharui metode pengujian.
Pengambilan sampel dilakukan di suatu tempat khusus, menggunakan alat
yang dikhususkan untuk tiap material, dan sampel diletakkan di wadah yang
sesuai. Rencana pengambilan sampel dapat mengikuti “n-p-r plan” untuk bahan
awal dan Military Standard 105D untuk bahan kemas. Setiap sampel yang sudah
dikumpulkan, kemudian diuji menggunakan metode pengujian yang telah
divalidasi dan hasilnya dinilai berdasarkan syarat spesifikasi yang telah
ditentukan.Uji stabilitas merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menilai
karakterisitk stabilitas obat dan menentukan kondisi penyimpanan yang sesuai
serta tanggal daluwarsa produk. Uji ini dilakukan pada produk baru; kemasan baru
(berbeda dari standar yang telah ditetapkan); perubahan formula, metode atau
sumber material; bets yang diluluskan dengan pengecualian (bets yang sifatnya
berbeda dari standar atau bets yang diolah ulang); dan produk yang telah beredar.

2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu


Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi
dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program
inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendalah dilakukan secara rutin, di

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


21

samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan
perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Aspek-aspek dalam CPOB untuk inspeksi diri mencakup antara lain:
personalia, banguanan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan
peralatan, penyiapan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan,
pengolahan dan pengawasan-selama-proses, pengawasan mutu, dokumentasi,
sanitasi dan higiene, program validasi dan re-validasi, kalibrasi alat atau sistem
pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan,
pengawasan label dan hasil inspeksi sebelumnya dan tindakan perbaikan.
Tim inspeksi diri terdiri dari paling sedikit 3 anggota yang berpengalaman
dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat
dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah
independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi. Inspeksi diri dapat dilakukan
per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan; namun hendaklah dilakukan
minimal 1 kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam
prosedur tetap inspeksi diri.
Setelah inspeksi diri dilaksanakan hendaklah dibuat laporan inspeksi diri
yang mencakup antara lain: hasil inspeksi diri, evaluasi serta kesimpulan; dan
saran tindakan perbaikan. Hendaklah dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya
dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk
khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas
terhadap pemasok dan penerima kontrak. Pada audit dan persetujuan pemasok,
semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur.

2.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Produk


Kembalian

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


22

Semua keluhan dan informasi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi


kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani kasus yang mendesak sebaiknya disusun suatu sistem,
mencakup penarikan kembali produk yang diduga cacat dari peredaran secara
cepat dan efektif. Penarikan kembali produk dilakukan bila ditemukan produk
yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang berisiko terhadap
kesehatan.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar lalu dikembalikan
ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan
lain misalnya wadah yang menimbulkan keraguan tentang identitas, mutu, jumlah
dan keamanan obat.
a. Keluhan
Penyebab adanya laporan dan keluhan mengenai produk, yaitu:
1) Kerusakan fisik, kimiawi, atau biologis dari produk atau kemasannya
2) Adanya reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal, dan
reaksi medis lainnya
3) Respon klinis produk rendah atau tidak berkhasiat
a. Penyelidikan dan evaluasi laporan dan keluhan mencakup:
4) Pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan
5) Inspeksi sampel obat yang dikeluhkan, dan sampel pertinggal dari bets
yang sama
6) Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, distribusi
dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan.

Tindak lanjut yang dilakukan setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi


terhadap laporan dan keluhan mencakup :
1) tindakan perbaikan bila diperlukan
2) penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan
3) tindakan lain yang tepat

b. Penarikan Kembali Produk


Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi penarikan kembali produk,
yaitu :

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


23

1) Penunjukan personil yang bertanggung jawab, memahami operasi


penarikan kembali, independen terhadap bagian penjualan dan
pemasaran untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan
kembali produk bersama dengan staf.
2) Adanya prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur
segala tindakan penarikan kembali.
3) Operasi penarikan kembali sebaiknya mampu dilakukan segera dan
tiap saat
4) Keputusan penarikan kembali produk:
a) dapat diprakarsai oleh industri farmasi atau atas perintah dari
otoritas pengawasan obat
b) secara intern berasal dari kepala bagian manajemen mutu dan
perusahaan
c) dapat melibatkan satu bets atau lebih atau seluruh bets produk
akhir
d) dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan
produk
Pelaksanaan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang
merugikan.

c. Produk Kembali
Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi sehingga
dapat dikembalikan ke dalam persediaan
2) produk kembalian yang dapat diproses ulang
3) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat
diproses ulang. Produk ini hendaklah dimusnahkan sesuai dengan
prosedur pemusnahan yang mencakup tindakan pencegahan
terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau
produk.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


24

2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mangandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Pengemasan Induk (Formula
Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh
bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta mengeuraikan semua
operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan
operasi tertentu misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan
riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan
yang berpengaruh pada mutu produk akhir.
Isi dokumen tidak boleh berarti ganda, dimana yang dimaksud disini judul,
sifat, dan tujuan dinyatakan dengan jelas. Dokumen tidak boleh ditulis tangan,
tapi jika dokumen perlu pencatatan, penulisan tangan harus jelas, terbaca, dan
tidak dapat dihapus. Perubahan terhadap penulisan tangan ini hendaklah
ditandatangani, diberi tanggal, dan memungkinkah pembacaan informasi semula.
Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah
tanggal daluwarsa produk jadi.
Spesifikasi perlu disahkan dengan benar dan diberi tanggal, atau jika perlu
spesifikasi produk antara dan produk ruahan. Selain spesifikasi, dokumen lain
yang diperlukan adalah dokumen produksi, yaitu Dokumen Produksi Induk,
Prosedur Produksi Induk, dan Catatan Produksi Bets. Dokumen Produksi Induk
yang disahkan secara formal mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


25

deskripsi produk, nama penyusun dan bagianya, nama pemeriksa serta daftar
distribusi dokumen. Produksi Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk
yang disahkan secara formal harus tersedia untuk tip produk dan ukuran bets yang
akan dibuat. Catatan Pengolahan Bets harus tersedian bagi tiap bets yang diolah.
Metode pembuatan catatan ersebut didesain untuk menghindarkan kesalahan
transkripsi. Hal tersebut juga berlaku untuk Catatan Pengemasan Bets.
Prosedur tertulis diperlukan untuk pengambilan sampel yang mencakup
personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode, dan alat yang harus
digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang
harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala
penurunan mutu. Prosedur pengujian bahan dan produk yang diperoleh dari tiap
tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang harus digunakan juga
diperlukan. Catatan mengenai distribusi tiap bets hendaklah disimpan untuk
memfasilitasi penarikan kembali bets bila perlu. Dokumentasi lain yang perlu
disediakan adalah prosedur tertulis dan catatan yang berkaitan mengenai tindakan
yang harus diambil atau kesimpulan yang dicapai, prosedur pengoperasian yang
jelas untuk peralatan utama pembuatan dan pengujian, dan buku log
untukmencatat peralatan utama atau kritis

2.2.11 Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak


Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari produk atau pekerjaan dengan mutu
yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis harus dibuat secara jelas menentukan
tanggung jawab masing- masing pihak. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kontrak tertulis meliputi pembuatan dan atau analisis obat yang
dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait
b. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain
sesuai dengan izin edar produk
c. Kontrak mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari
penerima kontrak

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


26

Tanggung jawab pemberi kontrak adalah menilai kompetensi penerima


kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan
memastikan mengikuti CPOB. Penerima kontrak harus memiliki gedung dan
peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten
untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kontrak. Kontrak
menyatakan prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan dan memastikan
bahwa tiap bets telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan
izin edar.

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi


a. Prinsip
Industri farmasi mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai bukti
pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan
signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang memengaruhi mutu produk
hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
b. Perencanaan Validasi
Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan didokumentasikan
didalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen yang setara.
RIV mencakup :
1) Kebijakan validasi
2) Struktur organisasi kegiatan validasi
3) Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi
4) Format dokumen, format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan
jadwal pelaksanaan
5) Pengendalian perubahan
6) Acuan dokumen yang digunakan

c. Kualifikasi
1) Kualifikasi Desain (KD)
Kualifikasi desain merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Desain harus memenuhi ketentuan
dari CPOB dan didokumentasikan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


27

2) Kualifikasi Instalasi (KI)


Kualifikasi ini dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru, atau
yang dimodifikasi. KI mencakup hal-hal berikut : Instalasi peralatan, pipa, sarana
penunjang dan instrumentasi sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang
didesain
3) Kualifikasi Operasional (KO)
KO akan dilakukan seteleh KI selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui.
KO mencakup hal- hal berikut : pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang proses, sistem, dan peralatan; pengujian yang meliputi satu
atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering
dikenal sebagai kondisi terburuk.
4) Kualifikasi Kinerja (KK)
KK dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui
atau pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO. KK mencakup hal-hal berikut :
pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi
spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang
proses, fasilitas, sistem dan peralatan; uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi
yang mencakup batas operasional atas dan bawah.
5) Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah
Operasional

d. Validasi Proses
Validasi prosesnya umumnya dilakukan sebelum produk dipasarkan. Bila
hal tersebut tidak memungkinkan maka validasi dapat dilakukan selama proses
produksi rutin dilakukan. Proses yang telah berjalan dan metode analisis juga
dilakukan validasi. Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan telah
terkualifikasi, dievaluasi secara berkala untuk verifikasi bahwa proses masih
bekerja dengan baik.
1) Validasi Prospektif
Validasi ini mencakup hal berikut :

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


28

a) Uraian singkat suatu proses, ringkasan tahap kritis proses


pembuatan yang harus diinvestigasi
b) Daftar peralatan/ fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur,
pemantau dan pencatat serta status kalibrasinya
c) Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan; daftar metode analisis
yang sesuai; usul pengawasan selama proses dan kriteria
penerimaan
d) Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria
penerimaan dan validasi metode analisisnya bila diperlukan
e) Pola pengambilan sampel; metode pencatatan dan evaluasi hasil
2) Validasi Konkuren
Validasi ini dilakukan ketika produksi rutin dapat dimulai tanpa
lebih dulu menyelesaikan program validasi. Persyaratan dokumentasi
untuk validasi konkuren sama seperti validasi prospektif.
3) Validasi Retrospektif
Validasi ini hanya dapat digunakan untuk proses yang telah mapan,
tetapi tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur
pembuatan atau peralatan.

e. Validasi Pembersihan
Validasi ini dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan.
Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan
pencemaran mikroba, didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses
pembersihan. Metode analisis yang digunakan telah tervalidasi dan memiliki
kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran.Validasi proses pembersihan
sebaiknya dilakukan pada bagian alat yang bersentuhan maupun yang tidak
bersentuhan langsung dengan produk. Prosedur validasi ini dilakukan sebanyak
tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa
metode tersebut telah tervalidasi.

f. Pengendalian Perubahan
Prosedur pengendalian perubahan memastikan bahwa data pendukung
cukup menunjukkan proses yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


29

sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem, dan peralatan
terhadap produk dievaluasi, termasuk analisis risiko

g. Validasi Ulang
Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses
pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi masih absah. Jika tidak
ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya, kajian ulang data yang
menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan
untuk validasi ulang.

h. Validasi Metode Analisis


Tujuan validasi metode analisis adalah memastikan bahwa metode analisis
sesuai tujuan penggunaannya melalui pembuktian yang terdokumentasi. Validasi
metode analisis dilakukan terhadap: uji identifikasi; uji kuantitatif kandungan
impuritas; uji batas impuritas; uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan atau
obat atau komponen tertentu dalam obat; uji disolusi untuk obat atau penentuan
ukuran partikel untuk bahan baku aktif.
Karakteristik validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah akurasi,
presisi, presisi antara spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linearitas, dan
rentang, ketangguhan metode dan kekuatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


BAB 3
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Sejarah PT. SOHO Group


3.1.1 PT. ETHICA Industri Farmasi
PT. ETHICA merupakan perusahaan pertama yang didirikan oleh
Manager Tan Tjhoen Lim (The Founder) pada tanggal 30 November 1946. Mula-
mula perusahaan ini didirikan dengan nama N.V ETHICA HANDEL MY
kemudian berubah menjadi PT. ETHICA Industri Farmasi. Perusahaan ini
merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi obat-obatan
injeksi (steril) di pasar resep (ETHICA), beroperasi dengan peralatan modern dan
didukung dengan penerapan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Saat ini PT.
ETHICA telah memproduksi lebih dari 100 jenis produk obat.
Logo PT. ETHICA Industri Farmasi memiliki arti tertentu, dimana logo
tersebut merupakan inisial huruf E yang berada di dalam dua buah lingkaran yang
mempunyai arti kesempurnaan, fleksibelitas, dan tekad yang bulat demi meraih
cita-cita. Dua buah lingkaran dapat diartikan sebagai suatu kerjasama yang saling
mendukung untuk mencapai tujuan. Warna merah tua (maroon) mempunyai arti
semangat perjuangan serta dedikasi yang tinggi. Nama ETHICA,selain berarti
budi pekerti yang baik, juga mencerminkan etos kerja dan usaha yang
bermatabat.

Gambar 3.1 Logo PT. ETHICA Industri Farmasi

3.1.2 PT. SOHO Industri Pharmasi


Perusahaan kedua yang didirikan setelah berdirinya PT. ETHICA Industri
Farmasi adalah PT. SOHO Industri Pharmasi pada tanggal 18 juli 1951 sebagai
“sister company” PT. ETHICA. Perusahaan ini didirikan dengan tujuan untuk
memasuki pasar dengan produk-produk oral terutama di pasar resep. Dalam

30 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


31

perkembangannya, di tahun 1996 PT. SOHO mulai memasuki pasar obat bebas
(OTC). Perusahaan yang mendapat predikat “The Fastest Growing Company
among Top Twenty Pharmaceutical Companies” (sumber:Independent Survey)
ini, dikenal juga sebagai “PIONEER & TRENDSETTER NATURAL
MEDICINE” di pasar resep melaksanakan secara konsisten CPOB dan juga telah
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000. Saat ini PT. SOHO
memiliki lebih dari 180 jenis produk.
Logo PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki makna tertentu, dimana logo
tersebut berbentuk dasar batu permata/diamond bersudut empat dengan warna
merah. Warna merah tersebut merupakan cerminan etos kerja dan falsafah yang
secara adil selalu menjaga keseimbangan komunikasi dan perlakuan ke semua
arah, demi kemajuan dan keberhasilan bersama. Berlian (diamond) merupakan
lambang keabadian, bernilai tinggi dan sangat berharga yang merupakan wujud
usaha perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. SOHO adalah
akronim dari ‘SOCIETAS HONORABILIS’ (bahasa latin), yang artinya adalah
masyarakat/perkumpulan/paguyuban orang-orang yang terhormat karena perilaku
hidupnya yang terpuji. Hal ini berarti bahwa para pendiri, jajaran manajemen, dan
seluruh karyawan dari perusahaan adalah orang-orang terhormat dan terpandang
yang selalu menjaga integritas yang tinggi dalam menjalankan usaha.

Gambar 3.2. LOGO PT. SOHO Industri Pharmasi

3.1.3 PT. Parit Padang Global

PT. Parit Padang Global didirikan pada tanggal 27 agustus 1956. Kata
Parit Padang diambil dari nama salah satu kota kecamatan di pulau Bangka
merupakan tempat kelahiran pendiri. Perusahaan ini didirikan untuk dapat
mengambil alih pendistribusian produk-produk PT. ETHICA Industri Farmasi dan
PT. SOHO Industri Pharmasi. PT. Parit Padang juga bekerjasama dengan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


32

pencipal-pencipal lainnya,seperti : Astra Zeneca Indonesia, Pfizer, Nestle, Sosro


dan La Tulipe. Perusahaan ini telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001 : 2000 dandikenal sebagai pelopor distibusi farmasi Indonesia pertama
dengan sistem “On Line”. PT. Parit Padang memiliki 25 Cabang, yaitu Jakarta (3
cabang),Tanggerang, Bogor, Cirebon, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta,
Surabaya(2 cabang), Malang, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi,
Palembang, Bandar Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Makasar, dan
Manado. Logo PT. Parit Padang berupa inisial dua buah huruf P yang saling
tersambung dan berwarna hitam. Parit Padang dapat diartikan sebagai “saluran air
yang mengalir di tanah yang luas dan member kehidupan”, yang sesuai dengan
usaha distribusi produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi secara luas.
Inisial huruf P yang saling bersambung adalah gambaran dari usaha yang
berkesinambungan, saling mendukung dan bersinergi.Warna hitam mengandung
arti ketugahan hati, tegar tak mudah terpengruh, dan upaya yang tinggi dalam
mencapai tujuan

Gambar 3.3 Logo PT. Parit Padang Global

3.1.4 PT. SOHO Group

Berdasarkan keputusan dari pemilik perusahaan, tanggal 26 Januari 2000,


PT. ETHICA Industri Farmasi, PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. Parit
Padang digabung secara resmi menjadi PT. SOHO Group. Hal ini dilatarbelakangi
:
a. Fungsi menyelaraskan (aligment)
b. Sendiri-sendiri tidak efektif dan tidak kuat
c. Menghadapi kompetisi Global Dan Regional
d. Go Public dan Go International

Logo PT. SOHO Group menggambarkan semangat kebersamaan dan sinergi


yang menghasilkan nilai tambah untuk kemajuan bersama.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


33

Gambar 3.4 Logo PT. SOHO Group

Unsur-unsurnya dalah :
a. Segitiga sama sisi dan dua bentuk setengah lingkaran yang simetris
mencerminkan kesamaan kedudukan dan adil untuk semua pihak.
b. Bentuk segitiga mencerminkan tiga perusahaan inti (PT. ETHICA Industri
Farmasi, PT. SOHO Industri Pharmasi, dan PT Parit Padang Global) yang
mengawali pergerakan usaha, membentuk satu kesatuan yang kokoh,
saling menjaga kerjasama dan bersinergi.
c. Warna hijau mengandung arti : alamiah, segar, harmonis, serasi, sehat,
sejuk, dan damai. Sedangkan warna hijau biru bermaknana selalu
berkembang dan sejahtera.
d. Slogan “Value for health” (bermakna bagi kesehatan) berarti bukan hanya
jiwa dan raga yang sehat, tetapi juga kebutuhan yang sehat, perencanaan
yang sehat, strategi yang sehat, dan juga cara-cara kerja yang sehat.
e. Logo PT. SOHO Group merupakan pemersatu dari semua perusahaan
yang berada di dalamnya, menjadi intisari dari semua kegiatan/usaha, dan
cita-cita para pendirinya. Hal ini pada akhirnya diharapkan bisa menjadi
daya dorong bagi seluruh anggota keluarga Besar PT. SOHO Group untuk
selalu bahu-membahu, bersemangat tinggi, serta bertanggung jawab tinggi
dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.

3.1.5 PT. Global Harmony Retailindo


PT. Global Harmony Retailindo (PT GHR) merupakan Unit Bisnis dari
PT. SOHO Group dan saat ini berada di bawah manajemen PT. Parit Padang. PT.
Global Harmony Retailindo didirikan di Jakarta pada tanggal 11 November 2008
sebagai salah satu usaha untuk mendukung terwujudnya visi 2015 yaitu PT.
SOHO Group akan menyediakan produk dan kesehatan yang berkualitas tinggi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


34

Salah satu bisnis utama dari PT. Global Harmony Retailindo adalah Apotek
Harmony.

Apotek Harmony hadir sebagai Wellness Pharmacy, yang menyediakan


produk dan pelayanan kesehatan yang memperhatikan keseimbangan dan
keharmonisan di berbagai aspek kehidupan,dan memposisikan perusahaan sebagai
perusahaan yang fokus ramah kepada pelanggan. Tim manajemen Apotek
Harmony di perkuat oleh tenaga-tenaga kerja yang sudah sangat berpengalaman
dalam dunia farmasi. Motto kerja Apotek Harmony adalah, “Melayani dengan
Segenap Hati”.

Adapun pelayanan yang disediakan oleh Apotek Harmony adalah :

a. Apotek.
b. Praktek Dokter Umum .
c. Praktek Dokter Spesialis
d. Praktek Dokter Gigi
e. Laborotarium Klinik.

3.1.6 PT. Universal Health Network


PT. Universal Health Network (UNIHEALTH), merupakan perusahaan
multi level marketing, yang didirikan pada tanggal 06 April 2009 dan mulai
beroperasi pada tanggal 02 Juli 2009.Unihealth berlokasi di Ruko Mangga Dua
Square.Unihealth yang merupakan anak usaha PT. SOHO Group ini merupakan
perusahaan Multi Level Marketing (MLM). Unihealth didukung sepenuhya oleh
group farmasi terkemuka Indonesia yang telah berusia lebih dari 50 tahun, dan
telah terbukti memiliki reputasi terbaik, baik secara kualitas produk maupun
manajemen mutunya dalam skala nasional maupun internasional.
Unihealth menyediakan produk-produk kesehatan terbaik, seperti :
suplemen kesehatan dan kecantikan, vitamin, perawatan kulit dan perlengkapan
kecantikan baik itu produksi local (produksi soho) maupun dari
mancanegara.Unihealth menganut sistem MLM murni, yang artinya tidak ada
skema pyramid-money game atau skema tersembunyi lainnya yang dapat
merugikan anggotanya. Sistem MLM yang digunakan untuk para anggotanya

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


35

mengedepankan prinsip menguntungkan semua pihak, yaitu bagi perusahaan,


leader/pimpinan jaringan dan seluruh anggotanya, berdasarkan prestasi terbaik
dari masing-masing anggota. Sampai bulan Juni 2010 anggota Unihealth sudah
mencapai +/- 2500 orang yang tersebar di seluruh Indonesia mulai dari NAD,
Sumut, Sumbar, Jambi, Kep. Riau, Sumatra, Selatan, Banten, DKI, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat.

Gambar 3.5 Logo PT. Universal Health Network

3.2 Visi dan Misi SOHO Group


3.2.1 Visi PT. SOHO Group
Visi PT. SOHO Group 2015 adalah menjadi salah satu kelompok
perusahaan global terkemuka dalam bidang manufaktur, distribusi dan
menyediakan produk dan jasa kesehatan berkualitas tinggi.
Adapun tujuan Visi 2015 adalah sebagai berikut :
a. Perspektif keuangan
Untuk mencapai pertumbuhan penghasilan PT. SOHO Group.
b. Perspektif Pelanggan
Untuk didedikasikan pada kepuasan pelanggan dengan level yang tertinggi
dan memperoleh kepercayaan dari dokter, pasien dan pelanggan lain yang
dilayani.
c. Perspektif Proses Internal
Untuk mencapai “best in class” di seluruh aktivitas operasional.
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang “best in class”.

3.2.2 Misi PT. SOHO Group


Visi 2015 juga dilengkapi dengan Misi PT. SOHO Group, yaitu
merupakan kebanggaan melayani pelanggan kami dengan menyediakan secara

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


36

terus-menerus produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi untuk


meningkatkan mutu kehidupan dan usia panjang.
Adapun maksud dari Misi tersebut adalah :
a. Dengan bangga (Proudly)
Dengan kebanggaan/rasa bangga
b. Terus-menerus (Continually)
1) Terus-menerus mengadakan perubahan/pembaharuan dalam hal
produk dan jasa kesehatan
2) Mempunyai keunggulan bersaing (Competitive Advantage )
3) Terus-menerus memperbaharui
c. Mutu kehidupan (Quality life)
1) Mengembangkan sebagian atau seluruh aktivitas yang
terganggu/terbatasi karena suatu penyakit kearah/mendekati kondisi
aktivitas normal
2) Mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan sehingga
dapat beraktivitas secara terus-menerus seperti yang diinginkan
3) Mencegah kemungkinan adanya gangguan kesehatan
d. Usia panjang (Longevity)
Memperpanjang usia

1.2.3 Nilai Budaya PT. SOHO Group


Terdapat 7 nilai budaya di PT. SOHO Group, yaitu :
a. Kerja Sama yang Memiliki Komitmen tinggi
Kerja sama yang tinggi diharapakan dimiliki oleh seluruh karyawan, tidak
hanya kerja sma antar individu dalam departemen atau divisi yang sama,tapi
juga kerja sama lintas departemen dan divisi,termasuk kerja sama antar unit PT.
SOHO Group. Kemampuan untuk bekerja sama tersebut harus dilandasi oleh
pemahaman setiap karyawan mengenai tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing dan bagaimana keterkaitan kerjanya dengan bagian atau departemen atau
divisi atau Unit lain dalam PT. SOHO Group.
b. Pelayanan Prima kepada pelanggan
Nilai yang diharapkan dimiliki dalam perilaku karyawan adalah pelayanan
yang memuaskan dan melebihi harapan pelanggan, baik pelanggan internal

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


37

maupun pelanggan eksternal. Tentunya pelayanan yang diberikan dapat berupa


pelayanan dalam hal penyediaan produk yang berkualitas sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan, maupun pelayanan jasa yang dibutuhkan.
c. Pemrakarsaan Cara Baru dalam Menjalankan Usaha
Karyawan diharapkan secara proaktif mencari cara kerja yang lebih efektif
melalui ide-ide dan kreatifitas karyawan sehingga menghasilkan produk dan
proses kerja yang lebih baik lagi. Dalam nilai budaya kerja ini, karyawan juga
diharapkan proaktif untuk mengusahakan pengembangan dirinya, mencari jalan
keluar penyelesaian m,asalah yang dihadapinya tanpa harus selalu terus-menerus
diintruksikan atau diminta oleh alasannya.
d. Dedikasi dan Produktivitas
Dedikasi yang diharapkan dari karyawan adalah kemampuan untuk
menempatkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan, bahkan bila
perlu disertai dengan pengorbanan yang tulus, sementara produktifitas yang
diharapkan dari karyawan adalah mampu memberikan hasil kerja atau kinerja
yang terbaik dengan memperhatikan efektivitas dari efesiensi kerja.
e. Perlakuan yang adil dan Penghargaan atas Prestasi
Perlakuan yang adil yang dikembangkan sebagai nilai budaya dalam PT.
SOHO Group adalah memperlakukan karyawan/pelanggan sesuai dengan
ketentuan,prosedur,tau kebijakan yang berlaku, sementara penghargaan atas
prestasi adalah memberikan penghargaan dalam bentuk materi atau non-
materi,baik secara lisan maupun tertulis,di depan karyawan lain maupunsecara
pribadi atas prestasi kerja yang dicapai karyawan,dimana prestasi kerja yang
dimaksud disini adalah prestasi kerja yang melebihi standar kerja yang telah di
tentukan.
f. Perjuangan demi Hasil Optimal
Dalam mengerjakan sesuatu,karyawan PT. SOHO Group harus
melakukannya dengan usaha keras dan ketrampilan yang tinggi dan disertai
dengan perencanaan yang matang,didiskusikan, diuji coba dan dievaluasi. Hal ini
perlu dilakukan untuk memastikan bahwa hasil kerja yang diharapkan adalah hasil
kerja yang diharapkan adalah hasil yang optimal dan terbaik yang dapat diberikan
karyawan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


38

g. Integritas, Kejujuran dan Disiplin


Integritas yang dimaksud dalam nilai budaya ini adalah menjaga dan
melaksanakan norma-norma dan ketentuan jyang berlaku dimasyarakat dan
organisasi secara konsekuen dan konsisten serta menyimpan rahasia yang
dipercayakan; sedangkan kejujuran adalah bekerja dengan itikad dan suasana yang
bersih dari segala macam unsure keuntungan diri pribadi (yang tidak menjadi
haknya), baik secara material ataupun non-material dan juga jujur dalam
menerima dan memberikan informasi; sementara nilai budaya disiplin adalah
menepati/menjalankan segala ketentuan dengan tepat dan benar sesuai dengan
tepat dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada dan tekun melaksanakannya.

