HERLINA, S.Farm.
1206313186
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
HERLINA, S.Farm.
1206313186
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAI\I PENGUJI:
PT. ETI{rcA
Pembimbing I : Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt
Ditetapkan di :Depok
'" t eart
Tanggal 7aL'
m
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. ETHICA Industri Farmasi.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan
pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Penulis menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi UI.
2. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
UI yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan
di Farmasi
3. Ibu Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt. selaku Quality Assurance Department
Head dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk mengenal Departemen Quality Assurance.
4. Ibu Maryati Wijaya, S.Si., Apt. selaku Quality Control Department Head dan
pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk
mengenal Departemen Quality Control.
5. Ibu Dra. Lily Sutedjo, Apt. selaku Quality Operation Division Head yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal Divisi Quality
Operation.
6. Bayu Riyanto, S.Farm., Apt., sebagai QC Raw Material / Packaging Material
Section Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis selama penulis melaksanakan praktek kerja.
7. Maya Maysarah M., S.Farm., Apt., sebagai QC Half Finished Good Section
Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis selama penulis melaksanakan praktek kerja.
8. Denny Kurniawan sebagai Quality Support Analyst atas kesempatan, bantuan,
dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis selama penulis
melaksanakan praktek kerja.
iv
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
9. Miwa Kristiyani S.E., sebagai Quality Assurance Admin atas bantuan yang
telah diberikan kepada penulis.
10. Seluruh manajer dan karyawan di SOHO Group, khususnya PT. ETHICA
Industri Farmasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kesediaannya
membantu dan memberikan pengarahan selama praktek kerja profesi apoteker
ini.
11. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah
banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman, dan pengetahuan
kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi.
12. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 76 yang telah mendukung dan
bekerja sama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA. Serta sahabat yang
selalu membantu dan mendukung penulis di saat senang dan susah.
13. Keluarga tersayang, terutama papa dan mama atas segala dukungan dan doa
untuk menyelesaikan pendidikan di farmasi sebaik mungkin.
14. Keluarga Mahasiswa Katolik FMIPA UI yang selama lebih dari 4 tahun
menjadi rumah kedua bagi penulis dalam menjalani kehidupan kampus.
Akhir kata, saya berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan
laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan
senang hati segala kritik dan saran demi perbaikan tulisan ini di masa yang akan
datang. Penulis berharap semua yang tertulis di dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dunia farmasi.
Penulis
2013
v
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 29 Juni 2013
Yang menyatakan
Herlina S.Farm
vi
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
3.3.3 Production Division ............................................................ 48
3.3.3.1 Produksi Cephalosporin ........................................... 50
3.3.3.2 Produksi Sediaan Steril............................................ 60
3.3.3.3 Produksi Ekstrak ..................................................... 61
3.3.4 Supply Chain (SCM) Division ............................................. 62
3.3.4.1 Supply Planning Department ................................. 62
3.3.4.2 Material Procurement Department ........................ 63
3.3.4.3 Inbound Logistic Department ................................ 64
3.3.4.4 Import Clearance Department ............................... 67
3.3.5 Validation and Documentation Division (VDD) .................. 67
3.3.6 Technical Division .............................................................. 69
3.3.6.1 Departemen Urusan Umum (General Affairs) ........ 69
3.3.6.2 Departemen Teknik (Engineering) ........................ 73
3.3.6.3 Departemen Kesehatan, Keamanan, dan
Lingkungan (Healthy, Safety, and Enviromental
/HSE Department) ................................................. 81
3.4 Lokasi dan Sarana PT. ETHICA Industri Farmasi ........................... 82
3.4.1 Lokasi PT. ETHICA Industri Farmasi .................................. 82
3.4.2 Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. ETHICA
Industri Farmasi .................................................................. 82
3.4.2.1 Desain Pabrik ........................................................ 82
3.4.2.2 Sistem Pengolahan Air .......................................... 83
3.4.2.3 Heating, Ventilating, and Air Conditioning
(HVAC) ................................................................ 83
3.4.2.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ............... 83
3.4.2.5 Pengelolaan dan Pengendalian Hama ..................... 84
vii
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
DAFTAR GAMBAR
viii
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
ix
Laporan praktek…., Herlina, FF, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para
calon apoteker memiliki tujuan, yaitu :
a. Mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan CPOB di
industri farmasi, khususnya di PT. ETHICA Industri Farmasi.
b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam
industri farmasi.
Universitas Indonesia
4 Universitas Indonesia
Obat dan Makanan. Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan
rekomendasi dari kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM).
Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut
berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri
farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan
persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi
wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundang-undangan.
Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat izin usaha industri wajib :
a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan
usahanya yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai
produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam
satu tahun. Laporan industri farmasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
dengan tembusan kepada Kepala Badan. Laporan dapat dilaporkan secara
elektronik.
b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam
serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap
lingkungan hidup akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya.
c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,
bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya dan keselamatan kerja.
d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
berlaku bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk
melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam
Surat Keputusan.
b. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-
turut 3 (tiga) kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak
benar.
c. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari menteri.
d. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat
yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan
Universitas Indonesia
obat diatur dan dikendalikan serta memenuhi CPOB sehingga mutu obat yang
dihasilkan selalu terjamin.Aspek tersebut bisa secara tunggal atau kolektif
membentuk suatu sistem. Oleh karena itu, sistem Pemastian Mutu yang benar
dalam suatu Industri Farmasi harus dapat memastikan bahwa:
a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persayaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium yang
Baik;
b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan
CPOB diterapkan;
c. Tanggung jawab manajerial diruaikan dengan jelas dalam uraian
jabatan;
d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan
bahan awal dan pengemas yang benar;
e. Dilakukannya pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan-
selama-proses lain, dan validasi;
f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses,
pengemasan, dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan
pengesahan pelulusan untuk distribusi;
g. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian Pemastian Mutu
menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai
dengan persyaratan yang tercantum;
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa produk
disimpan dan didistribusikan secara sedemukian rupa agar mutu tetap
terjaga selama masa edar/simpan obat;
i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu secara berkala;
j. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui;
k. Penyimpangan yang terjadi dilaporkan, diselidiki, dan dicatat;
l. Tersedianya sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak
pada mutu produk;
m. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetuji; dan
n. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi
proses, dan memastikan perbaikan yang berkesinambungan.
Universitas Indonesia
Salah satu bagian dari pemastian mutu adalah penerapan CPOB di suatu
industri farmasi, yang berfungsi untuk memastikan bahwa obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya, yang dipersyaratkan dalam izin edar, dan spesifikasi
produk. Persyaratan dasar dari CPOB mencakup aspek:
a. Proses produksi dan titik kritisnya;
b. Sarana produksi (personel; bangunan; peralatan; bahan, wadah, dan
label; prosedur dan instruksi, serta tempat penyimpanan dan
transportasi);
c. Sistem dokumentasi dan catatan pembuatan;
d. Sistem penyimpanan dan distribusi;
e. Sistem penarikan kembali; serta
f. Penanganan terhadap keluhan produk yang telah beredar.
Salah satu bagian dari CPOB adalah Pengawasan Mutu (Quality
Assurance). Bagian ini berhubungan dengan pengambilan sampel, penentuan
spesifikasi, dan pengujian sampel. Selain itu, bagian ini memastikan bahwa
melalui pengujian tersebut, bahan yang belum diluluskan tidak akan digunakan
dalam proses produksi, serta produk yang belum dinilai mutunya dan dinyatakan
memenuhi syarat tidak akan diluluskan untuk dijual atau dipasok.
Pengawasan mutu juga memiliki tanggung jawab atas validitas prosedur
pengawasan mutu yang diterapkan, terjaminnya mutu baku pembanding,
kebenaran label wadah bahan dan produk, dan pemantauan stabilitas zat aktif dan
produk jadi. Selain itu, pemastian mutu juga turut ambil bagian dalam investigasi
keluhan yang terkait dengan mutu proudk, serta kegiatan pemantauan lingkungan.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu adalah
melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review). Kegiatan ini
dilakukan untuk menilai konsistensi proses produksi dan kesesuaian terhadap
spesifikasi bahan dan produk jadi, melihat tren, dan mengidentifikasikan
perbaikan yang diperlukan. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala,
biasanya setiap tahun. Aspek yang dibahas dalam pengkajian mutu produk
hendaknya meliputi kajian terhadap bahan awal dan bahan kemas; hasil IPC dan
pengujian terhadap obat jadi; bets-bets uang tidak memenuhi spesifikasi;
Universitas Indonesia
2.2.2 Personalia
Industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Hal
ini karena sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan
dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang
berkaitan dengan pekerjaan. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang
berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus
memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada
posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis.
Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai
tingkat kualifikasi yang memadai.
Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Masing-masing kepala bagian
Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki
tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan
mutu.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan
atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan),
dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.4 Peralatan
Seluruh peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah
didesain dan dikonstruksi, dipasang dan ditempatkan, serta dirawat dengan tepat
dan baik agar mutu obat yang dihasilkan melalui alat tersebut selalu terjamin.
Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda nomor identitas yang jelas yang akan
dicantumkan dalam perintah produksi dan catatan bets. Penggunaan suatu
peralatan utama, serta perawatannya, harus dicatatn dalam buku log alat yang
menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor bets produk.
Peralatan harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya, yakni
bagian yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau
absortif yang dapat memengaruhi mutu produk; serta bagian yang diperlukan
untuk pengoperasian alat khusus seperti pelumas atau pendingin tidak boleh
bersentuhan dengan produk. Peralatan juga harus didesain sedemikian rupa agar
mudah dibersihkan. Peralatan yang digunakan pada bahan yang mudah terbakar,
atau ditempatkan di area di mana digunakan bahan yang mudah terbakar,
hendaklah dilengkapi dengan pelengkapan eletris yang kedap eksplosi serta
dibumikan dengan benar. Pada peralatan yang digunakan untuk menimbang,
mengukur, memeriksa, dan/atau mencatat, hendaklah ketepatannya selalu
diperiksa dan dikalibrasi.
Peralatan harus dipasang dan ditempatkan sedemikian rupa untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang atau campur baur
produk serta diberi jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan. Secara
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Penanganan bahan dan produk
jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan,
penanaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi, dilakukan sesuai
dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Bagian yang diterima
Universitas Indonesia
dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera
setelah diterima atau diolah sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau
distribusi. Bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya
dengan pemesanan.Wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana perlu diberi
penandaan dengan tanda yang sesuai. Produk antara dan produk ruahan yang
diterima juga ditangani seperti penerimaan bahan awal.
Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada
kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur agar ada pemisahan
antar bets dan memudahkan rotasi stok. Pengolahan produk yang berbeda
hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang yang
sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.
Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain. Bila bekerja dengan bahan atau
produk kering, dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta
penyebarannya. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan,
peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah
diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan,
dan nomor bets.
Bila terjadi penyimpangan maka harus ada persetujuan tertulis dari Kepala
bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan
Mutu.Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hanya untuk personil yang
berwenang. Pembuatan produk non-obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan
dengan peralatan khusus untuk produksi obat. Bahan awal yang digunakan harus
berasal dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan.
Semua penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan tersisa harus dicatat dan
semua bahan awal harus memenuhi spesifikasi sebelum diluluskan. Pada tiap
penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum,
keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan
dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Wadah tempat
sampel bahan awal diambil hendaknya diberi identifikasi. Sampel tersebut
kemudian diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi dan selama pengujian bahan
awal dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa
ulang kebenarannya.
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan harus diperiksa sebelum
digunakan. Kegiatan pembuatan produk yan berbeda tidak boleh dilakukan
bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecialu tidak ada risiki
teradinya campur baur atau pencemaran silang. Kodisi lingkungan di area
pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat
yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Semua peralatan yang dipakai
juga harus diperiksa sebelum digunakan. Batas waktu dan kondisi penyimpanan
produk dalam pross hendaknya ditetapkan.
Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang
terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus
hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta pengunaan sarana dan
peralatan. Sistem penghisap udara harus dipasang dengan letak lubang
pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari produk atau
proses lain. Perhatian khsuus juga diberikan untuk melindungi produk terhadap
pencemaran serpihan logam atau gelas.
Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan
bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang
sama seperti terhadap bahan awal. Bahan pengemas primer, bahan pengemas
cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolete harus
dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat. Pengemasan berfungsi membagi dan
mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan dilaksanakan di
bawah pengendalian ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk
akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas, dan
bahan cetak lain harus diperiksa dan diverivikasi kebenarannya.
Untuk memastikan keseragamaan bets, dilakukanlah pengujian atau
pemeriksaan selama proses dengan metode yang telah disetujui. Pemantauan ini
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja produksi. Prosedur
yang diterapkan harus menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi
pengambilan sampel (hendaknya pada awal, tengan dan akhir proses), jumlah
Universitas Indonesia
sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa, dan batas penerimaan tiap
spesifikasi. Hasil pengujian akan menjadi bagian dari catatan bets.
Jika suatu bahan atau produk tidak memenuhi persyaratan dan dinyatakan
ditolak, maka barang tersebut hendaklah disimpan secara terpisah dan diberi
penandaan yang jelas. Barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemasoknya,
diolah ulang, atau dimusnahkan sesuai dengan persetujuan kepada bagian
Pemastian Mutu. Syarat dilakukannya pengolahan ulang terhadap suatu bets
adalah kepastian bahwa mutu akhir produk tidak terpengaruh dan proses
dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain pengolahan
ulang, suatu bets juga dapat mengalami pemulihan ulang, yaitu penggabungan ke
dalam bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat.
Seluruh produk jadi hanya dapat dipasarkan setelah mendapatkan
persetujuan pelulusan oleh kepala Pengawasan Mutu. Selama menunggu
keputusan tersebut, produk jadi diberikan status karantina dan diletakkan dalam
tempat yang terpisah (area karantina). Produk akhir yang akan diluluskan
hendaknya memenuhi kriteria dalam aspek spesifikasi dan persyaratan mutu,
sampel pertinggal yang jumlahnya mencukupi untuk pengujian di masa
mendatang, pengemasan dan penandaan yang menenuhi syarat, dan rekonsiliasi
bahan kemasnya diterima. Setelah keputusan pelulusan diberikan, produk jadi
tersebut hendaklah dipindahkan ke gudang produk jadi dan pemasukan bets
dicatat di kartu stok. Selanjutnya, pendistribusian barang harus memenuhi konsep
first-in-first-out (FIFO).
Semua bahan dan produk yang terlibat dalam proses produksi disimpan
secara rapi dan teratur pada kondisi lingkungan yang sesuai berdasarkan uji
stabilitas. Kegiatan pergudangan ini hendaklah terpisah dari kegiatan lain.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian pergudangan adalah penerimaan bahan
awal, bahan kemas, dan produk jadi, serta penyerahan ke bagian produksi atau
distributor. Bahan awal dan bahan kemas hanya dapat diterima oleh bagian
penerimaan jika telah sesuai terhadap persyaratan. Jika bahan tersebut ditolak,
hendaknya disimpan terpisah dengan bahan yang diterima. Dalam pendistribusian
bahan awal dan bahan kemas, hendaklah mengikuti prinsip FIFO dan FEFO.
Universitas Indonesia
Bahan dan obat hendaknya diangkut dengan cara tertentu sehingga tidak merusak
keutuhan dan kondisinya tetap terjaga; seperti diletakkan dalam kondisi suhu yang
terpantau dan di dalam wadar yang memberikan perlindungan yang cukup.
Pengiriman dan pengangkutan sendiri hendaknya dilaksanakan setelah ada order
pengiriman dan kegiatan tersebut didokumentasikan dalam catatan penyimpanan
yang mencakup tanggal pengiriman, nama dan alamat pelangga, uraian produk,
dan kondisi pengangkutan dan penyimpanan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan
perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Aspek-aspek dalam CPOB untuk inspeksi diri mencakup antara lain:
personalia, banguanan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan
peralatan, penyiapan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan,
pengolahan dan pengawasan-selama-proses, pengawasan mutu, dokumentasi,
sanitasi dan higiene, program validasi dan re-validasi, kalibrasi alat atau sistem
pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan,
pengawasan label dan hasil inspeksi sebelumnya dan tindakan perbaikan.
Tim inspeksi diri terdiri dari paling sedikit 3 anggota yang berpengalaman
dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat
dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah
independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi. Inspeksi diri dapat dilakukan
per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan; namun hendaklah dilakukan
minimal 1 kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam
prosedur tetap inspeksi diri.
Setelah inspeksi diri dilaksanakan hendaklah dibuat laporan inspeksi diri
yang mencakup antara lain: hasil inspeksi diri, evaluasi serta kesimpulan; dan
saran tindakan perbaikan. Hendaklah dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya
dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk
khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas
terhadap pemasok dan penerima kontrak. Pada audit dan persetujuan pemasok,
semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Produk Kembali
Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi sehingga
dapat dikembalikan ke dalam persediaan
2) produk kembalian yang dapat diproses ulang
3) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat
diproses ulang. Produk ini hendaklah dimusnahkan sesuai dengan
prosedur pemusnahan yang mencakup tindakan pencegahan
terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau
produk.
Universitas Indonesia
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mangandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Pengemasan Induk (Formula
Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh
bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta mengeuraikan semua
operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan
operasi tertentu misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan
riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan
yang berpengaruh pada mutu produk akhir.
Isi dokumen tidak boleh berarti ganda, dimana yang dimaksud disini judul,
sifat, dan tujuan dinyatakan dengan jelas. Dokumen tidak boleh ditulis tangan,
tapi jika dokumen perlu pencatatan, penulisan tangan harus jelas, terbaca, dan
tidak dapat dihapus. Perubahan terhadap penulisan tangan ini hendaklah
ditandatangani, diberi tanggal, dan memungkinkah pembacaan informasi semula.
Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah
tanggal daluwarsa produk jadi.
Spesifikasi perlu disahkan dengan benar dan diberi tanggal, atau jika perlu
spesifikasi produk antara dan produk ruahan. Selain spesifikasi, dokumen lain
yang diperlukan adalah dokumen produksi, yaitu Dokumen Produksi Induk,
Prosedur Produksi Induk, dan Catatan Produksi Bets. Dokumen Produksi Induk
yang disahkan secara formal mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan
Universitas Indonesia
deskripsi produk, nama penyusun dan bagianya, nama pemeriksa serta daftar
distribusi dokumen. Produksi Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk
yang disahkan secara formal harus tersedia untuk tip produk dan ukuran bets yang
akan dibuat. Catatan Pengolahan Bets harus tersedian bagi tiap bets yang diolah.
Metode pembuatan catatan ersebut didesain untuk menghindarkan kesalahan
transkripsi. Hal tersebut juga berlaku untuk Catatan Pengemasan Bets.
Prosedur tertulis diperlukan untuk pengambilan sampel yang mencakup
personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode, dan alat yang harus
digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang
harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala
penurunan mutu. Prosedur pengujian bahan dan produk yang diperoleh dari tiap
tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang harus digunakan juga
diperlukan. Catatan mengenai distribusi tiap bets hendaklah disimpan untuk
memfasilitasi penarikan kembali bets bila perlu. Dokumentasi lain yang perlu
disediakan adalah prosedur tertulis dan catatan yang berkaitan mengenai tindakan
yang harus diambil atau kesimpulan yang dicapai, prosedur pengoperasian yang
jelas untuk peralatan utama pembuatan dan pengujian, dan buku log
untukmencatat peralatan utama atau kritis
Universitas Indonesia
c. Kualifikasi
1) Kualifikasi Desain (KD)
Kualifikasi desain merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Desain harus memenuhi ketentuan
dari CPOB dan didokumentasikan.
Universitas Indonesia
d. Validasi Proses
Validasi prosesnya umumnya dilakukan sebelum produk dipasarkan. Bila
hal tersebut tidak memungkinkan maka validasi dapat dilakukan selama proses
produksi rutin dilakukan. Proses yang telah berjalan dan metode analisis juga
dilakukan validasi. Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan telah
terkualifikasi, dievaluasi secara berkala untuk verifikasi bahwa proses masih
bekerja dengan baik.
1) Validasi Prospektif
Validasi ini mencakup hal berikut :
Universitas Indonesia
e. Validasi Pembersihan
Validasi ini dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan.
Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan
pencemaran mikroba, didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses
pembersihan. Metode analisis yang digunakan telah tervalidasi dan memiliki
kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran.Validasi proses pembersihan
sebaiknya dilakukan pada bagian alat yang bersentuhan maupun yang tidak
bersentuhan langsung dengan produk. Prosedur validasi ini dilakukan sebanyak
tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa
metode tersebut telah tervalidasi.
f. Pengendalian Perubahan
Prosedur pengendalian perubahan memastikan bahwa data pendukung
cukup menunjukkan proses yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk
Universitas Indonesia
sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem, dan peralatan
terhadap produk dievaluasi, termasuk analisis risiko
g. Validasi Ulang
Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses
pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi masih absah. Jika tidak
ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya, kajian ulang data yang
menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan
untuk validasi ulang.