3.3 Struktur Organisasi SOHO Group


3.3.1 Research and Development ( R&D ) Division
Divisi R&D dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan R&D
Division Head. Divisi R&D dibagi menjadi empat departemen yaitu Group
Formulation Development Department, Analytical Method Development
Department, Packaging Development Department, dan R&D Compliance &
Support Department.

a. Group Formulation Development Department


Departemen Group Formulation Development bertanggungjawab
dalamstudi dan pengembangan formula produk,meliputi produk herbal,
foodsupplement, dan produk bioekuivalensi. Penyusunan formula merupakan hal
yangsangat penting dalam pembuatan obat. Formula yang disusun oleh
departemen inidisebut formula induk, yang berisi identitas obat (no. batch,
expired date),formula obat (bahan aktif, bahan tambahan), dan langkah-langkah
proses produksiobat.

b. Analytical Method Development Department


Departemen ini bertanggungjawab dalam pengembangan metodeanalisis,
meliputi metode stabilitas dan metode fisikakimia. Departemen initerbagi menjadi
tiga sub departemen yaitu, Stability Method Sub Department,Physical Chemical

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


39

Method Sub Department dan Analytical Method Developmentadministrator.


Stability method subdepartment memiliki tanggung jawab dalam uji stabilitas
produk baru dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yang telah diluluskan
dan akan beredar dipasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor
lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter–parameter stabilitas
produk seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan net volume sehingga dapat
ditetapkan tanggal kadaluwarsa yang sebenarnya.

c. Packaging Development Department


Packaging Development merupakan departemen yang bertanggung jawab
dalam mendesain kemasan produk baru,produk lama yang direvisi, maupun
produk yang dikemas ulang. Packaging composition berisi daftar nama dan
jumlah bahan pengemas beserta dengan kelengkapannya antara lain berisi jumlah
leaflet, sendok takar, karton, master box, dan label.

d. R&D Compliance & Support Department


Departemen ini bertanggung jawab dalam dokumentasi dan registrasi obat
baru. Dokumentasi yang dilakukan mencakup dokumentasi pengembangan
formulasi, analisa, dan pengemasan dari produk ETHICAl, herbal & produk
suplemen, serta riset baru.

3.3.2 Quality Operation Division


Sistem manajemen mutu PT. ETHICA Industri Farmasi dilaksanakan oleh
Quality Operation (QO) Division. QO Division terdiri atas dua departemen, yaitu
Quality Control (QC) Department dan Quality Assurance (QA) Department.

a. Quality Assurance (QA) Department


Quality Assurance Department dipimpin seorang apoteker denganjabatan
Quality Assurance Department Head (QADH) yang memiliki tanggung jawab
ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan dan
memastikan penerapan sistem mutu, memprakarsai dan mengawasi audit internal
atau inspeksi diri berkala, melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


40

pengawasan mutu, mengevaluasi catatan batch dan meluluskan/menolak produk


jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor terkait, serta
memprakarsai dan berperan aktif dalam audit eksternal dan program validasi.
Departemen QA memiliki tiga bagian yaitu Quality Compliance Section,
QualityMonitoring System Sub Department dan Quality Support Section.

1) Quality Compliance Section


Hal-hal yang menjadi tanggung jawab Quality Compliance Sectionantara
lain menangani Follow Up Stability, Product Quality Review (PQR), dan register
compliance. Quality Compliance Section memiliki dua Quality Compliance
Executive. Quality Compliance Executive 1 bertugas dalam penanganan Follow
Up Stability (FUS) yaitu uji stabilitas produk–produk yang sudah beredar di
pasaran untuk mengetahui apakah suatu produk tetap memenuhi spesifikasi pada
masa peredaran ataupun penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan sampai ED + 1
tahun, artinya uji stabilitas dilakukan sampai waktu kadaluwarsa ditambah satu
tahun. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan dilakukan
perpanjangan masa daluwarsa suatu produk. Perpanjangan masa daluwarsa
dilakukan untuk produk yang masih memenuhi syarat sampai ED + 1 tahun.
Apabila ditemukan produk yang sudah tidak memenuhi syarat saat ED atau
sebelum ED, maka bisa dilakukan pemendekan waktu kadaluarsa dalam
pembuatan produk selanjutnya.
Quality Compliance Executive 2 bertugas dalam penanganan registrasi
produk-produk yang hampir habis masa berlakunya. Penyiapan data dan
pelengkapan data untuk registrasi dimulai enam bulan sebelum masa berlakunya
habis. Dokumen yang diperlukan antara lain batch record, prosedur pemeriksaan
bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi, lembar spesifikasi produk,
sertifikat analisa bahan baku, produk setengah jadi, dan produk jadi. Setelah
dokumen terkumpul, maka koordinator akan menyerahkannya kepada bagian
registrasi.
PQR dilaksanakan secara periodik untuk memverifikasi konsistensi suatu
produk yang berhubungan dengan Good Manufacturing Practice (GMP) dan
kesesuaian dengan spesifikasi terkini menggunakan analisa kecenderungan (trend

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


41

analysis). PQR dilakukan dan didokumentasikan setiap tahun untuk setiap produk
(minimal 3 batch) sesuai jadwal yang telah disetujui.
Hal yang termasuk didalam PQR adalah review PQR sebelumnya dan
setidaknya meliputi data laboratorium QC, data dari divisi produksi yang
termasuk data mesin, pemeriksaan IPC dan yields, data quality (pengenalan
produk, pemeriksaan analisa IPC, pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan seluruh
OOS dan investigasinya,pemeriksaan dari seluruh penyimpangan dan kejadian,
pemeriksaan Non Conformance Product (NCP), pemeriksaan dari seluruh
pengendalian perubahanyang dilakukan, pemeriksaan hasil program pemantauan
stabilitas pada tahun tersebut dan setiap kecenderungan yang merugikan,
pemeriksaan seluruh obat kembalian yang terkait keluhan dan penarikan kembali
obat jadi (PKOJ) dan investigasi yang dilakukan terkait dengan kualitas produk,
pemeriksaan data validasi proses dan metode analisa, pemeriksaan data kalibrasi
dan kualifikasi dari mesin dan peralatan, pemeriksaan efektifitas dari tindakan
koreksi dan pencegahan yang diambil. Trend Analysis diperiksa dan dievaluasi
oleh QO Division Head dan Production Division Head agar dapat mengambil
tindakan yang sesuai bila diperlukan.

2) Quality Monitoring System Sub Department


Quality Monitoring System Sub Department Head membawahi Quality
Monitoring Section Head, Quality System Executive, dan Quality Release Section
Head. Quality Monitoring Section Head membawahi Quality MonitoringInspector
(QMI) dan Product Sorter. Secara umum, Quality Monitoring Sectionmenangani
audit, inspeksi diri, rancang bangun dan penanganan keluhan. Pelaksanaan
inspeksi diri dilakukan secara berkala dan disusun jadwal pada awal tahun.
Inspeksi diri mencakup semua bagian di manufacturing dan dilakukan oleh divisi
lain sebagai inspektor.
Pada penanganan keluhan, keluhan yang diterima harus segera diteruskan
ke QA, terutama keluhan yang terkait dengan keamanan produk. QMI harus
memasukkan data keluhan yang masuk ke dalam log book keluhan. Kemudian
dilakukan penilaian resiko awal yang mencakup pemeriksaan keluhan dan
penarikan kembali obat jadi dari produk yang sama untuk menentukan prioritas

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


42

melakukan investigasi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan mencakup keluhan


sebelumnya pada produk yang sama, Corrective Action and Preventice Action
(CAPA) yang telah diimplementasikan, dan pemeriksaan batch lain
yangberpotensi. Quality Monitoring Section Head akan melakukan investigasi
terhadap sampel keluhan dengan mengevaluasi batch record dan bila perlu
mengirimkan sampel ke QC untuk diuji.
Pengujian dilakukan terhadap sampelkeluhan dan sampel pertinggal.
Apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal memenuhi syarat, atau sampel
keluhan tidak memenuhi syarat tetapi sampel pertinggal memenuhi syarat, maka
keluhan dapat dinyatakan not justified (tidak dapat diterima). Bila sampel keluhan
dan sampel pertinggal tidak memenuhi syarat maka keluhan dapat dinyatakan
justified (diterima). Bila keluhan diterima, maka QA Department Head harus
melakukan investigasi terhadap produk yang sama dengan batch yang berbeda.
Bila ternyata ditemukan penyimpangan yang sama pada batch lain maka keluhan
dapat dilanjutkan dengan membuat CAPA atau bila perlu recall produk jika kasus
dianggap sangat berbahaya.
Penanganan pemilihan vendor dilakukan oleh QC bekerjasama dengan
QA. Vendor yang sudah disetujui akan masuk dalam daftar Approved Vendor List.
Audit eksternal untuk vendor dilakukan secara langsung atau dengan kuesioner
untuk vendor yang tidak bisa dikunjungi secara langsung. Quality Monitoring
Inspector (QMI) bertugas dalam menganalisis sampel pertinggal jika terdapat
keluhan dari konsumen. Product Sorter bekerjasama dengan bagian warehouse
untuk memeriksa jumlah dan fisik produk, membuat laporan disposisi ke
marketing untuk menentukan tindakan selanjutnyaterhadap produk. Quality
Sistem Executive bertanggung jawab dalam penanganan CAPA,deviasi, Lembar
Usulan Perubahan (LUP), dan Non Conformance Product (NCP).
CAPA muncul ketika terjadi permasalahan yang sama berulang-ulang dan
permasalahan berakibat pada bagian lain di luar masalah tersebut. Deviasi atau
penyimpangan dibagi menjadi tiga yaitu planned deviation seperti pergantian
mesin produksi, unplanned deviation seperti terjadi capping pada tablet, dan
incident/accident seperti listrik mati. LUP merupakan change control atau
pengendalian perubahan untuk perubahan dokumen, alat, mesin, dan lain-lain.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


43

NCP merupakan penyimpangan yang terjadi sebelum proses produksi seperti saat
mengecek bahan pengemas sebelum produksi ternyata bahan pengemas
mengalami kerusakan. CAPA berasal dari laporan OOS, keluhan, NCP,
audit,inspeksi diri, PQR, dan deviasi. Hal-hal di atas bisa ditindaklanjuti dengan
CAPA apabila setelah diinvestigasi diketahui bersifat sistemik, kemungkinan
berulang sering dan membutuhkan penyelesaian jangka panjang. Terakhir adalah
QualityRelease Section. Quality Release Section Head menangani kelengkapan
dokumen produk-produk yang akan dirilis ke pasaran.
Quality Release Section Head membawahi IPC (In Process Control). IPC
bekerjasama dengan bagian IPC di Divisi Produksi untuk melakukan
pengendalian proses selama produksi. In process control dilakukan terhadap
semua tahap produksi, mulai dari mixing, tableting, coating, pengemasan
primerdan pengemasan sekunder. Tujuan IPC adalah supaya proses produksi
dapat menghasilkan produk sesuai spesifikasi dan mengurangi jumlah produk
yang ditolak karena tidak masuk spesifikasi. IPC Inspector merupakan personil
QA yang memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan
penyelidikan yang dilakukan oleh IPC produksi. IPC itu sendiri
merupakankegiatan pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan serta
dilaksanakan selama proses pembuatan produk, termasuk pemeriksaan dan
pengujian terhadap lingkungan dan peralatan

3) Quality Support Section


Quality Support Section Head bertanggung jawab dalam kualifikasi alat-
alat produksi dan laboratorium bekerjasama dengan Engineering Department,
validasi metode analisa, dan penanganan dokumen-dokumen kalibrasi. Quality
Support Section juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kalibrasi alat-alat
yang terdapat di laboratorium QC. Kalibrasi alat dilakukan secara berkala yaitu
kalibrasi satu tahunan, kalibrasi enam bulanan, kalibrasi tiga bulanan, kalibrasi
bulanan, dan verifikasi harian. Untuk kalibrasi satu tahunan dapat dilakukan oleh
pihak eksternal (supplier) atau pihak internal. Sedangkan untuk kalibrasi enam
bulanan, tiga bulanan, bulanan, dan verifikasi harian dilakukan oleh pihak internal
yang biasanya dilakukan oleh para analis yang sudah mengikuti pelatihan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


44

kalibrasi sebelumnya. Selain itu, Quality Support Section Head juga bertanggung
jawab untukmembuat dan merevisi Standard Operating Procedure (SOP)
penggunaan danpembersihan dan SOP kalibrasi alat-alat yang terdapat di
laboratorium QC. Setelah SOP jadi maka harus dilaksanakan pelatihan terhadap
analis agar para analis dapat menggunakan alat dengan baik dan benar.

b. Quality Control (QC) Department

Pada industri farmasi, bagian Quality Control (QC) merupakan bagian


yang penting. Departemen pengawasan mutu (Quality Control/QC) bertanggung
jawab dalam memastikan setiap bahan baku yang akan dipergunakan dan produk
jadi yang akan di pasarkan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Kegiatan
pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga terlibat
dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. QC Department di PT.
ETHICA Industri Farmasi secara struktural berada di bawah Quality Operational
Division PT. SOHO Group yang dikepalai oleh QO Division Head. Departemen
QC bersifat independen, sejajar dengan Departemen QA, serta tidak tergantung
dengan produksi sehingga QC dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan
tanpa terpengaruh oleh bagian lain.
Departemen QC dikepalai oleh seorang apoteker yang disebut QC
Department Head yang memiliki beberapa tanggung jawab, diantaranya sebagai
berikut :
1) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi.
2) Memastikan seluruh pengujian yang diperlukan dan validasinya telah
dilaksanakan.
3) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi kerja pengambilan
sampel, metode pengujian, kontrak analisis dan prosedur pengawasanmutu
yang lain.
4) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu.
5) Menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


45

QC Department Head membawahi tiga section head yang menangani


Bahan Baku dan Bahan Kemas (Raw Material / Packaging Material Section
Head), Produk Setengah Jadi (Half Finished Good Section Head), dan
Microbiology Section Head.
1) Raw Material Section
Quality Control bagian ini menangani bahan awal (bahan baku dan bakan
kemas) yang digunakan untuk kegiatan produksi. Dalam pelaksanaannya, section
ini dibantu oleh 4 analis bahan baku, 2 analis bahan kemas, serta 2 helper. Proses
pemeriksaan bahan baku dimulai sejak bahan awal datang dari vendor ke gudang.
Warehouse Department akan membuat Lembar Penerimaan Barang (LPB). LPB
ini dikirimkan ke QC Raw Material / Packaging Material Section Head beserta
CoA dari vendor agar bahan baku ini diambil sampelnya untuk dilakukan
sampling pada bahan awal.
Sampling menjadi kegiatan yang penting dalam pengawasan mutu. Pada
saat sampling, sebagian kecil bahan awal diambil dari satu batch. Jumlah bahan
yang diambil untuk menyiapkan sampel representative ditentukan secara statistik
dan dicantumkan dalam pola pengambilan sampel. Jumlah ini mengacu pada
Military Standard. Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa untuk
mencegah kontaminasi atau efek lain yang tidak diharapkan berpengaruh terhadap
mutu bahan awal. Pengambilan sampel dilakukan di ruang sampling. Untuk bahan
baku, wadah yang diambil sampelnya diberi label yang mencantumkan isi
wadah,nomor batch, tanggal pengambilan sampel dan diberi label “contoh sudah
diambil” dengan warna jingga pada wadah bahan baku tersebut. Wadah ditutup
rapat kembali setelah pengambilan sampel. Semua alat pengambilan sampel dan
wadah sampel terbuat dari bahan yang inert dan dijaga kebersihannya.
Penentuan status bahan awal diluluskan maupun ditolak berdasarkan hasil
analisa yang dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi
bahan baku ditetapkan berdasarkan literatur yang ada (USP, BP, EP, FI serta CoA
dari vendor) dan beberapa modifikasi internal yang disesuaikan. Apabila hasil
analisa dinyatakan bahwa bahan baku diluluskan maka analis akan membuat CoA
dan label hijau. Bahan baku yang ditolak dibuatkan label merah. Spesifikasi bahan
kemas ditetapkan berdasarkan spesifikasi internal, yaitu dengan penekanan pada

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


46

kompatibilitas bahan terhadap produk yang diisikan ke dalamnya. Pengujian


terhadap bahan kemas difokuskan pada pemeriksaan fisik meliputi pemerian, jenis
bahan kemas, ukuran (panjang, lebar,dan tebal), dan keragaman bobot serta
kualitas cetak pada bahan kemas karena cacat fisik yang kritis dan kebenaran
penandaan dapat berdampak besar yaitu dapat memberikan kesan meragukan
terhadap kualitas produk Apabila hasil analisa dinyatakan bahwa bahan kemas
diluluskan maka analis akan menempelkan label hijau. Bahan kemas yang ditolak
dibuatkan label merah. Pemeriksaan mikrobiologi diperlukan untuk bahan kemas
produk dry sirup.
Kadang kala dalam proses produksi masih terdapat bahan awal yang
belum habis. Bahan awal ini dapat dilakukan analisa ulang (reanalisa) untuk
mengetahui kondisi bahan baku yang akan digunakan. Frekuensi analisa ulang
bahan awal berbeda-beda tergantung dari sifat bahan awal itu sendiri. Untuk
bahan baku berupa zat aktif, waktu analisa ulang adalah setiap satu tahun.
Sedangkan bahan baku sebagai bahan tambahan waktu analisa ulang adalah setiap
dua tahun, kecuali flavour setiap enam bulan. Bahan baku tambahan yang
memerlukan pemeriksaan mikrobiologi frekuensi analisa ulang adalah setiap satu
tahun, kecuali untuk kapsul kosong setiap dua tahun. Bahan kemas juga dilakukan
reanalisa. Frekuensi reanalisa untuk bahan kemas primer adalah setiap satu tahun,
sedangkan untuk bahan kemas sekunder dilakukan setiap dua tahun. Parameter
yang diperiksa ulang adalah pemerian dan mikrobiologi sesuai dengan spesifikasi
masing-masing bahan. Hasil reanalisa bahan awal yang masih memenuhi syarat
spesifikasi diberi label hijau (diluluskan) sehingga dapat dipergunakan untuk
produksi. Sedangkan hasil reanalisa yang tidak memenuhi syarat spesifikasi diberi
label merah (ditolak). Perlakuan terhadap bahan baku yang ditolak ini disesuaikan
dengan perjanjian yang telah dibuat dengan vendor apakah barang dikembalikan
dan diganti, atau langsung dimusnahkan.

2) Half-Finished Goods Section


Quality Control bagian ini mengawasi mutu dari produk setengah jadidan
produk jadi. Dalam pelaksanaannya QC Finished Goods dibantu oleh 6 analis,
dan helper. Pengawasan mutu dari produk setengah jadi dimulai dari pengambilan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


47

sampel. Sampling dilakukan setelah proses produksi selesai disertai lembar PA


(Permintaan Analisis) dari produksi. Sampling untuk produk steril dilakukan
setelah proses sterilisasi. Produk aseptis dilakukan sampling setelah proses filling
selesai. Sampel obat jadi diambil setelah pengemasan primer selesai. Sampel
dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai lengkap dengan label dan ditutup rapat.
Label berisi nama produk, nomor batch, tanggal pembuatan, tanggal sampling dan
paraf petugas IPC yang melakukan sampling. Sampel yang diperoleh diletakkan
di tempat penyimpanan QC. Sampel yang diperoleh kemudian dianalisa
menggunakan prosedur pengujian untuk masing-masing produk dengan metode
yang telah disetujui. Spesifikasi dan prosedur pengujian untuk produk injeksi
mencakup pemerian, identifikasi, volume injeksi, pH, berat jenis, kadar zat aktif,
partikulat, osmolalitas, sterilitas, dan bakteri endotoksin. Sedangkan untuk produk
non injeksi, spesifikasi serta prosedur pengujian mencakup pemerian, identifikasi,
kadar zat aktif, kadar air, serta keseragaman kandungan, waktu hancur, dan
persentase disolusi tablet.
Prosedur pengujian mencakup hal yang seperti telah disebutkan dalam
Raw material. Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar data awal ( LDA )
berisi nama dan nomor batch dan bentuk sediaan, metode analisis yang
digunakan, pernyataan mengenai nilai yang diharapkan, pernyataan apakah
memenuhi atau tidak memenuhi syarat, tanggal dan tandatangan analis yang
melakukan pengujian dan yang memeriksa perhitungan. Hasil pengujian (terutama
perhitungan) diperiksa oleh supervisor (Half Finished Goods Section Head)
sebelum bahan atau produk tersebut diluluskan atau ditolak.

3) Microbiology Section
Bagian Quality Control ini menangani pengujian mikrobiologi baik pada
bahan baku maupun bahan pengemas, produk setengah jadi dan produk jadi.
Tidak semua bahan baku maupun produk jadi dilakukan pengujian mikrobiologi,
hanya yang memiliki probabilitas terkontaminasi yang besar seperti bahan baku
yang berupa ekstrak serta bahan kemas untuk dry syrup. Pengujian mikrobiologi
dimulai dengan diterimanya Permintaan Analisis (PA) dari produksi dan QC Raw

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


48

Material / Packaging Material (RM/PM). Kemudian dilakukan sampling dengan


perlakuan yang lebih khusus yaitu menggunakan wadah sampling yang steril.
Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar Mikrobiologi yang berisi
nama dan nomor batch dan bentuk sediaan, media yang dipergunakan, pernyataan
nilai yang diharapkan, pernyataan tidak atau memenuhi syarat, tanggal
pemeriksaan dan tanda tangan analis yang melakukan pengujian, tanggal dan
tanda tangan QC Microbiology Section Head. Hasil pemeriksaan mikrobiologi ini
kemudian diserahkan kepada analis bahanbaku atau analis produk setengah jadi
sesuai dengan bahan yang diuji. Analis bahan baku atau produk setengah jadi
akan membuat Certificate of Analysis (CoA) untuk bahan yang memiliki
spesifikasi mikrobiologi sehingga dapat dinyatakan diluluskan (released)

3.3.3 Production Division


Divisi Produksi dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan Kepala
Divisi Produksi (Production Division Head) yang memiliki tanggung jawab
penuh dalam produksi obat, diantaranya yaitu:
a. Pemastian bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur
b. Pemberian persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
penerapannya secara tepat
c. Pengevaluasian dan penandatanganan catatan pengolahan bets sebelum
diserahkan kepada Kepala Departemen QA
d. Pemeriksaan pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
produksi
e. Pemastian pelaksanaan validasi, dan
f. Pemastian pelaksanaan pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya sesuai kebutuhan.
Divisi Produksi PT. SOHO Group terbagi menjadi:
1) Produksi Non Steril (Non Sterile Production/NSP)
2) Produksi Steril, Cephalosporin, dan Ekstrak (Sterile Cephalosporine
Production/SCEP)
3) Proses Produksi yang Baik (Production Process Excellent), dan
4) Pemenuhan Mutu Produksi (Production Quality Compliance).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


49

Struktur organisasi Divisi Produksi dapat dilihat pada Lampiran.


Produksi Non Steril dikerjakan oleh PT SOHO Industri Pharmasi,
sedangkan Proses Produksi Steril dan Cephalosporin dikerjakan oleh PT.
ETHICA Industri Farmasi. Proses Produksi yang Baik (Production Process
Excellent) bertanggung jawab dalam hal peningkatan produktivitas suatu proses
produksi dan pengaturan biaya produksi. Pemenuhan Mutu Produksi (Production
Quality Compliance) bertanggung jawab dalam persiapan standarisasi PIC/S agar
produk tetap memenuhi syarat keamanan, efikasi, dan mutu.
Penjadwalan dan perencanaan produksi menggunakan sistem Rencana
Pengemasan Bulanan (Monthly Planning Packaging), yaitu penentuan jadwal
pengemasan terlebih dahulu baru diikuti penentuan jadwal pencampuran,
pencetakan, dan penyalutan. Setiap bahan baku dan bahan pengemas yang datang
dari pemasok disimpan di gudang dengan status karantina. Bahan baku dan bahan
pengemas berstatus karantina diberi label karantina warna kuning di wadah bahan.
Label karantina ditempel oleh pihak Gudang/Warehouse (WH). Bahan baku dan
bahan pengemas tersebut baru bisa digunakan untuk produksi setelah diperiksa
kemudian dinyatakan lulus oleh QC. Saat dinyatakan lulus, label lulus warna hijau
ditempel menutupi label karantina di wadah bahan baku dan bahan pengemas.
Bahan baku dan bahan pengemas yang tidak memenuhi syarat dikeluhkan dan
dikembalikan ke pemasok. Pengambilan bahan baku atau bahan pengemas dari
gudang menggunakan picklist. Picklist merupakan daftar material yang
dibutuhkan saat produksi dibuat oleh Perencanaan Bahan (Material Planning)
berdasarkan daftar material dalam rencana produksi. Picklist dicetak oleh
Produksi dan didistribusikan ke bagian Gudang/Warehouse.
Proses produksi adalah pengolahan bahan baku sampai dikemas menjadi
produk jadi. Produksi di PT. ETHICA Industri Farmasi mencakup SCEP (Sterile,
Cephalosporin and Extract Production). Produk sediaan steril berupa injeksi yang
mencakup sediaan ampul dan vial. Produk sefalosporin terdiri dari tablet, kapsul,
dan dry syrup. Produk ekstrak berbentuk tablet dan teh herbal. Masing-masing
jenis produk ini memiliki gedung produksi yang terpisah.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


50

3.3.3.1. Produksi Cephalosporin


Proses produksi tablet dimulai dari penimbangan, pencampuran,
granulasi, pencetakan, penyalutan, hingga pengemasan. Sedangkan sediaan kapsul
proses produksi dimulai dari penimbangan, pencampuran, granulasi, pengisian
kapsul, hingga pengemasan. Proses produksi dry syrup dimulai dari penimbangan,
pencampuran, pengisian bahan ke dalam botol, serta pengemasan sekunder.
a. Bagian penimbangan bahan baku
Proses penimbangan merupakan tahap yang kritis dalam proses produksi
karena merupakan proses awal dalam produksi dan jika terjadi kesalahan dalam
penimbangan maka akan menjadi masalah untuk proses selanjutnya. Bahan baku
akan dipesan dari gudang berdasarkan picklist bahan baku. Bahan baku dari
gudang kemudian akan diserahterimakan ke bagian produksi di ruang penyangga
(buffer room) dan dilakukan pengecekan identitas bahan baku satu persatu sesuai
picklist meliputi nomor part, nama dan nomor bahan baku, tanggal kadaluarsa,
analisa ulang serta label hijau (release). Bahan baku yang sudah lolos pengecekan
akan diletakkan di ruang sebelum penimbangan (staging before weighing room),
dan masing-masing akan diletakkan per bets (satu palet hanya untuk satu bets).
Proses yang perlu dilakukan sebelum penimbangan adalah penyiapan
ruang timbang. Ruang timbang terbagi menjadi 2 jenis yaitu ruang timbang RH
rendah dan ruang timbang biasa. Pemisahan ini berdasarkan perbedaan sifat
produk yang akan ditimbang, bahan baku yang higroskopis dan mudah rusak
karena kelembaban di atas 30% ditimbang di ruang timbang RH rendah
sedangkan bahan baku yang tidak rusak karena kelembaban di atas 30%
ditimbang di ruang timbang biasa. Penyiapan ruang timbang meliputi pengaktifan
sistem bilik aliran bawah (down flow booth), pengecekan suhu dan RH, dan
pengecekan waterpass. Sistem bilik aliran bawah (down flow booth) adalah sistem
pengaturan aliran udara untuk membawa debu dan partikel bahan baku yang jatuh
serta terhambur di udara masuk ke dalam penyaring halus/fine filter (di bagian
samping bawah ruang timbang) sehingga tidak mengontaminasi penimbang.
Penyaring halus/fine filter adalah HEPA filter yang digunakan secara khusus
untuk filter partikel/fines zat yang ditimbang. Udara hasil penyaringan penyaring
halus/fine filter tersebut akan disirkulasi kembali, dan dialirkan ke dalam ruang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


51

timbang melalui HEPA filter di bagian atas. Debu dan partikel akan menempel di
HEPA filter dan penyaring halus/fine filter, dan sampai batas maksimal filter akan
diganti dengan filter baru. Batas maksimal perbedaan tekanan di HEPA filter
adalah 240 Pa dan di penyaring halus/fine filter adalah 120 Pa. Sistem bilik aliran
bawah/down flow booth dinyalakan selama 15 menit dan boleh dipakai setelah
aliran udara mencapai 40 m/detik. Suhu untuk ruang timbang biasa dan RH
rendah adalah ≤ 25°C. RH untuk ruang timbang biasa adalah 45-75%, dan untuk
RH rendah < 30%.
Waterpass merupakan parameter distribusi berat pada timbangan, kondisi
waterpass adalah kondisi dimana distribusi berat merata di semua sisi timbangan,
sehingga di sisi manapun bahan ditimbang akan menghasilkan massa/berat yang
sama. Pengecekan waterpass dilakukan dengan mengecek posisi gelembung air
dalam alat cek waterpass, posisi yang tepat adalah gelembung berada tepat di
tengah lingkaran alat cek waterpass. Penimbangan dilakukan setelah persyaratan
bilik aliran bawah/down flow both, suhu, RH dan waterpass terpenuhi.
Penimbangan dilakukan pada timbangan sesuai kapasitas masing-masing. Bahan–
bahan padat yang sudah ditimbang alam dimasukkan dalam plastik. Bahan-bahan
cair akan dimasukkan dalam wadah stainless steel, untuk alkohol dan larutan yang
memiliki resiko terbakar/meledak dimasukkan dalam wadah pengaman. Plastik,
wadah baja tahan karat (stainless steel) dan wadah pengaman (safety can) yang
digunakan harus sudah dicek dan dirilis oleh QC. Bahan yang sudah dimasukkan
dalam wadah kemudian diberi label timbang, kemudian diletakkan di dalam
ruangan setelah penimbangan (staging after weighing room). Kondisi pada saat
ini sudah dimulai penggunaan barcode sebagai pengganti label. Penggunaan
barcode ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem label dimana jika
terjadi perbedaan antara stok fisik dan stok computer (data) maka barcode akan
mendeteksi dan memberikan peringatan bahwa bahan tersebut tidak bisa
ditimbang.
Untuk produksi sediaan solid, yakni tablet dan kapsul Cephalosporin, terdapat
pembagian yang lebih khusus lagi.
1) Bagian Pencampuran (Mixing Section)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


52

Seksi pencampuran bertanggung jawab melakukan pencampuran bahan


baku hingga homogen dan memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya.
Proses utama dalam seksi pencampuran adalah pencampuran bahan untuk kempa
langsung, granulasi basah, dan granulasi kering. Proses pengempaan langsung
dilakukan untuk bahan–bahan yang memiliki sifat alir yang baik. Bahan – bahan
yang sifat alirnya tidak baik, tidak bisa diproses kempa langsung tetapi diproses
granulasi. Granulasi adalah proses pembentukan granul yaitu massa yang dibentuk
dari penyatuan beberapa partikel yang berbeda ukurannya menjadi massa dengan
ukuran yang lebih besar. Granul untuk produk farmasi memiliki rentang ukuran
0,2 – 4 mm. Proses granulasi dilakukan untuk meningkatkan sifat alir bahan.
Proses granulasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu granulasi basah dan granulasi
kering.
Proses granulasi basah adalah proses pembentukan granul basah yang
menggunakan bantuan air untuk membentuk granul. Larutan lain yang dapat
digunakan untuk granulasi basah adalah alkohol, isopropanol dan kombinasi
keduanya. Proses granulasi basah dilakukan untuk bahan–bahan yang tahan panas
dan tidak rusak karena hidrolisis air. Sedangkan proses granulasi kering adalah
proses pembentukan granul kering dengan bantuan tekanan tinggi. Proses
granulasi kering dilakukan untuk bahan – bahan yang tidak tahan panas dan
mudah rusak karena hidrolisis air, tetapi tahan terhadap tekanan tinggi. Proses
pembentukan granul dengan tekanan tinggi dibagi menjadi dua jenis yaitu
pembentukan masa kompak (slugging) dan pengempaan menggunakan rol (roller
compaction). Slugging adalah pembentukan slug yaitu massa kompak dengan
diameter 25 mm dan ketebalan 10 - 15 mm. Alat yang digunakan untuk
membentuk slug adalah mesin tablet jenis penekan debu besar yang berputar
(heavy duty rotary press). Slug dipecah dengan menggunakan penggiling hammer
(hammer mill) untuk membentuk granul kering. Roller compaction merupakan
proses meremas bahan diantara dua rol untuk membentuk lembaran massa yang
rapuh dan segera pecah menjadi serpihan. Serpihan diayak dengan mesh ukuran
tertentu untuk membentuk granul.
a) Proses pencampuran bahan untuk kempa langsung

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


53

Proses kempa langsung merupakan proses yang paling sederhana dan


paling cepat karena hanya dilakukan dalam satu tahap yaitu pencampuran kering.
Bahan-bahan untuk kempa langsung dicampur di dalam alat pencampur (mixer)
hingga homogen kemudain selanjutnya ditampung dalam wadah dan diberi label.
Pengawasan saat proses (IPC) tidak dilakukan pada proses pencampuran bahan
untuk kempa langsung.
b) Proses pencampuran bahan untuk granulasi basah
Proses ini dimulai dari pencampuran basah zat aktif dengan fase dalam yaitu
bahan pengisi, pengikat dan penghancur. Alat yang digunakan adalah pencampur
super (super mixer), yaitu alat yang mempunyai kemampuan untuk mencampur
bahan dengan putaran agitator dan membentuk granul dengan pemotong
(chopper).Agitator berbentuk seperti baling-baling dan dapat berputar pada
kecepatan tinggi sehingga massa yang ada dapat teraduk dan tercampur oleh gaya
putar agitator. Pemotong (chopper) merupakan alat yang digunakan untuk
membentuk granul, pemotong (chopper) berfungsi seperti pisau yang memotong
massa kempal berukuran besar menjadi granul-granul. Bahan – bahan tertentu
seringkali membutuhkan pengayakan dengan mesin penggiling berbentuk kerucut
(cone mill) sebelum dicampur dalam pencampur super (super mixer). Selain itu
juga terdapat bahan-bahan tertentu setelah dicampur dalam pencampur super
(super mixer) harus diayak dengan mesin penggiling berbentuk kerucut (cone
mill). Hal ini tergantung dengan prosedur yang terdapat dalam catatan bets.
Proses selanjutnya setelah pencampuran basah adalah pengeringan dengan
FBD (Fluidized Bed Dryer). Prinsip kerja FBD adalah udara dingin yang telah
disaring melalui pre filter dan filter akhir (HEPA) dan melewati ruang pemanasan
di belakang mesin utama (Heat Exchanger), kemudian udara akan ditarik ke
wadah mesin berisi granul yang akan dikeringkan. Udara panas akan
menghamburkan granul secara teratur dan kelembaban granul akan ditarik keluar
oleh kipas sehingga produk menjadi kering dan rata di setiap butiran. Granul yang
dikeringkan akan diperiksa kadar airnya dimana alat yang digunakan untuk
memeriksa kadar air adalah alat pengukur keseimbangan kelembaban (Moisture
Balance). Granul yang sudah memenuhi persyaratan kadar air selanjutnya
diproses dengan granulator.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


54

Granul kering hasil granulator selanjutnya dicampur kering dengan fase luar
(bahan pelicin, lubrikan, dan disintegran) dalam alat pencampur. Pemilihan jenis
mixer tergantung dengan jumlah bahan yang akan dicampur. Pengawasan saat
proses (IPC) yang dilakukan saat granulasi basah dilakukan hanya pada
pengukuran kadar air.
c) Proses pencampuran bahan untuk granulasi kering
Zat aktif dan fase dalam dicampur dan dimasukkan dalam pembentuk granul
(granulator), didalam granulator zat aktif dan fase dalam mengalami proses roller
compaction dan kemudian diayak dengan mesh. Granul yang dihasilkan
selanjutnya akan dicampur kering dalam alat pencampur (mixer). Pengawasan saat
proses (IPC) tidak dilakukan dalam proses granulasi kering.
Hasil pencampuran kering proses granulasi basah atau granulasi kering
selanjutnya akan dibungkus dalam wadah, dilabel dan diletakkan di ruang WIP
sebelum diproses ke bagian pencetakan tablet. Ruangan WIP berfungsi untuk
menyimpan bahan-bahan hasil pencampuran sebelum masuk proses selanjutnya
karena tidak semua bahan setelah selesai proses pencampuran langsung diproses
lebih lanjut. Bahan-bahan yang tidak berhasil dicampur dan tidak memenuhi
persyaratan harus dikarantina, kemudian dilaporkan kejadiannya ke QA untuk
menunggu tindakan yang diambil.
2) Bagian Pencetakan tablet (Tableting Section)
Bagian pencetakan tablet memiliki tugas untuk mencetak hasil
pencampuran menjadi tablet atau kaplet. Hasil pencampuran yang telah diijinkan
untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang pencetakan tablet untuk dicetak. Mesin
tablet harus disiapkan sesuai catatan bets terutama tentang tekanan dan kedalaman
pengisian, karena merupakan parameter kritis untuk mencetak tablet. Ada
bermacam-macam mesin pencetak tablet yang digunakan. Secara umum, mesin
tablet memiliki bagian yang sama yaitu bagian punch, dies, turret, compression
roll, hopper, dan discharge chute, serta dilengkapi dengan uphill deduster untuk
menghilangkan debu yang menempel pada tablet dan pendeteksi logam untuk
mendeteksi adanya kandungan logam dalam tablet. Perbedaan tiap mesin pencetak
tablet yaitu pada cara pengoperasian, jumlah punch, dan jenis punch. Cara
pengoperasian terbagi menjadi manual, semi otomatis, dan otomatis

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


55

(komputerisasi). Jumlah punch bervariasi mulai 16 sampai 39 punch. Jenis punch


terdapat B-type dan D-type. Punch D-type memiliki diameter punch lebih besar
dibandingkan dengan B-type.
Pengawasan selama proses (IPC) tablet berlangsung saat pencetakan
tablet dilakukan setiap 30 menit sekali. Pengawasan selama proses (IPC) yang
dilakukan yaitu ketebalan tablet, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan
waktu hancur. Masalah yang sering dihadapi dalam pencetakan tablet adalah
capping, laminating, lengket pada dies, dan lengket pada punch. Capping dan
laminating diatasi dengan menurunkan tekanan kempa, menambahkan jumlah
pengikat sampai optimum, dan memasukkan granul yang kekeringan ke dalam
oven dalam keadaan mati/off. Granul tersebut akan menyerap uap air sehingga
terjadi peningkatan kadar air dalam granul. Massa tablet yang lengket pada punch
dan dies terjadi karena granul terlalu basah, tekanan kempa kurang besar, dan
terlalu banyak bahan pengikat. Pengatasan massa tablet yang lengket pada punch
dan dies adalah dengan mengeringkan granul yang terlalu basah, menaikkan
tekanan kempa dan memakai bahan pengikat dalam jumlah yang optimum. Tablet
yang memenuhi syarat disimpan di ruang WIP tablet. Tablet yang tidak memenuhi
syarat dikarantina terlebih dahulu, kemudian didiskusikan dengan QA untuk
tindakan selanjutnya. Tablet yang ditolak akan dikumpulkan dan dimusnahkan.
3). Bagian Penyalutan (Coating Section)
Proses penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan
tertentu, baik yang inert atau partikel/zat berkhasiat, baik murni ataupun dalam
bentuk tercampur, berbentuk padat atau cair. Proses penyalutan bertujuan untuk
menutupi rasa, bau, atau warna obat, memberi perlindungan fisik dan kimia pada
obat, mengendalikan pelepasan obat dan meningkatkan penampilan tablet. Proses
penyalutan/coating dilakukan setelah tablet hasil cetak sudah memenuhi
persyaratan dan diberi label proses akan dilanjutkan. Tahapan proses penyalutan
adalah penyiapan larutan salut, proses penyegelen/sealing, proses sub-penyalutan/
subcoating, proses penghalusan dan pewarnaan (smoothing- coloring), dan proses
pengkilatan/polishing. Semua tahapan tersebut tidak selalu berlaku untuk setiap
tablet tergantung dari jenis tablet yang diproduksi. Jenis tablet salut yang
diproduksi adalah tablet salut film/salut selaput, salut gula, dan salut enterik.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


56

Tahap penyiapan larutan merupakan tahap kritis karena bila larutan tidak
homogen maka tablet tidak tersalut sempurna atau warna tidak merata. Tahap
penyegelan/sealing bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut dari
penetrasi air dan untuk memperkeras permukaan, larutan yang digunakan adalah
larutan yang tidak dapat larut air, seperti shellac, HPMC. Tahap sub-
penyalutan/subcoating bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut
sehingga menjadi bundar sesuai dengan bentuk dan ketebalan yang dikehendaki.
Larutan yang digunakan untuk subcoating adalah larutan gula. Tahap penghalusan
dan pewarnaan (smoothing-coloring) bertujuan untuk menutupi dan mengisi cacat
pada permukaan tablet yang disebabkan oleh tahap subcoating, dan untuk
memberi warna dasar pada tablet. Larutan yang digunakan pada tahap tersebut
adalah larutan gula yang ditambah lake atau pewarna. Tahap
pengkilapan/polishing bertujuan untuk mengkilapkan permukaan tablet salut
sehingga terlihat mengkilap dan menarik dengan menggunakan polimer selulosa.
Alat yang digunakan untuk penyalutan merupakan sistem panci penyalut
otomatis (automated coating pan). Panci yang digunakan merupakan panci
berlubang (perforated), yaitu panci berlubang dan dapat dialiri udara panas lebih
banyak melalui lubang-lubang tersebut sehingga pengeringan lebih efektif. Panci
juga memiliki baffle yang berfungsi untuk membantu pembalikkan tablet sehingga
penyalutan dapat merata. Bagian alat penyemprot (spray gun) digunakan untuk
menyemprotkan larutan penyalut. Parameter kritis saat penyalutan adalah suhu
dan putaran panci. Tablet yang sudah selesai disalut dimasukkan ke dalam panci
pemoles (polishing) untuk memoles tablet supaya mengkilat. Pengawasan selama
proses (IPC) yang dilakukan adalah pengukuran waktu hancur dan keseragaman
bobot Pengawasan selama proses (IPC) dilakukan setelah selesai penyalutan.
Tablet salut yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dikonfirmasi ke QA
untuk memastikan tindakan selanjutnya.
Masalah–masalah yang dihadapi saat penyalutan adalah sticking,
twinning,chipping dan mottled color. Sticking merupakan menempelnya bagian
tablet salut pada dinding mesin sehingga mengakibatkan tablet tidak utuh. Hal ini
disebabkan oleh pengeringan yang tidak maksimal. Permasalahan ini dapat diatasi
dengan meningkatkan efisiensi pengeringan. Twinning adalah menempelnya

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


57

tablet salut pada tablet salut yang lain. Hal ini disebabkan oleh kecepatan panci
yang lambat, dan alat penyemprot (spray gun) menyemprot larutan salut terlalu
cepat. Twinning dapat diatasi dengan mempercepat putaran pan, dan
memperlambat semprotan alat penyemprot (spray gun).Chipping adalah lepasnya
bagian tablet atau rusaknya bagian tablet. Hal ini terjadi putaran panci yang cepat
dan tablet inti yang rapuh. Chipping dapat diatasi dengan memperlambat putaran
panci dan menggunakan tablet inti yang tidak rapuh. Mottled color adalah kondisi
dimana warna tablet salut yang tidak merata disebabkan oleh pencampuran larutan
salut yang kurang homogen dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang terlalu
jauh dari tablet. Mottled color dapat diatasi dengan pencampuran homogen larutan
penyalut dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang lebih dekat dengan tablet.
4) Bagian Pengemasan Primer (Primary Packaging Section)
Pengemasan primer untuk tablet dan tablet salut dibuat dalam 2 bentuk
yaitu strip dan blister. Bahan kemasan strip adalah alumunium foil, sedangkan
bahan kemasan blister adalah plastik dan alumunium foil. Bahan pengemasan
yang digunakan adalah bahan pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh QC.
Pemeriksaan bahan pengemas dilakukan sebelum proses pengemasan dan yang
diperiksa adalah nomor bets dan kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak
pakai tidak akan digunakan untuk proses pengemasan dan selanjutnya akan
dikarantina untuk dimusnahkan. Pertimbangan pemilihan strip atau blister terletak
pada stabilitas bahan yang dikemas dan permintaan pasar. Bahan yang dikemas
dengan strip akan lebih stabil dibandingkan dikemas dengan blister, tetapi harga
bahan yang digunakan untuk strip lebih mahal dibandingkan bahan blister. Obat–
obat yang peka terhadap cahaya hanya dapat dikemas dengan strip, karena blister
memiliki bagian transparan yang dapat ditembus cahaya sehingga obat yang peka
cahaya akan rusak. Blister merupakan kemasan yang mudah dibuka yaitu dengan
didorong dari belakang (push through pack), lebih disukai konsumen
dibandingkan strip yang dibuka dengan merobeknya. Bagian mesin strip yang
kritis dalam pengemasan primer adalah bagian feeding guide, feeding chute, dan
sealing. Bagian feeding guide adalah bagian yang terdapat pada hopper mesin,
berbentuk seperti rel/jalur dan berfungsi untuk mengarahkan tablet atau kapsul
satu persatu secara berurutan ke dalam feeding chute. Bagian feeding chute adalah

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


58

bagian saluran atau jalur tablet sebelum masuk sealing. Bagian sealing berfungsi
untuk membungkus tablet/kapsul dengan cara menempelkan 2 sisi alufoil dengan
panas tinggi sehingga rapat.
Bagian mesin blister yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian
pembentuk lubang blister, feeding guide, dan bagian sealing. Bagian feeding
guide dan sealing memiliki prinsip yang sama dengan mesin strip. Bagian
pembentuk lubang blister berfungsi untuk membuat lubang bilster dari plastik,
plastik ditekan dengan cetakan panas dan segera didinginkan sehingga terbentuk
lubang-lubang blister. Bagian pembentuk blister inilah yang membedakan mesin
strip dan mesin blister.
Pengemasan tablet juga dilakukan dengan botol, bahan-bahan yang rusak
karena panas tidak boleh dikemas dengan strip atau blister, karena mesin strip dan
blister menggunakan panas tinggi. Proses pengemasan dengan botol adalah
dimulai dengan peniupan/blowing botol, pengisian tablet, dan penutupan botol
(capping). Proses peniupan/blowing botol berfungsi untuk menghilangkan
partikel/debu yang terdapat di botol. Produk sirup kering dikemas dengan botol
khusus dimana proses yang dilakukan sama dengan pengemasan botol biasa.
Pengawasan selama produksi (IPC) yang dilakukan adalah uji kebocoran
dengan larutan metilen biru dalam mesin sedot vakum, dilakukan setiap 15 menit
sekali. IPC dilakukan setiap 15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak
atau bocor dapat segera diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga
jumlah kemasan yang ditolak tidak terlalu banyak, hanya jumlah kemasan dalam
proses pengemasan selama 15 menit saja. Cara menguji kebocoran adalah dengan
memasukkan strip ke dalam larutan metilen biru (dalam mesin sedot vakum) dan
dan ditutup pintu mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip
atau blister akan terisi larutan metilen biru. Sampel IPC harus dibuang dan tidak
boleh dikemas ulang setelah dibuka. Strip/blister yang mengalami kebocoran
dikarantina dan dikonfirmasi ke QA untuk melakukan pengemasan ulang.
Pengecekan penampilan juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang
bergaris, penyok atau tidak sempurna akan segera diperiksa penyebabnya,
kemudian dikarantina dan dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan supaya kemasan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


59

bekas tidak disalahgunakan oleh pihak yang bertanggung jawab.Alufoil sisa


pengemasan dikembalikan ke gudang.
5). Bagian Pengemasan Sekunder/Secondary Packaging Section
Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer
dimana mesin dibuat model satu jalur (in line).Urutan model satu jalur (in line)
adalah dari mesin pelabel/labeling selanjutnya ke mesin cetak/printing untuk label
kemudian mesin cetak/printing untuk kemasan sekunder dan mesin
penyegelan/sealing master box. Proses kritis dari pengemasan sekunder adalah
proses pencetakan/printing. Proses pencetakan/printing dilakukan dengan printer
dengan warna tinta hitam yang tidak mudah terhapus oleh udara atau gesekan
dimana yang dicetak adalah nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan tanggal produksi.
Hasil cetakan/printing yang tidak bagus (miring atau kabur) dapat dihapus dengan
larutan penghapus (semacam thinner) kemudian dicetak ulang. Pengemasan
sekunder masih dilakukan dengan bantuan tenaga manusia. Strip, blister, atau
botol yang sudah dicetak dimasukkan secara manual dalam dus kemasan. Dus
kemasan juga diprint nomor bets, tanggal kadalursa dan tanggal produksinya. Dus
kemasan dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan selotip. Master box
dilabel dan selanjutnya diserahterimakan dengan bagian gudang. Beberapa
informasi tercantum pada master box antara lain, terlindung dari cahaya, cara
menyusun, jangan memakai alat pengait, dan maksimal tumpukan. Tujuannya
adalah untuk menhindari kerusakan selama penyimpanan. Pengawasan selama
proses (IPC) yang dilakukan hanya memeriksa nomor bets, tanggal kadaluarsa,
dan tanggal produksi.
b. Proses Produksi Kapsul
Pada proses produksi sediaan kapsul, dilakukan pengisian kapsul
cangkang gelatin keras. Prinsip kerja mesin pengisian kapsul ini adalah cangkang
kapsul yang telah dimasukkan ke dalam hopper akan masuk ke dalam jalur
kapsul. Dengan menggunakan vakum, tutup dan badan kapsul dipisahkan. Bagian
badan kapsul pada shaft siap diisi granul atau serbuk. Kapsul yang rusak akan
ditolak secara otomatis. Tutup dan badan kapsul yang sudah terisi ditempatkan
pada shaft dan siap untuk ditutup. Kemudian tutup dan badan kapsul ditutup lalu
dikunci. Kapsul yang telah terkunci dikeluarkan dari mesin yang kemudian akan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


60

masuk ke mesin pemoles. Pemolesan bertujuan untuk membersihkan debu partikel


yang menempel pada permukaan cangkang kapsul. Setelah itu, dilakukan
pengemasan primer dan sekunder, sama seperti yang dilakukan pada tablet.