Universitas Indonesia
30 Universitas Indonesia
perkembangannya, di tahun 1996 PT. SOHO mulai memasuki pasar obat bebas
(OTC). Perusahaan yang mendapat predikat “The Fastest Growing Company
among Top Twenty Pharmaceutical Companies” (sumber:Independent Survey)
ini, dikenal juga sebagai “PIONEER & TRENDSETTER NATURAL
MEDICINE” di pasar resep melaksanakan secara konsisten CPOB dan juga telah
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000. Saat ini PT. SOHO
memiliki lebih dari 180 jenis produk.
Logo PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki makna tertentu, dimana logo
tersebut berbentuk dasar batu permata/diamond bersudut empat dengan warna
merah. Warna merah tersebut merupakan cerminan etos kerja dan falsafah yang
secara adil selalu menjaga keseimbangan komunikasi dan perlakuan ke semua
arah, demi kemajuan dan keberhasilan bersama. Berlian (diamond) merupakan
lambang keabadian, bernilai tinggi dan sangat berharga yang merupakan wujud
usaha perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. SOHO adalah
akronim dari ‘SOCIETAS HONORABILIS’ (bahasa latin), yang artinya adalah
masyarakat/perkumpulan/paguyuban orang-orang yang terhormat karena perilaku
hidupnya yang terpuji. Hal ini berarti bahwa para pendiri, jajaran manajemen, dan
seluruh karyawan dari perusahaan adalah orang-orang terhormat dan terpandang
yang selalu menjaga integritas yang tinggi dalam menjalankan usaha.
PT. Parit Padang Global didirikan pada tanggal 27 agustus 1956. Kata
Parit Padang diambil dari nama salah satu kota kecamatan di pulau Bangka
merupakan tempat kelahiran pendiri. Perusahaan ini didirikan untuk dapat
mengambil alih pendistribusian produk-produk PT. ETHICA Industri Farmasi dan
PT. SOHO Industri Pharmasi. PT. Parit Padang juga bekerjasama dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Unsur-unsurnya dalah :
a. Segitiga sama sisi dan dua bentuk setengah lingkaran yang simetris
mencerminkan kesamaan kedudukan dan adil untuk semua pihak.
b. Bentuk segitiga mencerminkan tiga perusahaan inti (PT. ETHICA Industri
Farmasi, PT. SOHO Industri Pharmasi, dan PT Parit Padang Global) yang
mengawali pergerakan usaha, membentuk satu kesatuan yang kokoh,
saling menjaga kerjasama dan bersinergi.
c. Warna hijau mengandung arti : alamiah, segar, harmonis, serasi, sehat,
sejuk, dan damai. Sedangkan warna hijau biru bermaknana selalu
berkembang dan sejahtera.
d. Slogan “Value for health” (bermakna bagi kesehatan) berarti bukan hanya
jiwa dan raga yang sehat, tetapi juga kebutuhan yang sehat, perencanaan
yang sehat, strategi yang sehat, dan juga cara-cara kerja yang sehat.
e. Logo PT. SOHO Group merupakan pemersatu dari semua perusahaan
yang berada di dalamnya, menjadi intisari dari semua kegiatan/usaha, dan
cita-cita para pendirinya. Hal ini pada akhirnya diharapkan bisa menjadi
daya dorong bagi seluruh anggota keluarga Besar PT. SOHO Group untuk
selalu bahu-membahu, bersemangat tinggi, serta bertanggung jawab tinggi
dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.
Universitas Indonesia
Salah satu bisnis utama dari PT. Global Harmony Retailindo adalah Apotek
Harmony.
a. Apotek.
b. Praktek Dokter Umum .
c. Praktek Dokter Spesialis
d. Praktek Dokter Gigi
e. Laborotarium Klinik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
analysis). PQR dilakukan dan didokumentasikan setiap tahun untuk setiap produk
(minimal 3 batch) sesuai jadwal yang telah disetujui.
Hal yang termasuk didalam PQR adalah review PQR sebelumnya dan
setidaknya meliputi data laboratorium QC, data dari divisi produksi yang
termasuk data mesin, pemeriksaan IPC dan yields, data quality (pengenalan
produk, pemeriksaan analisa IPC, pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan seluruh
OOS dan investigasinya,pemeriksaan dari seluruh penyimpangan dan kejadian,
pemeriksaan Non Conformance Product (NCP), pemeriksaan dari seluruh
pengendalian perubahanyang dilakukan, pemeriksaan hasil program pemantauan
stabilitas pada tahun tersebut dan setiap kecenderungan yang merugikan,
pemeriksaan seluruh obat kembalian yang terkait keluhan dan penarikan kembali
obat jadi (PKOJ) dan investigasi yang dilakukan terkait dengan kualitas produk,
pemeriksaan data validasi proses dan metode analisa, pemeriksaan data kalibrasi
dan kualifikasi dari mesin dan peralatan, pemeriksaan efektifitas dari tindakan
koreksi dan pencegahan yang diambil. Trend Analysis diperiksa dan dievaluasi
oleh QO Division Head dan Production Division Head agar dapat mengambil
tindakan yang sesuai bila diperlukan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
NCP merupakan penyimpangan yang terjadi sebelum proses produksi seperti saat
mengecek bahan pengemas sebelum produksi ternyata bahan pengemas
mengalami kerusakan. CAPA berasal dari laporan OOS, keluhan, NCP,
audit,inspeksi diri, PQR, dan deviasi. Hal-hal di atas bisa ditindaklanjuti dengan
CAPA apabila setelah diinvestigasi diketahui bersifat sistemik, kemungkinan
berulang sering dan membutuhkan penyelesaian jangka panjang. Terakhir adalah
QualityRelease Section. Quality Release Section Head menangani kelengkapan
dokumen produk-produk yang akan dirilis ke pasaran.
Quality Release Section Head membawahi IPC (In Process Control). IPC
bekerjasama dengan bagian IPC di Divisi Produksi untuk melakukan
pengendalian proses selama produksi. In process control dilakukan terhadap
semua tahap produksi, mulai dari mixing, tableting, coating, pengemasan
primerdan pengemasan sekunder. Tujuan IPC adalah supaya proses produksi
dapat menghasilkan produk sesuai spesifikasi dan mengurangi jumlah produk
yang ditolak karena tidak masuk spesifikasi. IPC Inspector merupakan personil
QA yang memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan
penyelidikan yang dilakukan oleh IPC produksi. IPC itu sendiri
merupakankegiatan pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan serta
dilaksanakan selama proses pembuatan produk, termasuk pemeriksaan dan
pengujian terhadap lingkungan dan peralatan
Universitas Indonesia
kalibrasi sebelumnya. Selain itu, Quality Support Section Head juga bertanggung
jawab untukmembuat dan merevisi Standard Operating Procedure (SOP)
penggunaan danpembersihan dan SOP kalibrasi alat-alat yang terdapat di
laboratorium QC. Setelah SOP jadi maka harus dilaksanakan pelatihan terhadap
analis agar para analis dapat menggunakan alat dengan baik dan benar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3) Microbiology Section
Bagian Quality Control ini menangani pengujian mikrobiologi baik pada
bahan baku maupun bahan pengemas, produk setengah jadi dan produk jadi.
Tidak semua bahan baku maupun produk jadi dilakukan pengujian mikrobiologi,
hanya yang memiliki probabilitas terkontaminasi yang besar seperti bahan baku
yang berupa ekstrak serta bahan kemas untuk dry syrup. Pengujian mikrobiologi
dimulai dengan diterimanya Permintaan Analisis (PA) dari produksi dan QC Raw
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
timbang melalui HEPA filter di bagian atas. Debu dan partikel akan menempel di
HEPA filter dan penyaring halus/fine filter, dan sampai batas maksimal filter akan
diganti dengan filter baru. Batas maksimal perbedaan tekanan di HEPA filter
adalah 240 Pa dan di penyaring halus/fine filter adalah 120 Pa. Sistem bilik aliran
bawah/down flow booth dinyalakan selama 15 menit dan boleh dipakai setelah
aliran udara mencapai 40 m/detik. Suhu untuk ruang timbang biasa dan RH
rendah adalah ≤ 25°C. RH untuk ruang timbang biasa adalah 45-75%, dan untuk
RH rendah < 30%.
Waterpass merupakan parameter distribusi berat pada timbangan, kondisi
waterpass adalah kondisi dimana distribusi berat merata di semua sisi timbangan,
sehingga di sisi manapun bahan ditimbang akan menghasilkan massa/berat yang
sama. Pengecekan waterpass dilakukan dengan mengecek posisi gelembung air
dalam alat cek waterpass, posisi yang tepat adalah gelembung berada tepat di
tengah lingkaran alat cek waterpass. Penimbangan dilakukan setelah persyaratan
bilik aliran bawah/down flow both, suhu, RH dan waterpass terpenuhi.
Penimbangan dilakukan pada timbangan sesuai kapasitas masing-masing. Bahan–
bahan padat yang sudah ditimbang alam dimasukkan dalam plastik. Bahan-bahan
cair akan dimasukkan dalam wadah stainless steel, untuk alkohol dan larutan yang
memiliki resiko terbakar/meledak dimasukkan dalam wadah pengaman. Plastik,
wadah baja tahan karat (stainless steel) dan wadah pengaman (safety can) yang
digunakan harus sudah dicek dan dirilis oleh QC. Bahan yang sudah dimasukkan
dalam wadah kemudian diberi label timbang, kemudian diletakkan di dalam
ruangan setelah penimbangan (staging after weighing room). Kondisi pada saat
ini sudah dimulai penggunaan barcode sebagai pengganti label. Penggunaan
barcode ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem label dimana jika
terjadi perbedaan antara stok fisik dan stok computer (data) maka barcode akan
mendeteksi dan memberikan peringatan bahwa bahan tersebut tidak bisa
ditimbang.
Untuk produksi sediaan solid, yakni tablet dan kapsul Cephalosporin, terdapat
pembagian yang lebih khusus lagi.
1) Bagian Pencampuran (Mixing Section)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Granul kering hasil granulator selanjutnya dicampur kering dengan fase luar
(bahan pelicin, lubrikan, dan disintegran) dalam alat pencampur. Pemilihan jenis
mixer tergantung dengan jumlah bahan yang akan dicampur. Pengawasan saat
proses (IPC) yang dilakukan saat granulasi basah dilakukan hanya pada
pengukuran kadar air.
c) Proses pencampuran bahan untuk granulasi kering
Zat aktif dan fase dalam dicampur dan dimasukkan dalam pembentuk granul
(granulator), didalam granulator zat aktif dan fase dalam mengalami proses roller
compaction dan kemudian diayak dengan mesh. Granul yang dihasilkan
selanjutnya akan dicampur kering dalam alat pencampur (mixer). Pengawasan saat
proses (IPC) tidak dilakukan dalam proses granulasi kering.
Hasil pencampuran kering proses granulasi basah atau granulasi kering
selanjutnya akan dibungkus dalam wadah, dilabel dan diletakkan di ruang WIP
sebelum diproses ke bagian pencetakan tablet. Ruangan WIP berfungsi untuk
menyimpan bahan-bahan hasil pencampuran sebelum masuk proses selanjutnya
karena tidak semua bahan setelah selesai proses pencampuran langsung diproses
lebih lanjut. Bahan-bahan yang tidak berhasil dicampur dan tidak memenuhi
persyaratan harus dikarantina, kemudian dilaporkan kejadiannya ke QA untuk
menunggu tindakan yang diambil.
2) Bagian Pencetakan tablet (Tableting Section)
Bagian pencetakan tablet memiliki tugas untuk mencetak hasil
pencampuran menjadi tablet atau kaplet. Hasil pencampuran yang telah diijinkan
untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang pencetakan tablet untuk dicetak. Mesin
tablet harus disiapkan sesuai catatan bets terutama tentang tekanan dan kedalaman
pengisian, karena merupakan parameter kritis untuk mencetak tablet. Ada
bermacam-macam mesin pencetak tablet yang digunakan. Secara umum, mesin
tablet memiliki bagian yang sama yaitu bagian punch, dies, turret, compression
roll, hopper, dan discharge chute, serta dilengkapi dengan uphill deduster untuk
menghilangkan debu yang menempel pada tablet dan pendeteksi logam untuk
mendeteksi adanya kandungan logam dalam tablet. Perbedaan tiap mesin pencetak
tablet yaitu pada cara pengoperasian, jumlah punch, dan jenis punch. Cara
pengoperasian terbagi menjadi manual, semi otomatis, dan otomatis
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tahap penyiapan larutan merupakan tahap kritis karena bila larutan tidak
homogen maka tablet tidak tersalut sempurna atau warna tidak merata. Tahap
penyegelan/sealing bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut dari
penetrasi air dan untuk memperkeras permukaan, larutan yang digunakan adalah
larutan yang tidak dapat larut air, seperti shellac, HPMC. Tahap sub-
penyalutan/subcoating bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut
sehingga menjadi bundar sesuai dengan bentuk dan ketebalan yang dikehendaki.
Larutan yang digunakan untuk subcoating adalah larutan gula. Tahap penghalusan
dan pewarnaan (smoothing-coloring) bertujuan untuk menutupi dan mengisi cacat
pada permukaan tablet yang disebabkan oleh tahap subcoating, dan untuk
memberi warna dasar pada tablet. Larutan yang digunakan pada tahap tersebut
adalah larutan gula yang ditambah lake atau pewarna. Tahap
pengkilapan/polishing bertujuan untuk mengkilapkan permukaan tablet salut
sehingga terlihat mengkilap dan menarik dengan menggunakan polimer selulosa.
Alat yang digunakan untuk penyalutan merupakan sistem panci penyalut
otomatis (automated coating pan). Panci yang digunakan merupakan panci
berlubang (perforated), yaitu panci berlubang dan dapat dialiri udara panas lebih
banyak melalui lubang-lubang tersebut sehingga pengeringan lebih efektif. Panci
juga memiliki baffle yang berfungsi untuk membantu pembalikkan tablet sehingga
penyalutan dapat merata. Bagian alat penyemprot (spray gun) digunakan untuk
menyemprotkan larutan penyalut. Parameter kritis saat penyalutan adalah suhu
dan putaran panci. Tablet yang sudah selesai disalut dimasukkan ke dalam panci
pemoles (polishing) untuk memoles tablet supaya mengkilat. Pengawasan selama
proses (IPC) yang dilakukan adalah pengukuran waktu hancur dan keseragaman
bobot Pengawasan selama proses (IPC) dilakukan setelah selesai penyalutan.
Tablet salut yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dikonfirmasi ke QA
untuk memastikan tindakan selanjutnya.
Masalah–masalah yang dihadapi saat penyalutan adalah sticking,
twinning,chipping dan mottled color. Sticking merupakan menempelnya bagian
tablet salut pada dinding mesin sehingga mengakibatkan tablet tidak utuh. Hal ini
disebabkan oleh pengeringan yang tidak maksimal. Permasalahan ini dapat diatasi
dengan meningkatkan efisiensi pengeringan. Twinning adalah menempelnya
Universitas Indonesia
tablet salut pada tablet salut yang lain. Hal ini disebabkan oleh kecepatan panci
yang lambat, dan alat penyemprot (spray gun) menyemprot larutan salut terlalu
cepat. Twinning dapat diatasi dengan mempercepat putaran pan, dan
memperlambat semprotan alat penyemprot (spray gun).Chipping adalah lepasnya
bagian tablet atau rusaknya bagian tablet. Hal ini terjadi putaran panci yang cepat
dan tablet inti yang rapuh. Chipping dapat diatasi dengan memperlambat putaran
panci dan menggunakan tablet inti yang tidak rapuh. Mottled color adalah kondisi
dimana warna tablet salut yang tidak merata disebabkan oleh pencampuran larutan
salut yang kurang homogen dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang terlalu
jauh dari tablet. Mottled color dapat diatasi dengan pencampuran homogen larutan
penyalut dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang lebih dekat dengan tablet.
4) Bagian Pengemasan Primer (Primary Packaging Section)
Pengemasan primer untuk tablet dan tablet salut dibuat dalam 2 bentuk
yaitu strip dan blister. Bahan kemasan strip adalah alumunium foil, sedangkan
bahan kemasan blister adalah plastik dan alumunium foil. Bahan pengemasan
yang digunakan adalah bahan pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh QC.
Pemeriksaan bahan pengemas dilakukan sebelum proses pengemasan dan yang
diperiksa adalah nomor bets dan kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak
pakai tidak akan digunakan untuk proses pengemasan dan selanjutnya akan
dikarantina untuk dimusnahkan. Pertimbangan pemilihan strip atau blister terletak
pada stabilitas bahan yang dikemas dan permintaan pasar. Bahan yang dikemas
dengan strip akan lebih stabil dibandingkan dikemas dengan blister, tetapi harga
bahan yang digunakan untuk strip lebih mahal dibandingkan bahan blister. Obat–
obat yang peka terhadap cahaya hanya dapat dikemas dengan strip, karena blister
memiliki bagian transparan yang dapat ditembus cahaya sehingga obat yang peka
cahaya akan rusak. Blister merupakan kemasan yang mudah dibuka yaitu dengan
didorong dari belakang (push through pack), lebih disukai konsumen
dibandingkan strip yang dibuka dengan merobeknya. Bagian mesin strip yang
kritis dalam pengemasan primer adalah bagian feeding guide, feeding chute, dan
sealing. Bagian feeding guide adalah bagian yang terdapat pada hopper mesin,
berbentuk seperti rel/jalur dan berfungsi untuk mengarahkan tablet atau kapsul
satu persatu secara berurutan ke dalam feeding chute. Bagian feeding chute adalah
Universitas Indonesia
bagian saluran atau jalur tablet sebelum masuk sealing. Bagian sealing berfungsi
untuk membungkus tablet/kapsul dengan cara menempelkan 2 sisi alufoil dengan
panas tinggi sehingga rapat.
Bagian mesin blister yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian
pembentuk lubang blister, feeding guide, dan bagian sealing. Bagian feeding
guide dan sealing memiliki prinsip yang sama dengan mesin strip. Bagian
pembentuk lubang blister berfungsi untuk membuat lubang bilster dari plastik,
plastik ditekan dengan cetakan panas dan segera didinginkan sehingga terbentuk
lubang-lubang blister. Bagian pembentuk blister inilah yang membedakan mesin
strip dan mesin blister.
Pengemasan tablet juga dilakukan dengan botol, bahan-bahan yang rusak
karena panas tidak boleh dikemas dengan strip atau blister, karena mesin strip dan
blister menggunakan panas tinggi. Proses pengemasan dengan botol adalah
dimulai dengan peniupan/blowing botol, pengisian tablet, dan penutupan botol
(capping). Proses peniupan/blowing botol berfungsi untuk menghilangkan
partikel/debu yang terdapat di botol. Produk sirup kering dikemas dengan botol
khusus dimana proses yang dilakukan sama dengan pengemasan botol biasa.
Pengawasan selama produksi (IPC) yang dilakukan adalah uji kebocoran
dengan larutan metilen biru dalam mesin sedot vakum, dilakukan setiap 15 menit
sekali. IPC dilakukan setiap 15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak
atau bocor dapat segera diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga
jumlah kemasan yang ditolak tidak terlalu banyak, hanya jumlah kemasan dalam
proses pengemasan selama 15 menit saja. Cara menguji kebocoran adalah dengan
memasukkan strip ke dalam larutan metilen biru (dalam mesin sedot vakum) dan
dan ditutup pintu mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip
atau blister akan terisi larutan metilen biru. Sampel IPC harus dibuang dan tidak
boleh dikemas ulang setelah dibuka. Strip/blister yang mengalami kebocoran
dikarantina dan dikonfirmasi ke QA untuk melakukan pengemasan ulang.
Pengecekan penampilan juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang
bergaris, penyok atau tidak sempurna akan segera diperiksa penyebabnya,
kemudian dikarantina dan dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan supaya kemasan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
produksi dapat dilakukan di ruang kelas B. Pada ruang kelas ini, partikel yang
berukuran > 0,5 µm tidak lebih dari 10000/ft3. Namun pada proses produksi di
PT. ETHICA Industri Farmasi, keadaan ruangan disamakan, yaitu di kelas A, baik
untuk metode aseptis maupun sterilisasi akhir.
Setelah dilakukan inspeksi visual, dilakukan pengemasan sekunder.