3.3.3.2 Produksi Sediaan Steril


Proses produksi sediaan steril terbagi menjadi dua metode, yaitu metode
aseptis, dan na steril (sterilisasi akhir). Penentuan proses produksi apakah
menggunakan metode aseptis atau sterilisasi akhir ditentukan dari sifat
fisikokimia bahan aktif, terutama kestabilan bahan tersebut terhadap panas.
Apabila suatu bahan aktif tidak stabil terhadap panas, maka bahan tersebut akan
diproses melalui metode aseptis.
a. Metode Aseptis
Proses produksi dimulai dari penimbangan, pencampuran, pengisian
sediaan, uji kebocoran wadah, inspeksi visual, hingga pengemasan sekunder.
b. Metode sterilisasi akhir
Proses produksi dimulai dari penimbangan, pencampuran, pengisian
sediaan, sterilisasi dengan autoclave, uji kebocoran wadah, inspeksi visual, hingga
pengemasan sekunder.
Penimbangan bahan baku dilakukan di weighing booth. Setelah
dicantumkan dalam picklist, bahan siap untuk di produksi. Pencampuran bahan
dilakukan dengan mesin yang sudah terintegrasi dengan filler. Bila sediaan
diproduksi dengan metode sterilisasi akhir, maka setelah dilakukan pengisian,
sediaan disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121°C. Uji kebocoran wadah
dilakukan dengan tes warna. Pada uji ini, sediaan yang jernih diletakkan di dalam
tempat seperti bak berisi air yang telah diberi pewarna. Kemudian dilihat, apakah
sediaan mengalami perubahan warna akibat masuknya pewarna ke dalam sediaan.
Apabila sediaan tidak mengalami perubahan warna, maka sediaan tersebut lolos
uji kebocoran wadah.
Dalam metode aseptis, proses produksi dilakukan di ruang kelas A,
dimana pada ruang ini jumlah partikel sangat dibatasi, yaitu partikel yang
berukuran > 0,5 µm tidak lebih dari 100/ft3. Selain itu ruangan ini terdapat
dibawah laminary air flow, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya
kontaminasi pada saat proses produksi. Dalam metode sterilisasi akhir, proses

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


61

produksi dapat dilakukan di ruang kelas B. Pada ruang kelas ini, partikel yang
berukuran > 0,5 µm tidak lebih dari 10000/ft3. Namun pada proses produksi di
PT. ETHICA Industri Farmasi, keadaan ruangan disamakan, yaitu di kelas A, baik
untuk metode aseptis maupun sterilisasi akhir.
Setelah dilakukan inspeksi visual, dilakukan pengemasan sekunder.
Pengemasan sekunder ini dilakukan di ruang yang terpisah dengan proses
produksi sebelumnya. Setelah dikemas dalam dus, dimasukan leaflet. Kemudian
dus-dus tersebut dimasukkan dalam master box, yang masing-masing produk
berisikan jumlah tertentu.

3.3.3.3 Produksi Ekstrak


Produksi Ekstrak yang dilakukan mencakup proses ekstraksi dari bahan
baku berupa simplisia, hingga didapat ekstrak yang siap dijadikan bahan awal
produksi obat tradisional. Ada beberapa tahap yang dilakukan sebelum proses
ekstraksi bahan baku. Terlebih dahulu di lantai 1 dilakukan sortasi, yaitu
pemisahan bahan baku dari bahan pengotor seperti tali, batu, atau pengotor lain.
Setelah itu dilakukan penggilingan agar bahan baku memiliki tingkat kehalusan
yang sama. Kemudian, bahan baku ini dibawa ke lantai 3 untuk dilakukan proses
ekstraksi. Metode ekstraksi yang dilakukan adalah maserasi yang dimodifikasi.
Maserasi adalah proses ekstraksi dimana bahan baku direndam dalam sejumlah
pelarut, dan sesekali dikocok. Proses ini dilakukan berulang selama beberapa hari
sehingga seluruh zat aktif dapat terekstraksi dengan optimal. Pada maserasi yang
dimodifikasi, selain perendaman dan pengocokan dalam pelarut, bahan baku ini
dipanaskan pada suhu rendah agar zat aktif lebih cepat terekstraksi, selain itu
penggantian pelarut pun dilakukan lebih sering agar ekstraksi lebih optimal.
Setelah proses ekstraksi, didapat larutan yang berisi bahan aktif. Larutan
ini kemudian dievaporasi, sehingga kadar airnya berkurang dan menjadi ekstrak
kental. Terdapat dua jenis proses evaporasi yang dilakukan disini, Pertama, adalah
evaporasi biasa seperti rotary evaporator , dimana pada suhu tertentu pelarut akan
menguap, terkondensasi dan akhirnya tertampung pada suatu tempat, sedangkan
ekstrak akan mengental. Kedua, menggunakan sistem yang baru, dimana prinsip
yang dijalankan adalah prinsip sirkulasi. Tangki penampungan berhubungan
dengan plat heat exchanger (penukar panas pelat). Mulai dari steamer ke produk,

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


62

kembali lagi ke steamer, ke produk dan demikian seterusnya. Sehingga pada


proses ini fase uap pelarut dan ekstrak terpisah tanpa kontak langsung karena ada
kisi-kisi diantara steamer dan produk. Proses ekstraksi berakhir apabila
didapatkan hasil pengujian dengan refraktometer dimana % bricks menunjukkan
angka yang diharapkan.
Setelah didapat ekstrak kental, proses produksi dilanjutkan seperti pada
pembuatan tablet, yakni mulai dari proses penimbangan, pencampuran,
pencetakan, pengemasan primer, hingga proses pengemasan sekunder.

3.3.4 Supply Chain ( SCM ) Division


Divisi Supply Chain (SC) terbagi menjadi empat departemen yaitu Supply
Planning Department, Material Procurement Department, Inbound Logistic
Department, dan Import Clearance Department. Departemen ini dipimpin oleh
seorang Division Head dan dibantu oleh administrator. Struktur organisasi divisi
ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.3.4.1 Supply Planning Department


Supply Planning Department merupakan departemen yang
bertanggungjawab terhadap perencanaan produksi. Departemen ini terbagi
menjadi dua sub departemen, yaitu Supply Planning Sub Department dan Product
Supply Management Sub Department. Struktur organisasi departemen ini dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Productt Supply Management bertanggung jawab dalam melaksanakan
perencanaan produksi suatu produk baru yang akan diluncurkan. Alur untuk
Persediaan Produk (Product Supply) dimulai dari dokumen formula induk
(berkoordinasi dengan R&D), bahan baku dan bahan kemas (koordinasi dengan
R&D dan Perencanaan dan Pembeliaan Bahan/Procurement and Material
Planning), nomor registrasi (koordinasi dengan Pengembangan Bisnis dan
Pemasaran/Business Development dan Marketing), produksi (koordinasi dengan
Divisi Produksi/Production Division), pelulusan produk (koordinasi dengan QA),
hingga pengiriman (koordinasi dengan pihak Gudang/Warehouse).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


63

Supply Planning Sub Department dibagi menjadi 3 seksi (section) yaitu


Production Planning Section, Contract Manufacture Section dan Production
Planning Specialist. Contract Manufacture Section bertanggung jawab dalam
terlaksananya kerjasama dengan perusahaan lain untuk melakukan toll
manufacturing termasuk melakukan negosiasi terkait produksi obat seperti
menentukan jangka waktu mulai dari pemesanan produk hingga dihasilkan produk
jadi.
Seksi Production Planning terbagi menjadi dua sub bagian yaitu External
yang bertanggungjawab dalam perencanaan toll manufacturing, dan Internal yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan tiga lini produksi lini solid, liquid dan
Sterile Cephalosporine Extract Product (SCEP). Bagian Production Planning
Department ini bertanggungjawab dalam pengaturan jadwal produksi.
Perencanaan produksi sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi.
Perencanaan produksi dibuat berdasarkan order plan dari distributor. Order plan
dibuat berdasarkan forecasting/peramalan dari Marketing Department. Peramalan
sangat penting dalam perencanaan produksi karena mempertimbangkan
kebutuhan marketing yaitu situasi penjualan masa lalu dan kebutuhan pasar masa
depan dengan melihat pertumbuhan pasar. Production Planning Department
bertugas untuk menganalisa setiap forecast/peramalan yang berasal dari bagian
marketing, kemudian melakukan perencanaan Master Production Scheduling
(MPS) dan Master Requirements Planning (MRP). Master Production Scheduling
(MPS) berisi jenis, jumlah produk yang akan diproduksi, serta jadwal kapan
dilakukannya proses produksi. Setelah MPS dibuat, selanjutnya dibuat MRP
untuk menunjang MPS. Master Requirements Planning (MRP) berisi nama dan
jumlah material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dokumen Master
Requirements Planning (MRP) di-follow up ke bagian warehouse, QA, produksi,
dan marketing.

3.3.4.2 Material Procurement Department


Material Procurement Department merupakan departemen yang
bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan awal, yaitu bahan baku (raw
material) dan bahan pengemas (packaging material) yang akan digunakan dalam

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


64

produksi dengan cara membeli dari pemasok yang telah terdaftar. Departemen ini
terbagi menjadi tiga section, yaitu Material Sourcing Section, Material
Procurement Section, dan Material Planning Section. Struktur organisasi
departemen ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
Material Planning Section bertanggung jawab atas perencanaan
pemesanan material dalam bentuk shop order yang dibuat berdasarkan Bill of
Material (BOM). Shop order tersebut menjadi dasar pembuatan picklist yang
digunakan oleh produksi untuk memesan bahan baku dari warehouse. Sementara
itu, Raw Material Procurement Section, dan Packaging Material Procurement
Section masing-masing bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku dan
bahan pengemas.
Dalam aktifitasnya, Material Procurement Department menerima
permintaan bahan baku dan bahan pengemas dari Production Planning yang
tertulis dalam Purchase Requisition. Permintaan tersebut kemudian ditindaklanjuti
dengan mengirim Purchase Order yang berisi daftar barang yang akan dibeli
kepada pemasok yang telah tercantum dalam Approved Vendor List, yaitu daftar
pemasok yang telah terkualifikasi dan disetujui oleh Quality Assurance. Untuk
selalu menjaga ketersediaan bahan, maka tiap bahan awal harus memiliki minimal
dua pemasok. Departemen ini juga bertanggung jawab untuk mencari alternatif
pemasok jika pemasok yang telah terdaftar tersebut tidak dapat memenuhi
permintaan bahan baku dan pengemas.

3.3.4.3 Inbound Logistic Department


Gudang merupakan suatu bagian dalam industri farmasi yang berfungsi
sebagai tempat penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian,
pengendaian, pemusnahan, dan pelaporan material serta peralatan agar kualitaas
dan kuantitas terjamin. Penyimpanan barang di dalam gudang PT. SOHO Industri
Pharmasi mengikuti persyaratan yang disebutkan dalam CPOB, yaitu:
a. Harus ada protap yang mengatur tata kerja (penerimaan, penyimpanan, dan
distribusi barang.
b. Cukup luas, terang, dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering,
bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih, dan teratur.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


65

c. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah


terbakar atau mudah meledak.
d. Tersedia tempat khusus barang karantina dan rejected.
e. Tersedia ruangan khusus untuk sampling, dengan kualitas ruangan seperti
grey area.
f. Pengeluaran barang mengikuti prinsip First In First Out (FIFO) atau First
Expired First Out (FEFO).
PT. SOHO Group memiliki 6 gudang untuk menyimpan bahan awal serta
produk jadi, yakni gudang PG6 untuk menyimpan semua bahan baku dan bahan
pengemas keperluan eksport; gudang Himalaya untuk menyimpan bahan kemas
keperluan dalam negeri; gudang Rawaudang untuk menyimpan bahan pengemas
tersier; gudang Rawakepiting untuk menyimpan simplisia serta senyawa mudah
terbakar; gudang Pulokambing dan Rawasumur untuk menyimpan obat jadi.
Pergudangan di PT. SOHO Group ditangani oleh satu departemen khusus,
yaitu Inbound Logistic Department. Departemen ini merupakan hasil
restrukturisasi dari Warehouse Department yang dilakukan pada bulan Januari
2013. Restrukturisasi ini merupakan bentuk penegasan peran departemen ini
sebagai bagian dari Industri yang bertanggungjawab terhadap kagiatan
penerimaan barang, penyimpanan di gudang, serta pendistribusian bahan
baku/produk jadi, lebih luas dibandingkan fungsi pergudangan (warehouse).
Inbound Logistic Department dikepalai oleh seorang Department Head
dan dibantu oleh seorang Sub Department Head. Sub Department Head
mengepalai 4 orang Site Supervisor, yaitu Site Supervisor untuk gudang PG6; Site
Supervisor untuk gudang Himalaya; Site Supervisor untuk gudang Rawaudang
dan Rawakepiting; dan Site Supervisor untuk gudang Pulokambing dan
Rawasumur. Struktur organisasi divisi ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
Penyimpanan barang di dalam gudang PT. SOHO Group dibedakan
berdasarkan 4 kategori, yaitu:
1) Pharma – Non Pharma
Pharma dan Non Pharma dibedakan berdasarkan kategori produk akhir
bahan awal. Pharma merupakan golongan produk ETHICAl sementara
Non Pharma merupakan golongan produk supplement dan non-essentials.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


66

Seluruh bahan baku, baik itu zat aktif maupun eksipien yang digunakan
dalam memproduksi produk ETHICAl, akan diletakkan di dalam kelas
Pharma, begitu pula sebaliknya.
2) Halal – Reguler
Bahan yang telah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama
Indonesia akan diletakkan secara terpisah dengan bahan yang tidak
disertifikasi. Pemisahan tersebut hanya sebatas pemisahan pallet, bukan
hingga pemisahan ruang.
3) Cephalosporin - Non Cephalosporin
Zat aktif golongan cephalosporin dipisahkan dengan zat aktif non
cephalosporin. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi beta laktam. Pemisahan dilakukan secara pemisahan ruangan.
4) Psikotropik (Obat Keras Terbatas) - non Psikotropik
Penggolongan ini didasarkan pada UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, pada sarana produksi farmasi, psikotropika harus disimpan
secara terpisah dengan golongan non psikotropika.

Gudang bahan baku dan obat jadi PT. SOHO Group dikondisikan dalam
tiga tingkatan suhu, yaitu suhu ruangan ambient (<30°C) untuk produk yang stabil
terhadap panas, suhu dikondisikan dengan Air Conditioner (15-25 °C) untuk
penyimpanan produk yang stabil pada suhu kamar, serta cold room (2-8 °C) untuk
produk termolabil.
Selain bertanggung jawab terhadap penyimpanan barang, Inbound Logistic
Department juga bertanggung jawab terhadap penerimaan barang serta
pengeluaran barang dari gudang. Barang yang dinyatakan memenuhi spesifikasi
akan dilengkapi dengan Laporan Penerimaan Barang (LPB). LPB kemudian
dikirimkan ke bagian Quality Control Department dan QC Department
melakukan sampling terhadap barang yang diterima tersebut. Barang yang
dinyatakan sesuai dengan spesifikasi kemudian diberikan status diluluskan dan
dapat dimasukkan ke dalam stok gudang. Pengeluaran barang dari gudang, seperti
pendistribusian bahan awal untuk produksi, dilakukan berdasarkan picklist yang
dibuat oleh Production Planning dan dicetak oleh bagian Produksi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


67

Setiap awal bulan, PT. Parit Padang akan mengirim Purchase Order (PO)
ke gudang/warehouse. PO tersebut akan diinput untuk selanjutnya diproses.
Proses transaksi antara PT. SOHO Group dan PT. Parit Padang dilakukan dengan
Delivery Note (DN). DN adalah bukti resmi penjualan produk PT. SOHO Group
yang dibeli oleh PT. Parit Padang.
Dalam menjalankan fungsi gudang sebagai tempat pemusnahan, Inbound
Logistic Department bekerja sama dengan Holcim untuk melakukan pemusnahan
obat kembalian yang berasal dari distributor. Sebagian besar penyebab kembalian
obat adalah karena produk telah mendekati waktu daluwarsa. Pemusnahan barang
juga dilakukan pada barang yang ditolak (reject).

3.3.4.4 Import Clearance Department


Import Clearance Department merupakan departemen yang bertanggung
jawab terhadap impor, dimana aktifitas terbesar departemen ini adalah impor
bahan baku dari luar negeri. Struktur organisasi departemen ini dapat dilihat pada
Lampiran 2.

3.3.5 Validation and Documentation Department (VDD)


Validation and Documentation Department merupakan suatu departemen
yang berada di bawah struktur Manufacturing. Departemen ini bertanggung jawab
atas seluruh aktivitas validasi dan mengelola dokumen terkendali dalam lingkup
manufacturing untuk memenuhi ketentuan current Good Manufacturing Practice
yang berlaku di Indonesia (CPOB) maupun secara internasional. Struktur
organisasi departemen ini dapat dilihat pada Lampiran 3.
Aktivitas validasi yang dilakukan oleh departemen ini bertujuan untuk
memastikan bahwa peralatan, fasilitas, sistem, dan proses yang digunakan untuk
memproduksi obat memenuhi syarat yang telah ditentukan dan akan
menghasilkan produk yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Kebijakan
validasi yang berlaku pada lingkungan PT. SOHO Group tertuang dalam
Validation Master Plan (VMP) masing-masing fasilitas. Secara garis besar
aktivitas yang dilakukan oleh departemen ini adalah melakukan analisis risiko,
kualifikasi, dan validasi. Risk Analysis (RA) atau Analisis Risiko merupakan suatu

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


68

kegiatan menganalisa kemungkinan risiko yang berasal dari desain/fungsi maupun


penggunaan peralatan. Tahap Ini dilakukan sebelum proses kualifikasi dimulai.
Kualifikasi merupakan upaya pembuktian bahwa fasilitas, sistem, dan
ruangan (clean room) yang digunakan bekerja dengan benar. Kualifikasi terdiri
dari 4 tahap, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional,
dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi desain atau Design Qualification (DQ)
dilakukan untuk memastikan apakah desain peralatan yang digunakan telah sesuai
dengan kriteria cGMP yang difenisikan dalam User Requirement Specification
dan Analisis Risiko.
Kualifikasi instalasi atau Installation Qualification (IQ) of equipment /
utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan telah terpasang sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pembuat equipment/utility. Kualifikasi
operasional atauOperational Qualification (OQ) of equipment/utility system
dilakukan untuk memastikan apakah peralatan beroperasi sesuai dengan
spesifikasinya. Kualifikasi kinerja atau Performance Qualification (PQ) of
equipment/utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan memiliki
performa yang diinginkan atau sesuai spesifikasi secara konsisten dan terpercaya.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh departemen ini adalah validasi. Validasi
sendiri merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses yang dioperasikan
menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk menghasilkan produk
yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Terdapat tiga macam validasi yang
dilakukan oleh Validation and Documentation Department, yakni validasi proses,
validasi pembersihan, dan validasi proses aseptis.
Validasi proses merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses
yang dioperasikan menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk
menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Validasi
pembersihan merupakan pembuktian bahwa cara pembersihan yang diterapkan
pada equipment yang kontak dengan produk terbukti secara efektif mengurangi
tingkat kontaminasi pada batas yang dapat diterima. Validasi sistem komputer
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sistem
komputerisasi yang digunakan (hardware dan software) dalam proses pembuatan
produk obat sesuai dengan persyaratan CPOB yang berlaku.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


69

3.3.6 Technical Division.


3.3.6.1. Departemen Urusan Umum (General Affairs)
Departemen Urusan Umum (General Affairs) terdiri dari Sub Departemen
QA Urusan Internal (QA Internal Affairs Sub Departemen), Sub Departemen QA
Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Departemen), dan Sub Departemen
Pelayanan Cabang (Branch Services Sub Departemen). Sub Departemen QA
Urusan Internal (QA Internal Affairs Sub Departemen) membawahi Urusan
Rumah Tangga Area I dan II (House keeping area I dan II), Front office
andSecurity, Fasilitas Kantor (Office Facility), dan Perbekalan Kantor
(OfficeSupplies).
Sub Departemen QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub
Departemen) membawahi Manajemen Limbah dan Hama (Waste and Pest
Management) dan Manajemen Transportasi (Transportation Management).
Manajemen Limbah dan Hama (Waste and Pest Management) bertanggung jawab
dalam penanganan limbah dan pengendalian hama. Sedangkan Manajemen
Transportasi (Transportation Management) bertanggung jawab dalam hal
transportasi.General Affairs Sub Departemen Pelayanan Cabang (Branch Services
SubDepartemen) berhubungan dengan cabang-cabang distributor PT. Parit Padang
Global yang ada di seluruh Indonesia. Sub Departemen Pelayanan Cabang terbagi
menjadi 2 regional, yaitu Urusan Umum Cabang Regional I dan Urusan Umum
Cabang Regional II.
Penanganan limbah di PT. SOHO Group termasuk dalam Sub Departemen
QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Department).Jenis limbah yang
ditangani ada tiga jenis, yaitu limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), limbah
domestik, dan limbah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
Limbah B3 adalah limbah baik berupa padat maupun cair, yang sifatnya
bila tidak dikelola/dimusnahkan dengan tepat dapat mencemarkan lingkungan
maupun menimbulkan efek yang tidak baik unruk makhluk hidup, atau dapat juga
membahayakan, dikarenakan sifatnya yang beracun, reaktif, mudah terbakar, dan
lain-lain. Jenis limbah B3 yang dikelola oleh GA Dept antara lain sisa analisa
padat/cair atau sampling bahan baku/obat jadi/contoh pertinggal, bahan baku

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


70

reject, obat kembalian, obat ruahan yang ditolak, obat jadi yang ditolak, lumpur
(sludge) IPAL, oli bekas, lampu TL, kemasan reagen, reagen kadaluarsa, kemasan
kontaminasi, dan limbah infeksius. Pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh
perusahaan lain yang telah bekerja sama dengan PT. SOHO Group seperti PT
Holcim, PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti.
Limbah domestik adalah limbah non B3 yang berasal dari kegiatan sehari-
hari (kegiatan kantor, kamar mandi, sampah taman, daun kering, kemasan air
minum) maupun kemasan yang tidak terkontaminasi oleh produk/bahan (kardus,
botol, stripping, alufoil, tube, ampul kosong, dan lain-lain), serta limbah herbal
hasil ekstraksi. Pengolahan limbah domestik yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga sebanyak 3 kali dalam seminggu.Untuk
limbah sisa ekstrak herbal dilakukan pengangkutan setiap seminggu sekali.
Sedangkan untuk limbah dari produk/bahan dilakukan kerja sama dengan
beberapa pihak ketiga. Limbah jenis alufoil, tube, strip dilebur di peleburan alufoil
di daerah Cakung. Limbah jenis kertas, kardus, duplex, master box dilebur di
pabrik peleburan kertas. Limbah jenis botol, ampul, dan limbah jenis kaca yang
tidak memiliki logo perusahaan atau merk langsung dibuang ke TPS domestik,
untuk yang memiliki merk ataupun logo perusahaan akan dipecahkan terlebih
dahulu sebelum dibuang ke TPS domestik.
Limbah IPAL PT. SOHO Industri Pharmasi berasal dari limbah domestik,
limbah herbal, dan limbah Pharma, sedangkan limbah IPAL PT. ETHICA Industri
Farmasi berasal dari limbah Betalaktam, dan non beta laktam. Pengolahan limbah
PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri Farmasi dilakukan secara
bersama-sama. Unit pengolahan limbahnya terdiri dari pengolahan limbah secara
aerob, pengolahan limbah secara anaerob, dan pengolahan domestik. Untuk
pengecekan baku mutu air hasil pengolahan unit IPAL dilakukan swapantau outlet
IPAL oleh pihak QC setiap 2 kali dalam seminggu, swapantau outlet STP oleh
pihak QC setiap 2 minggu sekali, dan setiap 3 bulan sekali oleh BPLHD.
Limbah dari PT. ETHICA Industri Farmasi yang merupakan limbah non
betalaktam dan limbah domestik cair akan dialirkan langsung menuju bak
ekualisasi sebelum melalui proses anaerob. Limbah betalaktam akan ditampung
dalam bak penyangga/buffer sebagai tempat penampungan sementara. Dari bak