Pengemasan sekunder ini dilakukan di ruang yang terpisah dengan proses
produksi sebelumnya. Setelah dikemas dalam dus, dimasukan leaflet. Kemudian
dus-dus tersebut dimasukkan dalam master box, yang masing-masing produk
berisikan jumlah tertentu.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
produksi dengan cara membeli dari pemasok yang telah terdaftar. Departemen ini
terbagi menjadi tiga section, yaitu Material Sourcing Section, Material
Procurement Section, dan Material Planning Section. Struktur organisasi
departemen ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
Material Planning Section bertanggung jawab atas perencanaan
pemesanan material dalam bentuk shop order yang dibuat berdasarkan Bill of
Material (BOM). Shop order tersebut menjadi dasar pembuatan picklist yang
digunakan oleh produksi untuk memesan bahan baku dari warehouse. Sementara
itu, Raw Material Procurement Section, dan Packaging Material Procurement
Section masing-masing bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku dan
bahan pengemas.
Dalam aktifitasnya, Material Procurement Department menerima
permintaan bahan baku dan bahan pengemas dari Production Planning yang
tertulis dalam Purchase Requisition. Permintaan tersebut kemudian ditindaklanjuti
dengan mengirim Purchase Order yang berisi daftar barang yang akan dibeli
kepada pemasok yang telah tercantum dalam Approved Vendor List, yaitu daftar
pemasok yang telah terkualifikasi dan disetujui oleh Quality Assurance. Untuk
selalu menjaga ketersediaan bahan, maka tiap bahan awal harus memiliki minimal
dua pemasok. Departemen ini juga bertanggung jawab untuk mencari alternatif
pemasok jika pemasok yang telah terdaftar tersebut tidak dapat memenuhi
permintaan bahan baku dan pengemas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Seluruh bahan baku, baik itu zat aktif maupun eksipien yang digunakan
dalam memproduksi produk ETHICAl, akan diletakkan di dalam kelas
Pharma, begitu pula sebaliknya.
2) Halal – Reguler
Bahan yang telah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama
Indonesia akan diletakkan secara terpisah dengan bahan yang tidak
disertifikasi. Pemisahan tersebut hanya sebatas pemisahan pallet, bukan
hingga pemisahan ruang.
3) Cephalosporin - Non Cephalosporin
Zat aktif golongan cephalosporin dipisahkan dengan zat aktif non
cephalosporin. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi beta laktam. Pemisahan dilakukan secara pemisahan ruangan.
4) Psikotropik (Obat Keras Terbatas) - non Psikotropik
Penggolongan ini didasarkan pada UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, pada sarana produksi farmasi, psikotropika harus disimpan
secara terpisah dengan golongan non psikotropika.
Gudang bahan baku dan obat jadi PT. SOHO Group dikondisikan dalam
tiga tingkatan suhu, yaitu suhu ruangan ambient (<30°C) untuk produk yang stabil
terhadap panas, suhu dikondisikan dengan Air Conditioner (15-25 °C) untuk
penyimpanan produk yang stabil pada suhu kamar, serta cold room (2-8 °C) untuk
produk termolabil.
Selain bertanggung jawab terhadap penyimpanan barang, Inbound Logistic
Department juga bertanggung jawab terhadap penerimaan barang serta
pengeluaran barang dari gudang. Barang yang dinyatakan memenuhi spesifikasi
akan dilengkapi dengan Laporan Penerimaan Barang (LPB). LPB kemudian
dikirimkan ke bagian Quality Control Department dan QC Department
melakukan sampling terhadap barang yang diterima tersebut. Barang yang
dinyatakan sesuai dengan spesifikasi kemudian diberikan status diluluskan dan
dapat dimasukkan ke dalam stok gudang. Pengeluaran barang dari gudang, seperti
pendistribusian bahan awal untuk produksi, dilakukan berdasarkan picklist yang
dibuat oleh Production Planning dan dicetak oleh bagian Produksi.
Universitas Indonesia
Setiap awal bulan, PT. Parit Padang akan mengirim Purchase Order (PO)
ke gudang/warehouse. PO tersebut akan diinput untuk selanjutnya diproses.
Proses transaksi antara PT. SOHO Group dan PT. Parit Padang dilakukan dengan
Delivery Note (DN). DN adalah bukti resmi penjualan produk PT. SOHO Group
yang dibeli oleh PT. Parit Padang.
Dalam menjalankan fungsi gudang sebagai tempat pemusnahan, Inbound
Logistic Department bekerja sama dengan Holcim untuk melakukan pemusnahan
obat kembalian yang berasal dari distributor. Sebagian besar penyebab kembalian
obat adalah karena produk telah mendekati waktu daluwarsa. Pemusnahan barang
juga dilakukan pada barang yang ditolak (reject).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
reject, obat kembalian, obat ruahan yang ditolak, obat jadi yang ditolak, lumpur
(sludge) IPAL, oli bekas, lampu TL, kemasan reagen, reagen kadaluarsa, kemasan
kontaminasi, dan limbah infeksius. Pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh
perusahaan lain yang telah bekerja sama dengan PT. SOHO Group seperti PT
Holcim, PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti.
Limbah domestik adalah limbah non B3 yang berasal dari kegiatan sehari-
hari (kegiatan kantor, kamar mandi, sampah taman, daun kering, kemasan air
minum) maupun kemasan yang tidak terkontaminasi oleh produk/bahan (kardus,
botol, stripping, alufoil, tube, ampul kosong, dan lain-lain), serta limbah herbal
hasil ekstraksi. Pengolahan limbah domestik yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga sebanyak 3 kali dalam seminggu.Untuk
limbah sisa ekstrak herbal dilakukan pengangkutan setiap seminggu sekali.
Sedangkan untuk limbah dari produk/bahan dilakukan kerja sama dengan
beberapa pihak ketiga. Limbah jenis alufoil, tube, strip dilebur di peleburan alufoil
di daerah Cakung. Limbah jenis kertas, kardus, duplex, master box dilebur di
pabrik peleburan kertas. Limbah jenis botol, ampul, dan limbah jenis kaca yang
tidak memiliki logo perusahaan atau merk langsung dibuang ke TPS domestik,
untuk yang memiliki merk ataupun logo perusahaan akan dipecahkan terlebih
dahulu sebelum dibuang ke TPS domestik.
Limbah IPAL PT. SOHO Industri Pharmasi berasal dari limbah domestik,
limbah herbal, dan limbah Pharma, sedangkan limbah IPAL PT. ETHICA Industri
Farmasi berasal dari limbah Betalaktam, dan non beta laktam. Pengolahan limbah
PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri Farmasi dilakukan secara
bersama-sama. Unit pengolahan limbahnya terdiri dari pengolahan limbah secara
aerob, pengolahan limbah secara anaerob, dan pengolahan domestik. Untuk
pengecekan baku mutu air hasil pengolahan unit IPAL dilakukan swapantau outlet
IPAL oleh pihak QC setiap 2 kali dalam seminggu, swapantau outlet STP oleh
pihak QC setiap 2 minggu sekali, dan setiap 3 bulan sekali oleh BPLHD.
Limbah dari PT. ETHICA Industri Farmasi yang merupakan limbah non
betalaktam dan limbah domestik cair akan dialirkan langsung menuju bak
ekualisasi sebelum melalui proses anaerob. Limbah betalaktam akan ditampung
dalam bak penyangga/buffer sebagai tempat penampungan sementara. Dari bak
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dialirkan ke bak ekualisasi aerob untuk selanjutnya dialirkan ke bak aerob. Bak
aerob berisi bakteri aerob yang disebut dengan lumpur aktif yang dapat
menguraikan zat berbahaya. Keberadaan dua bak aerob dengan tujuan
mengantisipasi meluapnya limbah. Dalam bak aerob terdapat aerator untuk
mensuplai oksigen bagi bakteri. Dari bak aerob, limbah akan dialirkan menuju
bak sedimentasi untuk proses pengendapan lumpur aktif. Proses ini tidak
menggunakan koagulan, melainkan limbah murni didiamkan selama beberapa
waktu. Sehari dua kali banyaknya lumpur aktif diukur dengan cara mengukur
pengendapannya pada gelas ukur selama setengah jam. Limbah dari bak
sedimentasi kemudian dialirkan ke bak klorinasi untuk menjernihkan. Dari bak
klorinasi, limbah akan dialirkan menuju filter feed sebagai bak penampungan
sebelum masuk ke tanki penyaringan (filter tank). Tanki penyaringan (filter tank)
terdiri dari dua tangki yang terpisah. Satu tangki berisi pasir dan satu tangki lagi
berisi karbon aktif. Tanki penyaringan (filter tank) bertujuan untuk menyaring air
limbah dan mengurangi bau. Setelah melalui tanki penyaringan (filter tank),
limbah akan dialirkan menuju bak outlet. Dari bak outlet limbah dibagi menjadi
dua aliran, satu aliran menuju ke tanki penampungan (reservoir tank)dan aliran
satunya menuju kolam ikan (fish pond).Air limbah olahan yang disimpan dalam
tanki penampungan (reservoir tank) digunakan untuk menyiram tanaman disekitar
area industri, sedangkan limbah yang dialirkan ke kolam ikan (fish pond)
bertujuan sebagai indikator limbah yang ramah lingkungan sehingga ikan bisa
hidup di air limbah olahan tersebut. Kolam ikan (fish pond) dihubungkan dengan
outlet drain berupa bak kecil untuk tempat pengambilan sampel analisis kualitas
air limbah.
IPC yang dilakukan dalam proses pengolahan air limbah adalah
pengukuran endapan lumpur aktif dan pengecekan pH yang dilakukan setiap hari.
Pengecekan pH dilakukan pada sampel yang diambil dari outlet drain.
Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil sampel dari bak aerob sebanyak
1000 ml, kemudian lumpur aktif dibiarkan mengendap selama setengah jam.
Endapan yang kurang dari 80 ml, menunjukkan bahwa jumlah bakteri terlalu
sedikit, sehingga akan dilakukan pembibitan (seeding)ulang, yaitu pembiakan
menggunakan bakteri yang baru. Lumpur yang mengendap lebih dari 200 ml
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1) Sistem HVAC
Prinsip kerja HVAC adalah udara luar (fresh air) dan udara hasil
resirkulasi di dalam ruangan masuk ke dalampencampuran chamber yang
kemudian disaring menggunaan penyaring awal (pre filter) G4 (efisiensi 80%)
dan penyaring antara (medium filter) F7 (efisiensi 95%) untuk mengurangi jumlah
partikel. Udara kemudian didinginkan dan diturunkan kelembabannya dengan
pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan oleh chiller atau freon.
Udara hasil pendinginan melewati heater/steam coil untuk dipanaskan sesuai
dengan suhu udara yang dibutuhkan ruangan kemudian didorong oleh motor
menuju filter F9 (98%). Udara hasil penyaringan filter F9 akan mengalami
penyaringan akhir oleh HEPA filter H13 (99,95%) dan keluar melalui outlet untuk
selanjutnya didistribusikan melalui pipa-pipa. Udara hasil penyaringan HEPA
filter selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang dikenal
persediaan udara (supply air). Persediaan udara (supply air) dari AHU disalurkan
melalui saluran (ducting) menuju ke ruangan dengan melalui lubang persediaan
udara (supply air) yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah dikondisikan
dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang produksi melalui supply diffuser
baik dengan tipe swirl ataupun grill. Pada ruangan produksi menggunakan aliran
udara swirl agar aliran udara langsung menuju low return perforated. Sebelum
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Osmosis adalah suatu proses alami dimana dua jenis larutan yang berbeda
konsentrasi dipisahkan oleh sebuah membran semi permeabel, sehingga
larutanyang lebih rendah konsentrasinya akan bergerak menembus membran
semipermeabel menuju cairan yang lebih tinggi konsentrasinya hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi.
b) Reverse Osmosis
Reverse osmosis adalah suatu teknologi pemurnian air yang paling
modern, yang menggunakan membran semi permeabel, yang sangat efektif,
ekonomis dan mudah pemeliharaannya, mampu membersihkan air hingga 90-99%
dari segala macam pencemar yang terkandung di dalam air sehingga
menghasilkan air yang bersih dan murni.
Proses osmosis merupakan aliran dari cairan yang lebih murni menembus
permukaan membran terserap oleh cairan yang lebih kental. Dalam proses
osmosis, cairan yang lebih kental menyerap cairan yang lebih murni sehingga
ketinggian permukaan cairan yang lebih kental lebih tinggi dari permukaan cairan
yang lebih murni. Semakin tinggi perbedaan kekentalan kedua cairan menjadikan
semakin banyak cairan lebih murni terserap oleh cairan yang lebih kental.
Proses Reverse Osmosis merupakan kebalikan dari proses Osmosis, yaitu
memberikan tekanan balik dengan tekanan osmonic lebih besar pada permukaan
cairan yang lebih kental, maka cairan yang lebih murni akan menembus
permukaan membran menjadi cairan yang lebih murni. Semakin tinggi tekanan
yang diberikan pada cairan yang lebih kental akan semakin cepat cairan yang
lebih murni menembus permukaan membran.
Pada proses osmosis, materi yang ada disekitarnya seimbang.
Keseimbangan yang terjadi pada kedua cairan yang berbeda kekentalannya yaitu
semakin besar perbedaan kekentalan kedua cairan, maka semakin tinggi
permukaan cairan yang lebih kental. Perbedaan ketinggian tersebut disebut
tekanan osmonic.
c) Proses - proses dalam System Osmotron:
1) Proses / cartridge Prefilter (0.5 micron)
Proses ini diperlukan untuk melindungi unjuk kerja pori-pori membran
yang berukuran sangat kecil. Kecilnya ukuran pori-pori membran menjadikan
Universitas Indonesia
membrane mudah koyak, tersumbat, atau rusak oleh berbagai materi atau zat.
Oleh karena itu air yang akan disalinasi haruslah air baku atau air payau atau air
laut yang telah bebas dari materi atau zat yang mudah menyumbat atau
mengkoyakan dan atau merusak membran.
2) Proses Softener
Berfungsi mengurangi kadar kesadahan dalam air (ion-ion mineral bebas).
Didalamnya terdapat resin softener. Saat resin jenuh akan diproses
regenerasisecara automatis sehingga dapat normal kembali. Proses regenerasi
inimembutuhkan garam sebagai pengikat ion mineral.
3) Proses Reverse Osmosis
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan proses reverse osmosis yaitu :
i. Membran dengan pori-pori yang lebih kecil dari ukuran molekul larutan
ion yang akan di pisahkan, yaitu 0,001 - 0,0001 micron ( 50 –
1000MWCO).
ii. Tabung untuk tempat membran dengan 1 titik masukan air yang
akandilakukan proses reverse osmosis, 1 titik keluaran untuk air yang
telahbebas larutan dan 1 titik keluaran untuk air yang mengandung larutan
lebihkental dari air masukan. Kekuatan tabung tempat membran harus
mampumenerima tekanan yang diberikan melalui pompa bertekanan
tinggi.
iii. Pompa bertekanan untuk memberikan tekanan pada air masukan.
iv. Penyeimbang tekanan pada tabung tempat membran berguna untuk
memelihara tekanan air baku yang akan menembus membran tidak
kurangdari tekanan osmonic yang diperlukan untuk memisahkan larutan
dalam air baku.
v. Proses prefilter minimal yang perlu dilakukan pada air yang akan
melaluiproses reverse osmosis adalah sendimen filter, pre filter 0.5
micron, SDI0.2 micron, Fine Filter 0.5 micron dan untuk memfilter
sendimen danmenyerap polutan yang tidak terlarut dalam air seperti bau,
rasa, warna. Proses ini dapat menurunkan kadar konduktivitas hingga 10
Ms.
4) Proses EDI (Elektrik De-Ionisasi)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.4.2 Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. ETHICA Industri Farmasi
Bangunan, fasilitas dan sarana penunjang yang terdapat di PT. ETHICA
Industri Farmasi didesain dan dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi
ketentuan yang tercantum dalam CPOB serta cGMP dan menjamin terjaganya
kualitas produk.
Universitas Indonesia
Air yang digunakan untuk kegiatan produksi ada dua macam, yaitu
potable water dan purified water. Potable water diperoleh dari air PAM
ditampung di tangki penampungan dan telah mengalami proses filtrasi
menggunakan pasir dan karbon filter. Potable water digunakan untuk keperluan
pembersihan, aktivitas kantin, dan juga sebagai raw water untuk diolah menjadi
purified water. Proses pengolahan purified water (PW) terdiri dari tahap
pretreatment, reverse osmosis (RO), dan distribution. Pretreatment merupakan
proses awal untuk mengolah potable water sehingga dapat memenuhi persyaratan
untuk proses pengolahan selanjutnya.
Universitas Indonesia
PT. SOHO Group bekerja sama dengan PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT.
Tipar Nirmala Sakti.
Universitas Indonesia
85 Universitas Indonesia
bahwa produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
Penerapan manajemen mutu di PT. ETHICA Industri Farmasi terbukti
dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang manajemen mutu. Selain
itu, PT. ETHICA Industri Farmasi juga telah memiliki sertifikat CPOB. Untuk
mengevaluasi kualitas produk, pada sistem manajemen mutu jugadilakukan
pengkajian mutu produk (Product Quality Review/PQR) yang dilakukan secara
berkala dan didokumentasikan terhadap semua obat terdaftar untuk membuktikan
kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi; konsistensi
proses; melihat analisis kecenderungan dan mengidentifikasi perbaikan yang
diperlukan untuk produk dan proses.
4.2 Personalia
Personalia PT. SOHO Group sudah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh CPOB dimana Personil Kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan
Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin
oleh seorang Apoteker dan bersifat independen satu sama lain.
Di dalam menjalankan kegiatannya, industri farmasi harus memiliki
struktur organisasi yang jelas dan deskripsi tugas yang jelas pula. Untuk kegiatan
manufaktur, PT. SOHO Group terbagi dalam beberapa divisi/departemen, yaitu
Quality Operation Divison, Production Division, Technical Division, Supply
Chain Division, Validation and Documentation Department, Finance Department,
dan Human Resource Department.
PT. SOHO Group juga menerapkan sistem BSC (Balance Score Card),
dimana terdapat tahap pembelajaran dan perkembangan (learning and growth)
yang memiliki makna bahwa PT. SOHO Group berusaha untuk mengembangkan
dan meningkatkan potensi setiap personilnya. PT. SOHO Group dalam
peningkatan kualitas personil juga melakukan pelatihan yang disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan SDM. Terdapat 2 jenis pelatihan yaitu pelatihan yang bersifat
umum dan pelatihan yang bersifat khusus. Pelatihan umum seperti pelatihan
CPOB dan keselamatan kerja yang biasanya diberikan kepada karyawan baru,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sedang sakit untuk segera mendapatkan perawatan dan pengobatan. Selain itu,
juga terdapat ruang untuk ibu menyusui.
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh PT. ETHICA Industri Farmasi telah
memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Petunjuk CPOB. Peralatan yang
bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi memiliki
permukaan yang tidak menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi. Bahan yang
digunakan dalam peralatan tersebut juga dipastikan tidak bersentuhan dengan
bahan yang sedang diolah sehingga mutu produk tidak berubah. Seluruh peralatan
juga telah terkualifikasi sebelum digunakan. Peralatan yang digunakan untuk
menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat telah terkalibrasi oleh bagian
Quality Support Section (Quality Assurance).
Setiap peralatan memiliki identitas yang jelas (nomor) dan prosedur
tertulis untuk menggunakan dan mengoperasikan peralatan tersebut. Seluruh
personel yang akan memakai alat tersebut, terlebih dahulu mendapatkan pelatihan
dalam menggunakan alat tersebut. Setiap peralatan juga memiliki prosedur
pembersihan dan sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu validitas
pembersihannya. Mesin yang telah dibersihkan diberikan stiker berwarna hijau.
Pembersihan mesin menggunakan metode pembersihan yang telah divalidasi.
Peralatan produksi ditempatkan masing-masing dalam ruangan yang
terpisah. Ruangan produksi pun cukup besar untuk menampung peralatan,
mobilitas operator serta untuk proses pembersihannya. Nomor identitas dan
validitas pembersihan tiap peralatan yang digunakan dalam produksi dicantumkan
dalam Batch Record.Jika peralatan dan/atau validitasnya menyimpang dari yang
seharusnya (tercantum dalam Batch Record), maka personel harus melaporkannya
dalam laporan deviasi.
Pemeliharaan alat dalam PT. ETHICA Industri Farmasi menjadi tanggung
jawab bersama antara departemen produksi, departemen engineering, dan
departemen QA. Jadwal perawatan alat disesuaikan dengan jadwal produksi
sehingga membutuhkan persetujuan dari bagian Engineering, Produksi dan
Production Planning. Departemen Produksi bertangung jawab pada pembersihan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
wajib mencuci dan membersihkan alat tersebut sesuai dengan SOP yang berlaku.