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


71

penyangga/buffer, limbah tersebut akan dialirkan ke bak reaktor antibiotik yang


akan diproses secara kimia dengan menggunakan NaOH sampai basa (pH 10) dan
HCl untuk menetralkan kembali sampai pH 7. Proses ini dilakukan untuk
memecah cincin betalaktam. Selanjutnya limbah dialirkan ke bak ekualisasi
produksi dimana pada bak tersebut tercampur limbah dr PT SOHO Industri
Pharmasi, PT. ETHICA Industri Pharmasi, serta obat tradisional yang sebelumnya
telah disaring terlebih dahulu. Limbah kemudian dilarikan ke bak anaerob untuk
dibusukkan. Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat
ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi.
Limbah domestik cair akan menuju STP (Sewage Treatment Plant). PT.
SOHO Industri Pharmasi memiliki 8 STP tetapi hanya 6 yang memenuhi syarat.
Dua STP yang lainnya selalu menghasilkan profil limbah yang tidak memenuhi
syarat. STP merupakan suatu sistem perlakuan limbah berupa kolam yang tertutup
dengan tiga pipa di dalamnya.Aktivitas pengolahan limbah di STP adalah
pengadukan, oksigenasi bakteri, dan pembuangan lumpur aktif (bakteri). Tujuan
pengolahan limbah di STP ini adalah untuk mengurangi kadar BOD, COD, dan
pH air limbah tersebut. Di setiap STP terdapat pump pit untuk mengambil sampel
air limbah untuk ditentukan kadar BOD, COD, dan pH. Limbah yang telah
memenuhi syarat kemudian akan melalui proses selanjutnya, yaitu proses anaerob.
Limbah produksi dan herbal tidak melalui sistem STP, melainkan ditampung
dalam suatu bak penampung untuk kemudian diproses secara anaerob. Hal
tersebut dilakukan karena bakteri aerob dalam STP tidak mampu menguraikan
limbah produksi dan herbal. Limbah produksi dan herbal banyak mengandung
senyawa yang dapat membunuh bakteri, oleh karena itu limbah tersebut harus
diproses secara anaerob terlebih dahulu.
Limbah yang telah dialirkan ke bak ekualisasi anaerob kemudian akan
dialirkan ke bak anaerob. Bak anaerob berisi bakteri anaerob yang membantu
dalam proses pemecahan molekul-molekul yang terkandung dalam limbah
menjadi bentuk yang lebih sederhana. Bak anaerob tidak memerlukan aerasi
bsehingga bak tersebut dalam kondisi tertutup. Setelah melalui proses anaerob,
limbah akan menuju bak ekualisasi mixing, yaitu bak penampungan sebelum
limbah masuk ke proses selanjutnya. Daribak ekualisasi mixing, limbah akan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


72

dialirkan ke bak ekualisasi aerob untuk selanjutnya dialirkan ke bak aerob. Bak
aerob berisi bakteri aerob yang disebut dengan lumpur aktif yang dapat
menguraikan zat berbahaya. Keberadaan dua bak aerob dengan tujuan
mengantisipasi meluapnya limbah. Dalam bak aerob terdapat aerator untuk
mensuplai oksigen bagi bakteri. Dari bak aerob, limbah akan dialirkan menuju
bak sedimentasi untuk proses pengendapan lumpur aktif. Proses ini tidak
menggunakan koagulan, melainkan limbah murni didiamkan selama beberapa
waktu. Sehari dua kali banyaknya lumpur aktif diukur dengan cara mengukur
pengendapannya pada gelas ukur selama setengah jam. Limbah dari bak
sedimentasi kemudian dialirkan ke bak klorinasi untuk menjernihkan. Dari bak
klorinasi, limbah akan dialirkan menuju filter feed sebagai bak penampungan
sebelum masuk ke tanki penyaringan (filter tank). Tanki penyaringan (filter tank)
terdiri dari dua tangki yang terpisah. Satu tangki berisi pasir dan satu tangki lagi
berisi karbon aktif. Tanki penyaringan (filter tank) bertujuan untuk menyaring air
limbah dan mengurangi bau. Setelah melalui tanki penyaringan (filter tank),
limbah akan dialirkan menuju bak outlet. Dari bak outlet limbah dibagi menjadi
dua aliran, satu aliran menuju ke tanki penampungan (reservoir tank)dan aliran
satunya menuju kolam ikan (fish pond).Air limbah olahan yang disimpan dalam
tanki penampungan (reservoir tank) digunakan untuk menyiram tanaman disekitar
area industri, sedangkan limbah yang dialirkan ke kolam ikan (fish pond)
bertujuan sebagai indikator limbah yang ramah lingkungan sehingga ikan bisa
hidup di air limbah olahan tersebut. Kolam ikan (fish pond) dihubungkan dengan
outlet drain berupa bak kecil untuk tempat pengambilan sampel analisis kualitas
air limbah.
IPC yang dilakukan dalam proses pengolahan air limbah adalah
pengukuran endapan lumpur aktif dan pengecekan pH yang dilakukan setiap hari.
Pengecekan pH dilakukan pada sampel yang diambil dari outlet drain.
Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil sampel dari bak aerob sebanyak
1000 ml, kemudian lumpur aktif dibiarkan mengendap selama setengah jam.
Endapan yang kurang dari 80 ml, menunjukkan bahwa jumlah bakteri terlalu
sedikit, sehingga akan dilakukan pembibitan (seeding)ulang, yaitu pembiakan
menggunakan bakteri yang baru. Lumpur yang mengendap lebih dari 200 ml

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


73

mengindikasikan jumlah bakteri yang terlalu banyak dan terjadi penumpukan


bakteri yang mengakibatkan bakteri mati karena kekurangan nutrisi. Lumpur
tersebut selanjutnya akan dimusnahkan. Lumpur tersebut akan dialirkan ke bak
lumpur (sludge tank) sebagai tempat penampungan lumpur mati. Lumpur tersebut
selanjutnya akan dialirkan ke pengumpul lumpur (sludge feeder) dan dipisahkan
lumpur dari air limbah dengan penyaring bertekanan (filter press). Air perasan
yang diperoleh akan diolah lagi dalam bak anaerob, sedangkan lumpur yang
diperoleh dimusnahkan bersama dengan limbah B3

3.3.6.2. Departemen Teknik (Engineering)


Departemen Teknik (Engineering) dipimpin oleh seorang Kepala
Departeman Teknik (Engineering Department Head) yang bertanggung jawab
dalam mengatur semua kegiatan Teknik (Engineering) yang terkait dengan
produk. Departemen ini memiliki tiga bagian, yaitu:
a. Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance)
Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance)
bertanggung jawab dalam hal pemeliharaan peralatan operasional. Sub
Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance Sub Department)
terbagi menjadi dua, yaitu Bagian Perawatan (maintenance section)danBagian
Peralatan (utility section).
Bagian Perawatan (maintenance section)bertanggung jawab terhadap
perawatan alat di PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri
Farmasi. Bagian Perawatan (maintenance section)terbagi menjadi Perawatan area
I (maintenance area I) yang bertanggung jawab sebagai koordinator di area I (PT.
SOHO Industri Pharmasi) dan Perawatan area II (maintenance area II) yang
bertanggung jawab sebagai koordinator di area 2 (PT. ETHICA Industri Farmasi).
Pelaksanaan perawatan suatu alat dilaksanakan secara rutin berdasarkan waktu
(manual book/hystorical), frekuensi penggunaan, dan jam penggunaan. Dalam
melakukan maintenance terdapat 3 form, yaitu form pemeriksaan pencegahan &
servis pencegahan (preventive check & preventive service form), form serah
terima antara Teknik (Engineering) dengan produksi, dan form pembersihan.
Pengecekan untuk pemeliharaan mesin dilakukan setiap dua bulan sekali sering

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


74

disebut sebagai perawatan berkala (periodic maintenance). Hasil pengecekan


didata dalam form pemeriksaan pencegahan & servis pencegahan
(preventivecheck & preventive service form). Kerusakan pada mesin produksi
harus segera dilaporkan kepada Departemen Teknik (Engineering) melalui form
perintah kerja (work order form), dan akan ditindaklanjuti segera oleh Teknik
(Engineering) bersamaan dengan itu dilakukan dokumentasi berupa form serah
terima.
Bagian Peralatan (Utility section) bertanggung jawab dalam pengoperasian
dan perawatan alat-alat penunjang produksi seperti boiler, pendingin (chiller),
genset, kompresor, kran untuk kebakaran (fire hydrant), pompa air dan limbah.
Boiler berfungsi menghasilkan uap air panas dengan suhu tinggi yang sering
digunakan untuk produksi. Kompresor digunakan untuk menghasilkan udara
bertekanan, kompresor untuk industri farmasi adalah jenis kompresor bebas
minyak.Genset berfungsi untuk menghasilkan arus listrik saat listrik mati, genset
yang digunakan adalah dua genset masing-masing dengan kekuatan 2000 kVA.
Alat-alat analisis pada laboratorium R&D, QA dan QC menggunakan penyimpan
daya dan penstabil (stabilizer) untuk menjaga kemungkinan listrik PLN padam.
Fire hydrant terdapat dalam setiap ruangan, posisinya di atap berbentuk karet
bundar putih. Fire hydrant ini akan pecah dan menyala otomatis saat ada api.
Pengaturan pompa air dan limbah, bagian peralatan (utility) bekerjasama dengan
Urusan Umum (General Affairs) untuk mengatur dan mengoperasikannya. Selain
perawatan peralatan penunjang, bagian peralatan (utility section) juga bertugas
dalam memantau dan merawat ruang mezzanine. Ruang mezzanine adalah ruang
yang terdapat di atas ruang yang terlibat dalam pembuatan produksi, ruang
mezzanine berisi AHU, pipa hydrant, pipa steam, pipa listrik, pipa air PAM, pipa
air murni, dan ducting.
Bagian peralatan (utility section) terbagi menjadi empat bagian, yaitu
bengkel (workshop), peralatan (utility), listrik (electrical), serta HVAC dan media
bersih (clean media). Bengkel (workshop) bertanggung jawab mengurus
perbaikan alat. Bagian peralatan (utility) bertanggung jawab untuk
mengoperasikan alat seperti boiler dan operator yang menjalankan bertanggung
jawab terhadap alat harus tersertifikasi. Perlistrikan (electrical) berperan dalam

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


75

pemantauan dan perawatan perangkat kelistrikan dan berhubungan langsung


dengan PLN sebagai penyedia tenaga listrik. Rangkaian listrik untuk pabrik
dimulai dari gardu PLN kemudian menuju gardu listrik kecil kemudian menuju ke
panel besar yang berada di setiap gedung dan terakhir menuju setiap panel kecil
yang berada di ruangan. Tenaga listrik merupakan faktor yang sangat penting
untuk produksi, untuk mengatasi keadaan tidak ada tenaga listrik saat mati lampu
disediakan dua genset kapasitas 2000 KVA yang dalam waktu lima detik akan
segera memenuhi seluruh kebutuhan listrik pabrik. Genset akan mati secara
otomatis ketika listrik dari PLN menyala kembali.
HVAC dan media bersih (clean media) bertanggung jawab terhadap yang
berhubungan dengan kebersihan produksi seperti sistem Pemanasan, Pertukaran,
dan Pendingin Udara (Heating, Ventilating, and Air Conditioning/HVAC) dan
pengolahan air murni.

1) Sistem HVAC
Prinsip kerja HVAC adalah udara luar (fresh air) dan udara hasil
resirkulasi di dalam ruangan masuk ke dalampencampuran chamber yang
kemudian disaring menggunaan penyaring awal (pre filter) G4 (efisiensi 80%)
dan penyaring antara (medium filter) F7 (efisiensi 95%) untuk mengurangi jumlah
partikel. Udara kemudian didinginkan dan diturunkan kelembabannya dengan
pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan oleh chiller atau freon.
Udara hasil pendinginan melewati heater/steam coil untuk dipanaskan sesuai
dengan suhu udara yang dibutuhkan ruangan kemudian didorong oleh motor
menuju filter F9 (98%). Udara hasil penyaringan filter F9 akan mengalami
penyaringan akhir oleh HEPA filter H13 (99,95%) dan keluar melalui outlet untuk
selanjutnya didistribusikan melalui pipa-pipa. Udara hasil penyaringan HEPA
filter selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang dikenal
persediaan udara (supply air). Persediaan udara (supply air) dari AHU disalurkan
melalui saluran (ducting) menuju ke ruangan dengan melalui lubang persediaan
udara (supply air) yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah dikondisikan
dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang produksi melalui supply diffuser
baik dengan tipe swirl ataupun grill. Pada ruangan produksi menggunakan aliran
udara swirl agar aliran udara langsung menuju low return perforated. Sebelum

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


76

masuk ke pencampuran chamber, udara akan melewati sensor temperaturdan


kelembaban di mana sensor tersebut akan otomatis mengirimkan sinyal kepada
cooling coil untuk mengatur temperatur dan kelembabannya.
HEPA merupakan singkatan dari High-Efficiency Particulate Air. Efisiensi
HEPA tergantung dari jenisnya. HEPA H13 sanggup menyaring 99,95% dari
semua partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron. Hal ini berarti untuk setiap
10.000 partikel yang berukuran lebih besar dari 3 mikron, hanya ada peluang 5
partikel yang lolos dari HEPA.
Ada empat parameter yang perlu diperhatikan dan dikendalikan dalam
sistem AHU yaitu, yang pertama temperatur ruangan yang harus diatur
sedemikian rupa agar persyaratan suhu ruangan untuk kegiatan produksi dapat
terpenuhi. Temperatur udara dikondisikan dengan bantuan chiller dan
boiler.Chiller berfungsi sebagai pensuplai air dingin pada coil, sedangkan boiler
berfungsi sebagai pensuplai air panas pada heater. Kedua adalah Kelembaban
relatif ruangan, kelembaban udara adalah parameter kritis bagi produk-produk
yang bersifat higroskopis, seperti sediaan effervescent yang membutuhkan RH di
bawah 30%. Tingkat kelembaban udara diatur dengan menggunakan dehumidifier.
Ketiga yaitu jumlah partikel.Jumlah partikel dalam setiap ruangan berbeda-beda
tergantung klasifikasi ruangan.Jumlah partikel dikendalikan oleh beberapa
penyaringyang terdapat pada AHU. Kemudian yang keempat adalah jumlah
sirkulasi udara dan perbedaan tekanan. Jumlah sirkulasi udara dan perbedaan
tekanan akan menentukan tingkat kebersihan ruangan. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisasi terjadinya kontaminasi silang
2) Sistem pengolahan air murni
Fungsi dari sistem pengolahan air murni secara umum untuk menyaring
unsurunsur logam (seperti Na, Cl, Mg, Al, dll), bakteri, dan memperkecil angka
konduktivitasnya yang ada didalam air. Oleh karena itu, pada proses produksi
obat diperlukan air yang murni agar unsur-unsur kimia dan fisika yang tidak
diperlukan yang ada didalam air tidak mempengaruhi atau mengkontaminasikan
mutu obat yang dihasilkan.
Tahapan sistem pengolahan air murni adalah sebagai berikut:
a) Osmosis

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


77

Osmosis adalah suatu proses alami dimana dua jenis larutan yang berbeda
konsentrasi dipisahkan oleh sebuah membran semi permeabel, sehingga
larutanyang lebih rendah konsentrasinya akan bergerak menembus membran
semipermeabel menuju cairan yang lebih tinggi konsentrasinya hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi.
b) Reverse Osmosis
Reverse osmosis adalah suatu teknologi pemurnian air yang paling
modern, yang menggunakan membran semi permeabel, yang sangat efektif,
ekonomis dan mudah pemeliharaannya, mampu membersihkan air hingga 90-99%
dari segala macam pencemar yang terkandung di dalam air sehingga
menghasilkan air yang bersih dan murni.
Proses osmosis merupakan aliran dari cairan yang lebih murni menembus
permukaan membran terserap oleh cairan yang lebih kental. Dalam proses
osmosis, cairan yang lebih kental menyerap cairan yang lebih murni sehingga
ketinggian permukaan cairan yang lebih kental lebih tinggi dari permukaan cairan
yang lebih murni. Semakin tinggi perbedaan kekentalan kedua cairan menjadikan
semakin banyak cairan lebih murni terserap oleh cairan yang lebih kental.
Proses Reverse Osmosis merupakan kebalikan dari proses Osmosis, yaitu
memberikan tekanan balik dengan tekanan osmonic lebih besar pada permukaan
cairan yang lebih kental, maka cairan yang lebih murni akan menembus
permukaan membran menjadi cairan yang lebih murni. Semakin tinggi tekanan
yang diberikan pada cairan yang lebih kental akan semakin cepat cairan yang
lebih murni menembus permukaan membran.
Pada proses osmosis, materi yang ada disekitarnya seimbang.
Keseimbangan yang terjadi pada kedua cairan yang berbeda kekentalannya yaitu
semakin besar perbedaan kekentalan kedua cairan, maka semakin tinggi
permukaan cairan yang lebih kental. Perbedaan ketinggian tersebut disebut
tekanan osmonic.
c) Proses - proses dalam System Osmotron:
1) Proses / cartridge Prefilter (0.5 micron)
Proses ini diperlukan untuk melindungi unjuk kerja pori-pori membran
yang berukuran sangat kecil. Kecilnya ukuran pori-pori membran menjadikan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


78

membrane mudah koyak, tersumbat, atau rusak oleh berbagai materi atau zat.
Oleh karena itu air yang akan disalinasi haruslah air baku atau air payau atau air
laut yang telah bebas dari materi atau zat yang mudah menyumbat atau
mengkoyakan dan atau merusak membran.
2) Proses Softener
Berfungsi mengurangi kadar kesadahan dalam air (ion-ion mineral bebas).
Didalamnya terdapat resin softener. Saat resin jenuh akan diproses
regenerasisecara automatis sehingga dapat normal kembali. Proses regenerasi
inimembutuhkan garam sebagai pengikat ion mineral.
3) Proses Reverse Osmosis
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan proses reverse osmosis yaitu :
i. Membran dengan pori-pori yang lebih kecil dari ukuran molekul larutan
ion yang akan di pisahkan, yaitu 0,001 - 0,0001 micron ( 50 –
1000MWCO).
ii. Tabung untuk tempat membran dengan 1 titik masukan air yang
akandilakukan proses reverse osmosis, 1 titik keluaran untuk air yang
telahbebas larutan dan 1 titik keluaran untuk air yang mengandung larutan
lebihkental dari air masukan. Kekuatan tabung tempat membran harus
mampumenerima tekanan yang diberikan melalui pompa bertekanan
tinggi.
iii. Pompa bertekanan untuk memberikan tekanan pada air masukan.
iv. Penyeimbang tekanan pada tabung tempat membran berguna untuk
memelihara tekanan air baku yang akan menembus membran tidak
kurangdari tekanan osmonic yang diperlukan untuk memisahkan larutan
dalam air baku.
v. Proses prefilter minimal yang perlu dilakukan pada air yang akan
melaluiproses reverse osmosis adalah sendimen filter, pre filter 0.5
micron, SDI0.2 micron, Fine Filter 0.5 micron dan untuk memfilter
sendimen danmenyerap polutan yang tidak terlarut dalam air seperti bau,
rasa, warna. Proses ini dapat menurunkan kadar konduktivitas hingga 10
Ms.
4) Proses EDI (Elektrik De-Ionisasi)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


79

Untuk keperluan air di industri farmasi diperlukan air murni yang


memiliki konduktivitas sangat rendah atau tidak menghantarkan listrik atau bebas
dari ion hidrogen dan hidroksil. Proses pemurnian ini yang disebut sebagai proses
EDI. Proses ini terjadi setelah proses RO dilewatkan pada sebuah media yang
dialiri arus listrikdengan arus yang sangat tinggi, sehingga dalam aliran tersebut
air murni tetap mengalir sementara ion bebas yang menempel pada kutub-kutub
muatan lawan jenisnya akan tertinggal pada kutub sumber muatan tadi.

b. Sub Departemen Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering Planning


and Reliability)
Sub Departemen Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering
Planning and Reliability) bertanggung jawab dalam hal perencanaan kegiatan
Teknik. Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering Planning and
Reliability) terbagi menjadi tiga bagian, yaitu seksi gudang suku cadang
(warehouse spare part section), seksi perencanaan teknik (engineering planner
section), dan seksiautomatisasi dan kalibrasi (automation and calibration section).
Seksi gudang suku cadang (Warehouse spare part section) bertanggung
jawab untuk menyimpan setiap peralatan yang digunakan untuk perawatan
setiapmesin yang ada. Selain itu, bagian gudang (warehouse) juga melakukan
penyetokan suku cadang mesin yang cukup vital dengan tujuan apabila terjadi
kerusakan pada mesin, bagianTeknik (Engineering) dapat melakukan perbaikan
atau penggantian suku cadang tanpa harus menunggu suku cadang dari pemasok.
Seksi perencanaan teknik (Engineer planner section) bertanggung
jawabterhadap perencanaan kegiatan perawatanterhadap semua sarana utama
(mesinproduksi) dan sarana penunjang. Seksi perencanaan teknik (Engineer
planner section) terbagi menjadi dua, yaitu Pelaksana Pengawasan Dokumen
Teknik (Engineering Document Control Executive) dan Pelaksana Perencanaan
Perawatan (Maintenance Planner Executive).
Seksi automatisasi dan kalibrasi (automation and calibration section)
terbagi menjadi dua, yaitu bagian kalibrasi (calibration) yang bertanggung jawab
terhadap kalibrasi alat di produksi dan bagian mecathronic yang bertanggung
jawab menangani alat atau mesin yang bekerja secara otomatis serta menangani

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


80

alat-alat yang berarus lemah. Kalibrasi merupakan suatu proses penetapan


hubungan secara berkala antara perangkat pengukuran dan satuan pengukuran
untuk memastikan kebenaran pengukuran dan analisis, sedangkan verifikasi
adalah suatu tindakan pembuktian yang dilakukan terhadap alat ukur untuk
mengetahui bahwa alat ukur tersebut secara konsisten manpu memberikan
hasilyang dapat dipercaya. Kalibrasi dilakukan secara berkala terhadap setiap alat
pengukuran, sedangkan verifikasi dilakukan setiap hari dan hanya dilakukan pada
timbangan saja.
Proses kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari alat
dengan alat lain yang sudah terkalibrasi. Suatu kalibrator memiliki akurasi dan
resolusi yang tinggi. Setiap peralatan yang digunakan untuk pengukuran hasrus
dikalibrasi dan dikalibrasi ulang secara berkala. PT. SOHO Group memiliki
kalibrator untuk setiap peralatan kecuali timbangan. Timbangan akan dikalibrasi
ke pihak ketiga. Kalibrator disimpan dalam kondisi sedemikian rupa dengan
syarat penyimpanan dengan suhu sebesar 25±3° C, dan RH sebesar 60±10 %.
Standar tersebut sesuai dengan standar ISO 17025 dan Komite Akreditasi
Nasional (KAN). Metode kalibrasi masing-masing alat berbeda-beda, oleh karena
itu dibuat prosedur tetap kalibrasi alat.

c. Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section)


Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section)
bertanggung jawab dalam hal penanganan proyek baru Teknik(Engineering)
hingga sebelum dilakukan validasi. Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical
Equipment Project Section) membawahi bagian desain mekanikal.

3.3.6.3. Departemen Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan (Healthy, Safety, and


Environmental /HSE Department)
PT. SOHO Group berkeinginan untuk meningkatkan dan menjaga standar
yang paling tinggi dalam hal keselamatan kerja dari setiap aktivitas perusahaan.
Dimanapun kita bekerja dalam kegiatan yang beragam, lingkungan kerja yang
aman adalah yang pertama dan utama. HSE adalah suatu departemen yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan keselamatan, kesehatan kerja, dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


81

lingkungan hidup. Setiap karyawan baru akan mendapatkan pengarahan dari


departemen ini. Tujuan dilakukannya pengarahan adalah agar setiap karyawan
memahami persyaratan yang berlaku di PT. SOHO Group sehingga kecelakaan
kerja dapat dihindari. Peraturan tersebut dituangkan dalam Petunjuk Umum
Keselamatan Kerja PT. SOHO Group. Petunjuk-petunjuk yang tertera dalam
bukutersebut bersifat tambahan dari Peraturan Perundang-undangan tentang
Keselamatan Kerja yang ada di Republik Indonesia yang berhubungan
denganjenis perkerjaan yang dilakukan.
Kesehatan meliputi pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada saat
bergabung dengan perusahaan dan pemeriksaan kesehatan karyawan secara
berkala. Kesehatan sangat penting untuk diperhatikan agar tidak mengganggu
kinerja karyawan dalam bekerja yang berakibat pada mutu produk yang
dihasilkan. Aspek keselamatan kerja dilakukan dengan pelatihan yang terkait
keselamatan kerja ketika berada di area perusahaan baik pengunjung maupun
karyawan. Karyawan wajib mengikuti pedoman keselamatan pekerja. Lingkungan
berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan proses produksi terhadap
kelestarian lingkungan. Salah satunya dengan pengolahan limbah yang bertujuan
untuk mengurangi cemaran ke lingkungan sekitar.
Prinsip dari keselamatan kerja adalah kenali lingkungan kerja, pelajaridan
resiko yang mungkin Timbul, kemudian cari cara pencegahannya. HSE
menerapkan lima hirarki control secara bertahap, yaitu eliminasi, substitusi,
pendekatan teknis, pengawasan administrasi, dan APD (Alat Pelindung Diri).
Eliminasi yaitu menghilangkan setiap bahaya dan resiko. Substitusi adalah
mengganti aktivitas pekerjaan dengan metode yang lain untuk mengurangi
resikoyang ada. Pendekatan teknis yaitu penggunaan alat-alat yang mempermudah
pekerjaan dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Pengawasan
administrasi adalah melakukan pengawasan, pendampingan, serta pembuatan
prosedur tetap. APD yaitu memperlengkapi diri dengan pelindung seperti jas
lab,kacamata (goggle), sarung tangan, masker ketika diperlukan.