Peralatan biasanya dibersihkan dengan air kran kemudian dilanjutkan dengan
aqua purificata dan alkohol 70%. Peralatan juga dapat dicuci dengan agen
pembersih, namun ada tidaknya pengaruh terhadap bahan yang diproses harus
dipastikan terlebih dahulu.
4.6 Produksi
PT. ETHICA Industri Farmasi memproduksi sediaan steril dan sediaan
solid berbahan cephalosporin. Dibawah Sterile, Cephalosporin and Extract
Production, ekstrak diproduksi sebagai bahan baku obat tradisional. Masing-
masing gedung terpisah satu sama lain. Semua kegiatan produksi di masing-
masing gedung dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan
produksinya seperti yang dipersyaratkan oleh CPOB. Dinding, lantai dan atap
ruangan produksi dilapisi oleh epoksi sehingga memudahkan pembersihan dan
mencegah perembesan air. Selain itu, setiap sudut ruangan produksi dibuat
melengkung (tidak bersudut) sehingga mudah untuk dibersihkan dan tidak
menimbulkan penimbunan debu. Ruangan produksi pun dilengkapi dengan sistem
AHU (Air Handling Unit) yang berfungsi untuk mengatur kondisi udara, suhu,
tekanan, kelembaban, dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi. Pada
ruangan produksi steril pun telah digunakan sistem tersebut dan pembagian kelas
sesuai dengan proses produksi masing-masing produk.
Setiap memasuki area produksi, terdapat tata cara berpakaian yang harus
dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat pelindung
diri). Saat memasuki ruang ganti, setiap personil wajib menggunakan sepatu black
area atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover)dan menggunakan baju
black area. Jika ingin memasuki ruangan produksi grey area personil wajib
mengenakan pakaian khusus (coverall), penutup kepala, sepatu khusus atau
menggunakan penutup sepatu, dan masker. Sedangkan untuk memasuki white
area untuk memproduksi sediaan steril, personil wajib memakai baju khusus yang
diperuntukkan di ruang steril. Selanjutnya, personil wajib mencuci tangan dan
menggunakan desinfektan. Prosedur ini dilakukan untuk mencegah adanya
kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan produk yang dihasilkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
hasil uji di luar spesifikasi (Out of Spesification). Pada penanganan OOS, terlebih
dulu dilakukan pengecekan pada laboratorium QC. Jika tidak terdapat kesalahan
laboratorium maka perlu investigasi lebih lanjut oleh QA untuk mengetahui
penyebab sebenarnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. PT.
ETHICA Industri Farmasi memiliki departemen sendiri yang bertugas mengelola
dokumen yang terdapat di PT. SOHO Group, yaitu Validation and Documentation
Department (VDD) yang dikepalai oleh seorang apoteker. VDD merupakan
departemen yang bertanggung jawab dalam mengelola dan menjaga dokumen.
VDD merupakan pusat segala dokumen, VDD menyimpan master batch record,
semua SOP, mendata semua nomor surat yang keluar PT. SOHO Group, dan lain-
lain.
Review terhadap SOP (Standard ofProcedure) di lakukan dilakukan setiap
3 tahun. Dokumen disimpan dengan sistem inventarisasi yang memudahkan
pengawasan dan penelusuran dokumen. Selain dokumentasi secara manual,
dokumentasi juga dilakukan dengan mengunakan sistem IFS (Information
Finance System). Setiap dokumen yang berkontribusi terhadap produk perlu
dilakukan pencatatan sesuai :
a. Pencatatan dengan bolpoint tinta biru yang tidak mudah luntur, hal ini
bertujuan untuk membedakan dokumen yang asli dengan hasil salinan;
f. Setiap bagian dokumen yang tidak memungkinkan untuk diisi ditulis N.A;
g. Koreksi dilakukan dengan mencoret tulisan yang salah dengan satu garis
lurus, diberi paraf, diberi tanggal, dan ditulis data yang benar tepat
disamping data yang salah;
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Risk Rating =
Dari rumus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi risk rating
maka produk tersebut menjadi produk marker.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. PT. ETHICA Industri Farmasi telah menerapkan pedoman CPOB dengan
baik pada semua proses baik dalam proses produksi, pengawasan dan
pengendalian mutu, serta kegiatan lain yang terkai dimana aspek-aspek
CPOB tersebut telah diimplementasikan dan didokumentasikan dengan
baik dan teratur.
b. Seorang apoteker di industri farmasi memiliki peranan yang penting yaitu
menjadi personil kunci antara lain sebagai kepala produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu. Semua bagian
dalam struktur organisasi PT. ETHICA Industri Farmasi telah
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai pedoman
CPOB sehingga semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.
5.2 Saran
a. Tetap menjaga dan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas dari
produksi sediaan obat sesuai dengan pedoman CPOB.
b. Peningkatan kerja sama dan komunikasi antar divisi sehingga dapat
dihasilkan kinerja dan hasil yang lebih baik.
99 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Menteri Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
PT. SOHO Group. (2012) Orientation Program PT. SOHO Group Value For
Health. Jakarta: PT. SOHO Group.
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 3. (lanjutan)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 4. (lanjutan)
Universitas Indonesia
Sup p ly Planning
Dep t . Head
Prod uct ion Cont ract Prod uct ion Prod uct Sup ply
Planning Manufact ure Planning Manag em ent
Sec. Head Sec. Head Sp ecialist Execut ive
Universitas Indonesia
Lampiran 5. (lanjutan)
Universitas Indonesia
Lampiran 6. (lanjutan)
Universitas Indonesia
Lampiran 6. (lanjutan)
Keterangan: Struktur Organisasi Fixed Asset & Spare Part Procurement Department
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TUGAS KHUSUS
HERLINA, S. Farm.
1206313186
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
BAB 4 PEMBAHASAN................................................................................. 13
LAMPIRAN .................................................................................................. 23
ii
1 Universitas Indonesia
Dalam tugas khusus ini akan dibahas mengenai validasi metode analisa
bahan baku di laboratorium QC di PT. Ethica Industri Farmasi. Hal yang akan
dibahas dalam tugas khusus ini antara lain parameter validasi metode analisa
bahan baku Co-Enzym Q10 dan kriteria penerimaannya, serta protokol validasi
metode analisa bahan baku di PT. Ethica Industri Farmasi.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari PKPA di QC PT.Ethica Industri Farmasi adalah:
a. Memahami validasi metode analisa bahan baku yang ada di industri
farmasi, khususnya di PT. Ethica Industri Farmasi.
b. Mengetahui pembuatan protokol dan laporan validasi metode analisa
bahan baku Co-Enzym Q10 yang terdapat di PT. Ethica Industri Farmasi.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat (BPOM, 2006). Salah
satu hal yang diperlukan dalam dilakukan suatu pengujian adalah mempersiapkan
metode pengujian dan melakukan validasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi
untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian
terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap
fasilitas, peralatan dan proses yang mempengaruhi mutu produk seharusnya
dilakukan validasi. Pendekatan dengan kajian risiko digunakan untuk menentukan
ruang lingkup dan cakupan validasi (BPOM, 2006).
Universitas Indonesia
a. Kategori I
Prosedur analisis untuk kuantitasi komponen utama yang terkandung pada
obat atau zat aktif (termasuk pengawet) pada produk jadi farmasi. (U.S.
Pharmacopeia, 2012). Penetapan kadar bertujuan untuk menentukan kadar analit
dalam sampel. (BPOM, 2006)
b. Kategori II
Prosedur analisis untuk determinasi kemurnian pada kandungan senyawa
terbanyak atau degradasi pada produk jadi farmasi. Prosedur ini meliputi uji
kuantitatif dan uji batas. (U.S. Pharmacopeia, 2012). Kedua pengujian tersebut
bertujuan merefleksikan secara tepat karakteristik kemurnian dari sampel.
Karakteristik validasi yang berbeda diperlukan untuk uji kuantitatif dibanding
untuk uji impuritas. (FDA, 1999)
c. Kategori III
Prosedur analisis untuk determinasi karakteristik sediaan (contohnya
disolusi, pelepasan obat, dan lain-lain).
d. Kategori IV
Uji identifikasi bertujuan untuk memastikan identitas analit dalam sampel.
Uji ini biasanya dilakukan dengan membandingkan karakteristik sampel
(misalnya spektrum, profil kromatogram, reaksi kimia, dan lain-lain) terhadap
baku pembanding. (U.S. Pharmacopeia, 2012)
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Kategori uji untuk validasi dan parameternya (U.S. Pharmacopeia,
2012)
Katgori II
Parameter Kategori
Kategori I Uji Kategori IV
Analitik Kuantitatif III
Batas
Akurasi Ya Ya * * Tidak
Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak
Spesifitas Ya Ya Ya * Ya
Batas Tidak Tidak Ya * Tidak
deteksi
Batas Tidak Ya Tidak * Tidak
kuantisasi
Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak
Rentang Ya Ya * * Tidak
Keterangan :
* = dilakukan jika diperlukan, tergantung pada sifat spesifik suatu pengujian
Universitas Indonesia
2.2.2.2 Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil
uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen. Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan
baku relatif (koefisien variasi) (Harmita, 2006). Menurut, ICH presisi terbagi
menjadi tiga komponen, yaitu keterulangan (repeatability), presisi antara
(intermediate precision), dan ketertiruan (reproducibility).
a. Keterulangan (repeatability)
Keterulangan menunjukkan presisi pada kondisi operasi yang sama dalam
interval waktu yang singkat menggunakan replikat dari sampel yang sama dan
homogen. Keterulangan juga termasuk presisi intra-assay (BPOM,2006).
b. Presisi antara (intermediate precision)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dan
lainnya. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh
perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode
merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi normal antara lab dan antar
analis (Harmita, 2006). Ketangguhan metode ditentukan dengan menganalisis
suatu sampel yang homogen dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda
menggunakan kondisi operasi yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi
menggunakan prosedur dan parameter uji yang sama. Derajat ketertiruan hasil uji
kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel penentuan. Ketertiruan dapat
dibandingkan terhadap keseksamaan penentuan di bawah kondisi normal untuk
mendapatkan ukuran ketangguhan metode. Perhitungannya dilakukan secara
statistic menggunakan ANOVA (Harmita, 2006).