3.4. Lokasi dan Sarana PT. ETHICA Industri Farmasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


82

3.4.1 Lokasi PT. ETHICA Industri Farmasi


PT. ETHICA Industri Farmasi berlokasi di Jl. Pulogadung No.6, Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta. Di lokasi ini, area untuk Manufacturing PT.
ETHICA Industri Farmasi terbagi menjadi dua gedung yang bersebelahan, yaitu
gedung injeksi dan gedung Cephalosporin. Satu gedung lagi dibawah Sterile,
Cephalosporin, and Extract Production adalah gedung produksi obat tradisional.

3.4.2 Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. ETHICA Industri Farmasi
Bangunan, fasilitas dan sarana penunjang yang terdapat di PT. ETHICA
Industri Farmasi didesain dan dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi
ketentuan yang tercantum dalam CPOB serta cGMP dan menjamin terjaganya
kualitas produk.

3.4.2.1 Desain Pabrik


PT. ETHICA Industri Farmasi memiliki ruang penerimaan bahan,
karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas,
penimbangan dan penyerahan produk, pengolahan, pencucian peralatan,
penyimpanan peralatan, penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina
produk jadi sebelum pelulusan akhir, pengiriman produk, dan laboratorium
pengawasan mutu yang masing-masing ruangan letaknya terpisah satu sama lain.
Selain itu, dalam area produksi, terdapat area untuk penimbangan, mixing,
granulating, tableting, coating, dan packaging.
Permukaan dinding dan lantai untuk area Manufacturing dilapisi dengan
cat epoksi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh permukaan yang rata dan tidak
berpori, tahan terhadap bahan kimia, mudah dibersihkan, dan mudah dibilas
dengan air. Pertemuan antara dinding dengan lantai dibuat sedemikian rupa
sehingga menghindari adanya sudut (curving). Kemungkinan terdapatnya celah
antara rangka jendela dengan kaca, celah pada pemasangan lampu serta pipa harus
dihindari untuk mengurangi kontaminasi. Salah satu caranya dengan
menggunakan sealant atau dengan mendesain pemasangannya sedemikian rupa.

3.4.2.2 Sistem Pengolahan Air

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


83

Air yang digunakan untuk kegiatan produksi ada dua macam, yaitu
potable water dan purified water. Potable water diperoleh dari air PAM
ditampung di tangki penampungan dan telah mengalami proses filtrasi
menggunakan pasir dan karbon filter. Potable water digunakan untuk keperluan
pembersihan, aktivitas kantin, dan juga sebagai raw water untuk diolah menjadi
purified water. Proses pengolahan purified water (PW) terdiri dari tahap
pretreatment, reverse osmosis (RO), dan distribution. Pretreatment merupakan
proses awal untuk mengolah potable water sehingga dapat memenuhi persyaratan
untuk proses pengolahan selanjutnya.

3.4.2.3. Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC)


Sistem pengaturan tata udara (Air Handling Unit) dalam ruang produksi
dan trial di departmen Research and Development mengunakan sistem Heating,
Ventillating, and Air Conditioning (HVAC) yang berada di bawah tanggung
jawab bagian Engineering Department. Udara yang digunakan berasal dari
campuran antara udara sirkulasi dan udara segar. Campuran udara ini akan
mengalami filtrasi melalui filter dengan efisiensi kecil hingga besar. Selain itu,
mengalami pendinginan dan pemanasan udara untuk mengatur kondisi udara yang
dibutuhkan. Parameter kritis yang diatur dari sistem tata udara adalah kelembaban
relatif (RH), temperatur, partikel, dan tekanan udara. Setiap parameter tersebut
diatur dan dikendalikan sesuai dengan kebutuhan setiap ruangan.

3.4.2.4. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


PT. ETHICA Industri Farmasi memiliki beberapa sistem untuk
pengolahan limbah baik cair maupun padat. IPAL atau Waste Water Treatment
Plant (WWTP) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengolah limbah
cair dari kegiatan produksi dan kegiatan sehari-hari di industri. PT. SOHO Group
memiliki sistem pengolahan limbah domestik, limbah produksi non- betalaktam,
dan limbah produksi betalaktam. Kegiatan pengolahan limbah akhir masih
dilakukan di dua area terpisah untuk proses aerob dan anaerob. Namun, saat ini
sedang dilakukan pembangunan untuk satu area pengolahan limbah yang terpusat
agar lebih efisien.Untuk pemusnahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


84

PT. SOHO Group bekerja sama dengan PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT.
Tipar Nirmala Sakti.

3.4.2.5. Pengelolaan dan Pengendalian Hama


Pengelolaan dan Pengendalian Hama di PT. SOHO Group bekerja sama
dengan PT. Aardwolf Pestkare. Hama yang dikendalikan antara lain tikus, semut,
cicak, lalat, nyamuk, rayap, dan kecoa. Upaya pengendalian dan pembasmian
hama tersebut harus dilakukan oleh industri farmasi untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kontaminasi atau kerusakan produk akibat aktivitas
hama-hama tersebut. Seluruh bahan kimia yang digunakan untuk pest control
harus mendapat persetujuan dari Departemen Quality Assurance (QA) PT. SOHO
Group. Seluruh temuan di area produksi harus segera dilaporkan ke pihak terkait
dan Quality Operation Division Head (QO Div. Head).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


BAB 4
PEMBAHASAN

PT. ETHICA Industri Farmasi beroperasi sebagai anak perusahaan dari


PT. SOHO Group, dimana masih ada 4 perusahaan lain yang tergabung
didalamnya, yaitu : PT. SOHO Industri Farmasi, PT. Parit Padang Global, PT.
Global Harmony Retaillindo dan PT. Universal Health Network. PT. ETHICA
Industri Farmasi merupakan salah satu perusahaan farmasi yang memiliki gedung
produksi untuk sediaan injeksi dan cephalosporin.
PT. Parit Padang Global merupakan salah satu perusahaan yang
menyediakan bahan baku obat dan sebagai distributor tunggal untuk obat jadi
yang diproduksi oleh PT. SOHO Group. Penyimpanan dan penyaluran produk
yang dilakukan telah mengikuti tata cara penyimpanan dan penyaluran produk
yang baik.
PT.Global Harmony Retailindo ( PT GHR ) adalah suatu unit bisnis yang
masih tergolong baru di PT. SOHO Group yang didirikan sebagai salah satu usaha
untuk mendukung terwujudnya visi 2015, di mana PT. SOHO Group menjadi
salah satu tempat yang menyediakan produk-produk kesehatan yang berkualitas
dan terbaik, seperti produk kecantikan, suplemen makanan, vitamin, perawatan
kulit baik produk lokal maupun mancanegara.
Dalam hal penerapan cara pembuatan obat yang baik menurut aturan dari
BPOM, PT. ETHICA Industri Farmasi telah melakukan seluruh aspek dan
rangkaian kegiatan pembuatan obat dengan baik. Aspek-asper tersebut adalah :

4.1 Manajemen Mutu


Mutu suatu produk obat tidak ditentukan pada hasil akhirnya saja, tetapi
juga harus dilakukan pemantauan di setiap tahapan proses sehingga sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar,
dan tidak menimbulkan risiko pada penggunaan dari segi mutu, keamanan, dan
khasiat. Dalam penerapan manajemen mutu dilakukan pemisahan tugas dan
tanggung jawab yang jelas di dalam PT. ETHICA Industri Farmasi yang
mencakup struktur organisasi, prosedur dan sumber daya untuk meyakinkan

85 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


86

bahwa produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
Penerapan manajemen mutu di PT. ETHICA Industri Farmasi terbukti
dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang manajemen mutu. Selain
itu, PT. ETHICA Industri Farmasi juga telah memiliki sertifikat CPOB. Untuk
mengevaluasi kualitas produk, pada sistem manajemen mutu jugadilakukan
pengkajian mutu produk (Product Quality Review/PQR) yang dilakukan secara
berkala dan didokumentasikan terhadap semua obat terdaftar untuk membuktikan
kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi; konsistensi
proses; melihat analisis kecenderungan dan mengidentifikasi perbaikan yang
diperlukan untuk produk dan proses.

4.2 Personalia
Personalia PT. SOHO Group sudah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh CPOB dimana Personil Kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan
Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin
oleh seorang Apoteker dan bersifat independen satu sama lain.
Di dalam menjalankan kegiatannya, industri farmasi harus memiliki
struktur organisasi yang jelas dan deskripsi tugas yang jelas pula. Untuk kegiatan
manufaktur, PT. SOHO Group terbagi dalam beberapa divisi/departemen, yaitu
Quality Operation Divison, Production Division, Technical Division, Supply
Chain Division, Validation and Documentation Department, Finance Department,
dan Human Resource Department.
PT. SOHO Group juga menerapkan sistem BSC (Balance Score Card),
dimana terdapat tahap pembelajaran dan perkembangan (learning and growth)
yang memiliki makna bahwa PT. SOHO Group berusaha untuk mengembangkan
dan meningkatkan potensi setiap personilnya. PT. SOHO Group dalam
peningkatan kualitas personil juga melakukan pelatihan yang disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan SDM. Terdapat 2 jenis pelatihan yaitu pelatihan yang bersifat
umum dan pelatihan yang bersifat khusus. Pelatihan umum seperti pelatihan
CPOB dan keselamatan kerja yang biasanya diberikan kepada karyawan baru,

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


87

sedangkan pelatihan khusus seperti pelatihan mesin Manesty Express untuk


supervisor departemen produksi.

4.3 Bangunan dan Fasilitas


Lokasi bangunan industri farmasi dipersyaratkan untuk menghindari
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah
dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. PT. ETHICA Industri
Farmasi berusaha untuk memenuhi persyaratan CPOB, yang ditunjukan dengan
lokasi perusahaan yang berada dikawasan industri Pulogadung sehingga dapat
meminimalkan pencemaran ke area hunian penduduk.
Bangunan serta fasilitas pendukung PT. ETHICA Industri Farmasi telah
memenuhi kriteria CPOB dimana sebagai contohnya dinding, lantai dan atap dari
ruang produksi telah dilapisi dengan epoxy yang bersifat kedap air, licin dan tahan
goresan logam atau roda sehingga mudah dibersihkan. Tiap sudut ruangan dan
tangga dibuat melengkung sehingga meminimalkan pengumpulan debu dan
kotoran di sudut ruangan maupun tangga. Selain itu, ruangan produksi telah
dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) untuk mengatur kondisi
udara, suhu, tekanan, kelembaban dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses
produksi. Ruangan produksi di PT. ETHICA Industri Farmasi dikelompokan
menjadi beberapa ruangan seperti ruang penimbangan, ruang pengolahan, ruang
pencetakan, ruang penyalutan, ruang IPC, dan ruang pengemasan.
Laboratorium pengawasan mutu PT. ETHICA Industri Farmasi juga telah
memenuhi persyaratan CPOB. Laboratorium QC terpisah dari area produksi dan
dibuat area tersendiri untuk laboratorium mikrobiologi. Di laboratorium QC juga
telah tersedia lemari atau ruangan untuk sampel, standar, pelarut, dan reagen; acid
chambers; ruang cuci peralatan laboratorium; dan emergency aid. Ruang untuk
instrumen telah dibuat terpisah agar terlindung dari pengaruh getaran.
Gudang PT. SOHO Group juga telah memenuhi persyaratan CPOB
dimana penyimpanan bahan baku, bahan kemas dan produk jadi telah dibagi
berdasarkan suhu penyimpanan ataupun berdasarkan jenis bahan misalnya
pemisahan bahan baku halal dari bahan baku lainnya. Terdapat pula gedung
kesehatan atau yang biasa disebut poli dimana disediakan untuk karyawan yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


88

sedang sakit untuk segera mendapatkan perawatan dan pengobatan. Selain itu,
juga terdapat ruang untuk ibu menyusui.

4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh PT. ETHICA Industri Farmasi telah
memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Petunjuk CPOB. Peralatan yang
bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi memiliki
permukaan yang tidak menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi. Bahan yang
digunakan dalam peralatan tersebut juga dipastikan tidak bersentuhan dengan
bahan yang sedang diolah sehingga mutu produk tidak berubah. Seluruh peralatan
juga telah terkualifikasi sebelum digunakan. Peralatan yang digunakan untuk
menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat telah terkalibrasi oleh bagian
Quality Support Section (Quality Assurance).
Setiap peralatan memiliki identitas yang jelas (nomor) dan prosedur
tertulis untuk menggunakan dan mengoperasikan peralatan tersebut. Seluruh
personel yang akan memakai alat tersebut, terlebih dahulu mendapatkan pelatihan
dalam menggunakan alat tersebut. Setiap peralatan juga memiliki prosedur
pembersihan dan sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu validitas
pembersihannya. Mesin yang telah dibersihkan diberikan stiker berwarna hijau.
Pembersihan mesin menggunakan metode pembersihan yang telah divalidasi.
Peralatan produksi ditempatkan masing-masing dalam ruangan yang
terpisah. Ruangan produksi pun cukup besar untuk menampung peralatan,
mobilitas operator serta untuk proses pembersihannya. Nomor identitas dan
validitas pembersihan tiap peralatan yang digunakan dalam produksi dicantumkan
dalam Batch Record.Jika peralatan dan/atau validitasnya menyimpang dari yang
seharusnya (tercantum dalam Batch Record), maka personel harus melaporkannya
dalam laporan deviasi.
Pemeliharaan alat dalam PT. ETHICA Industri Farmasi menjadi tanggung
jawab bersama antara departemen produksi, departemen engineering, dan
departemen QA. Jadwal perawatan alat disesuaikan dengan jadwal produksi
sehingga membutuhkan persetujuan dari bagian Engineering, Produksi dan
Production Planning. Departemen Produksi bertangung jawab pada pembersihan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


89

dan pengatasan problem ringan saat proses produksi. Departemen engineering


bertanggung jawab untuk menjaga performa mesin secara berkala.Jika ada
peralatan yang bermasalah, maka pada mesin diberikan stiker warna merah. Jika
kerusakan tidak dapat ditangani oleh operator produksi, maka peralatan tersebut
akan diperbaiki oleh engineering dan dapat dikerjakan di workshop Engineering.

4.5 Sanitasi dan Higiene


Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi dilaksanakan oleh
tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi produk yang berasal
dari personil. Salah satu penerapan yang dilakukan di PT. ETHICA Industri
Farmasi adalah hand-hygiene dimana selalu disiapkan sarana mencuci tangan
untuk mencegah kontaminasi terutama dari karyawan yang berhubungan dengan
produk. Tiap karyawan yang masuk ke area pembuatan di PT. ETHICA Industri
Farmasi selalu mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang
dilaksanakannya. Pakaian pelindung tersebut selalu dicuci setelah digunakan
sehingga kebersihannya selalu terjaga. Hal ini penting untuk menjamin
perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil. Personil PT.
ETHICA Industri Farmasi menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut
dan secara berkala karena kesehatan personil dapat turut serta memengaruhi mutu
produk. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang
dapat merugikan mutu produk dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas,
bahan yang sedang diproses jadi sampel sampai dia sembuh kembali.
Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Salah satu contoh
penerapan sanitasi di PT. ETHICA Industri Farmasi adalah fasilitas toiletnya. PT.
ETHICA Industri Farmasi menyediakan toilet dalam jumlah yang memadai dan
terpisah dari area kerja karyawan. Setiap karyawan yang menggunakan toilet
wajib mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum kembali beraktivitas. Sanitasi
fasilitas produksi juga diperhatikan. Setelah proses produksi selesai, operator
wajib membersihkan alat atau mesin sesuai dengan protap pembersihan dan
melakukan sanitasi ruangan. Sanitasi ruangan meliputi pembersihan debu,
membersihkan lantai, dinding atap, dan sudut-sudut ruangan produksi sesuai
dengan SOP yang berlaku. Setiap personil yang telah selesai mengunakan alat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


90

wajib mencuci dan membersihkan alat tersebut sesuai dengan SOP yang berlaku.
Peralatan biasanya dibersihkan dengan air kran kemudian dilanjutkan dengan
aqua purificata dan alkohol 70%. Peralatan juga dapat dicuci dengan agen
pembersih, namun ada tidaknya pengaruh terhadap bahan yang diproses harus
dipastikan terlebih dahulu.

4.6 Produksi
PT. ETHICA Industri Farmasi memproduksi sediaan steril dan sediaan
solid berbahan cephalosporin. Dibawah Sterile, Cephalosporin and Extract
Production, ekstrak diproduksi sebagai bahan baku obat tradisional. Masing-
masing gedung terpisah satu sama lain. Semua kegiatan produksi di masing-
masing gedung dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan
produksinya seperti yang dipersyaratkan oleh CPOB. Dinding, lantai dan atap
ruangan produksi dilapisi oleh epoksi sehingga memudahkan pembersihan dan
mencegah perembesan air. Selain itu, setiap sudut ruangan produksi dibuat
melengkung (tidak bersudut) sehingga mudah untuk dibersihkan dan tidak
menimbulkan penimbunan debu. Ruangan produksi pun dilengkapi dengan sistem
AHU (Air Handling Unit) yang berfungsi untuk mengatur kondisi udara, suhu,
tekanan, kelembaban, dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi. Pada
ruangan produksi steril pun telah digunakan sistem tersebut dan pembagian kelas
sesuai dengan proses produksi masing-masing produk.
Setiap memasuki area produksi, terdapat tata cara berpakaian yang harus
dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat pelindung
diri). Saat memasuki ruang ganti, setiap personil wajib menggunakan sepatu black
area atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover)dan menggunakan baju
black area. Jika ingin memasuki ruangan produksi grey area personil wajib
mengenakan pakaian khusus (coverall), penutup kepala, sepatu khusus atau
menggunakan penutup sepatu, dan masker. Sedangkan untuk memasuki white
area untuk memproduksi sediaan steril, personil wajib memakai baju khusus yang
diperuntukkan di ruang steril. Selanjutnya, personil wajib mencuci tangan dan
menggunakan desinfektan. Prosedur ini dilakukan untuk mencegah adanya
kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan produk yang dihasilkan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


91

Ruang produksi di PT. ETHICA Industri Farmasi dikelompokkan


berdasarkan proses pengerjaan yang dilakukan, seperti ruang penimbangan, ruang
mixing, dan lain-lain. Ruangan produksi tersebut berada in-line tujuannya untuk
mempermudah proses produksi dan biasanya ruangan-ruangan tersebut berisi alat
yang in-line misalnya ada satu ruangan yang berisikan supermixer, FBD, dan
granulator. Peralatan tersebut dibuat secara in-line untuk mempercepat proses
produksi sehingga memperlancar proses produksi. Masing-masing ruangan
produksi tidak memproduksi 2 produk yang berbeda. Dipintu bagian depan
ruangan tersebut terdapat kertas yang bertuliskan nama produk yang sedang
diproduksi. Jika produk yang berbeda tetapi diproduksi dengan menggunakan
mesin yang sama maka akan diproduksi secara bergantian yaitu setelah satu
produk selesai, mesin dan ruangan harus dibersihkan dahulu dan dicek oleh
supervisor baru kemudian dilanjutkan dengan produk yang lain. Selain itu,
ruangan produksi memiliki airlock sebagai ruang antara, yang membatasi ruang
produksi dan lingkungan luar.
Pada produksi ekstrak, ruangan dipisah berdasarkan proses yang
dilakukan. Pada lantai 1, dilakukan proses ekstraksi. Pada lantai 3 dilakukan
proses maserasi termodifikasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengerjaan
serta pengawasan.
Pada setiap proses produksi terdapat tahap-tahap yang harus diperiksa
untuk menguji apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang
telah dipersyaratkan, atau yang disebut dengan In Process Control (IPC). IPC
dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir proses produksi. Untuk sediaan solid
IPC yang dilakukan umunya meliputi: pemerian, kode penandaan, bobot,
kekerasan, diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu hancur. Untuk sediaan
liquid, IPC yang dilakukan meliputi: pemerian, berat jenis, dan pH. Untuk sediaan
steril, IPC yang dilakukan umumnya meliputi pemerian, berat jenis, pH dan
inspeksi visual. Untuk ekstrak, saat proses ekstraksi berlangsung, dilihat apakah
dalam periode waktu yang telah ditentukan, % bricks yang diharapkan sudah
sesuai. Selain IPC, operator dari produksi juga mengirimkan sampel untuk diuji
oleh bagian Quality Control. Apabila semua hasil uji telah memenuhi syarat,
maka produk tersebut dapat di-release ke pasaran.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


92

4.7 Pengawasan Mutu


Pengawasan Mutu (Quality Control) merupakan bagian yang esensial
dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Departemen QC PT.
ETHICA Industri Farmasi memiliki dua laboratorium yaitu laboratorium kimia-
instrumen (chemical - instrument laboratory) yang terpisahkan dengan pintu
penghubung, dan laboratorium mikrobiologi (microbiology laboratory).

Laboratorium kimia biasanya digunakan untuk pemeriksaan bahan baku


yang baru datang dari pemasok atau reanalisa bahan baku, pemeriksaan kualitas
air murni, dan pemeriksaan kualitas air limbah. Bahan baku yang baru datang
akan diperiksa oleh analis bahan baku , sedangkan bahan pengemas akan
diperiksa oleh analis bahan pengemas. Bahan baku dan bahan pengemas tersebut
harus disertai Lembar Penerimaan Barang (LPB) dari gudang (Warehouse) dan
sertifikat analisa (Certificate of Analysis/CoA) ataupun Material Safety Data
Sheet (MSDS) dari pemasok. Pengujian bahan awal ini meliputi identifikasi dan
parameter-parameter lain yang tercantum dalam spesifikasi. Reanalisa dilakukan
untuk memeriksa bahan baku apakah bahan baku tersebut masih dapat digunakan
atau tidak untuk proses produksi.
Di laboratorium instrumen terdapat alat- alat yang dibutuhkan untuk
analisa kuantitatif dan biasanya digunakan untuk pemeriksaan produk setengah
jadi. Selain itu, di lab ini juga dilakukan pengujian terhadap metode untuk
validasi metode analisa. Instrumen yang ada di lab QC selalu dikalibrasi secara
rutin dan berkala, seperti kalibrasi satu tahunan, kalibrasi enam bulanan, kalibrasi
tiga bulanan, kalibrasi bulanan, dan verifikasi harian. Jadwal kalibrasi tersebut
dibuat oleh Quality Support Section Head. Laboratorium mikrobiologi
digunakan untuk memeriksa adanya kontaminasi mikroorganisme baik pada
bahan baku, bahan pengemas, maupun produk setengah jadi serta juga melakukan
pemeriksaan mikroba pada ruang produksi.
Pengujian di QC dilakukan oleh analis, diperiksa oleh section head, dan
diputuskan hasilnya memenuhi persyaratan atau tidak oleh QC Dept Head. Hasil
pengujian tersebut dilaporkan dalam bentuk sertifikat analisa. Jika dari pengujian
diperoleh hasil yang menyimpang dari persyaratan, maka dibuat form penanganan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


93

hasil uji di luar spesifikasi (Out of Spesification). Pada penanganan OOS, terlebih
dulu dilakukan pengecekan pada laboratorium QC. Jika tidak terdapat kesalahan
laboratorium maka perlu investigasi lebih lanjut oleh QA untuk mengetahui
penyebab sebenarnya.

4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu


Inspeksi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin untuk
menilai apakah seluruh aspek di suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan
CPOB, Quality Manual, dan persyaratan lainnya serta merekomendasikan
tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan. Inspeksi diri
merupakan suatu bentuk evaluasi internal, yaitu bagian dari suatu perusahaan
mengevaluasi bagian lain di perusahaan tersebut. Di SOHO Group, pelaksanaan
inspeksi diri merupakan tanggung jawab dari bagian Quality Operation,
khususnya Quality Monitoring Section sebagai bagian yang menyiapkan dan
merevisi SOP, memberikan pelatihan SOP, serta menyusun dan mengirimkan
jadwal diri tahunan kepada pihak terkait.
Inspeksi diri melibatkan auditor sebagai pihak yang mengaudit serta
auditee yaitu pihak yang diaudit. Personel yang tergabung dalam tim auditor harus
dipastikan telah memperoleh pelatihan yang cukup atau sudah memperoleh
pengetahuan mengenai ketentuan CPOB dan ISO/IEC 17025:2005. Tim auditor
terdiri dari seorang koordinator (yaitu QA Department Head), Lead Auditor
(orang yang ditunjuk oleh koordinator audit), serta beberapa orang auditor
(termasuk QM Sec Head / Quality System Executive, Department Head yang
ditunjuk, serta orang lain yang ditunjuk untuk melakukan audit).
Hal yang diinspeksi dalam inspeksi diri adalah segala aspek yang terdapat
dalam suatu departemen, yaitu karyawan (Catatan Pelatihan, dll), bangunan dan
peralatan (termasuk fasilitas dan sistem penunjang), penyimpanan bahan awal,
produk antara, produk ruahan, dan obat jadi, produksi dan pengemasan,
laboratorium, dokumentasi (termasuk Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu, Prosedur
Kerja), dan house keeping (kebersihan peralatan, lingkungan, ruangan, dll),
Adapun daerah yang diinspeksi meliputi semua area Produksi, Quality
Assurance dan Quality Control (Laboratorium Kimia, Laboratorium

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


94

Mikrobiologi, Ruang Sampling, dan Ruang Pertinggal), R&D (Laboratorium


Kimia dan Area Grey), Engineering (Utilities, Gudang, Bengkel, dll), Tempat
penyimpanan dokumen, dan Gudang (Packaging & Raw Material, Finished
Product, WIP, Karantina, dan Rejected Area).
Sementara itu, audit mutu yang dilakukan oleh PT. SOHO Group ke pihak
luar adalah audit mutu ke Toll Manufacturer, Laboratorium Eksternal dan
Distributor, sehigga audit yang dilakukan disebut dengan Audit Eksternal. Bagian
yang bertanggung jawab atas terlaksananya Audit Eksternal adalah Quality
Monitoring Section. Tujuan dilaksanakannya audit eksternal adalah untuk
meyakinkan bahwa perusahaan yang menerima Toll Manufacturer dan Analisa
Bahan Baku atau produk dari PT. SOHO Group telah memenuhi persyaratan
GMP maupun GLP, melakukan penilaian terhadap distributor telah memenuhi
persyaratan GDP, serta melakukan penlaian terhadap penyimpangan selama
proses produksi, analisa, dan distribusi, sehingga produk yang didistribusikan
masih memenuhi persyaratan ke konsumen.
Audit dilakukan secara rutin setiap 3 tahun sekali atau lebih bila
dibutuhkan. Audit juga dilakukan untuk menentukan toll manufacturer,
laboratorium eksternal baru, pabrik baru, serta lokasi pabrik baru. Penilaian yang
dilakukan pada audit eksternal adalah menggunakan checklist pada nilai (skala 1-
4) yang sesuai dengan kondisi aktual. Nilai akhir yang didapatkan menjadi acuan
tindakan yang akan dilakukan pada objek audit tersebut.

49 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan


Produk Kembalian
Suatu industri farmasi harus memiliki sebuah sistem untuk
mengakomodasi penangangan suatu produk yang telah dipasarkan namun
dirasakan (serta telah dibuktikan) tidak memenuhi persyaratan. Keluhan
merupkana suatu bentuk komunikasi yang diterima oleh perusahaan mengenai
perbedaan kualitas produk yang telah diterima oleh konsumen. Cakupan
perbedaan tesebut adalah identitas, keamanan, kemurnian dan efikasi dari produk.
Prosedur yang ada tidak dapat digunakan untuk menangani masalah terkait
pemasaran (harga dan stok) serta pharmacovigilance.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


95

Di PT. SOHO Group, keluhan ditangani oleh bagian Quality Monitoring


Section. Bagian ini akan menerima laporan keluhan konsumen dari Clinical Trial
Monitoring. Bagian QMS kemudian akan melakukan investigasi terhadap keluhan
tersebut menggunakan formulir investigasi. Investigasi tersebut dimulai dengan
mempelajari kasus keluhan sebelumnya pada produk yang sama. Setelah itu,
Quality Monitoring Section Head (QMSH) melakukan investigasi dengan
mengevaluasi catatan batch record product. Jika perlu, QMSH akan mengirimkan
sampel untuk di uji oleh QC.
Hasil investigasi keluhan menjadi acuan apakah sebuah keluhan dapat
diterima (justified) atau tidak (not justified). Sebuah keluhan akan diterima apabila
sampel keluhan dan contoh pertinggal sama-sama tidak memenuhi persyaratan.
Keluhan tidak akan diterima apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal
keduanya memiliki hasil yang memenuhi syarat, dan apabila sampel keluhan tidak
memenuhi syarat namun contoh pertinggal memenuhi syarat. Pada keluhan yang
dinyatakan tidak diterima, QO dapat mengemukakan pendapat dan sanggahan
Suatu keluhan yang dinyatakan justified (dapat diterima), QA Department
Head kemudian melakukan investigasi terhadap produk yang sama namun dengan
batch yang berbeda. Berdasarkan hasil investigasi dan tanggapan dari berbagai
departemen, dilakukan penilaian risiko akhir untuk menetapkan tindakan lanjutan.
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan penarikan produk.
Penarikan produk merupakan suatu tindakan dari sebuah perusahaan untuk
mengambil kembali seluruh batch atau produk yang telah beredar di pasaran atas
pertimbangan keamanan. Di PT. SOHO Group, penarikan produk merupakan
tanggung jawab dari bagian Quality Monitoring Section. Penarikan produk dapat
terjadi jika terdapat risiko dengan kategori kritis pada sebuah batch atau produk.
Produk kembalian merupakan obat jadi yang telah beredar yang kemudian
dikembalikan ke perusahaan karena terdapat keluhan mengenai produk tersebut
seperti kerusakan kemasan ataupun mendekati daluwarsa. Di PT. SOHO Group,
produk yang dapat dikembalikan adalah produk yang masa daluarsanya +/- 3
bulan. Produk yang dikembalikan, oleh distributor akan diserahkan kembali ke
bagian Warehouse obat jadi PT. SOHO Group untuk selanjutnya dimusnahkan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


96

4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. PT.
ETHICA Industri Farmasi memiliki departemen sendiri yang bertugas mengelola
dokumen yang terdapat di PT. SOHO Group, yaitu Validation and Documentation
Department (VDD) yang dikepalai oleh seorang apoteker. VDD merupakan
departemen yang bertanggung jawab dalam mengelola dan menjaga dokumen.
VDD merupakan pusat segala dokumen, VDD menyimpan master batch record,
semua SOP, mendata semua nomor surat yang keluar PT. SOHO Group, dan lain-
lain.
Review terhadap SOP (Standard ofProcedure) di lakukan dilakukan setiap
3 tahun. Dokumen disimpan dengan sistem inventarisasi yang memudahkan
pengawasan dan penelusuran dokumen. Selain dokumentasi secara manual,
dokumentasi juga dilakukan dengan mengunakan sistem IFS (Information
Finance System). Setiap dokumen yang berkontribusi terhadap produk perlu
dilakukan pencatatan sesuai :

a. Pencatatan dengan bolpoint tinta biru yang tidak mudah luntur, hal ini
bertujuan untuk membedakan dokumen yang asli dengan hasil salinan;

b. Tulisan terbaca, rapi dan mudah dimengerti;

c. Kata-kata tidak menimbulkan arti ganda, langsung pada tujuan;

d. Tidak boleh ada huruf yang bertumpuk;

e. Semua entries/bagian dokumen yang perlu ditulis tangan dilengkapi, tidak


boleh ada bagian yang kosong. Bagian yang kosong dicoret menyilang
sepertihuruf Z dan diberi paraf dan tanggal pengisian dokumen;

f. Setiap bagian dokumen yang tidak memungkinkan untuk diisi ditulis N.A;

g. Koreksi dilakukan dengan mencoret tulisan yang salah dengan satu garis
lurus, diberi paraf, diberi tanggal, dan ditulis data yang benar tepat
disamping data yang salah;

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


97

h. Setiap dokumen yang memerlukan perubahan harus disertai dengan


change request berupa Laporan Usulan Perubahan (LUP).

4.11 Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak


PT. ETHICA Industri Farmasi memproduksi produk- produk
antibiotik,multivitamin, herbal, dan lain-lain, baik dalam bentuk solid (tablet dan
kapsul), maupun injelksi liquid (dalam ampul dan vial). Produk tersebut berasal
dari pengembangan produk yang dilakukan sendiri atau berdasarkan lisensi dari
perusahaan lain. Beberapa produk unggulan dari PT. ETHICA Industri Farmasi
antara lain Pitogin®, Cloracef®, Neurophil 5000®, Digezym®, dan Fatica®. PT.
ETHICA Industri Farmasi juga menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan,
baik perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing dengan melakukan
produksi toll in dan toll out. Produksi toll in berarti pembuatan produk perusahaan
lain di PT. ETHICA Industri Farmasi, sedangkan toll out berarti pembuatan
produk PT. ETHICA Industri Farmasi di perusahaan lain. Kerjasama ini dilakukan
untuk mengatasi keterbatasan kapasitas produksi dan keterbatasan sumber daya
serta proses analisis yang harus dilakukan karena keterbatasan fasilitas atau
peralatan. Sebelum pengujian, dilaksanakan audit terlebih dahulu terhadap
penerapan CPOB perusahaan penerima kontrak. Produk PT. ETHICA Industri
Farmasi yang diproduksi oleh perusahaan lainberdasarkan kontrak (toll out),
antara lain produk-produk solid non cephalosporin seperti Fatica® dan
Digezym®, sedangkan produk toll in dari PT. ETHICA Industri Farmasi antara
lain Caltum®, Soclor® dan Sohobal®. Perusahaan farmasi lain yang menjalin
kerjasama dengan PT. ETHICA Industri Farmasi antara lain PT. Bernofarm, PT.
Dankos Farma, PT Fahrenheit, dan PT. Phapros.

4.12 Kualifikasi dan Validasi


Kualifikasi dan validasi yang dilakukan PT. ETHICA Industri Farmasi
meliputi kualifikasi peralatan, kualifikasi bangunan dan fasilitas, kualifikasi
infrastruktur, validasi proses produksi, validasi cara pembersihan, validasi metode
analisa, serta verifikasi peralatan daninfrastruktur. Aktifitas kualifikasi dan
validasi dilakukan oleh suatu departemen yaitu Validation and Documentation
Department (VDD). Tahap-tahap dalam melakukan kualifikasi adalah Design

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


98

Qualification (DQ), Installation Qualification (IQ) of equipment/utility system,


Operational Qualification (OQ) of equipment/utility system, dan Performance
Qualification (PQ) of equipment/utility system, setelah itu diperiksa outputnya dan
dinilai apakah memenuhi standar penerimaan yang telah ditetapkan.
Validasi yang dilakukan adalah validasi proses, validasi proses aseptis dan
validasi pembersihan. Secara umum cara melakukan validasi proses di industri
farmasi Soho adalah dengan melakukan simulasi pada parameter-parameter
produksi dan dikerjakan oleh tenaga yang telah mendapatkan training mengenai
validasi. Berikut adalah tahapan pengerjaannya :
a. Melakukan penimbangan bahan baku
b. Proses mixing ( dilakukan pengambilan sampel > 3 titik )
c. Melakukan pemeriksaan apakah terdapat deviasi
d. Dilakukan penilaian misalnya untuk tablet waktu hancur, keregasan.
e. Data hasil uji dibandingkan lalu di review dan di analisa
f. Hasil analisa dituang dalam suatu laporan yang terdiri dari kesimpulan
dan saran
Validasi proses aseptis yaitu validasi terhadap sediaan steril yang proses
produksinya dilakukan secara aseptis (proses sterilisasi dilakukan sebelum sediaan
dikemas dalam kemasan primer). Cleaning Validation menjadi hal penting untuk
menjamin bahwa produk tidak terkontaminasi dengan pencemar maupun terjadi
mix up atau ketercampuran dengan produk lain yang menggunakan alat, wadah,
mesin, ruangan yang sama. Departemen VDD PT. SOHO Group telah
menetapkan suatu kebijakan mengenai urutan pembersihan produk berdasarkan
toksisitas, kelarutan dalam air, dan tingkat kesulitan dalam pembersihan, dengan
rumus :


Risk Rating =

Dari rumus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi risk rating
maka produk tersebut menjadi produk marker.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. PT. ETHICA Industri Farmasi telah menerapkan pedoman CPOB dengan
baik pada semua proses baik dalam proses produksi, pengawasan dan
pengendalian mutu, serta kegiatan lain yang terkai dimana aspek-aspek
CPOB tersebut telah diimplementasikan dan didokumentasikan dengan
baik dan teratur.
b. Seorang apoteker di industri farmasi memiliki peranan yang penting yaitu
menjadi personil kunci antara lain sebagai kepala produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu. Semua bagian
dalam struktur organisasi PT. ETHICA Industri Farmasi telah
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai pedoman
CPOB sehingga semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.

5.2 Saran
a. Tetap menjaga dan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas dari
produksi sediaan obat sesuai dengan pedoman CPOB.
b. Peningkatan kerja sama dan komunikasi antar divisi sehingga dapat
dihasilkan kinerja dan hasil yang lebih baik.

99 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Menteri Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
PT. SOHO Group. (2012) Orientation Program PT. SOHO Group Value For
Health. Jakarta: PT. SOHO Group.

100 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


101

LAMPIRAN

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


102

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. SOHO Group

Lampiran 2. Struktur Organisasi Manufacturing PT. SOHO Group

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


103

Lampiran 3. Struktur Organisasi Quality Operation Division dan Departemennya

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Operation Division

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Assurance Department

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Control Department untuk SOHO


Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


104

Lampiran 3. (lanjutan)

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Control Department untuk ETHICA

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


105

Lampiran 4. Struktur Organisasi Production Division dan Departemennya

Keterangan: Struktur Organisasi Production Division

Keterangan: Struktur Organisasi Sterille, Cephalosphorin & Extract Production Department

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


106

Lampiran 4. (lanjutan)

Keterangan: Struktur Organisasi Non-Sterile Production Department

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


107

Keterangan: Struktur Organisasi Production Process Excellence Departement dan Production


Quality Compliance Departement
Lampiran 5. Struktur Organisasi Supply Chain Division dan Departemennya

Keterangan : Struktur Organisasi Supply Chain Division

Sup p ly Planning
Dep t . Head

Prod uct Sup ply


Sup ply Planning Supp ly Planning
Manag em ent
Sub Dep t . Head A dm inist rat or
Sub Dep t . Head

Prod uct ion Cont ract Prod uct ion Prod uct Sup ply
Planning Manufact ure Planning Manag em ent
Sec. Head Sec. Head Sp ecialist Execut ive

Prod uct ion Cont ract


Planning Manufact ure
Execut ive Execut ive

Keterangan : Struktur Organisasi Supply Planning Department

Keterangan : Struktur Organisasi Material Procurement Department

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


108

Lampiran 5. (lanjutan)

Keterangan : Struktur Organisasi Inbound Logistic Department

Keterangan : Struktur Organisasi Import Clearance Department

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


109

Lampiran 6. Struktur Organisasi Technical Division dan Departemennya

Keterangan: Struktur Organisasi Technical Division

Keterangan: Struktur Organisasi Continues Improvement Departement

Keterangan: Struktur Organisasi Health Safety And Environment (HSE) Departement


Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


110

Lampiran 6. (lanjutan)

Keterangan: Struktur Organisasi Engineering Department

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


111

Lampiran 6. (lanjutan)

Keterangan: Struktur Organisasi Civil Engineering & Project Control Departement

Keterangan: Struktur Organisasi Fixed Asset & Spare Part Procurement Department

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


112

Lampiran 7. Struktur Organisasi Validation and Documentation Departement

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. ETHICA INDUSTRI FARMASI
KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG
JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA
PERIODE 7 JANUARI 2013 – 28 FEBRUARI 2013

VALIDASI METODE ANALISA CO-ENZYM Q-10


DI PT. ETHICA INDUSTRI FARMASI

HERLINA, S. Farm.
1206313186

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Tujuan ................................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

2.1 Manajemen Mutu ............................................................................... 3


2.2 Validasi Metode Analisa . .................................................................... 4
2.2.1 Jenis Metode Analisa yang divalidasi .......................................... 5
2.2.2 Parameter-parameter dalam validasi metode analisa. ................... 6
2.3 Dokumentasi ....................................................................................... 11

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 12

3.1 Lokasi dan Waktu ............................................................................... 12


3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 12

BAB 4 PEMBAHASAN................................................................................. 13

4.1 Validasi Metode Analisa..................................................................... 13


4.2 Validasi Metode Analisa untuk penetapan kadar bahan baku .............. 14
4.3 Dokumentasi ...................................................................................... .16
4.4 Validasi Metode Analisa Co-Enzym Q10. .......................................... .18

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 21

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 21


5.2 Saran ................................................................................................... 21

DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 22

LAMPIRAN .................................................................................................. 23

ii

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan salah satu perbekalan kesehatan utama yang diperlukan
dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Industri farmasi dituntut untuk
dapat menghasilkan obat yang berkualitas baik, artinya obat tersebut memenuhi
persyaratan keamanan (safety), khasiat (efficacy), dan mutu (quality). Salah satu
upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin ketersediaan obat tersebut
adalah dengan penerapan CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) dalam
industri farmasi. Setiap industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB
(BPOM, 2006).
Validasi metode analisa merupakan salah satu kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh industri farmasi dalam kegiatan validasi dan kualifikasi. Hal ini
dilakukan sebagai bukti pengendalian dari aspek kritis kegiatan pembuatan obat.
Pendekatan dengan kajian risiko digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan
cakupan validasi. Validasi diperlukan apabila terjadi perubahan signifikan
terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang mempengaruhi mutu produk.
Validasi metode analisa adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa
parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita , 2006).
Kegiatan validasi metode analisa di PT Ethica Industri Farmasi dilakukan
di laboratorium Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control/QC) dan Divisi
Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D). Kedua
laboratorium tersebut berhubungan dengan pemeriksaan atau penetapan kadar
bahan baku dan/atau produk jadi. Kegiatan validasi di laboratorium QC berada di
bawah tanggung jawab departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA),
khususnya Seksi Pendukung Mutu (Quality Support Section), sedangkan di
laboratorium R&D berada di bawah tanggung jawab departemen Pengembangan
Metode Analisis (Analytical Method Development), khususnya seksi
Pengembangan Metode Fisikokimia (Physical Chemical Method Development
Section).

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


2

Dalam tugas khusus ini akan dibahas mengenai validasi metode analisa
bahan baku di laboratorium QC di PT. Ethica Industri Farmasi. Hal yang akan
dibahas dalam tugas khusus ini antara lain parameter validasi metode analisa
bahan baku Co-Enzym Q10 dan kriteria penerimaannya, serta protokol validasi
metode analisa bahan baku di PT. Ethica Industri Farmasi.

1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari PKPA di QC PT.Ethica Industri Farmasi adalah:
a. Memahami validasi metode analisa bahan baku yang ada di industri
farmasi, khususnya di PT. Ethica Industri Farmasi.
b. Mengetahui pembuatan protokol dan laporan validasi metode analisa
bahan baku Co-Enzym Q10 yang terdapat di PT. Ethica Industri Farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Mutu


Industri farmasi harus membuat obat sesuai standar yang telah ditetapkan
oleh BPOM, yaitu memenuhi aspek quality, safety, and efficacy (QSE) yang
tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi). Manajemen bertanggung jawab
untuk pencapaian tujuan ini melalui kebijakan mutu, yang memerlukan partisipasi
dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para
pemasok dan para distributor. Manajemen mutu harus didesain secara
menyeluruh, diterapkan secara benar dan terus menerus diperbarui mengikuti
perkembangan keilmuan khususnya farmasi sehingga tujuan tersebut dapat
tercapai secara konsisten dan dapat diandalkan. Unsur dasar manajemen mutu
adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya serta tindakan sistematis diperlukan
untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga
produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu (BPOM, 2006).
Pemastian mutu adalah keseluruhan semua pengaturan yang dibuat dengan
tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya. Pemastian mutu merupakan suatu konsep luas yang
mencakup semua hal, baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan
mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) adalah bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat dibuat
dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai
dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi
produk (BPOM, 2006).
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi, dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


4

sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat (BPOM, 2006). Salah
satu hal yang diperlukan dalam dilakukan suatu pengujian adalah mempersiapkan
metode pengujian dan melakukan validasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi
untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian
terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap
fasilitas, peralatan dan proses yang mempengaruhi mutu produk seharusnya
dilakukan validasi. Pendekatan dengan kajian risiko digunakan untuk menentukan
ruang lingkup dan cakupan validasi (BPOM, 2006).

2.2 Validasi metode analisa


Validasi merupakan bagian yang penting pemastian mutu sehingga CPOB
mempersyaratkan industri farmasi melakukan proses validasi. Menurut WHO,
validasi adalah tindakan untuk membuktikan dan mendokumentasikan bahwa
semua prosedur ataupun metode yang digunakan secara konsisten mendapatkan
hasil sesuai harapan. Sering kali pengertian tentang validasi disamakan dengan
kualifikasi tapi sesungguhnya dua hal ini berbeda. Kualifikasi merupakan suatu
tindakan untuk membuktikan dan mendokumentasikan bahwa sistem dan alat
yang digunakan telah terpasang dengan benar, bekerja dengan baik serta
memperoleh hasil yang diharapkan. Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan
bahwa kualifikasi berhubungan dengan fasilitas, sistem dan peralatan sedangkan
validasi berhubungan dengan proses dan metode.
Terdapat hubungan yang sinergis antara kualifikasi dan validasi. Peralatan
yang terkualifikasi dengan baik dapat menunjang validasi yang dilakukan
sehingga berlangsung dengan baik dan mendapatkan hasil sesuai dengan harapan.
Misalnya, HPLC yang telah terkualifikasi dan dinyatakan baik dapat menunjang
validasi metode analisa, sehingga data yang diperoleh sungguh akurat. Validasi
ulang mungkin diperlukan pada kondisi perubahan sintesis bahan aktif, perubahan
komposisi produk jadi, dan perubahan metode analisis. Tingkat validasi ulang
yang diperlukan tergantung pada sifat perubahan. Perubahan tertentu lain
mungkin juga memerlukan validasi ulang. (BPOM, 2006)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


5

2.2.1 Jenis Metode Analisis yang Divalidasi


Tujuan dilakukan dari validasi metode analisa adalah untuk mengetahui
bahwa metode analisis sesuai dengan tujuan penggunaannya. Menurut USP 35,
ada empat kategori uji untuk validasi, yaitu kategori I, kategori II, kategori III,
dan kategori IV.

a. Kategori I
Prosedur analisis untuk kuantitasi komponen utama yang terkandung pada
obat atau zat aktif (termasuk pengawet) pada produk jadi farmasi. (U.S.
Pharmacopeia, 2012). Penetapan kadar bertujuan untuk menentukan kadar analit
dalam sampel. (BPOM, 2006)

b. Kategori II
Prosedur analisis untuk determinasi kemurnian pada kandungan senyawa
terbanyak atau degradasi pada produk jadi farmasi. Prosedur ini meliputi uji
kuantitatif dan uji batas. (U.S. Pharmacopeia, 2012). Kedua pengujian tersebut
bertujuan merefleksikan secara tepat karakteristik kemurnian dari sampel.
Karakteristik validasi yang berbeda diperlukan untuk uji kuantitatif dibanding
untuk uji impuritas. (FDA, 1999)

c. Kategori III
Prosedur analisis untuk determinasi karakteristik sediaan (contohnya
disolusi, pelepasan obat, dan lain-lain).

d. Kategori IV
Uji identifikasi bertujuan untuk memastikan identitas analit dalam sampel.
Uji ini biasanya dilakukan dengan membandingkan karakteristik sampel
(misalnya spektrum, profil kromatogram, reaksi kimia, dan lain-lain) terhadap
baku pembanding. (U.S. Pharmacopeia, 2012)

Keterangan lengkap mengenai kategori uji validasi dan parameternya


dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


6

Tabel 2.1 Kategori uji untuk validasi dan parameternya (U.S. Pharmacopeia,
2012)
Katgori II
Parameter Kategori
Kategori I Uji Kategori IV
Analitik Kuantitatif III
Batas
Akurasi Ya Ya * * Tidak
Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak
Spesifitas Ya Ya Ya * Ya
Batas Tidak Tidak Ya * Tidak
deteksi
Batas Tidak Ya Tidak * Tidak
kuantisasi
Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak
Rentang Ya Ya * * Tidak
Keterangan :
* = dilakukan jika diperlukan, tergantung pada sifat spesifik suatu pengujian

2.2.2 Parameter - Parameter dalam Validasi metode analisa


2.2.2.1 Akurasi/Kecermatan
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2006). Akurasi
ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau
metode penambahan baku (standard addition method) (Harmita,2004).
a. Metode Simulasi (spiked-placebo recovery)
Sejumlah analit bahan murni (baku pembanding) ditambahkan ke dalam
campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut
dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan
(kadar yang sebenarnya). Perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara
membuat sampel plasebo (eksipien obat, cairan biologis) kemudian ditambah
analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


7

yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi


(Harmita,2004).
b. Metode Penambahan Baku (standard addition method)
Sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan
ke dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan
dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan). Metode ini dapat
dilakukan untuk sampel yang matriksnya tidak diketahui seperti obat-obatan
paten, atau karena analitnya berupa suatu senyawa endogen (Harmita,2004).