Universitas Indonesia
2.3 Dokumentasi
Unsur utama program validasi harus dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di
dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV merupakan
dokumen yang singkat, tepat, dan jelas. RIV mencakup sekurang-kurangnya data
seperti:
a. Kebijakan validasi yang mencakup struktur organisasi kegiatan validasi
b. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi
c. Format dokumen mencakup format protokol dan laporan validasi,
perencanaan dan jadwal pelaksanaan
d. Pengendalian perubahan
e. Acuan dokumen yang digunakan.
Protokol validasi tertulis dibuat untuk merinci validasi yang akan
dilakukan. Protokol dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu). Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria
penerimaan (BPOM, 2006). Protokol atau metode analisis adalah pengaturan
berupa instruksi untuk melakukan suatu metode analisis. (AOAC, 2002). Setelah
dibuat protokol, sebaiknya dibuat laporan yang mengacu pada protokol validasi
dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan
yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap
rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah didokumentasikan dengan
pertimbangan yang sesuai (BPOM, 2006).
Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
13 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.2.4 Akurasi
Penentuan akurasi dilakukan dengan menggunakan minimal 9 kali
pengukuran dari 3 larutan dengan konsentrasi yang berbeda (3 konsentrasi, 3 kali)
dalam range 80%-120% kadar yang tertera pada etiket. Akurasi metode analisis
baik apabila % RSD rata-rata rekoveri yang didapat ≤ 2.0% untuk satu komponen
zat aktif atau RSD ≤ 3.0% untuk sampel dengan zat aktif multi komponen dan %
rekoveri seperti pada Tabel 4.3.
Universitas Indonesia
4.3 Dokumentasi
Pada proses validasi metode analisa, dokumentasi harus dilakukan karena
semua yang ditulis harus dikerjakan, dan semua yang dikerjakan harus ditulis.
Dari parameter-parameter validasi tersebut dapat dibuat suatu protokol. Isi dari
protokol validasi metode analisa di PT. Ethica Industri Farmasi meliputi:
a. Persetujuan protokol
Persetujuan protokol diberi paraf serta tanggal dari personil dan kepala
departemen yang melakukan kaji ulang serta persetujuan.
b. Tujuan
Tujuan memaparkan maksud dilakukannya validasi metode analisa suatu
bahan baku.
c. Tanggung jawab
Tanggung jawab dibebankan terhadap personil yang terkait dengan proses
dan dokumentasi validasi metode analisa.
d. Metode dan referensi
Berisi metode yang digunakan untuk melakukan validasi suatu produk
berdasarkan referensi yang dicantumkan.
e. Parameter validasi dan kriteria penerimaan
Berisi parameter validasi, kriteria penerimaan serta rumus perhitungan hasil
uji.
f. Persyaratan kadar bahan baku
Persyaratan kadar bahan baku sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh
farmakope atau referensi lain yang digunakan..
g. Prosedur validasi
Prosedur validasi ini meliputi kondisi kromatografi yang digunakan, serta
prosedur pembuatan larutan standard dan sampel yang akan digunakan.
h. Proses validasi
Proses validasi mendeskripsikan cara pengujian berdasarkan masing-masing
parameter validasi yang akan dilakukan.
i. Hasil dan kesimpulan validasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Akurasi
Parameter uji ini adalah persentase perolehan kembali (98.00-102.00%) dan
simpangan baku relatif (< 2%). Pengujian dilakukan dengan menginjeksikan
masing-masing larutan sampel 80%, 100%, dan 120% sebanyak 3 kali hingga
diperoleh 9 replikat.
c. Presisi
Parameter uji presisi adalah simpangan baku relatif dengan nilai < 2% karena
yang diuji adalah bahan baku yang diasumsikan kadar zat aktif yang terdapat di
dalamnya >10-100% sehingga nilai simpangan baku relatif yang dipakai < 2% .
Universitas Indonesia
d. Ketangguhan metode
Ketangguhan metode dilakukan dengan melihat nilai akurasi serta presisi
antara. Parameter uji ini sama dengan parameter pengujian akurasi dan presisi.
Pengujian akurasi dilakukan dengan membuat larutan standar dengan konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%, masing-masing sebanyak 3 kali. Pengujian
presisi antara dilakukan dengan menginjeksikan larutan standar dan larutan
sampel konsentrasi 100% masing-masing sebanyak 6 kali. Masing-masing
pengujian ini dilakukan pada hari yang berbeda dan oleh analis yang berbeda.
e. Linearitas
Linearitas ditentukan dengan melihat nilai r pada persamaan regresi linear
larutan standar berbagai konsentrasi. Dibuat 6 konsentrasi, yaitu 20%, 40%, 60%,
80%, 100%, dan 120%. Nilai r > 0.99 menunjukkan bahwa metode analisa yang
digunakan mampu memberikan respon yang baik, proporsional terhadap
konsentrasi analit dalam sampel.
Setelah protokol validasi metode analisa diperiksa dan disetujui, maka
dilakukan tahapan dan proses validasi metode analisa di Laboratoium QC. Data
hasil validasi metode analisa yang telah dilakukan oleh analis di laboratorium QC
dikumpulkan untuk dibuat laporan validasi metode analisa. Data yang
dikumpulkan antara lain data analis, data standar, data reagen yang digunakan,
data print out timbangan dan kromatogram.
Co-Enzym Q10 merupakan bahan baku yang digunakan oleh PT. Ethica
Industri Farmasi dalam memproduksi Qubi-10, suatu produk suplemen kesehatan
antioksidan bagi tubuh. Untuk itu, diperlukan suatu metode analisa yang telah
divalidasi, agar setiap pengujian sampel memberikan hasil yang akurat dan
seksama. Data hasil validasi metode analisa Co-Enzyme Q10 dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Validasi metode analisa bahan baku Coenzym Q10 dilakukan berdasarkan
referensi USP 34, sehingga hanya diperlukan verifikasi.
b. Pada validasi metode analisa bahan baku Co-Enzym Q10 di PT. Ethica
Industri Farmasi, parameter validasi yang diuji adalah akurasi, presisi,
ketangguhan metode, dan linearitas dengan terlebih dahulu dilakukan uji
kesesuaian sistem.
c. Seluruh hasil validasi metode analisa bahan baku Coenzym Q10 yang
dilakukan di PT. Ethica Industri Farmasi memenuhi syarat.
5.2 Saran
Jika terjadi perubahan metode analisis dari suatu bahan baku, misalnya
perubahan metode analisis karena update referensi, ataupun terjadi perubahan
sintesa bahan baku maka terlebih dahulu dilakukan validasi ulang.
21 Universitas Indonesia
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta.
22 Universitas Indonesia
LAMPIRAN
1. PERSETUJUAN PROTOKOL
Disusun Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Control Sect. Head
Diperiksa Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Control Dept. Head
Disusun Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Operation Division Head
2. TUJUAN
Untuk membuktikan dan memastikan apakah metoda pemeriksaan penetapan
kadar bahan baku XXX yang diperoleh dari Manufacturer XXX dapat
memberikan hasil yang spesifik, tepat dan akurat.
3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Analis QC bertanggug jawab untuk melaksanakan validasi metode
analisa sesuai dengan protolol, dan menyiapkan semua data/hasil
yang berkaitan dengan validasi metoda ini
3.2 Quality Control Sect. Head bertanggung jawab untuk menyusun
protokol & laporan validasi metode analisa dan mengkoordinir
pelaksanaan/eksekusi protokol validasi metode analisa.
3.3 QC Dept Head Bertanggung jawab untuk review protokol & laporan
validasi metode analisa.
3.4 QO Div Head bertanggung jawab untuk menyetujui protokol &
laporan validasi metode analisa.
5.2 Referensi
7. PROSEDUR VALIDASI
7.1 Kromatografi
7.11 Kolom
7.12 Detektor
7.13 Flow rate
7.14 Volume penyuntikan
7.15 Asimetri
7.16 RSD
7.17 Waktu retensi
7.18 Waktu elusi
7.19 Fase gerak
7.2 Pembuatan larutan standar 100%
7.3 Pembuatan larutan standar konsentrasi 20 %, 40 %, 60% , 80%, dan
120%
8. PROSES VALIDASI
8.1 Uji kesesuaian sistem
Injek larutan standar 100% ke dalam sistem kromatografi sebanyak 6
kali.
8.2 Akurasi
Buat masing-masing larutan sampel konsentrasi 80%, 100%, dan 120%
masing-masing sebanyak 3 kali. Injek masing-masing konsentrasi.
8.3 Presisi
Injek larutan standar konsentrasi 100% masing masing sebanyak 6 kali.
8.4 Linearitas
Buat larutan standar konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100%, dan
120% masing-masing sebanyak 3 kali. Injek masing-masing
konsentrasi.
Keterangan:
Asp = Area larutan sampel
Ast = Area larutan standar
Wst = Bobot standar yang ditimbang (mg)
Wsp = Bobot sampel yang ditimbang (mg)
%St = Potensi standar sebagai anhidrat (%)
Kd = Kadar air sampel (%)
10. DEVIASI
Bila terjadi penyimpangan selama proses validasi metode analisa, maka
harus dilaporkan dan dibuat laporan penyimpangannya.
11. VALIDASI ULANG
Validasi ulang dilakukan jika:
Perubahan metode analisa
Perubahan sintesa
12. LAMPIRAN
1. PERSETUJUAN PROTOKOL
Disusun Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Control Sect. Head
Diperiksa Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Control Dept. Head
Disusun Oleh :
Nama / Jabatan Tanda tangan Tanggal
(Nama) / Quality Operation Division Head
2. LATAR BELAKANG
Laporan ini mencakup hasil validasi metode analisa bahan baku XXX yang
dilakukan berdasarkan pada prosedur pemeriksaan kadar XXX
(BB/P/E/xx/xxxx Rev xx). Validasi metode analisa bahan baku XXX ini
meliputi akurasi, presisi, linearitas, dan ruggedness
3. TUJUAN
Untuk membuktikan dan memastikan apakah metoda pemeriksaan penetapan
kadar bahan baku XXX yang diperoleh dari Manufacturer XXX dapat
memberikan hasil yang spesifik, tepat dan akurat.
4. HASIL VALIDASI
4.1 Uji kekesuaian sistem
4.2 Akurasi
4.3 Presisi
4.3.1 Repeatability
4.3.2 Presisi Antara
4.4 Linearitas
5. PEMBAHASAN
6. KESIMPULAN VALIDASI
7. SARAN
8. REFERENSI
9. LAMPIRAN