Tabel 2.2 Kriteria penerimaan uji perolehan kembali (AOAC, 2002)


Konsentrasi analit pada matrik sampel Batas perolehan kembali
(%)
100 % 98 - 101
10 % 95 - 102
1% 92 - 105
0,1 % 90 - 108
0,01 % 85 - 110
10 μg/g (ppm) 80 - 115
1 μg/g (ppm) 75 - 120
10 μg/kg (ppb) 70 - 125

2.2.2.2 Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil
uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen. Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan
baku relatif (koefisien variasi) (Harmita, 2006). Menurut, ICH presisi terbagi
menjadi tiga komponen, yaitu keterulangan (repeatability), presisi antara
(intermediate precision), dan ketertiruan (reproducibility).
a. Keterulangan (repeatability)
Keterulangan menunjukkan presisi pada kondisi operasi yang sama dalam
interval waktu yang singkat menggunakan replikat dari sampel yang sama dan
homogen. Keterulangan juga termasuk presisi intra-assay (BPOM,2006).
b. Presisi antara (intermediate precision)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


8

Presisi antara menunjukkan presisi dalam laboratorium menggunakan


sampel yang sama tetapi pada hari yang berbeda dengan analis berbeda,
instrument berbeda, dan lain-lain. Presisi antara mengukur ketangguhan dalam
laboratorium atau antara assay yang bervariasi (BPOM,2006).
c. Ketertiruan (reproducibility)
Ketertiruan menunjukkan presisi antar laboratorium (studi kolaborasi), biasanya
menggunakan metode yang terstandardisasi (ICH, 2005).
Kriteria presisi diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif
atau koefisien variasi 2% atau kurang. Kriteria ini sangat fleksibel tergantung
pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium.
Koefisien variasi meningkat seiring dengan menurunnya konsentrasi analit.
(Harmita, 2006)

Tabel 2.3. Kriteria presisi (AOAC, 2002)


Konsentrasi analit pada matrik sampel Simpangan baku relatif (%)
100 % 1
10 % 1.5
1% 2
0,1 % 3
0,01 % 4
10 μg/g (ppm) 6
1 μg/g (ppm) 8
10 μg/kg (ppb) 15

2.2.2.3 Selektivitas (Spesifisitas)


Selektivitas atau spesifisitas adalah kemampuan suatu metode analisis
dalam mengukur zat tertentu saja secara akurat dan presisi dengan adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Metode analisis harus
mampu memisahkan antara obat/zat aktif dengan produk degradasinya dan juga
dengan bahan tambahan dalam sediaan tersebut. Selektivitas metode ditentukan
dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil
urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil
analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tersebut (Harmita, 2006).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


9

2.2.2.4 Batas Deteksi (limit of detection) dan Batas Kuantitasi (limit of


quantitation)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan
blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil
analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama
(Harmita, 2006).
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis
regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b
pada persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama
dengan simpangan baku residual (Sy/x) (Harmita, 2006).
( / )
Batas deteksi = (Rumus 2.1)
( / )
Batas kuantitasi = (Rumus 2.2)

2.2.2.5 Linearitas dan Rentang


Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah
pernyataan batas terendah hingga batas tertinggi analit yang sudah ditunjukkan
dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat
diterima. Umumnya digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya
antara 50 – 150% kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan
rentang konsentrasi yang digunakan antara 0 – 200%. Jumlah sampel yang
dianalisis sekurang-kurangnya delapan buah sampel blanko. Sebagai parameter
adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier
y = a + bx (Harmita, 2006).

2.2.2.6 Ketangguhan Metode (ruggedness)


Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh
dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


10

laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dan
lainnya. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh
perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode
merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi normal antara lab dan antar
analis (Harmita, 2006). Ketangguhan metode ditentukan dengan menganalisis
suatu sampel yang homogen dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda
menggunakan kondisi operasi yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi
menggunakan prosedur dan parameter uji yang sama. Derajat ketertiruan hasil uji
kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel penentuan. Ketertiruan dapat
dibandingkan terhadap keseksamaan penentuan di bawah kondisi normal untuk
mendapatkan ukuran ketangguhan metode. Perhitungannya dilakukan secara
statistic menggunakan ANOVA (Harmita, 2006).

2.2.2.7 Kekuatan (robustness)


Menurut ICH, robustness adalah ukuran kapasitas suatu metode analisa
untuk tidak terpengaruh oleh perubahan kecil dalam kondisi analisis, masih
menunjukkan kriteria cermat dan seksama. Untuk memvalidasi kekuatan suatu
metode perlu dibuat perubahan metodologi yang kecil dan terus menerus dan
mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi (Harmita, 2004).
Sebagai contoh, pada kromatografi cair, variasinya antara lain adalah perubahan
pH pada fase gerak, komposisi fase gerak, perubahan kolom (berbeda
lot/supplier), suhu, dan laju alir.

2.2.2.8 Uji Kesesuaian Sistem


Uji kesesuaian sistem dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh sistem
yang digunakan sesuai dengan uji yang dilakukan. Uji ini merupakan bagian dari
banyak prosedur analisis. Pengujiannya tergantung pada peralatan, prosedur
analisis, dan sampel yang dianalisis. Parameter uji kesesuaian sistem ini
tergantung pada jenis prosedur yang akan divalidasi (ICH, 2005).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


11

2.3 Dokumentasi
Unsur utama program validasi harus dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di
dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV merupakan
dokumen yang singkat, tepat, dan jelas. RIV mencakup sekurang-kurangnya data
seperti:
a. Kebijakan validasi yang mencakup struktur organisasi kegiatan validasi
b. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi
c. Format dokumen mencakup format protokol dan laporan validasi,
perencanaan dan jadwal pelaksanaan
d. Pengendalian perubahan
e. Acuan dokumen yang digunakan.
Protokol validasi tertulis dibuat untuk merinci validasi yang akan
dilakukan. Protokol dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu). Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria
penerimaan (BPOM, 2006). Protokol atau metode analisis adalah pengaturan
berupa instruksi untuk melakukan suatu metode analisis. (AOAC, 2002). Setelah
dibuat protokol, sebaiknya dibuat laporan yang mengacu pada protokol validasi
dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan
yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap
rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah didokumentasikan dengan
pertimbangan yang sesuai (BPOM, 2006).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


BAB 3
METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Lokasi dan Waktu


Pengambilan data dan penulisan dilakukan selama dua bulan dari tanggal 7
Januari 2013 sampai 28 Februari 2013 di Departemen Pengawasan Mutu PT.
Ethica Industri Farmasi.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam mengkaji sistem, pembuatan protokol, dan
pembuatan laporan validasi metode analisa di PT. Ethica Industri Farmasi adalah
melalui penelusuran pustaka (studi literatur).

12 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Validasi metode analisa


Validasi metode analisa adalah proses untuk membuktikan bahwa metode
analisis tersebut sesuai untuk kebutuhan tertentu secara konsisten sesuai
persyaratan/kriteria yang ditentukan. Validasi metode analisa ini dilakukan agar
diperoleh metode analisis kadar bahan baku dan produk yang handal. Validasi
metode analisa kadar bahan baku dan produk jadi dilakukan di Quality Control
Departement dan Research and Development Division. Persyaratan untuk validasi
metode analisa dapat dipakai untuk metode analisis kimia dan metode analisis
mikrobiologi.
Metode uji yang tertera dalam farmakope resmi, misalnya United States
Pharmacopeia (USP), British Pharmacopeia (BP), dan European Pharmacopeia
(EP) tidak memerlukan validasi penuh. Cukup dilakukan verifikasi agar metode
analisis yang akan digunakan menjadi akurat, tepat dan selektif sebelum
digunakan. Parameter yang dikerjakan untuk verifikasi, antara lain akurasi,
presisi, spesifitas/ selektivitas.
Untuk melaksanakan suatu validasi metode diperlukan prasyarat tertentu,
seperti :
a. Personil laboratorium harus dilatih untuk mengikuti prosedur standar dan
Good Laboratory Practices (GLP).
b. Semua metode laboratorium harus divalidasi atau diverifikasi dengan
peralatan dan reagen yang ditentukan dalam metode uji.
c. Instrumen laboratorium/ peralatan yang dipakai harus terkalibrasi sebagai
bentuk pemastian bahwa validasi metode analisa memberikan hasil yang
tepat dan dapat dipercaya.
Berikut ini adalah beberapa prinsip umum yang berkaitan saat pengujian
validasi metode analisa:
1) Kriteria penerimaan untuk parameter validasi harus ditetapkan selama
pengembangan metode pengujian

13 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


14

2) Uji kesesuaian sistem harus dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan


bahwa sistem kromatografi yang dipakai baik untuk digunakan dalam
analisis.
3) Protokol validasi metode analisa harus sudah selesai sebelum dimulainya
validasi.
4) Semua metode uji (non kompendial) harus mengikuti validasi yang sesuai
sebelum digunakan. Tingkat validasi yang dibutuhkan tergantung pada
jenis uji.

4.2 Validasi metode analisa untuk penetapan kadar bahan baku


4.2.1 Uji kesesuaian sistem (untuk metode HPLC/ GC)
Uji kesesuaian sistem dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan baku
dengan konsentrasi 100% ke dalam sistem kromatografi sebanyak 6 kali. Uji
kesesuaian sistem diterima apabila RSD < 2.0% (untuk satu komponen zat aktif)
atau RSD < 3.0% (untuk multi komponen zat aktif).
4.2.2 Linearitas dan rentang
Uji linearitas dan rentang dilakukan dengan membuat kurva regresi antara
konsentrasi larutan standar (sumbu X) dan hasil analisisnya (sumbu Y). Uji
linearitas dilakukan menggunakan minimal 5 (lima) konsentrasi yaitu 20% - 120%
dari konsentrasi pengujian, tiga kali replikasi. Metode analisis disebut linear jika
koefisien korelasi garis regresi (r) ≥ 0.99, dan metode analisis harus mempunyai
rentang pengukuran minimal 80% - 120% dari konsentrasi pengujian.
4.2.3 Presisi
Penentuan presisi meliputi:
a. Ripitabilitas (presisi sistem)
Merupakan pengujian kinerja instrumen dengan menggunakan sampel,
analis dan alat uji yang sama menggunakan minimum 6 kali pembacaan terhadap
sampel dengan konsentrasi 100% atau 9 kali penetapan dengan 3 larutan
konsentrasi berbeda (3 konsentrasi, 3 kali).
b. Presisi antara (presisi metode)
Meneliti pengaruh perbedaan hari, analis dan peralatan uji pada metode
analisis. Setiap kali pengujian, penyiapan sampel dilakukan secara terpisah mulai

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


15

dari penyiapan sampel sampai perhitungan akhir, minimum 6 (enam) kali


penetapan menggunakan konsentrasi 100%.
c. Ripitabilitas dan presisi antara dapat diterima jika %RSD (simpangan baku
relatif) seperti berikut :

Tabel 4.1. Simpangan baku relatif untuk ripitabilitas dan presisi


Konsentrasi Simpangan baku relatif (%)
> 10 – 100% 2
> 1 – 10% 3
> 0.1 – 1% 4
> 0.01 – 0.1% 5
> 0.001 – 0.01% 7
> 0.0001 – 0.001% 11
> 0.00001 – 0.0001% 15
< 0.00001 % 21

4.2.4 Akurasi
Penentuan akurasi dilakukan dengan menggunakan minimal 9 kali
pengukuran dari 3 larutan dengan konsentrasi yang berbeda (3 konsentrasi, 3 kali)
dalam range 80%-120% kadar yang tertera pada etiket. Akurasi metode analisis
baik apabila % RSD rata-rata rekoveri yang didapat ≤ 2.0% untuk satu komponen
zat aktif atau RSD ≤ 3.0% untuk sampel dengan zat aktif multi komponen dan %
rekoveri seperti pada Tabel 4.3.

Tabel 4.2. Persyaratan akurasi untuk obat


Konsentrasi Simpangan baku relatif (%)
> 10 – 100% 102.0
> 1 – 10% 103.0
> 0.1 – 1% 105.0
> 0.01 – 0.1% 107.0
> 0.00001 – 0.01% 110.0
< 0.00001 % 115.0

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


16

4.3 Dokumentasi
Pada proses validasi metode analisa, dokumentasi harus dilakukan karena
semua yang ditulis harus dikerjakan, dan semua yang dikerjakan harus ditulis.
Dari parameter-parameter validasi tersebut dapat dibuat suatu protokol. Isi dari
protokol validasi metode analisa di PT. Ethica Industri Farmasi meliputi:
a. Persetujuan protokol
Persetujuan protokol diberi paraf serta tanggal dari personil dan kepala
departemen yang melakukan kaji ulang serta persetujuan.
b. Tujuan
Tujuan memaparkan maksud dilakukannya validasi metode analisa suatu
bahan baku.
c. Tanggung jawab
Tanggung jawab dibebankan terhadap personil yang terkait dengan proses
dan dokumentasi validasi metode analisa.
d. Metode dan referensi
Berisi metode yang digunakan untuk melakukan validasi suatu produk
berdasarkan referensi yang dicantumkan.
e. Parameter validasi dan kriteria penerimaan
Berisi parameter validasi, kriteria penerimaan serta rumus perhitungan hasil
uji.
f. Persyaratan kadar bahan baku
Persyaratan kadar bahan baku sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh
farmakope atau referensi lain yang digunakan..
g. Prosedur validasi
Prosedur validasi ini meliputi kondisi kromatografi yang digunakan, serta
prosedur pembuatan larutan standard dan sampel yang akan digunakan.
h. Proses validasi
Proses validasi mendeskripsikan cara pengujian berdasarkan masing-masing
parameter validasi yang akan dilakukan.
i. Hasil dan kesimpulan validasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


17

Hasil dan kesimpulan diperoleh dari data-data yang dikumpulkan selama


proses validasi metode analisa. Hasil dan kesimpulan dibandingkan terhadap
parameter dan kriteria penerimaan yang telah ditentukan.
j. Deviasi
Deviasi dilaporkan bila terjadi penyimpangan selama proses validasi metode
analisa.
k. Validasi ulang
Validasi ulang dilakukan apabila terjadi perubahan metode analisa atau
perubahan sintesa bahan baku.
l. Lampiran.
Berisi lembar kerja yang harus dilengkapi selama proses pengerjaan validasi
metode analisa.
Isi laporan validasi meliputi:
1) Persetujuan laporan
Persetujuan protokol diberi paraf serta tanggal dari personil dan kepala
departemen yang melakukan kaji ulang serta persetujuan
2) Latar belakang
Latar belakang memaparkan isi singkat laporan validasi metode analisa.
3) Tujuan
Tujuan memaparkan maksud dilakukannya validasi metode analisa suatu
bahan baku.
4) Hasil validasi
Hasil validasi didapat dari hasil proses validasi metode analisa yang
dilakukan oleh analis. Hasil validasi meliputi data hasil validasi serta
parameter validasi.
5) Pembahasan
Dalam bagian ini, parameter uji serta hasil pengujian dibahas secara singkat.
6) Kesimpulan validasi
Kesimpulan didapat dari kumpulan data hasil validasi berdasarkan parameter
dan kriteria penerimaan yang telah ditentukan dalam protokol validasi metode
analisa.
7) Saran

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


18

Saran untuk melakukan validasi ulang apabila terdapat perubahan metode


analisa atau perubahan sintesa bahan baku
8) Referensi
Referensi mencakup sumber pembuatan laporan validasi metode analisa.
9) Lampiran.
Lampiran berisi lembaran data pendukung yang diperoleh pada saat proses
validasi metode analisa, misalnya print out penimbangan, kromatogram, dan
lembar kerja.

4.4 Validasi metode analisa Co-Enzym Q10


Validasi metode analisa Co-Enzym Q10 dilakukan di Laboratorium Quality
Control yang ditangani oleh Raw Material Section Head. Metode yang digunakan
adalah metode HPLC yang berasal dari USP 34. Dari bahan baku tersebut dapat
ditentukan beberapa kriteria penerimaan pada masing-masing parameter validasi,
diantaranya :

a. Uji kesesuaian sistem


Parameter uji ini adalah simpangan baku relatif (RSD) < 2%. Pengujian
dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan standar 100% ke dalam sistem
sebanyak 6 kali.

b. Akurasi
Parameter uji ini adalah persentase perolehan kembali (98.00-102.00%) dan
simpangan baku relatif (< 2%). Pengujian dilakukan dengan menginjeksikan
masing-masing larutan sampel 80%, 100%, dan 120% sebanyak 3 kali hingga
diperoleh 9 replikat.

c. Presisi
Parameter uji presisi adalah simpangan baku relatif dengan nilai < 2% karena
yang diuji adalah bahan baku yang diasumsikan kadar zat aktif yang terdapat di
dalamnya >10-100% sehingga nilai simpangan baku relatif yang dipakai < 2% .

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


19

d. Ketangguhan metode
Ketangguhan metode dilakukan dengan melihat nilai akurasi serta presisi
antara. Parameter uji ini sama dengan parameter pengujian akurasi dan presisi.
Pengujian akurasi dilakukan dengan membuat larutan standar dengan konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%, masing-masing sebanyak 3 kali. Pengujian
presisi antara dilakukan dengan menginjeksikan larutan standar dan larutan
sampel konsentrasi 100% masing-masing sebanyak 6 kali. Masing-masing
pengujian ini dilakukan pada hari yang berbeda dan oleh analis yang berbeda.

e. Linearitas
Linearitas ditentukan dengan melihat nilai r pada persamaan regresi linear
larutan standar berbagai konsentrasi. Dibuat 6 konsentrasi, yaitu 20%, 40%, 60%,
80%, 100%, dan 120%. Nilai r > 0.99 menunjukkan bahwa metode analisa yang
digunakan mampu memberikan respon yang baik, proporsional terhadap
konsentrasi analit dalam sampel.
Setelah protokol validasi metode analisa diperiksa dan disetujui, maka
dilakukan tahapan dan proses validasi metode analisa di Laboratoium QC. Data
hasil validasi metode analisa yang telah dilakukan oleh analis di laboratorium QC
dikumpulkan untuk dibuat laporan validasi metode analisa. Data yang
dikumpulkan antara lain data analis, data standar, data reagen yang digunakan,
data print out timbangan dan kromatogram.
Co-Enzym Q10 merupakan bahan baku yang digunakan oleh PT. Ethica
Industri Farmasi dalam memproduksi Qubi-10, suatu produk suplemen kesehatan
antioksidan bagi tubuh. Untuk itu, diperlukan suatu metode analisa yang telah
divalidasi, agar setiap pengujian sampel memberikan hasil yang akurat dan
seksama. Data hasil validasi metode analisa Co-Enzyme Q10 dapat dilihat pada
Tabel 4.5.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


20

Tabel 4.5. Hasil validasi metode analisa Co-Enzym Q10


% Recovery
RSD
Konsen- Syarat : 98.00 –
Parameter Syarat : < 2.00% Kesimpulan
trasi 102.00%
Standar Sampel Standar Sampel
80% - 101.42% - 0.93% Memenuhi
Akurasi 100% - 100.95% - 0.23% Syarat
(Analis I) Parameter
120% - 100.84% - 0.21%
Akurasi
Memenuhi
Presisi Syarat
100% - - 0.08% 1.19%
(Analis I) Parameter
Presisi
Memenuhi
Syarat
Presisi Antara
100% - - 1.87% 0.47% Parameter
(Analis II)
Presisi
Antara
80% - 99.37% - 0.48% Memenuhi
Ketangguhan
100% - 99.84% - 0.38% syarat
Metode
Parameter
(Akurasi
120% - 99.98% - 0.99% Ketangguhan
Analis II)
Metode
Memenuhi
syarat
Linearitas Syarat : r2 > 0.99 Hasil r2 = 0.9964
Parameter
Linearitas

Dari hasil validasi metode analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa


metode analisis pada bahan baku Co-Enzym Q10 telah memenuhi persyaratan
kriteria penerimaan pada masing-masing parameter.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Validasi metode analisa bahan baku Coenzym Q10 dilakukan berdasarkan
referensi USP 34, sehingga hanya diperlukan verifikasi.
b. Pada validasi metode analisa bahan baku Co-Enzym Q10 di PT. Ethica
Industri Farmasi, parameter validasi yang diuji adalah akurasi, presisi,
ketangguhan metode, dan linearitas dengan terlebih dahulu dilakukan uji
kesesuaian sistem.
c. Seluruh hasil validasi metode analisa bahan baku Coenzym Q10 yang
dilakukan di PT. Ethica Industri Farmasi memenuhi syarat.

5.2 Saran
Jika terjadi perubahan metode analisis dari suatu bahan baku, misalnya
perubahan metode analisis karena update referensi, ataupun terjadi perubahan
sintesa bahan baku maka terlebih dahulu dilakukan validasi ulang.

21 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


DAFTAR ACUAN

AOAC. (2002). AOAC Guidelines for Single laboratory Validation of Chemical


Method for Dietary Supplements and Botanical.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta.

Harmita. (2006). Buku Ajar Analisis Fisikokimia. (2006). Departemen Farmasi


FMIPA Universitas Indonesia. Hal 144 – 163. Depok.

ICH. (2005). Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology Q2(R1).


ICH Expert Working Group.

SOHO Industri Pharmasi. (2012). Pedoman Kerja Validasi Metode Analisa


Penetapan Kadar Bahan Baku dan Produk Jadi. Jakarta.

22 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


23

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


24

Lampiran 1. Form Protokol Validasi Metode Analisa

PROTOKOL VALIDASI METODE ANALISA


“NAMA BAHAN BAKU”

1. PERSETUJUAN PROTOKOL

Disusun Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Control Sect. Head

Diperiksa Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Control Dept. Head

Disusun Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Operation Division Head

2. TUJUAN
Untuk membuktikan dan memastikan apakah metoda pemeriksaan penetapan
kadar bahan baku XXX yang diperoleh dari Manufacturer XXX dapat
memberikan hasil yang spesifik, tepat dan akurat.

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Analis QC bertanggug jawab untuk melaksanakan validasi metode
analisa sesuai dengan protolol, dan menyiapkan semua data/hasil
yang berkaitan dengan validasi metoda ini
3.2 Quality Control Sect. Head bertanggung jawab untuk menyusun
protokol & laporan validasi metode analisa dan mengkoordinir
pelaksanaan/eksekusi protokol validasi metode analisa.
3.3 QC Dept Head Bertanggung jawab untuk review protokol & laporan
validasi metode analisa.
3.4 QO Div Head bertanggung jawab untuk menyetujui protokol &
laporan validasi metode analisa.

4. METODE DAN REFERENSI


5.1 Metode analisa yang digunakan

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


25

5.2 Referensi

5. PARAMETER VALIDASI DAN KRITERIA PENERIMAAN


Parameter Kriteria
No Perhitungan
Validasi Penerimaan
1 Uji RSD < 2%
kesesuaian = 100%

sistem
2 Akurasi -% %
Recovery : −
98,00 – = 100%

102,00%
- RSD : <
2% = 100%

3 Presisi RSD < 2%
= 100%

4 Ketangguhan -% %
Metode Recovery : −
98,00 – = 100%

102,00%
- Presisi = 100%

antara :
RSD < 2%
5 Lineartitas Koefisien
korelasi >
0.99

6. PERSYARATAN KADAR BAHAN BAKU


Syarat kadar :

7. PROSEDUR VALIDASI
7.1 Kromatografi
7.11 Kolom
7.12 Detektor
7.13 Flow rate
7.14 Volume penyuntikan
7.15 Asimetri
7.16 RSD
7.17 Waktu retensi
7.18 Waktu elusi
7.19 Fase gerak
7.2 Pembuatan larutan standar 100%
7.3 Pembuatan larutan standar konsentrasi 20 %, 40 %, 60% , 80%, dan
120%

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


26

7.4 Pembuatan larutan sampel 80%


7.5 Pembuatan larutan sampel 100%
7.6 Pembuatan larutan sampel 120%

8. PROSES VALIDASI
8.1 Uji kesesuaian sistem
Injek larutan standar 100% ke dalam sistem kromatografi sebanyak 6
kali.

8.2 Akurasi
Buat masing-masing larutan sampel konsentrasi 80%, 100%, dan 120%
masing-masing sebanyak 3 kali. Injek masing-masing konsentrasi.

8.3 Presisi
Injek larutan standar konsentrasi 100% masing masing sebanyak 6 kali.
8.4 Linearitas
Buat larutan standar konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100%, dan
120% masing-masing sebanyak 3 kali. Injek masing-masing
konsentrasi.

8.5 Ketangguhan metode


8.5.1 Akurasi
Buat larutan standar konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan
100% masing-masing sebanyak 3 kali. Injek masing-masing
konsentrasi. Pengujian dilakukan pada hari yang berbeda dan
oleh analis yang berbeda.
8.5.2 Presesi Antara
Buat maing-masing larutan standar dan larutan sampel
konsentrasi 100% masing masing sebanyak 6 kali. Injek
masing-masing konsentrasi. Pengujian dilakukan pada hari yang
berbeda dan oleh analis yang berbeda.
8.6 Perhitungan (rumus untuk menghitung kadar)
Kadar bahan baku XXX = %

Keterangan:
Asp = Area larutan sampel
Ast = Area larutan standar
Wst = Bobot standar yang ditimbang (mg)
Wsp = Bobot sampel yang ditimbang (mg)
%St = Potensi standar sebagai anhidrat (%)
Kd = Kadar air sampel (%)

9. HASIL DAN KESIMPULAN VALIDASI


9.1 Kumpulkan semua data hasil validasi
9.1.1 Data Analis
9.1.2 Data Standar
9.1.3 Data Alat
9.1.4 Data Reagent

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


27

9.1.5 Print out Timbangan dan Kromatogram


9.2 Buat laporan validasi
9.3 Buat kesimpulan validasi berdasarkan parameter dan kriteria
penerimaan di atas.

10. DEVIASI
Bila terjadi penyimpangan selama proses validasi metode analisa, maka
harus dilaporkan dan dibuat laporan penyimpangannya.
11. VALIDASI ULANG
Validasi ulang dilakukan jika:
 Perubahan metode analisa
 Perubahan sintesa

12. LAMPIRAN

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


28

Lampiran 2. Form Laporan Validasi Metode Analisa

1. PERSETUJUAN PROTOKOL

Disusun Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Control Sect. Head

Diperiksa Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Control Dept. Head

Disusun Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Operation Division Head

2. LATAR BELAKANG
Laporan ini mencakup hasil validasi metode analisa bahan baku XXX yang
dilakukan berdasarkan pada prosedur pemeriksaan kadar XXX
(BB/P/E/xx/xxxx Rev xx). Validasi metode analisa bahan baku XXX ini
meliputi akurasi, presisi, linearitas, dan ruggedness
3. TUJUAN
Untuk membuktikan dan memastikan apakah metoda pemeriksaan penetapan
kadar bahan baku XXX yang diperoleh dari Manufacturer XXX dapat
memberikan hasil yang spesifik, tepat dan akurat.

4. HASIL VALIDASI
4.1 Uji kekesuaian sistem
4.2 Akurasi
4.3 Presisi
4.3.1 Repeatability
4.3.2 Presisi Antara
4.4 Linearitas

5. PEMBAHASAN

6. KESIMPULAN VALIDASI

7. SARAN

8. REFERENSI

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013


29

9. LAMPIRAN

Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013

Anda mungkin juga menyukai